Anda di halaman 1dari 5

Lembaga-Lembaga Independen

LEMBAGA - LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN

a.Perkembangan Lembaga Independen.


(3)
Selain lembaga-lembaga negara yang telah mengalami perkembang seperti yang di
sebutkan didalam pembahasan sebelumnya yang mengalami perkembangan yang sangat pesat
yang menyebabkan munculnya inovasi-inovasi baru yang tidak terelakkan. Perkemngan-
perkembangan baru juga terjadi di indonesia ditengah keterbukaan yang muncul bersamaan
dengan gelombang demokratisasi di era reformasi empat tahun terakhir. Pada tingkat
pertama, muncul kesadaran yang sangat kuat bahwa badan-badan negara tertentu seperti
organisasi Tentara, organisasi Kepolisian, kejaksaan Agung, serta Bank Sentral harus
dikembangkan secara independen. Independensi lembaga-lembaga ini diperlukan untuk
kepentingan menjamin pembatasan kekuasaan dan demokratisasi yang lebih efektif.dari
keempatnya, yang sekarang telah resmi menikmati kedudukan yang independen adalah
organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara (POLRI), dan Bank
Indonesia sebagai bank sentral, sedangkan Kejaksaan Agung sampai sekarang belum
ditingkatkan kedudukannya menjadi lembaga yang independen.

Pada tingkatan kedua, juga muncul perkembangan berkenaan dengan lembaga-


lembaga khusus seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi
Pemilihan Umum (KPU), Lomisi Ombudsman, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN), Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), dan lain sebagainya.

Komisi atau lembaga semacam ini selalu diidealkan bersifat independen dan sering kali
memiliki fungsi-fungsi yang bersifat campursari, yaitu semi legislatif, regulatif, semi
administratif, bahkans emi yudikatif. Oleh karena itu, keberadaan lembaga-lembaga seperti
ini di Indonesia dewasa ini, betapun juga, perlu didudukkan pengaturannya dalam kerangka
sistem ketatanegaraan Indonesia modern, dan sekaligus dalam kerangka pengembangan
sistem hukum nasional yang lebih menjamin keadilan dan demokrasi di mas ayang akan
datang. Dalam sistem ketatanegaraan, keberadaan lembaga-lembaga independen tersebut
pelembagaannya harus disertai dengan kedudukan dan peranan (role) serta mekanisme yang
jelas, sehingga menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto, perlu adaya status atau kedudukan

yang menjadi subjek dalam negara mencakup lemabaga atau badan atau organisasi, pejabat,
dan warga negara. Sementara itu,peranan (role) mencakup kekuasaan, public
service,kebebasan/ hak-hak asasi,dan kewajiban terhadap kepentingan umum. Dalam bagian
ini hanya akan dibahas lembaga-lembaga independen yang dasar pembentukkannya
disebutkan dalam UUD 1945, misalnya KPU, Komnas HAM, TNI, POLRI, dan Bank
Indonesia. Lembaga-lembaga yang tidak diatur atau tidak disebutkan dalam UUD 1945 tidak
dibahas dalam pembahasan ini misalnya ( Komisi Ombudsman, KPPU, KPKPN, KPK, KKR,
dll.
a.Komisi Pemilihan Umum.

Salah satu hasil perubahan UUD 1945 adalah adanya ketentuan mengenai pemilihan
umum (pemilu) dlam UUD 1945. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi landasan
hukum yang lebih kuat bagi pemilu sebagai salah satu wahana pelaksanaan kedaulatan
rakyat. Dengan adanya ketentuan ini dalam UUD1945, maka lebih menjamin waktu
penyelenggaraan pemilu yaitu langsung, umum, bebas, jujur, dan rahasia (luber) serta jujur,
dan adil (jurdil).Ketentuan mengenai pemilu diatur dalam pasal 22E UUD 1945, yang
berbunyi sebagai berikut.

1) Pemilihan umum diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil setiap lima tahun sekali.

2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,


Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.

3) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah
perseorangan.

5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri.

6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

Di dalam UU No. 22 Tahun 2007 diatur mengenai penyelenggara pemilu yang dilaksanakan
oleh suatu komisi pemilihan umum, selanjutnya disebut Komisi Pemilihan Umum (KPU),
yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional mencerminkan bahwa wilayah kerja
dan tanggung jawab KPU sebagai penyelenggara pemilu mencakup seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai lembaga yang
menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu.
Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan dan melaksanakan pemilu bebas
dari pengaruh pihak mana pun.

b.Komisi Komnas HAM (komnas HAM).

Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap manusia kian masa semakin tak bisa
dibendung banyak faktor penyebnya bagai penderitaan, kesenggasaraan dan kesenjangan
sosial yang disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, warna
kulit, budaya, bahasa, agama, golongan jenis kelamin, dan status sosial lainnya. Pada
kenyataannya selama lebih lima puluh tahun usia Indonesia, namun pelaksanaan
penghormatan, perlindungan, dan penegakan hak asasi manusia masih jauh dari memuaskan.
Masih terjadi pelanggaran-pelanggaran baik pembunuhan, pemerkosaan dll, bahkan selain itu
terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat publik dan aparat negara yang
seharusnya menjadi penegak hukum dan pemelihara keamanan dan pelindungan rakyat, tetapi
justru mengintimidasi, menganiaya, menghilangkan paksa atau menghilangkan nyawa. Untuk
melaksanaka kewajiban yang diatur dalam UUD 1945 tersebut, MPR dengan Ketetapan MPR
No.XVII/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Menugaskan kwpada seluruh lembaga-lembaga
negara dan seluruh aparatur negara untuk menghormati, menegkkan, dan menyebarluaskan
pemahaman mengenai Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 mengatur tentang keanggotaan Komnas HAM, pasal 76
atay (2) menyatakan: Komnas HAM beranggotakan tokoh masyrakat yang prefesional,
berdedikasi, dan berintegritas tinggi; menghayati cita-cita negara hukum dan negara
kesejahteraan yang berintikan keadilan, menghormati hak asasi manusia dan kewajiban dasar
manusia. Kemudian dalam pasal 83 ditegaskan Anggota Komnas HAM berjumlah 35 orang
yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan dari komnas dan diresmikan oleh Presiden selaku
Kepala Negara. Berdasarkan persetujuan informal, para anggota Komnas akan mengirimkan
daftar nama calon yang diajukan ke DPR yang berjumlah dua kali dari jumlah kursi
keanggotaan yang tersedia. DPR kemudian akan memilih dari daftar tersebut. Dengan kata
lain, aturan baru tersebut mencabut kewenangan komnas HAM untuk memilih anggotanya
sendiri, tetapi hanya memiliki kewenangan untuk mengajukan calon anggota untuk kursi
yang tersedia.

Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 dapat diketahui bahwa kedudukan Komnas HAM
adalah sebagai lembaga independen yang membantu pemerintah mengembangkan kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia, maka kedudukannya (status)
dalam struktur ketatanegaraannya berbeda pada lembaga yang membentuknya, yakni
Presiden dan DPR. Dilihat dari fungsi yang dijalankannya, Komnas HAM bertugas dan
berwenang melakukan pemberian pendapat berdasarkan persetujuan Ketua Pengadilan
terhadap perkara tertentu masalah publik dan acara pemiriksaan oleh pengadilan yang
diberitahukan oleh hakim kepada para pihak. Dari fungsi peradilan (smi judicial) sehingga
berada di bawah pengawasan Mahkamah Agung.

c.Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara.

Perubahan UUD 1945 mengenai Tentara Nasional (TNI) dan Kepolisia Republik Indonesia
(POLRI) sebagaimana tercantum dalam pasal 30 ayat (3) dan ayat (4), dengan rumusan
sebagai berikut.

1) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, memelihara keutuhan, dan
kedaulatan negara.

2) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamana dan
ketertiban masyrakat berrtugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.

Ketentuan ini menegaskan adanya pemisahan antara TNI dan POLRI dalam menjalankan
tugasnya. Dalam bidang pertahanan negara menjadi tugas TNI, sedangkan untuk bidang
keamanan dan ketertiban masyarakat diakukan oleh POLRI. Pada masa sebelumnya ada
kebijakan dalam bidang pertahanan dan keamanan dilakukan penggabungan Angkatan Darat,
Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian RI dalam Angkatan Bersenjata RI (ABRI).
Sebagai akibat dari penggabungan tersebut, terjadi kerancuan dan tumpang tindih antara
peran dan fungsi TNI sebagai kekuatan pertahanan negara dengan fungsi Kepolisian Negara
RI sebagai kekuatan keamanan dan ketertiban masyarakat. Demikian pula peran sosial politik
dalam dwifungsi ABRI telah menyebabkan terjandinya penyimpangan peran dan fungsi TNI
dan POLRI yang berakibat tidak berkembangnya sendi-dendi demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dan bermasyarakat.

