Anda di halaman 1dari 11

PATTERN DALAM PALEONTOLOGI : PALEOSEN EOSEN

THERMAL MAKSIMUM (PETM)

Ariyandi Purnama, 270110130084


Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjajaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21,
Jatinangor, 45363, Jawa Barat
Email : ariyandipurnama95@gmail.com

ABSTRAK
Paleosen-Eosen Thermal Maximum (PETM) adalah salah satu kejadian paling intens terhadap
pemanasan global dalam catatan geologi. Penjelasan yang paling mungkin tentang kenaikan
suhu adalah rilis massa metana dari sedimen di dasar laut, di mana gas itu didapatkan, seperti
sekarang, dalam bentuk padat sebagai metana hidrat. Setelah di atmosfer, metana akan cepat
teroksidasi menjadi karbon dioksida. Kemungkinan lain adalah dekomposisi bahan organik
dalam terestrial setting, atau pelepasan metana dan karbon dioksida dari batuan yang
terendapkan selama adanya kejadian vulkanik. Dari kejadian PETM ini, masih terdapat beberapa
makhluk hidup yang bertahan dengan kondisi dan iklim pada saat PETM. Seperti diantaranya
mikroorganisme laut yang memiliki catatan jejak pada cysts Dinoflagellata, serangga yang
meninggalkan jejak berupa lubang atau terlihat dari fosil daun untuk menggambarkan bagaimana
cara makan serangga tersebut dan kisaran jumlah spesiesnya, serta tumbuhan yang mengalami
migrasi dan dapat diidentifikasi dari polennya. Semua fakta tersebut didapatkan dari hasil jejak-
jejak yang ada hingga sekarang baik berupa fosil maupun keadaan suatu lingkungan saat ini.

Kata Kunci : PETM, Mikroorganisme laut, Serangga, Fosil Daun, Tumbuhan, Polen

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 1


I. PENDAHULUAN daerah tropis yang hangat dan subtropis,
dapat hidup dalam Arktik Circle selama
1.1 Latar Belakang masa Eosen awal. Iklim di daerah selatan
Amerika Utara (di lintang utara ~ 30 N)
Paleosen-Eosen Thermal Maximum
memiliki iklim kira-kira tropis, dengan suhu
(PETM) adalah salah satu kejadian paling
tinggi dan banyak curah hujan, dan memiliki
intens terhadap pemanasan global dalam
perbedaan musiman kecil antara musim
catatan geologi. Kejadian ini terjadi sekitar
panas dan musim dingin. Tahap pemanasan
56 juta tahun yang lalu, di batas antara masa
global ini telah dimulai pada zaman Kapur,
Paleosen dan Eosen. Pemanasan global ini
kemudian memuncak pada awal Eosen, dan
telah berkaitan dengan peningkatan yang
terus berlangsung hingga akhir Eosen, ketika
sangat cepat dalam konsentrasi gas rumah
suhu global turun dan lapisan es terbentuk di
kaca di atmosfer bumi, yang menyebabkan
atas Antartika. Dengan periode Paleogen
kondisi panas dan menaikkan suhu global
awal, penataan benua cukup mirip dengan
lebih dari 5 C dalam beberapa ribu tahun
sekarang, meskipun Samudera Atlantik tidak
lalu. Catatan fosil juga memberikan kita
selebar sekarang, dan India baru saja mulai
sarana untuk memahami bagaimana keadaan
berbenturan dengan Asia.
kehidupan dahulu ketika dipengaruhi oleh
PETM, sehingga memberikan kesempatan PETM terjadi sekitar 10 juta tahun
yang baik untuk mempelajari hubungan setelah kepunahan massal pada akhir zaman
antara evolusi, kepunahan, migrasi dan Kapur. Kejadian ini mengakibatkan
perubahan iklim. kepunahan dinosaurus, pterosaurus, Amon
dan belemnites, serta banyak kelompok
Awal masa Paleogen:
burung, bivalvia, Brachiopoda, reptil laut,
Pada saat PETM, dunia sudah jauh tanaman dan organisme planktonik.
lebih hangat daripada sekarang ini. Bagian Lingkungan di mana PETM berlangsung itu
Lintang dan daerah kutub yang lebih sedikit sangat berbeda dengan yang ada pada zaman
memiliki lingkungan es, dapat dihuni oleh Kapur, dan banyak kelompok modern
kumpulan beragam tanaman dan hewan. tanaman dan hewan diversifikasi pada saat
Buaya, yang saat ini hanya ditemukan di ini.

