Anda di halaman 1dari 24

DOC V.2.

Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia:

Energi Listrik Terdistribusi dan


Partisipasi Masyarakat
Raymond Simanjorang
Februari 2016

Optimalisasi teknologi fotovoltaik (Pembangkit Listrik Tenaga Surya, PLTS)


dengan implementasi pembangkitan/penyimpanan terdistribusi
untuk solusi ketahanan energi listrik Indonesia.
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Kondisi Kelistrikan (2 November 2015) 3 Normal, 11 Siaga, dan 9 Defisit


Batam Tj. Pinang Kalbar Kaltimra Sulutgo Kendari Ternate Sorong
284 MW 52 MW 357 MW 490 MW 293 MW 70 MW 92 MW 137 MW
1,62% 16,86 % -8,40% 0,30% -16,43% -21,75% 10,37% 16,27%

Palu
100 MW
Bangka 2,90%
Aceh-Sumut Jayapura
126 MW
1,852 MW 12,95% 69 MW
-6,42% 2,25%

Sumbar-Riau-Jambi
1,284 MW Kalselteng
-7,19% 547 MW
-12,74% Sulselbar
928 MW NTT Ambon
Sumbagsel 5,26% 87 MW 52 MW
1,681 MW 10,04% 29,37%
-7,60%
Belitung
35 MW
-9,86% Jawa-Bali Lombok Bima Sumbawa Kupang
24,066 MW 208 MW 75 MW 55 MW
0,24% -10,87% 9,89% 0,49%

Total Sistem Kapasitas Pembangkit Konsumsi Produksi UU 30/2007 tentang Energi, Pasal 6 ayat (2):
23 Sistem 53.585 MW*) 199 TWh 228 TWh Secara definisi sudah dapat mendeklarasikan KRISIS.

Normal = Cadangan > 20%; Siaga = Cadangan < 1 Unit Tebesar; Defisit = Pemadaman Sebagian

Sumber: Paparan Menteri ESDM, Bandung 3 Agustus 2015 dan Staf Ahli Menteri ESDM, Solo 9 November 2015
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Tingginya Pertumbuhan Permintaan Listrik

Proyeksi Permintaan Listrik 8.4% per tahun

Sumatera (TWh) Indonesia Timur (TWh)


828
659
528 571
427 478
400
312 347 331
226 258

2015 2016 2018 2020 2022 2024 2015 2016 2018 2020 2022 2024

Produksi Total Indonesia (TWh)


Jawa-Bali (TWh) Asumsi Produksi

2,786
3,244
253
Permintaan Total (TWh)

276 299 327 359 394 429 467 507 550


jika pembangunan
pembangkit tidak
2,395 427 464
2,071 392


361
1,654 1,783
219 239 260 283 307 332 ada kendala dan
sesuai jadwal.
2015 2016 2018 2020 2022 2024 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Sumber: RUPTL PT PLN 2015 - 2024


Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Mengejar Permintaan Dengan Pembangkit Tersentralisasi

Rencana Kapasitas Pembangkit, Transmisi, Gardu Induk dan Perkiraan Pendanaan


Sumatera Juta USD Kalimantan Juta USD Maluku - Papua Juta USD

11,327 MW 76 Pembangkit 14,282 2,852 MW 40 Pembangkit 4,000 739 MW 43 Pembangkit 992


19,305 kms 210 Transmisi 3,840 7,883 kms 68 Transmisi 1,122 1,017 kms 15 Transmisi 148
32,406 MVA 398 Gardu Induk 2,475 3,910 MVA 115 Gardu Induk 324 770 MVA 25 Gardu Induk 61

Jawa - Bali Juta USD Sulawesi - Nusra Juta USD

23,863 MW 49 Pembangkit 28,955 4,159 MW 83 Pembangkit 5,434


11,185 kms 349 Transmisi 4,615 7,207 kms 90 Transmisi 1,169
66,083 MVA 672 Gardu Induk 5,114 5,620 MVA 165 Gardu Induk 412