Dalam hal pertahanan terdapat tiga aspek di dalamnya, yakni masalah keutuhan negara,
kedaulatn negara, dan keselamatan negara. Di luar ketiga aspek tersebut masuk ke dalam
kategori keamanan yang menjaddi tugas kepolisian sebagai lembaga penegak hukum.
Pembagian tugas yang demikian itu diharapkan mampu meningkatkan profesionalisme TNI
dan Kepolisian. Pengaturan dalam pasal 30 ayat (4) menampakkan adanya semacam
dwifungsi tugas Kepolisian yaitu, alat keamanan dan penegak hukum. Sebagai alta keaman,
Kepolisian berugas menjaga dan menjamin keamanan, ketertiban, dan ketetntraman umum.
Sebagai penegak hukum, Kepolisian bertugas menyelidiki dan menyidik tindak pidana
sebagai bagian dari sistem penegakan hukum pidana terpadu ( integrated criminal justice
system). Dua tugas Kepolisian tersebut sangat berbeda satu sama lain. Kepolisian Negara RI
berada dibawah Presiden, Kepolisian dipimpin oleh seorang Kapolri yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR disertai dengan alasanya. Persetujuan
atas penolakan DPR terhadap usul Presiden dan harus diberikan dalam jangka waktu paling
lambat dua puluh hari terhitung sejak tanggal surat Presiden diterima oleh DPR. Dalam hal
DPR tidak memberikan jawaban dalam waktu dua puluh hari, calon yang diajukan oleh
Presiden dianggap disetujui oleh DPR. Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat
mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan DPR. Calon
Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian RI yang masih aktif dengan memperhatikan
jenjang kepangkatan dan karier.

Menurut UU No.34 tahun 2004, dalam pengarahan dan penggunaa kekuatan militer, TNI
berkedudukan di bawah Presiden. Dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan
administrasi, TNI di bawah koordinasi Departemen Pertahanan. TNI berperan sebagai alat
negara di bidang pertahanan dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan
keputusan politik negara. Tugas pokok TNI sebagaimana disebutkan dalam pasal 7 adalah
menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman
dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. TNI dipimpin oleh seorang Panglima
yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan oleh DPR.
Pengangkatan dan pemberhentian panglima dilakukan berdasarkan kepentingan organisasi
TNI. Untuk mengangkat panglima, Presiden mengusulkan satu orang calon pnglima untuk
mendapat persetujuan DPR.
d.Bank Indonesia.

Ketentuan baru dalam UUD 1945 adalah mengenai suatu bank sentral, yang dirumuskan
dlam pasal 23D yang berbunyi: Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dalam undang-
undang. Kedudukan hukum yang jelas kepada bank senral sebagai lembaga yang sangt
penting dalam suatu negara yang mengatur dan melaksanakan fungsi kebijakan moneter.
Sebagai tindak lanjut diaturnya bank sentral di dalam UUD 1945, dikeluarkanlah UU No. 3
Tahun 2004 tentang perubahan atas UU RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Pasal 4 menyatakan: (1) Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia: (2) Bank
Indonesia adalah lembaga negara yang idenpenden dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-
hal yang secara tegas diatur dalam UU: (3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan
undang-undang ini. Untuk keanggotaan didalam Bank Indonesia itu diatur dalam pasl 41.

UU No. 3 Tahun 2004 pasal 47 memberikan rambu-rambu larangan bagi Anggota Dewan
Gubernur, baik sendiri maupun bersama-sama mengenai hal-hal berikut: (a) mempunyai
kepentingan langsung atau tidak langsung pada perusahaan mana pun juga: (b) merangkap
jabatan lembaga lain, kecuali karena kedudukannya wajib memangku jabatan tersebut. Dalam
hal Anggota Dewan Gubernur melakukan salah satu atau leih larangan, anggota Dewan
Gubernur tersebut wajib mengundurkan dirinya dari jabatannya. Dalam hal Anggota Dewan
Gubernur tidak bersedia mengundurkan diri, Presiden menetapkan Anggota Dewan gubernur
tersebut berhenti dari jabatan dengan persetujuan DPR.

Didalam pasal 54 ditegaskan bahwa pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia
atau mengundang Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi,
perbankan, dan keuangan yang berkaitan dengan dengan tugas Bank Indonesia atau masalah
lain yang termasuk kewenangan Bank Indonesia wajib memberikan pendapat dan
pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan APBN serta kebijakan lain yang
berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai