Anda di halaman 1dari 30

A.

Tema
TitrasiAsam-Basa

B. Tujuan
Menentukan kemolaran larutan HCl dengan larutan NaOH 0.1 M

C. DasarTeori
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi
asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi
asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar
sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan
kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari
perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan
berdasarkan persamaan reaksi.
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan
yang kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik
ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna
indikatornya. Titk akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.

D. Alatdanbahan
Alat :
a. Buret
b. Statif
c. Labu Erlenmeyer 3 buah
d. Silinder ukur
e. Corong
f. Pipet tetes

Bahan :
a. Larutan HCl
b. Larutan NaOH 0.1 M
c. fenolftalein

E. LangkahKerja
1. Masukan 20 mL larutan HCl dan 3 tetes indicator fenolftalein ke dalam sebuah labu
Erlenmeyer
2. Isi buret dengan larutan NaOH 0.1 M hingga garis 0 mL
3. Tetesi larutan HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan sedikit demi
sedikit secara berhati-hati dan labu Erlenmeyer terus-menerus diguncangkan.
Penetesan dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah
muda.
4. Ulangi prosedur diatas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama
F. Data Pengamatan
Volume NaOH yang digunakan
Percobaan
(mL)
1 23.8
2 24.8
3 24.1
Rata-Rata 24.23

G. Pembahansan

HCl + NaOH NaCl + H2O

M HCL = V NaOH . M NaOH


20
= 24,23 . 0,1
20
= 0,12 M

H. Kesimpulan
Jadi konsentrasi Hcl ynag digunakan pada percobaan ini adalah 0,12 M
Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan
mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 3 tetes indicator PP dengan NaOH (titran).
Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator
berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan
mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati
melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi
HCl (asam) bisa dihitung.

I. Saran
Siswa harus lebih berhati-hati lagi dan lebih teliti dalam melakukan praktikum ini. Dan
pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya

J. DaftarPustaka
http://tumbilung.blogspot.com/2011/04/praktikum-titrasi-asam-basa.html
Tujuan

Mengetahui molaritas suatu asam basa dengan menggunakan metode titrasi asam
basa
.
II. Dasar Teori
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi
asam basa)

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di
dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa
larutan.

Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam
basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa.
Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan
pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan
kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan
kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.

Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang
kosentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam
dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik akhir
titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indicator.
III. Alat dan Bahan
1. Statif dan klem

2. Buret

3. Gelas/labu Erlenmeyer 100ml (3buah)

4. Gelas kimia 250ml (2buah)

5. Pipet tetes
6. Corong

7. Gelas/silinder ukur

8. Larutan NaOH 0,1M

9. Larutan HCl yang akan ditentukan konsentrasinya

10. Indicator phenolphthalein (PP)

11. Pipet Volume

IV. Cara Kerja


1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan (III. Alat dan Bahan)
2. Bersihkan alat-alat sebelum digunakan (bila perlu)
3. Memasang buret pada statif
4. Menutup kran pada buret, kemudian masukkan larutan NaOH 0,1M ke buret
menggunakan gelas kimia
5. Membuka kran pada buret untuk mengepaskan larutan NaOH 0,1 M tepat pada skala 0
buret
6. Ambil 10ml larutan HCl dengan pipet volume, tuangkan dalam tabung Elemeyer
7. Teteskan larutan HCl dalam elemeyer dengan indicator PP sebanyak 2 tetes
8. Letakkan erlenmayer pada ujung bawah buret.
9. Lakukan titrasi, hingga larutan HCl berubah warna menjadi pink
10. Bila telah terjadi perubahan warna hentikan proses titrasi
11. Catatlah volume NaOH yang digunakan dengan menghitung V awal V akhir
12. Lakukan langkah 6-11 sebanyak 3 kali, dan usahakan perubahan warna sesedikit
mungkin (tepat pada ekuivalen)

*Hasil setelah proses titrasi.

V. Hasil Pengamatan
Percobaan Volume HCl (ml) Volume NaOH
(ml)
Pertama 10 15,3
Kedua 10 14,3
Ketiga 10 14,3
Rata-rata Volume NaOH 14,8
(ml)

VI. Analisa Data


-Pertanyaan :
a) Hitunglah Volume rata-rata NaOH !
b) Hitung Konsentrasi HCl !
-Jawaban :
a. Vrata-rata = (15,3 + 14,3 + 14,3) : 3 = 14,8 ml

b. V1 x M1 = V2 x M2

10 . x = . o,1

10x =

x=

Jadi konsentrasi HCl adalah M.

