Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
Daya Wulandari
0613 4041 1508
2. Pendahuluan
Menurut ESDM, Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan
(EBT) yang cukup besar diantaranya, energi mikrohidro sebesar 450 MW,
biomassa 50 GW, energi surya 4,80 kWh, dan energi nuklir 3 GW.
Pemerintah telah memberikan investasi untuk pengembangan EBT sampai
tahun 2025 yang diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD.
Bersamaan dengan pencarian sumber energi terbarukan untuk jangka
panjang, diperlukan juga sumber energi yang ramah secara lingkungan. Salah
satu kandidat dan sangat menjanjikan sebagai solusi sumber energi untuk
masa depan adalah Hidrogen (H2).(Rostrup Nielsen, 2002, Nishiguchi etal,
2005).
Bahan bakar hidrogen adalah salah satu alternatif yang menjanjikan
perubahan ke arah teknologi bersih namun untuk merealisasikan bahan bakar
sebagai teknologi yang ekonomis di masa yang akan datang masih
menghadapi banyak tantangan. Tantangan yang paling utama di antaranya
ketersediaan bahan bakar hidrogen, masa pakai dan harga. Hambatan
penyediaan hidrogen berhubungan dengan keamanan penyimpanan dan
distribusi. Sedangkan teknologi ini masih mahal disebabkan harga platina
yang selama ini digunakan sebagai katalis sangat mahal dan ketersediannya
terbatas. Platina sampai saat ini masih digunakan sebagai anoda dan katoda
karena beberapa alasan yaitu aktivitas tinggi, stabilitas pada kondisi asam
tinggi dan merupakan logam yang paling aktif di antara logam mulia yang
lain seperti (Au, Ag, Pd, Ru). Kelemahan platina di samping mahal mudah
terdeaktivasi oleh CO.
Metode produksi hidrogen dari air meliputi proses elektrolisis (Zhang et
al, 2010) disosiasi termal dengan bantuan katalis (Balachandran & Doris,
2007), auto elektrolisis (Kundu et al, 2010), alkalin (Wang et al, 2009), dan
biopotolisis dengan bantuan mikroalga (Krtay, 2011). Metode produksi
hidrogen dari biomasa meliputi metode biologi (Claassen et al, 2010) dan
secara kimia (Krtay, 2011). Proses produksi hidrogen dari bahan bakar fosil
meliputi proses oksidasi parsial minyak berat dibantu katalis, oksidasi parsial
napta, metana (Evdou et al, 2010), metanol ( Eswaramoorthi et al, 2006),
steam reforming metanol (Penkova et al, 2011) dan gasifikasi batu bara
(Evdou et al, 2010). Secara kimiawi dapat melalui elektrolisis seperti yang
dilaporkan oleh Domen & Maeda 2006 dengan produksi hidrogen melalui
elektrolisis air dengan reaksi fotokatalisis oksinitrida. Produksi hidrogen lain
misalnya melalui dekomposisi metanol dengan katalis Pt/Al2O3 (Brown &
Gulari 2004).
Elektrolisis air alkali adalah salah satu metode paling mudah untuk
memproduksi gas hidrogen. Elektrolisi air alkali dikombinasikan dengan
energi terbarukan bisa diintegrasikan ke dalam sistem distribusi energi
dengan memproduksi hidrogen untuk penggunaan akhir dan sebagai media
penyimpanan energi. Dibandingkan dengan metode lainnya produksi
hydrogen, elektrolisis air alkali lebih sederhana namun saat ini kurang efisien.
Tantangan untuk meluasnya penggunaan elektrolisis air terletak pada daya
tahan dan keamanan. kerugian ini membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
upaya pembangunan.Tahanan gelembung disarankan dikurangi dengan
memodifikasi elektroda dan elektrolit aditif. Reaksi overpotential dapat
dioptimalkan dengan persiapan dan pemilihan bahan elektroda (Kai Zeng,
Dongke Zhang 2009).
Aluminium umumnya mempunyai sifat ketahanan terhadap korosi yang
tinggi sehingga sulit terkorosi, namun seperti halnya logam yang lain
aluminium tetap dapat terkorosi dengan kondisi tertentu. Salah satu limbah
yang banyak ditemukan di lingkungan adalah limbah kaleng aluminium.
Proses daur ulang yang akan dilakukan dapat menghemat energi dan
eksploitasi sumber daya alam sekaligus mengurangi timbunan sampah di
TPA (Pahlano, 2007).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Gas hidrogen yang dihasilkan dari
limbah aluminium sangat ramah lingkungan karena produk sampingnya
adalah air dan bahan kimia (aluminum oksida (Al 2O3) dan aluminum
hidroksida Al(OH)3 yang dibutuhkan dalam industri pemurnian air dan
industri kertas serta alat-alat elektronik (Kulakov & Ross 2007).