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 2


Gambar 1. Posisi dari lempeng-lempeng pada saat masa Eosen awal

1.2 Tujuan sangat cepat dalam konsentrasi gas rumah


kaca di atmosfer bumi, yang menyebabkan
Pembuatan tulisan ini bertujuan
kondisi panas dan menaikkan suhu global
untuk mengetahui pengaruh karakteristik
lebih dari 5 C dalam beberapa ribu tahun
geologi, keadaan makhluk hidup, dan
lalu. Catatan fosil juga memberikan kita
kejadian yang terjadi selama masa Paleosen
sarana untuk memahami bagaimana keadaan
Eosen Thermal Maksimum terhadap
kehidupan dahulu ketika dipengaruhi oleh
hubungan antara evolusi, kepunahan,
PETM, sehingga memberikan kesempatan
migrasi dan perubahan iklim hingga
yang baik untuk mempelajari hubungan
sekarang (Neogen).
antara evolusi, kepunahan, migrasi dan
perubahan iklim.

II. TINJAUAN PUSTAKA Informasi yang didapat tentang


beberapa iklim pada masa lalu kebanyakan
Paleosen-Eosen Thermal Maximum berasal dari komposisi sedimen dan kerang
(PETM) adalah salah satu kejadian paling dari organisme laut, dimana dilakukan
intens terhadap pemanasan global dalam pengambilan sampel bahan kimia dari air
catatan geologi. Kejadian ini terjadi sekitar laut ketika terjadi pembentukan. Karena
56 juta tahun yang lalu, di batas antara masa sebagian dari kimia air laut dikendalikan
Paleosen dan Eosen. Pemanasan global ini oleh suhu, sedimen dan beberapa fosil
telah berkaitan dengan peningkatan yang kerang memberikan petunjuk resistensi dari

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 3


suhu di mana mereka terbentuk. Jejak ini padat sebagai metana hidrat. Setelah di
seperti memberitahu kita bahwa selama atmosfer, metana akan cepat teroksidasi
PETM, suhu meningkat pesat selama sekitar menjadi karbon dioksida. Kemungkinan lain
6.000 tahun, dan kemudian secara bertahap adalah dekomposisi bahan organik dalam
mengalami pendinginan selama 150,000- terestrial setting, atau pelepasan metana dan
200,000 tahun ke depan. Pemanasan itu karbon dioksida dari batuan yang
tidak seragam di seluruh dunia: suhu terendapkan selama adanya kejadian
permukaan laut meningkat ~ 6 C di high vulkanik. Apapun penyebabnya, yang jelas
latitudes dan ~ 4 C di low latitudes, dan sekitar 2.000 gigaton karbon diperkirakan
suhu air dalam meningkat ~ 8 C di high telah memasuki atmosfer dan lautan pada
latitudes dan ~ 6 C pada low latitudes. Di saat yang sama selama PETM. Konsentrasi
darat, suhu meningkat ~ 5 C di middle atmosfer karbon dioksida secara bertahap
latitudes dan ~ 3 C di dekat khatulistiwa. kembali ke tingkat stabil level di atas skala
Bukti untuk perubahan curah hujan sangat waktu yang sama dengan suhu global.
beragam: beberapa studi menunjukkan iklim
mengalami pengeringan selama puncak III. METODOLOGI
kehangatan PETM, sedangkan yang lain
menunjukkan bahwa curah hujan meningkat.
Metode yang dilakukan dalam
Hal ini mungkin menunjukkan bahwa
melakukan pembuatan tulisan ini berupa
dampak pemanasan global pada pola curah
analisis data sekunder. Dimana data-data
hujan yang terlokalisasi, dengan berbagai
tersebut didapat dari beberapa paper
daerah menunjukkan berbagai efek.
diantaranya : 1. Aradhna Tripati and Henry
Informasi yang didapatkan tentang
Elderfield, Deep-Sea Temperature and
gambaran-gambaran bagaimana iklim
Circulation Changes at the Paleocene-
berubah di seluruh PETM telah dirangkum
Eocene Thermal Maximum; 2. Hassan
dengan baik, akan tetapi asal-usul dari gas
Khozyem at al, Paleoenvironmental and
rumah kaca yang menyebabkan fenomena
Climatic Changes During the Palaeocene-
ini kurang jelas. Penjelasan yang paling
Eocene Thermal Maximum (PETM) at the
mungkin adalah rilis massa metana dari
Wadi Nukhul Section, Sinai, Egypt; 3.
sedimen di dasar laut, di mana gas itu
Enviromental Changes During the
didapatkan, seperti sekarang, dalam bentuk
Paleocene-Eocene Thermal Maximum in

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 4


Spitsbergen as reflected by benthic mereka sendiri melalui lautan menggunakan
foraminifera. Serta data-data dalam tonjolan seperti cambuk yang disebut
penulisan ini juga didapat dari berbagai flagella (dinoflagellata, dinos artinya
halaman internet. Sehingga dari data-data berputar dan flagell artinya cambuk).
tersebut, dapat dirangkum dan Beberapa spesies membentuk kapsul
dikembangkan menjadi suatu tulisan yang pelindung yang disebut resting cysts, di
mencakup semua aspek data pada mana organisme dapat tetap aktif sepanjang
pembahasan tulisan ini. musim dingin. Cysts inilah yang dapat
terawetkan dan digunakan sebagai catatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN fosil dinoflagellata. Dalam kelompok ini,
genus Apectodinium menjadi dominan
selama PETM, dan memperluas jangkauan
Dari kejadian PETM ini, masih
dari subtropis yang hangat untuk menutupi
terdapat beberapa makhluk hidup yang
sebagian besar dunia. Hal ini mungkin
bertahan dengan kondisi dan iklim pada saat
dikarenakan high latitudes memiliki suhu
PETM. Seperti diantaranya mikroorganisme
lebih hangat memungkinkan Apectodinium
laut, mamalia, serangga, serta tumbuhan
menyebar lebih jauh dari khatulistiwa, atau
yang dimana fakta tersebut didapatkan dari
mungkin hasil dari peningkatan influxes
hasil jejak-jejak yang ada hingga sekarang
nutrisi ke dalam lautan.
baik berupa fosil maupun keadaan suatu
Coccolithophores lebih kecil dari
lingkungan saat ini.
dinoflagellata, memiliki ukuran dengan
diameter 0,0025-0,03 mm. Mereka
Mikroorganisme laut
terlindungi atau tertutup dalam penutup
Beberapa kelompok organisme
berupa kalsium karbonat yang disebut
planktonik bersel tunggal, yang semuanya
coccoliths, yang jatuh ke dasar laut ketika
umum di lautan saat ini, sangat dipengaruhi
organisme mati. Coccoliths dapat
oleh PETM. Dinoflagellata adalah
terakumulasi dengan baik seperti
mikroorganisme primitif yang memiliki
membentuk suatu batuan, dan mereka adalah
karakteristik dari kedua sel tumbuhan dan
sumber utama kapur, yang membentuk
hewan. Mereka biasanya memiliki ukuran
White Cliffs of Dover. Beberapa spesies
diameternya 0,02-0,15 milimeter, dan
mereka bergerak atau mendorong diri

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 5


coccolithophore punah selama PETM, dan muncul dalam interval ini. Namun,
sejumlah spesies baru muncul. foraminifera yang hidup di dasar laut
Foraminifera tersebar luas dan (bentik) mengalami peristiwa kepunahan
melimpah di lautan modern, dan dapat hidup besar, dengan 30-50% dari spesies punah
dengan baik di air permukaan dan dasar laut. selama PETM. Hal ini mungkin merupakan
Foraminifera planktonik biasanya memiliki akibat dari pemanasan cepat dari air laut-
ukuran kurang dari 0,1 mm. Mereka bawah permukaan, dan penurunan
membentuk suatu diversifikasi selama konsentrasi oksigen terlarut di sana.
PETM, dengan beberapa spesies baru yang

Gambar 2. Dinoflagellata Apectodinium dimana genus ini sangatlah dominan pada saat PETM

Serangga hewan, perilaku serta habitat. Jejak fosil


Serangga tidak memiliki suatu serangga bergerak melalui tanah telah
kerangka atau cangkang, sehingga mereka ditemukan di Bighorn Basin dari Wyoming.
memiliki catatan fosil yang relatif sedikit. Jejak lubang yang ditemukan pada saat
Namun, terdapat bukti langsung tentang PETM lebih sempit daripada lubang yang
bagaimana PETM mempengaruhi serangga ditemukan sebelum atau sesudah PETM,
di terestrial. Jejak fosil, yang meliputi yang menunjukkan bahwa serangga tersebut
sarang, trek, jalan dan lubang yang dibuat memiliki ukuran yang lebih kecil selama
saat berkembang biak, biasanya dapat PETM.
terawetkan dalam sedimen, dan hal ini dapat
memberikan informasi tentang ukuran