VII. Kesimpulan
Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu
dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH
(titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator
berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan
mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati
melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl
(asam) bisa dihitung.
Volume rata-rata NaOH untuk melakukan titrasi adalah ml.
Konsentrasi HCl yang digunakan untuk titrasi adalah M.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

I. Judul Percobaan : Menentukan kadar cuka perdagangan


II. Tujuan Percobaan : Untuk menentukan kadar cuka perdagangan
III. Hari/ tanggal Percobaan : Kamis, 28 Maret 2013
IV. Landasan Teori :
Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau konsentrasi suatu larutan
asam atau basa. Penetapan kadar suatu larutan disebut titrasi asambasa. Titrasi adalah
penambahan larutan standar (larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam
larutan lain (analyt) dengan bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen (kondisi dimana
saat analyt tepat bereaksi dengan larutan standar). Titrasi dihentikan tepat pada saat indikator
menunjukkan perubahan warna yang disebut titik akhir titrasi.
Dalam titrasi digunakan larutan yang relatif encer, maka untuk menetukan kadar asam cuka
perdagangan, cuka harus diencerkan. Jika tidak diencerkan maka akan memerlukan larutan
NaOH yang terlalu banyak sehingga tidak praktis dan tidak mempunyai ketelitian yang baik.
V. Alat dan Bahan :
1. Gelas ukur 10 ml 2 buah

2. Tabung reaksi 3 buah dan rak tabung reaksi 1 buah

3. Pipet tetes 1 buah

4. Cuka dagang

5. Larutan NaOH 1 M

6. Indikator PP (Fenolftalein)

7. Aquades

VI. Cara Kerja :


1. Membersihkan semua alat dengan air.
2. Memasukkan 1 ml cuka dagang ke dalam 3 tabung reaksi yang sudah dibersihkan.
3. Menambahkan air pada masing masing tabung reaksi hingga tingginya kurang lebih 2 cm.
4. Menambahkan indikator PP (Fenolftalein) sebanyak 2 tetes pada masing masing tabung reaksi,
lalu mengocoknya.
5. Menyiapkan 1 gelas ukur ukuran 10 ml, kemudian membilasnya dengan larutan NaOH 1M.
Setelah gelas ukur dibilas, kemudian mengisinya dengan larutan NaOH 1 M sebanyak 10 ml.
6. Meneteskan larutan NaOH pada salah satu tabung reaksi (larutan cuka) sampai warnanya tidak
hilang saat dikocok (warna merah muda).
7. Menghitung volume NaOH yang digunakan.
8. Mengulangi langkah nomor 6 dan 7 pada tabung reaksi kedua dan tabung reaksi ketiga secara
satu per satu, agar memperoleh data yang tepat.
VII. Tabel Pengamatan :
Nomor Tabung
Volume Cuka Volume NaOH 1M
Reaksi
1 1 ml 3 ml
2 1 ml 3,2 ml
3 1 ml 3,3 ml
VIII. Analisis Data :

IX. Kesimpulan :
Dari ketiga percobaan diperoleh 3 volume NaOH yaitu 3 ml, 3,2ml, dan 3,3 ml. Untuk
menentukan kadar cuka diperlukan volume NaOH yang diperoleh dari rata rata ketiga volume
NaOH, yaitu 3,2 ml. Setelah didapat rata rata volume NaOH, kita dapat menentukan Molaritas
cuka (CH3COOH) yaitu 3,2M. Dengan Molaritas cuka (CH 3COOH) kita dapat menghitung kadar
cuka yaitu sekitar 19,2%.
X. Lampiran :
fotokopi laporan sementara terlampir
Menyelidiki Kadar Cuka Makan
dan
Titrasi Asam Basa

