Anda di halaman 1dari 20

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH
PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Transformasi Nelayan Buruh Menjadi


Wirausahawan Ikan Asin Kemasan

Oleh

BEN IBRATAMA

Dosen Pengampu
Ratih Inneke Wati.,S.P, M.Agr, Ph.D

PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal pemberdayaan
masyarakat di nagari Ampiang Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan,
Sumatera Barat. Proposal ini merupakan gagasan tentang transformasi nelayan buruh menjadi
wirausahawan ikan asin kemasan.
Kami sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita dalam rangka memberdayakan masyarakat pesisir pada umumnya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan dan penyusunan proposal
pemberdayaan masyarakat ini masih terdapat kekurangan. Semoga proposal sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Yogyakarta, 23 Desember 2016

Ben Ibratama
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

1.1. Deskripsi Budaya

Nagari Ampiang Parak, Kecamataran Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat
merupakan salah satu nagari yang sangat kental dengan budaya dan tradsi Minangkabau.
Budaya Minangkabau merupakan salah satu dari kebudayaan besar di nusantara yang sangat
menonjol dan berpengaruh. Budaya ini memiliki sifat egaliter, demokratis, dan sintetik,yang
menjadi anti tesis bagi kebudayaan besar lainnya, yakni budaya Jawa yang bersifat feodal dan
sinkretik. Berbeda dengan kebanyakan budaya yang ada di dunia, budaya Minangkabau
menganut sistem matrilineal baik dalam pernikahan, persukuan, warisan, dan sebagainya.

1.2. Lingkungan Lokal


Masyarakat pesisir yang terdiri atas nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pedagang
hasil laut, serta masyarakat lainnya yang kehidupan sosial ekonominya tergantung pada sumber
daya kelautan, merupakan segmen anak bangsa yang pada umumnya masih tergolong miskin.
Ketertinggalan masyarakat pesisir selain terbatasnya dalam mengakses sumber permodalan dan
lemahnya infrastruktur kelembagaan sosial ekonomi masyarakat di tingkat desa.
Nelayan dan komunitas desa pesisir, pada umumnya adalah bagian dari kelompok
masyarakat miskin yang berada pada level paling bawah dan acapkali menjadi korban pertama
yang paling menderita akibat ketidakberdayaan dan kerentanannya. Berbagai kajian yang telah
dilakukan menemukan, bahwa para nelayan tradisional bukan saja sehari-hari harus berhadapan
dengan ketidakpastian pendapatan dan tekanan musim paceklik ikan yang panjang, tetapi lebih
dari itu mereka juga sering harus berhadapan dengan berbagai tekanan dan bentuk eksploitasi
yang muncul bersamaan dengan berkembangnya proses modernisasi di sektor perikanan.
Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi yang berada di pesisir Barat pulau
Sumatera yang memiliki potensi penangkapan dan pengelolaan ikan di laut yang sangat besar.
Hal ini didukung oleh pantai sepanjang 375 km, yang dimulai dari Kabupaten Pasaman Barat di
utara sampai Kabupaten Pesisir Selatan di selatan, serta 2.420 km jika termasuk pantai di
Kepulauan Mentawai. Namun, dengan realitas sosial yang ada saat ini, tidak kurang 1/3 daerah
yang terletak di daerah pesisir, yang berada di daerah pesisir terutama di wilayah pantai Barat
Sumatera dikategorikan sebagai daerah yang memiliki penduduk miskin dibandingkan dengan
penduduk petani di daerah daratan (pemprov-sumbar.go.id).
Daerah pesisir pantai Barat Sumatera merupakan kantong-kantong kemiskinan struktural
yang potensial. Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan di daerah pesisir telah menjadikan
penduduk di kawasan ini harus menanggung beban kehidupan yang tidak dapat dipastikan masa
berakhirnya. Kerawanan di bidang sosial ekonomi dapat menjadi lahan subur bagi timbulnya
kerawanan-kerawanan di bidang kehidupan yang lain.
Kabupaten Pesisir Selatan, sebuah kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini
memiliki luas wilayah 5.749,89 km dan populasi 420.000 jiwa. Ibu kotanya ialah Painan.
Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah timur dengan
Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi, sebelah selatan dengan Provinsi Bengkulu dan sebelah
barat dengan Samudera Indonesia.
Kabupaten Pesisir Selatan terletak di pinggir pantai, dengan garis pantai sepanjang 218
kilometer topografinya terdiri dari dataran, gunung dan perbukitan yang merupakan
perpanjangan gugusan Bukit Barisan. Berdasarkan penggunaan lahan, 45,29 persen wilayah
terdiri dari hutan, termasuk kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Cagar Alam Koto XI
Tarusan, dan rawa gambut.
Kabupaten Pesisir Selatan meliputi 15 kecamatan : 1) Koto XI Tarusan, 2) Bayang, 3)
Bayang Utara awalnya disebut Koto Nan Salapan, 4) IV Jurai. Disini terletaknya pusat
pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu Painan, 5) Batang Kapas, 6) Sutera, 7)
Lengayang, 8) Ranah Pesisir. 9) Linggo Sari Baganti, 10) Pancung Soal , 11) Air Pura, 12)
Basa Ampek Balai Tapan, 13) Lunang, 14) Silaut, dan 15) Ranah ampek Hulu.

1.2. Tempat Program Pemberdayaan Masyarakat

Tempat Pemberdayaan Masyarakat


Nelayan Buruh di Nagari/Desa Ampiang
Parak, kecamatan Sutera, Kabupaten
Pesisir Selatan, Sumatera Barat

Program pemberdayaan masayarakat ini akan dilakukan pada masyarakat di daerah


Ampiang Parak, salah satu nagari yang ada di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan,
Sumatera Barat. Berdasarkan data monografi Nagari (2009), bahwa nagari Ampiang Perak
sendiri merupakan salah satu di antara nagari-nagari yang terdapat di Kecamatan Sutera,
Kabupaten Pesisir Selatan. Nagari Ampiang Perak terletak di wilayah pesisir yang merupakan
kawasan pantai, sehingga dapat dikatakan kenagarian Ampiang Perak yang di dalamnya
terdapat kampung-kampung yang digolongkan sebagai wilayah pantai.
Luas wilayah Nagari Ampiang Perak mencapai 2.800 Ha. Berdasarkan data kependudukan
Nagari Ampiang Perak tahun 2009, jumlah penduduk sebanyak 8.023 jiwa orang, dengan
penduduk laki-laki berjumlah 3.955 jiwa dan penduduk perempuan 4.068 jiwa orang. Jumlah
kepala keluarga (KK) adalah 1.741. Selain itu, jumlah penduduk miskin di wilayah Nagari
Ampiang Perak berjumlah 559 KK (31.10%) dan penduduk menengah ke atas berjumlah 1.182
(68.90%) (Data Monografi Nagari, 2009).

1.3. Komunitas Nelayan Buruh di Nagari Ampiang Parak


Komunitas yang akan diberdayakan adalah nelayan buruh di nagari Ampiang Parak.
Sebagian besar penduduk di Nagari Ampiang Perak bermata pencarian sebagai nelayan,
terutama nelayan buruh sebanyak 1.637 (33%) dibandingkan dengan yang lainnya. kondisi
wilayah Nagari Ampiang Perak yang terletak memanjang di garis pentai daerah Pesisir Selatan
yang terdapat di 4 kampung, yaitu kampung Alai, kampung Pasar Hamparan Perak, kampung
Padang Tae dan kampong Ujung Air. Aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan
buruh di Nagari Ampiang Perak hampir sama dengan aktivitas penangkapan ikan lainnya di
berbagai daerah di wilayah Pesisir Selatan. Aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh
nelayan buruh di wilayah pesisir pantai Selatan Sumatera Barat adalah membagan, memayang,
memukat, menjaring dan memancing.
Beberapa alasan logis pemilihan komunitas nelayan buruh di nagari Ampiang Parak ini
adalah 1) mata pencaharian masyarakat Ampiang Parak yang paling banyak adalah nelayan
buruh dan masih menggunakan cara yang tradisional, 2) monopoli toke (tengkulak) dalam
aktivitas pemasaran dan penetapan harga jual tangkapan nelayan buruh cenderung lebih tinggi
dan mengakibatkan harga jual hasil tangkapan nelayan buruh rendah. 3) Belum mempergunakan
teknologi informasi sebagai alat yang efektif dalam aktivitas pemasaran hasil tangkapan.
Gambar : Peta Pesisir Selatan, Sumatera Barat
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

2. Penerapan Teori/Konsep dan Landasan Pembangunan

Konsep Pembangunan
Another Development (Menyempurnakan Teori Modernisasi
dan Dependensi
Landasan Pembangunan
Sustainable Development

Dalam rangka pembangunan serta pemberdayaan masyarakat ini saya mengambil gagasan
Sarvaes yaitu mencoba menerapkan konsep another development. Konsep ini bertujuan untuk
menyempurnakan teori maupun konsep yang telah ada sebelumnya seperti modernisasi dan
dependensi dalam konteks pembangunan. Dalam pandangan Sarvaes another development
sungguh berbeda dari paradigma sebelumnya. Ide sentral dari another development bahwa tidak
ada jalur tunggal yang universal dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan harus
dipahami sebagai sebuah konsep yang integral, multidimensional, dan dialektis yang dapat
berbeda dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Strategi pembangunan diartikan sebagai sesuatu
yang relatif. Untuk landasan pembangunan saya mengambil konsep mengenai sustainable
development secara tegas menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan suatu
bentuk baru yang memadukan proses produksi dengan konservasi sumber daya manusia dan
peningkatan lingkungan.

2.1. Konsep dan Model Program Pemberdayaan Nelayan Buruh di Ampiang Parak

Aspek Aspek Aspek


Ekonomi Sosial Lingkungan

Kesejahteraan tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja namun tersedianya lapangan
pekerjaan dan meningkatnya pendapatan, tetapi juga meliputi aspek sosial lainnya seperti
pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan, sumber daya perikanan dan laut serta pemukiman
dan infrastruktur. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masayarakat
nelayan buruh di Ampiang Parak melalui program pemberdayaan. 1) Pengembangan aspek
ekonomi penting untuk mengembangkan lapangan kerja dan berusaha serta meningkatkan
pendapatan.
2) Aspek sosial penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Iman dan Taqwa, sikap dan perilaku. 3) Aspek
lingkungan penting untuk pelestarian sumber daya pesisir dan laut, serta perbaikan pemukiman.

2.2. Strategi Pemberdayaan Nelayan Buruh di Ampiang Parak


Untuk mencapai tujuannya, dalam program pemberdaayaan ini akan melakukan beberapa
strategi, antara lain :
1) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, manajemen dan teknologi bagi usaha
perikanan, melalui pelatihan, pendampingan, manajemen dan teknologi terhadap kelompok
masyarakat nelayan buruh di Ampiang Parak
2) Mengembangkan jaringan usaha melalui kemitraan antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat ditingkat lokal yang dapat menjamin kesinambungan usaha dan peningkatan
pendapatan masyarakat nelayan buruh di Ampiang Parak.

2.3. Program Pemberdayaan Masyarakat Ampiang Parak


Program pemberdayaan masyarakat untuk komunitas nelayan buruh di Ampiang Parak
ditujukan untuk mengembangkan masyarakat Ampiang Parak yang dominan berprofesi sebagai
nelayan buruh, mata pencahariannya bersumber dari eksplorasi dan pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan kelautan.
2.4. Visi Program Pemberdayaan Nelayan Buruh di Ampiang Parak
Misi yang akan dilaksanakan adalah meningkatkan kemandirian nelayan buruh di Ampiang
Parak melalui pengembangan kegiatan ekonomi nelayan, peningkatan kualitas SDM, partisipasi
masyarakat nelayan, serta penguatan pada kelembagaan sosial ekonomi masyarakat nelayan
buruh.
2.5. Misi Program Pemberdayaan Nelayan Buruh di Ampiang Parak
1. Meningkatkan produktifitas dan penghasilan masyarakat nelayan buruh Ampiang Parak.
2. Meningkatkan, distribusi, perdagangan dan pemasaran dengan melibatkan teknologi dan cara
yang lebih modern
3. Meningkatkan kemampuan dan peran nelayan buruh sebagai pelaku ekonomi dalam proses
negosiasi dan khususnya dalam hal pemasaran dan perdagangan.
Meningkatkan
kemampuan dan
Peran nelayan
Meningkatkan sebagai pelaku
Pola,distribusi, ekonomi
perdagangan, dan
Pemasaran
Meningkatkan
Produktifitas dan
penghasilan
nelayan buruh

BAB III
PENDEKATAN DAN PROSES PEMBERDAYAAN

3. Pendekatan Program Pemberdayaan Masyarakat


Pendekatan yang akan digunakan pada program ini adalah : 1) Melibatkan partisipasi
masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, serta pengembangan dan
pelestarian pembangunan ekonomi masyarakat nelayan buruh di Ampiang Parak. 2) Menciptakan
kemandirian masyarakat dalam pembangunan masyarakat serta daerahnya. 3) Memperkuat
kemitraan antara masyarakat nelayan buruh, aparat pemerintah,dan swasta dalam mengembangkan
kegiatan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan akitivitas nelayan buruh di Ampiang Parak.