Bahan untuk memproduksi gas hidrogen. Materi yang terdiri dari paduan
aluminium yang terdiri dasarnya 5 sampai 50% timah. pengungkapan
mengajarkan bahwa materi yang memproduksi hidrogen bereaksi dengan air
bahkan pada suhu kamar dan menghasilkan gas hidrogen Dengan kemurnian
99,4% ( US. Paten. No 4.752.463, 1988).
US. Paten. No 5.867.978 dikeluarkan pada 9 Februari 1999 oleh
M.Klanchar et al. Dokumen ini mengungkapkan produksi gas hidrogen
dengan menggunakan bahan baku dari kelompok yang terdiri dari lithium,
paduan lithium dan aluminium. Bahan bakar gas hidrogen diperoleh dengan
cara mencairkan dan mencampurkan bahan baku tersebut dengan air untuk
menghasilkan gas hidrogen.
Berdasarkan metode diatas, maka akan dikembangan metode untuk
menghasilkan gas hidrogen yang lebih aman dan efisien dengan
memanfaatkan limbah aluminium dengan bantuan katalis larutan alkali.
Produksi gas hidrogen melalui metode ini dapat mengurangi limbah di
lingkungan sekitar dan menghasilkan energi yang mudah dikonversikan
menjadi bahan bakar serta dapat memproduksi produk samping berupa tawas
(Al2(SO4)).
3. Rumusan Masalah
Metode yang akan dikembangkan adalah metode yang dapat
memproduksi gas hidrogen yang aman dan efisien dengan memanfaatkan
limbah alumium dengan bantuan katalis berupa larutan alkali yaitu KOH .
Gas hidrogen diproduksi dengan cara melarutkan padatan KOH dalam air,
kemudian ditambahkan serbuk logam aluminium. Pemakaian KOH sebagai
katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi pembentukan gas hidrogen.
Sedangkan logam aluminium digunakan karena memiliki sifat amfoterik, jika
bereaksi dengan basa membentuk aluminat dan gas hidrogen. Oleh sebab itu
dilakukan penelitian bagaimanakah pengaruh banyaknya aluminium yang
digunakan terhadap produksi gas hidrogen yang dihasilkan serta bagaimana
pengaruh konsentrasi larutan alkali (KOH) terhadap waktu reaksi
pembentukan gas hidrogen.
4. Tinjauan Pustaka
4.1 Hidrogen
Hidrogen adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki
simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak
berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan
merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar.
Hidrogen adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75%
dari total massa unsur alam semesta. Senyawa hidrogen relatif langka dan
jarang dijumpai secara alami di bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri
dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Unsur ini ditemukan
dalam kelimpahan yang besar di bintang-bintang dan planet-planet gas
raksasa. Di seluruh alam semesta ini, hidrogen kebanyakan ditemukan dalam
keadaan atomik danplasma yang sifatnya berbeda dengan molekul hidrogen.
Sebagai plasma, elektron hidrogen dan proton terikat bersama, dan
menghasilkan konduktivitas elektrik yang sangat tinggi dan daya pancar yang
tinggi (menghasilkan cahaya dari matahari dan bintang lain ).
Hidrogen adalah gas ringan (lebih ringan dari udara), tidak berwarna dan
tidak berbau. Jika terbakar tidak menunjukkan adanya nyala dan akan
menghasilkan panas yang sangat tinggi .Gambar 5 adalah karakteristik gas
hidrogen dalam kontek adanya tambahan energy dari luar terhadap campuran
udara (prosentase volume).
4.2 Aluminium
Aluminium termasuk unsur yang banyak terdapat di kulit bumi.
Umumnya aluminium ditemukan bergabung dengan silikon dan oksigen,
seperti dalam alumininosilikat, yang terdapat dalam karang sebagai granit dan
tanah liat. Logam aluminium berwarna putih, mengkilat, mempunyai titik
leleh tinggi yaitu sekitar 660C, moderat lunak dan lembek lemah jika dalam
keadaan murni, tetapi menjadi keras dan lunak jika dibuat paduan dengan
logam-logam lain. Densitasnya sangat ringan sebesar 2,73 g/cm 3. aluminium
merupakan konduktor panas dan konduktor listrik yang baik, namun sifat ini
lebih rendah dibandingkan dengan sifat konduktor tembaga. Atas dasar sifat-
sifat tersebut, logam aluminium sangat banyak manfaatnya. Dalam industri
rumah tangga, misalnya untuk peralatan masak/dapur, dalam induustri
makanan misalnya untuk pembungkus makanan, kaleng minuman,
pembugkus pasta gigi dan lain sebagainya. Reaksi alumunium dengan basa
menghasilkan gas hidrogen. Alumunium dapat menunjukkan sifat asamnya
jika direaksikan dengan basa seperti larutan NaOH.
Beda potensial yang dihasilkan oleh arus listrik antara anoda dan katoda
akan mengionisasi molekul air menjadi ion positif dan ion negatif. Pada
katoda terdapat ion postif yang menyerap elektron dan menghasilkan molekul
ion H2, dan ion negatif akan bergerak menuju anoda untuk melepaskan
elektron dan menghasilkan molekul ion O 2. Reaksi total elektrolisis air adalah
penguraian air menjadi hidrogen dan oksigen. Bergantung pada jenis
elektrolit yang digunakan, reaksi setengah sel untuk elektrolit asam atau basa
dituliskan dalam dua cara yang berbeda.