Trayek Indikator Asam Basa

A. Tujuan

Menentukan kadar asam asetat dalam cuka makan

B. Alat dan Bahan

1. Alat : Buret, klem, statif, erlenmeyer, labu kaca 100 mL, corong kaca

2. Bahan : Aquades, cuka makan, NaOH 0,1 M, Indikator Fenolflatein.

C. Langkah Kerja

1. Masukkan 10 mL cuka kedalam labu kaca dan tambahkan aquades sampai tanda batas!
2. Ambil 20 mL cuka encer dari labu kaca dan masukkan kedalam erlenmeyer dan tambahkan 2-3 tetes
indikator fenolflatein!
3. Titrasi larutan tersebut dengan NaOH 0,1 M sampai terjadi perubahan warna merah muda yang konstan!
4. Catat volume larutan NaOH untuk titrasi dan ulangi langkah 1-3 untuk mendapatkan data pembanding
sebanyak 2 kali!

D. Hasil Kerja

V1 = 20 mL M1 = ....... ?
V2 = .....mL M2 = ....... ?
Vsampel = 10 mL M3 = ........?
Vlabu = 100 mL

V2 dari titrasi ditabelkan sebagai berikut.

Data No. V NaOH (mL) V2 NaOH (mL)


1. 6 mL V2 = V1 + V2 + V3 + V4 = ..... mL
2. 7 mL 4
3. 7 mL = 6 + 7 + 7 + 6,1 = 26,1 = 6,525 mL
4. 6,1 mL 4 4

Kadar asam asetat = ...... %

Pengenceran
Vsampel x M3 = Vlabu x M1
10mL x M3 = 100mL x M1
M3 = 0,082 M1

Titrasi
CH3COOH NaOH
V 1 x M1 x n1 = V2 x M2 x n2
20 mL x M1 x 1 = 6,525 x 0,1 M x 1
20 M1 = 0,625 M
M1 = 3,125 x 10-2

Subtitusi
M3 = 0,082 M1
= 0,082 x 3,125 x 10-2
= 2,56 x 10-3

Masa jenis cuka =1 gram / liter


Kadar asam asetat (%)
= M3 x Mr
x 10
= 3,125 x 10-2 x 60
1 x 10
= 0,1875 % atau 0,19%

E. Permasalahan

1. Bagaimanakah cara menentukan titrasi tersebut sudah mencapai titik akhir titrasi?
Saat warna indikator berubah warna
Mol asam = mol basa
-
Mol H+ = mol OH
2. Apakah tujuan dari pengenceran tersebut?
Menentukan kadar asam asetat dalam cuka

F. Kesimpulan

Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang


dibutuhkan untuk bereaksi secara tepat dengan zat yang terdapatdalam larutan
lain. Dari percobaan tersebut titrasi digunakan untuk menentukan kadar asam
asetat dalam cuka.

Titrasi Asam dan Basa

A. Tujuan

Melakukan dan memahami titrasi asam basa.

B. Alat dan Bahan

1. Alat : Buret, klem, statif, erlenmeyer

2. Bahan : HCl, NaOH 0,1 M, Indikator Universal ( pH = 1 - 14)

C. Langkah Kerja

1. Masukkan 10 mL larutan HCl ke dalam erlenmeyer dengan pipet volume 10 mL!


2. Masukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam buret sampai tanda batas atas!
3. Lakukan titrasi pada HCl, cek pH larutan HCl setiap penambahan 5 mL NaOH !

D. Hasil kerja
Volum
NaOH Total mmol mmol Volum
Volum mmol mmol [H+] [OH-]
yang Volum HCl NaOH pH HCl =
HCl (mL) HCl NaOH (mol/L) (mol/L)
ditambah larutan sisa sisa 10 mL
(mL) 10 mL
HCl 0,1 M
10 5 15 1 0,5 0,5 0,033 1,48 = 1 mmol

10 10 20 1 1 - - 1 x 10-7 1 x 10-7 7
1)
10 15 25 1 1,5 0,5 0,02 12,3 Pada

10 20 30 1 2 1 0,033 12,51

10 25 35 1 2,5 1,5 0,043 12,63


penambahan 5 mL NaOH :
n=MxV
5 mL NaOH 0,1 M = 0,5 mmol

M 1 0,5 - -
R 0,5 0,5 0,5 0,5
S 0,5 - 0,5 0,5

Sisa mol HCl = 0,5 mmol

[H+] = _____ mol HCl sisa______


Total Volume larutan
= 0,5 = 0,033
15

pH = - Log [H+]
= - Log 3,3 x 10-2
= 2 log 3,3
= 1,48

2) Pada penambahan 10 mL NaOH :