INDONESIA Juta USD


Pembangkit tersentralisasi membutuhkan infrastruktur


42,940 MW 291 Pembangkit 53,663 penyaluran berupa jaringan transmisi dan gardu induk:
46,597 kms 732 Transmisi 10,894 Pembangunan baru / peningkatan kapasitas yang ada
108,789 MVA 1,375 Gardu Induk 8,386 Biaya investasi + operasional dan pemeliharaan
Rugi-rugi energi pada jaringan transmisi
Total 72,943

Sumber: Paparan Menteri ESDM, Bandung 3 Agustus 2015 dan Staf Ahli Menteri ESDM, Solo 9 November 2015
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Rasio Elektrifikasi Indonesia dan ASEAN

Rasio Elektrifikasi 2014 84,35%


Kepri Kalbar Kalteng Kaltara Gorontalo Provinsi lain
74,06% 79,77% 67,23% 68,64% 74,65% Provinsi lain <70%
> 80%

Papua Barat Papua


Sulteng 77,81% 43,46%
Sumsel 75,58%
76,38%
Sultra
66,78%
Sulbar
74,11%

NTB NTT
Rasio Elektrifikasi 68,05% 58,91%
Thailand Vietnam Filipina
100% 97,6% 89,7%
Negara ASEAN

Malaysia Singapura
100% 100%

?
Brunei Definisi rasio elektrifikasi di Indonesia:
100%
Perbandingan antara jumlah rumah tangga yang
teraliri listrik vs total jumlah rumah tangga
Tidak jelas menjelaskan konsumsi energi per
Indonesia kapita (penekanan pada penerangan saja).
84,35%

Sumber : Kementerian ESDM


Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Alur Pikir Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia (1)

Tantangan Hambatan Solusi Saat Ini


Pertumbuhan permintaan yang tinggi Permasalahan lahan dan perijinan pembangunan
disertai dengan peningkatan kualitas layanan pembangkit besar serta jalur transmisi.
pemadaman dll. Sumber energi primer yang kurang ramah
Persiapan jangka panjang menghadapi lingkungan dan rentan dengan kondisi alam.
berkurangnya energi primer bauran Kurang siap menghadapi situasi krisis non teknis.
energi.
Pencapaian elektrifikasi mahal dan tidak tepat
Elektrifikasi daerah yang belum merasakan dalam penerapan teknologi serta tidak mampu
listrik keadilan pembangunan. mendorong aktivitas ekonomi lokal.

#
Solusi Saat Ini
Membangun pembangkit kapasitas besar yang tersentralisasi: Elektrifikasi daerah terpencil/terisolir:
o Butuh peningkatan kapasitas / pembangunan baru infrastruktur o Mendorong penggunaan PLTS
transmisi mahal dan rugi-rugi jaringan transmisi. Biaya mahal karena butuh penyimpanan baterai (yang
o Lebih mengutamakan energi primer berbasis fosil (batubara ) terpusat) untuk operasi malam hari Penggunaan
terbatas dan tidak ramah lingkungan (menyumbang emisi karbon). baterai terpusat dalam jumlah besar membutuhkan
dana besar pada saat penggantian.
o Mendorong energi baru seperti air dan panas bumi rentan dengan
Seharusnya untuk menunjang perkotaan dimana
kondisi alam dan membutuhkan perencanaan lama. aktivitas perkantoran, bisnis dan industri terjadi pada
pagi-sore hari.
Interkoneksi antar sistem untuk penyaluran energi listrik:
o Terkesan mengejar rasio elektrifikasi dengan adanya
o Rentan gangguan dan akan menyulitkan dalam menghadapi situasi listrik (meskipun hanya penerangan).
krisis non teknis seperti bencana alam, aksi teror, sabotase, perang dll.
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis

Alur Pikir Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia (2)

