Anda di halaman 1dari 2

REVISI LONGCASE KATARAK

1. Visus: AVOD: 6/18 cc, PH (-) AVOS + IOL : 6/6


2. Pemeriksaan Funduskopi
OD:
Refleks Fundus (+),
Tampak kekeruhan pada sebagian gambaran fundus, sehingga segmen posterior mata
sulit dinilai

OS:
Refleks Fundus (+)
Papil batas tegas, berwarna kuning, bentuk bulat
CD Ratio 0,3
Arteri/Vena : 2/3
Refleks Makula (+)
Retina: Perdarahan (-), infiltrat (-), Ablasio (-)

3. Diagnosa:
- Katarak senilis imatur OD
- Pseudofakia OS
- Pterigium grade I OD
- Pterigium grade II OS
-
4. Pemeriksaan USG sebenarnya bertujuan untuk melihat bagian posterior pada mata
kanan yang tertutupi kekeruhan lensa. Selain dengan menggunakan USG, dapat
digunakan pemeriksaan funduskopi indirek binokular, atau foto fundus.
- Pemeriksaan reading test untuk menggunakan Jaeger Card. Dapat dilakukan untuk
mata kiri yang telah dilakukan pemasangan IOL. Hal ini dilakukan untuk
pembuatan kacamata dekat. Karena lensa intraokular tidak dapat berakomodasi
sehingga dibutuhkan kacamata untuk membaca. Pada pasien yang direncanakan
operasi katarak pada mata kanan, pembuatan kacamata dapat dilakukan setelah
operasi katarak dan pemasangan IOL pada mata kanan.

5. Klasifikasi pterigium terbagi 2, untuk pterigium inflamasi yang aktif dengan ciri
adanya peningkatan vaskularisasi pada jaringan fibrovaskular yang ditandai dengan
adanya daerah yang hiperemis, maka dapat diberikan kortikosteroid topikal seperti
Polydex. Sedangkan untuk kasus ini, jaringan fibrovaskular tampak lebih tenang
dengan warna jaringan fibrovaskular yang lebih pucat sehingga belum memerlukan
terapi antiinflamasi. Dapat diberikan artificial tears untuk meredakan gejala tidak
nyaman pada pasien, serta edukasi untuk menghindari faktor resiko.

6. Analisis Kasus

Keluhan tajam penglihatan yang menurun disebabkan oleh adanya sesuatu yang
menghalangi media refraksi. Pada lensa, proses hidrasi dan denaturasi protein yang
menghamburkan berkas cahaya sehingga mengurangi transparansi lensa. Keluhan
fotofobia atau mata silau diakibatkan adanya bagian lensa yang jernih dan keruh yang
menyebabkan pantulan cahaya menjadi tidak sama.

Hasil pemeriksaan fisik pada mata kanan pasien, terdapat tajam penglihatan yang
kurang dari 6/6, yaitu 6/18 bahkan tidak dapat dikoreksi lebih lanjut setelah
menggunakan pin hole. Hal ini mengindikasikan bahwa kelainan fungsi penglihatan
berupa mata kabur pada pasien bukan disebabkan oleh kelainan refraksi, namun oleh
penyebab organik. Inspeksi langsung pada mata, mata terlihat tenang. Sehingga untuk
menegakkan diagnosis banding penurunan tajam penglihatan pada pasien yaitu
penyakit atau kelainan mata dengan gejala mata tenang, visus turun perlahan.

Pemeriksaan pada mata selanjutnya memberikan gambaran kornea yang jernih, ini
menandakan gejala penglihatan kabur yang bukan disebabkan oleh terganggunya
fungsi kornea sebagai media refraksi, dapat disingkirkan. Kemudian lebih dalam lagi
terlihat opasitas pada lensa, dilakukan pemeriksaan shadow test dan mengarahkan
kemungkinan diagnosis ke arah katarak. Hasil pemeriksaan yaitu shadow test positif,
dimana masih dapat terlihat bayangan iris pada sebagian permukaan lensa. Hal ini
pada katarak menunjukkan fase imatur. Kemudian untuk mengetahui lokasi terjadinya
opasitas lensa tersebut, dilakukanlah pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp.
Kemudian diadapatkan bahwa kekeruhan terdapat pada seluruh bagian lensa tetapi
tingkat opasitas belum merata (kekeruhan parsial). Pada pemeriksaan funduskopi
direk, dilakukan untuk melihat ketebalan katarak dan disesuaikan dengan hasil
anamnesis dan pemeriksaan visus. Pada kasus ini refleks fundus mata kanan (+) dan
masih dapat ditembus oleh cahaya. Terdapat kekeruhan pada lensa secara parsial,
sehingga segmen posterior mata sulit dinilai. Hal ini membantu penegakan diagnosis
mata kanan pasien ke arah katarak imatur.

Anda mungkin juga menyukai