n=MxV
10 mL NaOH 0,1 M = 1 mmol
M 1 1 - -
R 1 1 1 1
S - - 1 1

Sisa mol HCl = 0 mmol

[H+] = 1 x 10-7

pH = - Log [H+]
= - Log 1x 10-7
=7

3) Pada penambahan 15 mL NaOH :


n=MxV
15 mL NaOH 0,1 M = 1,5 mmol

M 1 1,5 - -
R 1 1 1 1
S - 0,5 1 1

Sisa mol NaOH = 0,5 mmol

[OH-] = _____ mol NaOH sisa______


Total Volume larutan
= 0,5 = 0,02
25

pOH = - Log [OH-]


= - Log 2 x 10-2
= 2 log 2
= 1,7

pH = 14 pOH
= 14 1,7
= 12,3

4) Pada penambahan 20 mL NaOH :


n=MxV
20 mL NaOH 0,1 M = 2 mmol

M 1 2 - -
R 1 1 1 1
S - 1 1 1

Sisa mol NaOH = 1 mmol

[OH-] = _____ mol NaOH sisa______


Total Volume larutan
= 1 = 0,033
30

pOH = - Log [OH-]


= - Log 3,3 x 10-2
= 2 log 3,3
= 1,48

pH = 14 pOH
= 14 1,48
= 12,51

5) Pada penambahan 25 mL NaOH :


n=MxV
25 mL NaOH 0,1 M = 2,5 mmol

M 1 2,5 - -
R 1 1 1 1
S - 1,5 1 1

Sisa mol NaOH = 1,5 mmol

[OH-] = _____ mol NaOH sisa______


Total Volume larutan
= 1,5 = 0,043
35
pOH = - Log [OH-] pH = 14 - pOH
-2
= - Log 4,3 x 10 = 14 1,37
= 2 log 4,3 = 12,63
= 1,37
E. Permasalahan

1. Tentukan titik ekuivalen untuk titrasi diatas?


Seharusnya titk ekuivalen terbentuk disaat pH = 7 karena larutan tersebut adalah larutan asam kuat dan
basa lemah
2. Tentukan konsentrasi HCl dengan menggunakan rumus ?
MA x VA x nA = MB x VB x nB
MA x 10 Ml x 1 = 0,1 M x 5mL x 1
MA = 0,05 M

F. Kesimpulan

Dengan melakukan percobaan tersebut kita dapat memahami titrasi


asam basa yanag digunakan untuk mengetahui konsentrasinya.Jadi kita
dapat menghitung konsentrasi HCl dengan menggunakan konsentrasi
NaOH dengan percobaan titrasi.
Laporan Praktikum Titrasi Asam-Basa

Standar kompetensi : memahami sifat larutan asam basa,metode pengukuran dan terapannya.
Kompetensi dasar : menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dan hasil titrasi.
I. Tujuan
A.menentukan konsentrasi HCL dan larutan NaOH.
B.menentukan kadar asam asetat dan cuka dapur dengan titrasi asam basa
II. Teori
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi zat yang akan
ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan
indikator . larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan tandar. Sedangkan indikator
adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.
Berdasarkan pengertian titrasi,maka titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat
peniter (titrant) suatu larutan basa atau penentu kadar larutan basa dengan peniter (titrant) suatu larutan asam ,
dengan reaksi umum yang terjadi :
Asam + basa garam + air

Reaksi penetralan ini terjadi pada proses titrasi . titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahan warna
dari indikator .titik akhir titrasi diharapkan mendekati ekuivalen titrasi , yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat
bereaksi dengan larutan basa . dengan demikian pada keadaan tersebut (titik ekuivalen) berlaku hubungan :
Va.Ma.a = Vb.Mb.b
Va = volume asam (L)
Ma =molaritas asam
Vb=Volume basa (L)
Mb= molaritas basa
a=valensi asam b=valensi basa
Pada percobaan ini akan ditentukan konsentrasi HCL dalam molar menggunakan larutan NaOH dan indikator
fenolflatein.
titrasi Asam kuat dengan basa kuat
Titrasi larutan HCL 0,1 M oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi : HCL + NaOH NaCL + H2O