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 6


Fosil daun menunjukkan catatan kerusakan pada daun (hasil dari cara makan
cara bagaimana serangga herbivora makan serangga) meningkat selama PETM. Hal ini
dalam bentuk lubang atau jejak pada daun. sesuai dengan konsentrasi karbon dioksida
Beberapa serangga akan merusak daun yang lebih tinggi mengurangi kualitas gizi
dengan cara yang berbeda selama makan, dari bahan tanaman dan merangsang
sehingga dapat memberikan perkiraan peningkatan makan. Suhu yang lebih tinggi
jumlah dan jenis spesies serangga ini. Fosil mungkin juga telah meningkatkan ukuran
daun dari Wyoming menunjukkan bahwa populasi serangga.
baik jumlah keseluruhan dan jumlah jenis

Gambar 3. Fosil daun pada masa Paleosen akhir menunjukkan cara makan serangga
mengakibatkan kerusakan seperti lubang.

Tumbuhan Pemanasan global dari high latitudes selama


Tanaman sangat jarang dapat berupa PETM menegaskan tentang migrasi ini,
fosil utuh, dan sebagian besar informasi dengan kemungkinan spesies tanaman yang
yang didapat saat PETM berasal dari fosil dapat beradaptasi terhadap iklim hangat
daun dan polen. Jejak rekaman lengkap dari untuk memperluas cakupan mereka
Bighorn Basin, Wyoming menunjukkan melewati iklim hangat pada low latitudes.
bahwa beberapa spesies baru bermigrasi ke Catatan untuk polen dari Mississippi dan
wilayah ini selama PETM, baik dari Eropa Alabama di Teluk Meksiko AS
maupun dari selatan Amerika Utara. menunjukkan bahwa daerah ini adalah

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 7


sumber dari beberapa spesies tanaman yang beberapa spesies baru tanaman muncul
bermigrasi ke utara Wyoming selama selama PETM dan awal Eosen. Banyak dari
PETM. Beberapa spesies dari Eropa juga spesies yang hadir selama Paleosen bertahan
bermigrasi ke selatan Amerika Utara. melalui PETM sampai ke Eosen, dan hanya
Komunitas tanaman dari Gulf Coast AS juga sedikit dari kepunahan berlangsung. Oleh
mengalami peristiwa kepunahan, dengan karena itu, tidak hanya bertahan pada iklim
sekitar 20% dari jenis polen menghilang hangat PETM, tetapi tampaknya telah
pada batas Paleosen-Eosen. berkembang di dalamnya, dengan
terlihatnya peningkatan spesies dan
Di daerah tropis dari Kolombia,
sedikitnya kepunahan sehingga
catatan untuk polen menunjukkan bahwa
meningkatkan jumlah spesies tanaman ini.

Gambar 4. Polen dan spora yang berasal dari Mississipi dan Alabama, Amerika Serikat.
Dimana menunjukkan tipe-tipe tumbuhan yang telah punah (1-8) atau awal kemunculan (9-16)
pada batas Paleosen-Eosen. 1, Holkopollenites chemardensis; 2, Lanagiopollis cribellata; 3,
Retitrescolpites anguloluminosus; 4, Insulapollenites rugulatus; 5, Spinaepollis spinosus; 6,
Momipites strictus; 7, Trudopollis plenus; 8, Lanagiopollis lihoka; 9, Granulatisporites
luteticus; 10, Brosipollis striata; 11, Dicolpopollis sp.; 12, Intratriporopollenites instructus; 13,
Symplocos contracta; 14, Celtis tschudyi; 15, Interpollis microsupplingensis; 16, Platycarya
platycaryoides.