Revolusi Solusi Revolusi Solusi = Revolusi Mental


Merubah pola pembangkitan dan penyimpanan 1. Model pembangkitan terdistribusi PLTS .
energi listrik dari tersentralisasi menjadi o Melakukan pemenuhan kebutuhan energi
terdistribusi. lokal dengan pembangkitan skala utilitas (IPP),
Mendorong partisipasi masyarakat dalam dan residensial dengan insentif harga.
pencapaian ketahanan energi listrik. o Peningkatan kapasitas jaringan distribusi
Elektrifikasi harus diarahkan pada mendorong PLN dengan masuknya energi dari
aktivitas produktif dan bukan hanya penerangan. pembangkitan baik IPP maupun residensial
o Transmisi hanya untuk ekspor/impor
Menggunakan teknologi dengan penerapan yang
kelebihan/kekurangan energi listrik.
tepat, ramah lingkungan, berkelanjutan, bersifat
moduler dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat 2. Revitalisasi pola elektrifikasi PLTS selama

dengan mudah.
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).
ini dengan merubah model penyimpanan
(baterai) terpusat menjadi penyimpanan
terdistribusi.
o Menjadi unit usaha yang dikelola oleh

pemerintah setempat/masyarakat melalui


BUMD, BUMDes maupun koperasi.
3. Perubahan mental pengelolaan untuk
pencapaian ketahanan energi listrik:
o Beban tidak hanya dipikul oleh PLN namun
didistribusikan kepada masyarakat
perubahan pola pengelolaan PLN.
o Perilaku konsumtif energi akan menjadi efisien
perubahan mindset konsumen ke
produsen.
o Elektrifikasi harus mendorong kegiatan
produktif dan dapat menyesuaikan
peningkatan kebutuhan di sisi konsumen.
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Indonesia adalah
salah satu dari 66 negara
di area sunbelt, dengan
total populasi 75% 35N

penduduk dunia.
0
Negara-negara yang berada di area
sunbelt mengkonsumsi 39% dari
17.900 TWh produksi total listrik
dunia. 35S
Prediksi pertumbuhan konsumsi
listrik sebesar 150% dalam 20 tahun
mendatang. Sumber: European Photovoltaic Industry Association (EPIA)

Sekitar 1.5 miliar penduduknya


belum mendapat akses kepada Indonesia memiliki 14 (empat PLTS merupakan sumber jangka
listrik. belas) jam matahari dari Merauke panjang energi dengan biaya
Infrastruktur listrik yang ke Sabang. operasional yang rendah.
tertinggal dan harga listrik relatif Potensi matahari menjadi listrik
Saat ini PLTS bisa bersaing dengan
tinggi. berdasarkan luas wilayah (darat
dan perairan) Indonesia 7 juta 11 generator diesel sebagai pembangkit
Negara-negara yang berada di area beban puncak (peaker) dan di tahun-
sunbelt memiliki potensi irradiasi juta TWh / tahun.
tahun mendatang akan sangat
sinar matahari yang sangat tinggi. Dapat mempercepat inisiatif
elektrifikasi dan merangsang kompetitif terhadap semua
Solar cells sangat kompetitif pada pembangkit listrik yang ada.
masa-masa mendatang. kegiatan ekonomi.
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Teknologi Fotovoltaik (PLTS) di Indonesia

Indonesia berada di garis Pembangkitan Pagi-Sore PLTS dan Kebutuhan Lahan


katulistiwa dimana matahari PLTS memproduksi listrik pada Menyesuaikan dengan kebutuhan
bersinar sepanjang tahun dengan pagi sampai sore hari: energi dan ketersediaan lahan.
radiasi rata-rata sebesar 4,8 o Di Indonesia, sistem PLTS
beroperasi pada pukul 06 - 18.
Dengan sifat modular, PLTS dapat
kWh/m. o Energi untuk malam hari dapat
diaplikasikan pada:
disimpan pada baterai. o Lahan tanah (ground-mounted)
o Perairan (floating platform)
Dapat mendukung aktivitas
Sumber energi gratis dari matahari perkantoran, bisnis dan industri. o Atap bangunan (rooftop)
(hampir tidak membutuhkan biaya bahan
bakar).
Bersifat moduler sehingga dapat
menyesuaikan kebutuhan, mulai dari
skala residensial sampai skala Peta Radiasi Matahari Indonesia
pembangkitan terpusat (utilitas).
Dapat dibangun dalam waktu singkat
hampir dimana saja selama sinar
matahari tidak terhalang oleh obyek
apapun.
Dapat dioperasikan secara otomatis dan
dikontrol dari jarak jauh melalui jaringan
internet.
Dapat menjadi solusi efisiensi BBM
untuk pembangkitan yang selama ini
menggunakan genset.
Sumber: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Radiasi Matahari di Indonesia