Percobaan B : penentuan kadar asam asetat dalam cuka dapur


titrasi larutan CH3COOH oleh larutan NaOH 0,1 M
Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Reaksi Ion bersih : CH3COOH + OH- H2O +CH3COO-


Dalam titrasi ini dipilih indikator PP . Pemilihan indikator tergantung pada titik setara dan titik akhir titrasi.
Indikator PP mempunyai selang pH = 8,3 10,0 , pada kondisi asam (pH < 7) , indikator PP tidak memberi
perubahan warna , sadang pada kondisi basa (pH > 7) indikator PP memberi warna merah muda.
III. Alat & Bahan
A. Alat :
Labu erlenmeyer 250 mL
Pipet volumetrik 10mL
Buret
Labu ukur
Statif & Klem
Corong kecil
Botol semprot
Pipet tetes
Kertas indikator universal
B. Bahan :
Larutan HCL 0,1 M
Larutan asam cuka
Larutan NaOH 0,1 M
Indikator PP
IV. Cara kerja
Percobaan A : titrasi asam kuat dan basa kuat
1.ambilah sebanyak 10 mL larutan HCl 0,1 M dengan pipet volumetrik lalu pindahkan ke dalam labu erlenmeyer
250 mL
2. Tambahkan sebanyak 5 tetes indikator PP ke dalam labu erlenmeyer
3. Siapkan buret , statif dan klem
4. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M tepat ke garis nol
5. Buka kran buret secara perlahan sehingga NaOH tepat mengalir ke dalam labu erlenmeyer
6. Lakukan titrasi hingga didapatkan titik akhir titrasi (pink muda) . selama penambahan NaOH goyangkan labu
erlenmeyer agar NaOH merata ke seluruh larutan . amati perubahan warna yang terjadi . Catat volume NaOH yang
dibutuhkan untuk mencapai titk akhir titrasi.
7. Ulangi langkah 1-6 sehinggan didapat 2 data titrasi .
Volume NaOH awal = 25 mL
No. Volume HCL Volume NaOH
1 10 mL 8,5 mL
2 10 mL 8,5 mL

Percobaan B : titrasi asam cuka dengan basa kuat


1.ambillah 10 mL larutan asam cuka dengan pipet volumetrik lalu pindahkan ke dalam labu erlenmeyer 100 mL
tambahkan air hingga tanda batas .
2. Pipet sebanyak 10 mL larutan tersebut ke dalam labu erlenmeyer 125 mL tambahkan 5 tetes larutan indikator PP
3.Lakukan titrasi sehingga didapat titik akhir titrasi . catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik
akhir titrasi.
4. Ulangi langkah 2 dan 3 hingga diperoleh 2 data titrasi.
Volume NaOH awal = 25 mL
No. Volume Asam Cuka Volume NaOH
1 10 mL 2.1 mL
2 10 mL 1,3 mL

VI. Pertanyaan ;
1.bagaimana perbedaan titrasi A dan B ditinjau dari pH titik ekuivalennya ?
bahwa asam cuka lebih cepat berubah daripada HCL
2.hitunglah konsentrasi larutan HCL dengan data percobaan A ?
Va.Ma.a=Vb.Mb.b
10.x.1=8,5.0,1.1
x= 0,85 / 10 = 0,085 M
3.hitunglah konsentrasi asam cuka dengan data percobaan B ?
Va.Ma.a=fp.Vb.Mb.b
10.x.1=10.0,1.1.1,7
x= 1,7 / 10 = 0,17 M
4.mengapa pada setiap titrasi asam basa diperlukan indikator ?
untuk mengetahui titik ekuivalen dengan ditandai perubahan warna.
5.buatlah skema grafik pH larutan terhadap volume larutan NaOH !
TEORI
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah diketahaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya diletakan di dalam
Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya
diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan
basa dan sebaliknya.
Penambahan larutan standar di lakukan sampai mencapai titik ekivalen, yakni titik di mana
asam dan basa habis bereaksi. Titik ekivalen dapat di tentukan dengan menggunakan suatu indikator
yang harus berubah warna di sekitar titik tersebut. Titik di mana perubahan warna indikator terjadi di
sebut titik akhir titrasi.
RUMUSAN MASALAH
Berapakah konsentrasi dari larutan asam cuka(CH 3COOH)?
TUJUAN
Untuk mengetahui konsentrasi dari asam cuka

MANFAAT
1. agar mudah mengerti dan memahami materi mengenai Titrasi Asam Basa.
2. untuk mengetahui kemolaran dari CH3COOH.

PEMBAHASAN
a. Prosedur kerja
1. Alat dan Bahan
Larutan Asam Cuka(CH3COOH) 50 ml
Larutan NaOH 50 ml
Indikator
Pipet Gondok 1 buah
Erlenmeyer 2 buah
Gelas Kimia 1 buah
Buret 1 buah
2. Langkah-langkah Kerja
Asam cuka sebanyak 50 ml di ambil dengan menggunakan erlenmenyer
Asam cuka sebanyak 10 ml diambil dari erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok. Lalu di
beri indikator sebanyak 10 tetes
Di tuangkan ke dalam erlenmenyer
NaOH sebanyak 50 ml di ambil dengan menggunakan gelas kimia, di tuangakn ke dalam Buret
3. Melakukan Titrasi
Erlenmenyer yang telah berisi larutan asam cuka dan indikator di letakkan di bawah Buret
Volum awal ( V awal ) Buret di catat
Dilakukan titrasi sesuai prosedur sampai titik akhir titrasi di capai ( indikator berubah warna
menjadi merah jambu ).
Volum akhir ( V akhir ) Buret di baca dan di catat
Kemolaran larutan asam cuka di tentukan.

b. Hasil Eksperimen
Dari eksperimen tersebut maka akan dapat diketahui berap konsentrasi Asam Cuka (CH 3COOH) agar
mencapai titik akhir titrasi bila diketahui :
VCH COOH = 10 ml
3

a =1
VNaOH = Vakhir - Vawal
= 26,7 20
= 6,7 ml
MNaOH = 0,1 M
b =1
Jawaban
a x VCH COOH x MCH COOH = b x VNaOH x MNaOH
3 3

1 x 10 x MCH COOH = 1 x 6,7 x 0,1


3

10 MCH COOH
3 = 0,67
MCH COOH
3 = 0,67 : 10
MCH COOH
3 = 0,067
= 6,7 x 10-2

Jadi Konsentrasi CH3COOH adalah 6,7 x 10-2


c. Pembahasan
Berdasarkan eksperimen yang telah kami lakukan, kami mendapatkan volume awal dari
NaOH yaitu 20 ml dan volume akhir NaOH yaitu 26,7 ml sehingga volume dari NaOH adalah
6,7 ml. Dari eksperimen tersebut kami mendapatkan hasil bahwa kemolaran/konsentrasi dari
asam cuka(CH3COOH) adalah sebesar 6,7 X 10-2 M.

DAFTAR PUSTAKA
o http://belajarkimia.com/2008/04/titrasi-asam-basa
o Johari, J. M. C. dan M. Rachmawati. 2009. Kimia SMA dan MA(Untuk Kelas XI).
Jakarta:Erlangga.
o http://ambarmetawati.wordpress.com/2010/03/29/titrasi-asam-basa/
LAPORAN TITRASI ASAM - BASA (SEDERHANA)
I. Tujuan

Untuk menentukan konsentrasi/kadar suatu larutan asam atau basa..

II. Dasar Teori

Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan
dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik
analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang
terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi
yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui
perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.

Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi
yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya sudah diketahui
disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan
disertai perubahan warna indikatornya. Titk akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna
indicator.

III. Alat dan Bahan

1. Statif dan klem

2. Buret

3. Gelas/labu Erlenmeyer 100ml (3buah)

4. Gelas kimia 250ml (2buah)

5. Pipet tetes

6. Corong
7. Gelas/silinder ukur

8. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi

9. Larutan NaOH 0,1M

10. Larutan HCl yang akan ditentukan konsentrasinya

11. Indicator phenolphthalein (PP)

IV. Cara Kerja

1. Masukkan 10ml larutan HCl ke dalam gelas Erlenmeyer dan tambahkan 3 tetes indicator PP.

2. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1M melalui buret yang sudah disiapkan tetes demi tetes.

3. Titrasi dihentikan setelah tercapai titik ekuivalen, dimana larutan yang berada di dalam gelas
Erlenmeyer berwarna merah muda.

4. Catat volume NaOH 0,1M yang digunakan (baca skala volume pada buret)

5. Ulangi percobaan ini sebanyak 3 kali.

V. Hasil Pengamatan

Titrasi ke 1 volume NaOH 0,1M yang digunakan 13.8ml

Titrasi ke 2 volume NaOH 0,1M yang digunakan 14,4ml

Titrasi ke 2 volume NaOH 0,1M yang digunakan 14,6ml

VI. Pembahasan
1. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan
warna indikatornya.

HCl + NaOH -> NaCl + H2O

Volume rata-rata =(13,8=14,4+14,6) : 3= 14,4ml

Mol= 0,1 X 14,4= 1,44mol

Konsentrasi HCl.

M= 1,44 : 10= 0,144M

H2SO4 + 2NaOH -> Na2SO4 + 2H2O

(50ml NaOH 0,1M)

Mol NaOH= 0,1 X 0,05= 0,005mol

Mol H2SO4 = 1/2 X 0,005= 0,0025mol

Konsentrasi 50ml H2SO4

M= 0,0025 : 0,05= 0,05M

Kegunaan indicator PP adalah untuk menentukan titik ekuivalen.

VII. Kesimpulan

Jadi konsentrasi Hcl ynag digunakan pada percobaan ini dalah 0,144M

DAFTAR PUSTAKA
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 1. Jakarta: Airlangga
Susilowati, Endang., Theory and Application of Chemistry, Bilingual, Jakarta.

http://worldofanimeducation.blogspot.com/

http://belajarkimia.com/2008/04/titrasi-asam-basa/

http://warrentaperoti.blogspot.com/2011/04/praktikum-titrasi-asam-basa.html

Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi


merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui
agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis
atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat
yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai titran dan
biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer, sedangkan zat
yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer atau
titrat dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer
maupun titran biasanya berupa larutan.

Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat


di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi
asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa atau aside
alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
(Pada site ini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).

PRINSIP TITRASI ASAM BASA


Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan
titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen
( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi)
yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator.
Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen, yaitu titik dimana
konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik
dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah
asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati
titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut
juga sebagai titik ekuivalen.

Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan,


kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk mencapai
keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi
titran tersebut.

Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi).


Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa
kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida
(HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)

contoh lain yaitu:

NaOH(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4 (aq) + H2O(l)

Gambar set alat titrasi

CARA MENGETAHUI TITIK EKUIVALEN


Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi
asam basa, antara lain:

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama


titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan
volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari
kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.

2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua


hingga tiga tetes (sedikit mungkin) pada titran sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator
yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.

Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan


dalam pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan
sangat praktis, walaupun tidak seakurat dengan pH meter.
Gambar berikut merupakan perubahan warna yang terjadi
jika menggunakan indikator fenolftalein.

Sebelum mencapai titik ekuivalen Setelah mencapai titik


ekuivalen

RUMUS UMUM TITRASI


Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama
dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai
berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa


Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N)
dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:

N asam x V asam = N asam x V basa


Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M)
dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa,
sehingga rumus diatas menjadi:

(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa


Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)

INDIKATOR ASAM BASA


TABEL DAFTAR INDIKATOR ASAM BASA

NAMA pH RANGE WARNA TIPE(SIFAT)


Biru timol 1,2-2,8 merah kuning asam
Kuning metil 2,9-4,0 merah kuning basa
Jingga metil 3,1 4,4 merah jingga basa
Hijau bromkresol 3,8-5,4 kuning biru asam
Merah metil 4,2-6,3 merah kuning basa
Ungu bromkresol 5,2-6,8 kuning ungu asam
Biru bromtimol 6,2-7,6 kuning biru asam
Merah fenol 6,8-8,4 kuning merah asam
Ungu kresol 7,9-9,2 kuning ungu asam
Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. merah asam
Timolftalein 9,3-10,5 t.b. biru asam
Kuning alizarin 10,0-12,0 kuning ungu basa

Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu


indikator fenolftalein. Tabel berikut ini merupakan karakteristik
dari indikator fenolftalein.

pH <0 08.2 8.212.0

Kondisi Sangat asam Asam atau mendekati netral Basa S

Warna Jingga Tidak berwarna pink keunguan Ti

Gambar

Anda mungkin juga menyukai