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 8


V. KESIMPULAN kedua sel tumbuhan dan hewan. Cysts
(dinding pelindung) dapat terawetkan dan

Paleosen-Eosen Thermal Maximum digunakan sebagai catatan fosil

(PETM) adalah salah satu kejadian paling dinoflagellata. Dalam kelompok ini, genus

intens terhadap pemanasan global dalam Apectodinium menjadi dominan selama

catatan geologi. Penjelasan yang paling PETM, dan memperluas jangkauan dari

mungkin tentang kenaikan suhu adalah subtropis yang hangat untuk menutupi

rilis massa metana dari sedimen di dasar sebagian besar dunia. Coccolithophores

laut, di mana gas itu didapatkan, seperti lebih kecil dari dinoflagellata. Beberapa

sekarang, dalam bentuk padat sebagai spesies coccolithophore punah selama

metana hidrat. Setelah di atmosfer, metana PETM, dan sejumlah spesies baru muncul.

akan cepat teroksidasi menjadi karbon Foraminifera tersebar luas dan melimpah di

dioksida. Kemungkinan lain adalah lautan modern, dan dapat hidup dengan baik

dekomposisi bahan organik dalam di air permukaan dan dasar laut Namun,

terestrial setting, atau pelepasan metana foraminifera yang hidup di dasar laut

dan karbon dioksida dari batuan yang (bentik) mengalami peristiwa kepunahan

terendapkan selama adanya kejadian besar, dengan 30-50% dari spesies punah

vulkanik. selama PETM. Hal ini mungkin merupakan


akibat dari pemanasan cepat dari air laut-
Dari kejadian PETM ini, masih
bawah permukaan, dan penurunan
terdapat beberapa makhluk hidup yang
konsentrasi oksigen terlarut di sana.
bertahan dengan kondisi dan iklim pada saat
Serangga tidak memiliki suatu
PETM. Seperti diantaranya mikroorganisme
kerangka atau cangkang, sehingga mereka
laut, mamalia, serangga, serta tumbuhan
memiliki catatan fosil yang relatif sedikit.
yang dimana fakta tersebut didapatkan dari
Jejak fosil, yang meliputi sarang, trek, jalan
hasil jejak-jejak yang ada hingga sekarang
dan lubang yang dibuat saat berkembang
baik berupa fosil maupun keadaan suatu
biak, biasanya dapat terawetkan dalam
lingkungan saat ini.
sedimen, dan hal ini dapat memberikan
Mikroorganisme laut
informasi tentang ukuran hewan, perilaku
Dinoflagellata adalah mikroorganisme
serta habitat. Fosil daun menunjukkan
primitif yang memiliki karakteristik dari
catatan cara bagaimana serangga herbivora

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 9


makan dalam bentuk lubang atau jejak pada Nagy, Jen at al. 2013. Enviromental
daun. Beberapa serangga akan merusak daun Changes During The Paleocene-
Eocene Thermal Maximum in
dengan cara yang berbeda selama makan,
Spitsbergen as Reflected by Benthic
sehingga dapat memberikan perkiraan Foraminifera. Department of
jumlah dan jenis spesies serangga ini. Geosciences, University of Oslo,
P.O. Box 1047, Blindern, NO-0316
Tanaman sangat jarang dapat berupa
Oslo, Norway
fosil utuh, dan sebagian besar informasi
Tripati, Aradhna and Elderfield, Henry.
yang didapat saat PETM berasal dari fosil
2005. Deep Sea Temperature and
daun dan polen. Di daerah tropis dari Circulation Changes at the
Kolombia, catatan untuk polen Paleocene-Eocene Thermal
Maximum. Department of Earth
menunjukkan bahwa beberapa spesies baru
Sciences, University of Cambridge.
tanaman muncul selama PETM dan awal
Khozyem, Hassan. et al. 2013.
Eosen. Oleh karena itu, tidak hanya bertahan
Paleoenvironmental and Climatic
pada iklim hangat PETM, tetapi tampaknya Changes During the Palaeocene-
telah berkembang di dalamnya, dengan Eocene Thermal Maximum (PETM)
terlihatnya peningkatan spesies dan at the Wadi Nukhul Section, Sinai,
Egypt. Department of Geology,
sedikitnya kepunahan sehingga Aswan University.
meningkatkan jumlah spesies tanaman ini.
http://www.palaeontologyonline.com/article
s/2011/the-paleocene-eocene-thermal-
maximum/ (diakses tanggal 3 Oktober 2016
Daftar Pustaka jam 21:00 WIB)

Pattern dalam Paleontologi : Paleosen-Eosen Thermal Maksimum 10

Anda mungkin juga menyukai