Elektrolit asam, di anoda : H2O O2 + 2H+ + 2e-
di katoda : 2H+ + 2e- H2
total : H2O H2 + O2
Elektrolit basa, di katoda : 2H2O + 2e- H2 + 2OH-
di anoda : 2OH- O2 + H2O + 2e-
total : H2O H2 + O2
Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk
gelembung pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian
dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar kendaraan hydrogen. Dengan menyediakan energy dari baterai,
Air (H2O) dapat dipisahkan ke dalam molekul diatomik hidrogen (H2) dan
oksigen (O2).Gas yang dihasilkan dari proses elektrolisis air disebut gas
HHO atau oxyhydrogen atau disebut juga Browns Gas. Brown (1974), dalam
penelitiannya melakukan elektrolisa air murni sehingga menghasilkan gas
HHO yang dinamakan dan dipatenkan dengan nama Browns Gas. Untuk
memproduksi Browns Gas digunakan elektroliser untuk memecah molekul-
molekul air menjadi gas.
Dimana:
PB = Daya keluaran (Watt)
N = Putaran mesin (rpm)
= Torsi (N.m)
dimana:
Sfc = Konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h).
mf = Laju aliran massa bahan bakar (kg/jam)
Besarnya laju aliran massa bahan bakar (mf) dihitung dengan
persamaan berikut:
f x V f x 106
mf = x 3600
tf
Dimana :
f = Massa jenis bahan bakar (kg/m3)
Vf = Volume bahan bakar yang diuji (mL)
tf = Waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji
(detik).
dimana :
R = konstanta gas (untuk udara= 287 J/kg.K)
5. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian:
1. Memperoleh satu unit Rancang Bangun Kompor ACE (Aluminium
Corrosion and Electrolysis) sebagai
2. Mengevaluasi potensi aluminium dengan larutan Alkali untuk
produksi hidrogen
3. Dapat diperoleh produk samping tawas (Al2(SO4)) dari hasil produksi
gas hidrogen
6. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian:
1. Bagi Peneliti
Memberikan solusi alternatif untuk konsumsi energi dalam kehidupan
sehari hari yaitu unit alat Produksi Gas Hidrogen Melalui Reaksi Logam
Aluminium dengan Larutan Alkali.
2. Bagi Masyarakat
Menghasilkan gas hidrogen yang dapat digunakan sebagai energi
alternatif.
3. Bagi Lembaga POLSRI
Dijadikan sebagai bahan studi kasus bagi pembaca dan acuan bagi
mahasiswa serta dapat memberikan bahan referensi bagi pihak
perpustakaan sebagai bahan bacaan yang dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca dalam hal ini mahasiswa yang lainnya.
7. Metoda Penelitian
7.1 Pendekatan Desain Fungsional
Pada pendekatan rancangan Produksi gas Hidrogen yang dibuat terdapat
kegunaanya masing-masing. Unit Produksi gas Hidrogen terdiri dari
komponen utama sebagai berikut; Reaktor, Nozel, Valve, Aluminium, Larutan
Alkali, tuas pengatur dan tuas pembersih. Prinsip kerja unit produksi gas
hidrogen secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu ; bagian
input (masuknya larutan dan aluminium), bagian pencampuran Aluminium
dan larutan Alkali dengan temperatur lingkungan, bagian homogenisasi (zona
homogenisasi), bagian molten, bagian gas hydrogen.
Gambar 2.
7.3 Pertimbangan Percobaan
7.3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2017 di
Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik Energi Politeknik
Negeri Sriwijaya.
1. Tahap Persiapan
a) Menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat
reaktor hidrogen.
b) Membuat kerangka luar reaktor dengan memotong plat.
c) Memasang pipa sebagai media pemisahan gas dan produk samping.
Farid, R dkk. 2012. Perancangan dan Pembuatan Alat Pemproduksi Gas Brown
dengan Metode Elektrolisis Berskala Laboratorium Jurnal Teknik Pomits
Vol. 1, No.1, (2012) 1-4, diakses tanggal 3 Maret 2016.
Rusminto, T.W dkk. 2012. Proses Elektrolisis pada Prototipe Kompor Air
dengan Pengaturan Arus dan temperatur. http://repo.eepisits.edu/164/1/.
diakses tanggal 3 Maret 2017.
Sebastian, Otto. 2013. Analisa Efisiensi Elektrolisis Air dari Hydrofill Pada Sel
Bahan Bakar. Jurnal Dinamis, Volume II, No.12, Januari 2013, diakses
tanggal 1 Maret 2017.
Petrovic, John. George, Thomas. 2008. Reaction of Aluminium with Water to
Produce Hydrogen Jurnal U.S.Department of Energy, United States of
America, Diakses 30 Januari 2017.