Rata-Rata Radiasi Matahari Bulanan (KWh/m)

5.55 5.48
5.29
5.18 5.12
5.10 5.06
4.95 4.99 4.99
4.88 4.87

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Rata-Rata Radiasi Matahari per Wilayah (KWh/m)

6.30

5.98

5.83

5.82
5.67
5.46
5.42

5.42

5.41

5.25
5.12
5.07

5.05

5.03
5.01

5.00
4.97

4.93

4.89
4.87
4.85

4.83
4.81
4.76

4.75
4.70

4.70
4.67

4.61
4.44

Sumber: Renewable and Sustainable Energy Reviews, 2012


Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Potensi Energi Listrik PLTS di Indonesia

Estimasi GHI Indonesia 1400 sampai dengan 2200 kWh/m


Global Horizontal Irradiance (GHI)
Min. GHI: 1400 kWh / m2 Max. GHI: 2200 kWh / m2 adalah jumlah total radiasi gelombang
pendek yang diterima dari atas pada
Daratan 2,691,598,000 GWh / yr 4,229,654,000 GWh / yr permukaan horizontal.

GHI adalah nilai gabungan dari Direct


Perairan 4,560,476,200 GWh / yr 7,166,462,600 GWh / yr Normal Irradiance (DNI) dan Diffuse
Horizontal Irradiance (DIF).
Total 7,252,074,200 GWh / yr 11,396,116,600 GWh / yr DNI: jumlah radiasi yang diterima per
satuan luas oleh permukaan untuk
Rata-Rata 9,324,095,400 GWh / yr sinar yang datang dalam garis lurus
dari arah matahari.

DNI: jumlah radiasi yang diterima per


GHI satuan luas oleh permukaan yang
Global Horizontal Irradiaton tidak tiba pada jalur langsung dari
matahari, tetapi telah tersebar oleh
molekul dan partikel di atmosfer dan
datang dari semua arah.


Energi listrik yang dijual PLN
dari semua jenis pembangkit
tahun 2014:

Sumber: SolarGIS
198.601 GWh
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Proses Pembangkitan Listrik Teknologi Fotovoltaik (PLTS)

Panel surya merubah sinar Aplikasi Dasar


matahari menjadi listrik
dengan memanfaatkan efek


fotolistrik/fotovoltaik.

Proses tersebut dapat berlangsung


meski dalam keadaan berawan/
hujan dengan penurunan efisiensi
konversi energi listrik. AC Coupling
Mayoritas panel memiliki efisensi 15-
19% dengan usia pakai lebih dari 25
tahun (usia ekonomis 20 tahun)
DC Coupling
dengan degradasi efisiensi 10%.
PLTS menghasilkan listrik arus
searah (DC) namun dapat dikonversi
menjadi arus bolak-balik (AC)
dengan pilihan model DC Coupling
(battery based) atau AC Coupling.
Contoh aplikasi:
o Aplikasi dasar: PJU Tenaga Surya
o DC Coupling: Off-Grid (isolated / remote
area)
o AC Coupling: Off-Grid / On-Grid Listrik DC Listrik AC
(berinteraksi dengan jaringan PLN).

Sumber : PT. Hexamitra Daya Prima


Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Aplikasi Teknologi Fotovoltaik (PLTS)

PLTS Terpusat Penerangan Jalan PLTS Tersebar PLTS Telekomunikasi


Komunal (Off-grid) PJUTS (10-100 W) Solar Home System Remote VSAT
Skala utilitas Traffic light Solar Kit BTS (Hibrid/CDC)
(IPP, On-grid) Warning light

o Lahan tanah
(ground-mounted)
o Lahan perairan
(floating platform)
Pompa Air Tenaga Surya PLTS Hibrid PLTS Rooftop
Efisiensi BBM Residential
Commercial

Aplikasi lain Sekolah / pusat belajar Rumah ibadah Kapal laut / nelayan Pos perbatasan laut
teknologi

Fasilitas pemerintah Pengolahan air bersih Irigasi / pertanian Pos darurat bencana
fotofoltaik Fasilitas umum Pabrik pembuat es Remote surveilance dan lain-lain
(PLTS) Fasilitas kesehatan Usaha kecil (UMKM) Pos pebatasan darat

Sumber : PT. Hexamitra Daya Prima


Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Perbandingan PLTS dan Pembangkit Listrik Lainnya (1)

Perbandingan Teknis Pembangkit Listrik Skala Utilitas


Efficiency Efficiency Load factor Power change Emissions
Technology Fuel
2012 2035 af [kg CO/MWh]
Steam Biomass 0.35 0.35 0.85 1.00 0.0
Coal 0.39 0.39 0.85 0.15 342.0
Gas 0.39 0.39 0.85 1.00 201.6
Oil 0.39 0.39 0.85 1.00 273.6
Uranium 0.33 0.33 0.97 0.08 0.0
Gas turbine Gas 0.36 0.40 0.95 1.00 201.6
Oil 0.36 0.40 0.95 1.00 273.6
Diesel 0.36 0.40 0.95 1.00 266.4
Combined cycle Gas 0.42 0.60 0.87 0.30 201.6
Oil 0.42 0.60 0.87 0.30 273.6
Engine Diesel 0.35 0.35 0.95 1.00 266.4
Gas 0.30 0.30 0.95 1.00 201.6
Hydroelectric Hydro 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Hydroelectric small Hydro 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Geothermal Heat 1.00 1.00 0.92 1.00 0.0
Solar PV Insolation 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Wind turbine Wind onshore 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Wind turbine Wind offshore 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0

Sumber : Technische Universitt Mnchen, 2014


Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?

Perbandingan PLTS dan Pembangkit Listrik Lainnya (2)

Perbandingan Ekonomis Pembangkit Listrik Skala Utilitas


Investment costs Investment costs Fixed costs Variable costs Depreciation
Technology Fuel
2012, [US$/MW] 2035, [US$/MW] [US$/MW/yr] [US$/MW/yr] [year]
Steam Biomass 2,263,778 2,078,772 105,630 5.26 20
Coal 1,263,504 1,263,504 31,180 4.47 45
Gas 1,263,504 1,263,504 31,180 4.47 20
Oil 1,263,504 1,263,504 31,180 4.47 20
Uranium 2,948,176 2,948,176 93,280 2.14 40
Gas turbine Gas 421,168 421,168 7,040 10.37 20
Oil 421,168 421,168 7,040 10.37 20
Diesel 421,168 421,168 7,040 10.37 20
Combined cycle Gas 737,044 737,044 15,370 3.27 30
Oil 737,044 737,044 15,370 3.27 30
Engine Diesel 500,000 500,000 15,000 0.00 20
Gas 500,000 500,000 15,000 0.00 20
Hydroelectric Hydro 1,968,960 1,968,960 14,130 0.00 40
Hydroelectric small Hydro 3,137,702 3,137,702 14,130 0.00 20
Geothermal Heat 2,179,544 2,029,329 100,000 0.00 20
Solar PV Insolation 2,737,592 1,798,522 24,690 0.00 20
Wind turbine Wind onshore 1,526,734 1,488,571 39,550 0.00 20
Wind turbine Wind offshore 2,695,475 1,829,528 74,000 0.00 20

Sumber : Technische Universitt Mnchen, 2014


Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi
Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi

2 3
1 Revolusi Mental
Ketahanan Energi Listrik
Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi

Pembangkitan terdistribusi (distributed Pelibatan peran masyarakat dapat dilakukan dengan


menggunakan teknologi yang bersifat moduler, grid-
generation) adalah sistem pembangkitan listrik ready (memang disiapkan untuk terhubung dengan jaringan
dari banyak pembangkit. listrik) dan minim perawatan PLTS.
PLTS merupakan pilihan tepat untuk pembangkitan
terdistribusi karena:
Pembangkitan terdistribusi dapat meminimalisir rugi-rugi
o Bersifat moduler, grid-ready dan perawatan minimal.
energi pada transmisi listrik karena pemasangannya dekat
dengan pengguna/beban. o Tidak membutuhkan bahan bakar karena memanfaatkan energi
matahari (gratis).
Kelebihan sistem ini dibanding sistem kelistrikan yang
o Tidak membutuhkan keahlian khusus dalam operasional dan
terpusat yang ada saat ini: pemeliharaannya.
o Dapat beroperasi secara independen, tidak memerlukan wilayah o Bekerja secara otomatis dan dapat dikontrol dari jarak jauh
pengoperasian yang besar dan rumit, jaringan transmisi pendek. melalui jaringan internet
o Dapat menggunakan sumber energi yang ada pada kawasan
yang akan dilayani.

o Unit pembangkitan dapat dibuat dalam skala utilitas maupun


residensial menyesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan
lahan.

Karena skala yang sangat beragam dapat melibatkan


masyarakat luas dan pelaku bisnis untuk ikut berperan
serta dalam pembangkitan.
o Merubah pola konsumtif menjadi pola produktif terhadap energi
listrik.

o Mendorong penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah


lingkungan secara massal.
Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi

PLTS On-Grid dan Pembangkitan Terdistribusi

Dapat segera mengejar defisit energi PLTS Rooftop Pengatur beban


khususnya di daerah perkotaan yang Gedung/bangunan Beban aktivitas ekonomi / industri
Prioritas konsumsi internal
cukup tinggi kebutuhan energi Kelebihan energi diekspor ke
listriknya, terutama untuk aktivitas jaringan (excess power)

perkantoran, bisnis dan industri. Interkoneksi


Interkoneksi ke pembangkit lain
Dengan skema tarif yang menarik dan melalui jaringan transmisi
perijinan yang dipermudah, dipastikan Ekspor/impor energi
akan banyak pihak yang akan
berpartisipasi dalam waktu cepat.

PLTS Independent Power Producer (IPP) Jaringan Distribusi (TR/TM) PLTS Residensial (Perumahan)
Skala utilitas Tegangan menengah IPP Prioritas konsumsi internal
Ground-mounted / floating Tegangan rendah rooftop / residensial Kelebihan energi diekspor ke
Suplai energi ke jaringan TM jaringan (excess power)
Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi

Penyimpanan energi terdistribusi (distributed Pelibatan peran masyarakat dapat dilakukan dengan
menggunakan model pusat pengisian (charging station)
energy storage) adalah model penyaluran energi baterai yang menjadi pusat penyaluran energi listrik yang
listrik PLTS dengan pola non jaringan distribusi. telah tersimpan dalam baterai.
Pusat pengisian merupakan pilihan tepat untuk
elektrifikasi kawasan karena:
Penyimpanan energi terdistribusi dapat meminimalisir
o Dapat dikelola dengan mudah karena sama dengan pola
biaya pembangungan jaringan distribusi listrik dan rugi- distribusi air minum / gas isi ulang.
rugi energi pada transmisi untuk kawasan yang
o Penghematan jaringan distribusi (tiang) dan baterai di pembangkit
dielektrifikasi karena peyimpanan energi (baterai) tidak lagi
dapat dialihkan untuk peningkatan kapasitas PLTS untuk
terpusat di pembangkit PLTS. mendukung aktivitas siang hari.
Kelebihan model ini dibanding sistem penympanan energi o Operasional dan pemerliharaan PLTS lebih sederhana karena
(baterai) terpusat yang ada saat ini: hanya terpusat di pembangkit saja.

o Dapat menjangkau kawasan yang lebih luas, termasuk yang


memiliki bentang alam menyulitkan jika menggunakan jaringan
distribusi konvensional (tiang).

o Kapasitas energi tiap rumah dapat ditingkatkan jika ada


peningkatan kebutuhan oleh pemiliknya dengan penambahan unit
baterai.

Karena tidak mengharuskan adanya jaringan


distribusi, maka peran pemerintah setempat/masyarakat
dapat diperbesar dalam pengelelolaan pembangkit.
o Mendukung aktivitas ekonomi pada siang hari di sekitar
pembangkit sambil melakukan pengisian pada baterai.

o Pengelolaan pembangkit sebagai unit usaha dapat dikelola


melalui BUMD, BUMDes maupun koperasi.
Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi

PLTS Off-Grid/Grid-Ready dan Penyimpanan Terdistribusi

Jika jaringan distribusi PLN masuk, dapat Pusat Pengisian (Charging Station) Konsumen Listrik
merubah model charging station menjadi Backup baterai untuk proses pengisian Menggunakan inverter
Melayani isi ulang baterai dengan pola Baterai diisi ulang di
IPP (Independent Power Producer). gas / air minum pusat pengisian
Instalasi standar PLN
Dengan model transaksi yang dikenal Lalu Lintas Baterai
dan siap digunakan
masyarakat, keberlanjutan PLTS sebagai unit sewaktu-waktu jaringan
Jaringan distribusi digantikan PLN masuk.
usaha akan lebih terjamin.
dengan lalu lintas baterai.
Konsumen membawa baterai
kosong untuk diganti dengan
yang sudah terisi penuh.

Fasiltas Pemerintah / Publik PLTS Terpusat Pusat Aktivitas Ekonomi


Kantor pemerintahan / balai pertemuan AC Coupling Grid-ready infrastructure Pasar / bank
Sekolah / tempat ibadah Dapat segera masuk ke grid sewaktu- Pusat produksi / pengolahan
Puskesmas waktu jaringan PLN masuk.
Revolusi Mental Ketahanan Energi Listrik

Energi Listrik Terdistribusi dalam


bentuk pembangkitan terdistribusi dan 1 Distribusi Beban Berat PLN
Beban pemenuhan kebutuhan energi yang selama ini dipikul
penyimpanan energi terdistribusi akan oleh PLN didistribusikan kepada masyarakat dan pelaku
bisnis dengan insentif tarif dan kemudahan ijin.
merubah mental bangsa dalam upaya
PLN harus mulai memainkan peran menjaga kualitas energi
pencapaian ketahanan energi listrik dari pembangkitan terdistribusi agar handal dan
Indonesia. berkelanjutan.

2 Dari Konsumen menjadi Produsen


Pembangkitan terdistribusi yang melibatkan masyarakat
akan merubah perilaku konsumtif energi menjadi lebih efisien
karena adanya perubahan pola pikir (mindset) dari konsumen
menjadi produsen listrik,
Program efisiensi energi secara otomatis berjalan dengan
perubahan pola pikir tersebut.

3 Dari Penerangan menjadi Produktivitas


Penyimpanan energi terdistribusi akan merubah kesan
karitatif (memberi ikan) dan mengejar rasio elektrifikasi
menjadi mendukung aktivitas produktif (memberi kail).
Peningkatan kebutuhan energi masyarakat yang selama ini
tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan penambahan
baterai dengan biaya yang ditanggung oleh konsumen.
Revolusi Mental Ketahanan Energi Listrik

Program Percepatan Pembangunan Pembangkit EBT (PLTS)

Target Nasional Potensi Insentif/Pendanaan Program Akselerasi EBTKE


Meningkatkan rasio elektrifikasi Umur pakai sistem PLTS mencapai Wajib EBTKE pelanggan (min. 5%
menjadi 99% pada tahun 2020. 25 tahun (barang modal) dari daya tersambung), potensi 5,000
Meningkatkan bauran energi sepatutnya diberikan fasilitas MW dari 100,000 MW, dengan solusi
dari energi terbarukan untuk insentif fiskal termasuk untuk tercepat PLTS rooftop.
listrik menjadi 23% pada tahun pengguna individu dan korporasi Wajib bangun EBT 1 MW/tahun per
2025. (bea masuk, tax holiday dll.) Pemda. Potensi 34 provinsi, 514
Pengurangan emisi karbon *) Tradeable carbon emission credit kabupaten kota.
bonds / certificates (commercial bond). o Potensi penambahan 514 MW/tahun,
o 26% - 0.767 gigaton CO2 emission
reduction atas usaha sendiri Green fund / low interest financing sehingga daya tersambung 2,390 MW
(domestic effort). dapat dicapai dalam 5 (lima) tahun.
facilities dana pensiun, dana
o 41% - 1.189 gigaton CO2 emission abadi haji. Wajib EBT pelanggan sosial dan net
reduction usaha sendiri dan metering potensi 3,537 MW.
Carbon credit negara donor / negara
dukungan global (domestic effort +
industri diberikan langsung Wajib konversi lampu jalan
international support).
kepada sektor industri PLTS dengan baterai / lampu LED yang di-
masing-masing negara sehingga charge siang hari.
Grid CO2 emission = 0.867 kgCO2/kWh indonesia mendapat harga PLTS o Potensi 900 MW mengurangi 3,393
lebih murah. GWH/tahun.
Permudah investasi EBTKE
terutama PLTS oleh swasta (IPP)
guna mencapai 23% target bauran
energi.
o Peningkatan demand PLTS
mempertajam penurunan biaya
investasi teknologi fotovoltaik.
Bacaan Lebih Lanjut

Referensi / Daftar Pustaka


Rencana Strategis (Renstra) Kementerian ESDM 2015-2019 Makalah: Memperbaiki Ketahanan Energi Indonesia: Rekonedasi
Strategi dan Analisis
DRAFT Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2015 2034
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN 2015-2024
Statistik PLN 2014
Paparan Menteri ESDM pada Rapat Koordinasi Infrastruktur
Thesis: Analysis of the Power System of Indonesia
Ketenagalistrikan dengan BPK RI, 30 Maret 2015
Technische Universitt Mnchen, 2014
Paparan Menteri ESDM: Strategi dan Implementasi Program 35.000
Mapping of solar energy potential in Indonesia using artificial neural
MW: Progres dan Tantangannya, 3 Agustus 2015
network and geographical information system
Paparan Staf Ahli Menteri: Rencana Strategis Kementerian ESDM dan Renewable and Sustainable Energy Reviews, 2012
Percepatan Pembangunan Pembangkit 35.000 MW, 9 November 2015
Kajian Analis Isu-isu Sektor ESDM
Paparan: Hasil Pemeriksaan BPK RI terkait Infrastruktur Kelistrikan Pusdatin Kementerian ESDM, 2012
2009-2014, 3 Maret 2015
Kajian Supply Demand Energi
Ketahanan Energi Indonesia Tahun 2014 Pusdatin Kementerian ESDM, 2012
Dewan Energi Nasional, 2014
Investment Opportunities on Energy and Mineral Resources Sector
Outlook Energi Indonesia 2014 Kementerian ESDM, 2011
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), 2014
Technical Paper: Electricity-specific emission factors for grid electricity
Outlook Energi Indonesia 2014 Ecometrica, 2011
Dewan Energi Nasional (DEN), 2014
Unlocking the Sunbelt Potential of PV
Clean Energy Handbook For Financial Service Institutions European Photovoltaic Industry Association (EPIA), 2010
Otoritas Jasa Keuangan, 2014
REthinking Energy: Towards A New Power System
International Renewable Energy Agency (IRENA), 2014
Informasi
lebih lanjut? ray@masagri.com

Anda mungkin juga menyukai