3.1. Prinsip Pengelolaan Program Pemberdayaan Nelayan Buruh di Ampiang Parak


1) Acceptable.Pogram pemberdayaan berdasarkan potensi sumber daya, kebutuhan /keinginan
dan kemampuan, sehingga memperoleh dukungan masyarakat.
2) Transparancy. Pengelolaan program pemberdayaan masyarakat dilakukan secara terbuka,
dapat diinformasikan dan diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperan
memantaunya
3) Sustainability
Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat nelayan buruh secara
optimal dan berkelanjutan, baik dalam lingkungan internal maupun eksternal
3.2. Agen Perubahan dalam Pemberdayaan Nelayan Buruh di Ampiang Parak
Usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya oleh sejumlah orang yang
mempelopori, menggerakan, menyebarluaskan, proses perubahan tersebut. Orang-orang tersebut
dalam kepustakaan ilmu sosial disebut agen perubahan. Kualifikasi agen perubahan menurut
Duncan dan Zulman memiliki kualifikasi teknis, kemampuan administratif, dan hubungan
antarpribadi. Suatu usaha perubahan sosial yang berencana tentu ada yang memprakarsainya.
Prakarsa itu dimulai sejak menyusun rencana, hingga mempelopori pelaksanaanya.
Tugas-tugas Agen perubahan menurut Rogers dan Shoemaker (1971) diantaranya adalah :
1) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan, 2) Membina hubungan
dalam rangka perubahan, 3)Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi masyarakat 4) Menciptakan
keinginan perubahan dikalangan klien, 5) Menterjemahkan keinginan tersebut menjadi tindakan
yang nyata, 6) Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop out, 7) Mencapai
terminal hubungan.

Bagan Pentahapan Langkah Agen Perubahan

2) Mendiagnosa 3) Mendapatkan
1) Membina
keluhan, sumber-sumber
Hubungan
permasalahan, yang relevan
tujuan

6) Menjaga
4) Pemilihan 5) Memperoleh
Kestabilan, dan
Pemecahan Penerimaan
Membangkitkan
Kemampuan

Sumber : (Zulkarimein Nasution, 1996)

3.3. Pelaksanaan Kegiatan dan Proses Pemberdayaan


Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 7 Januari - 28 Januari tahun 2017 di desa
Ampiang Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Program
Pemberdayaan nelayan buruh akan dilaksanakan pada beberapa kampung yaitu kampung Alai,
kampung Pasar Hamparan Perak, kampung Padang Tae dan kampung Ujung Air. Berikut data
singkat peserta program pemberdayaan nelayan buruh di Ampiang Parak.
Kampung Asal Ketua Kelompok Jumlah Anggota Rata2 Penghasilan
Kampung Alai Juharadi Bintara 20 orang 75.000/hari
Hamparan Pasar Perak Afnan Surasi 18 orang 70.000/hari
Padang Tae Burhanuddin 21 orang 70.000/hari
Ujung Air Jamaludin 18 orang 60.000/hari

3.4. Proses Pemberdayaan Nelayan Buruh di Ampiang Parak


Penyusunan Rencana Program
Penyusunan rencana bertujuan untuk memudahkan nelayan buruh di Ampiang Parak untuk
melaksanakan rencana kegiatan secara realistis. Penyusunan rencana program ini didasari oleh
identifikasi masalah yang dihadapi oleh nelayan buruh di Ampiang Parak.

Bagan Rencana Program dan Output Pemberdayaan

Pendekatan Pemberdayaan
Strategi Pemberdayaan
dengan melibatkan Meningkatkan
partisipasi, menciptakan kemampuan SDM dan
kemandirian, dan kemitraan Jaringan Kemitraan

Nelayan Buruh
di Ampiang
Parak

Sosialisasi program untuk Kegiatan Pemberdayaan


meningkatkan pengetahuan bertujuan untuk
dan pemahaman peningkatan
masyarakat pengetahuan,awareness,
dan perubahan sikap

Output
Kemakmuran
Nelayan
Buruh
Analisis Rencana Program Pemberdayaan

Dampak
Permasalahan Strategi

Meningkatkan
Manajemen dan produktifitas dan
Nelayan Buruh dan teknologi bagi usaha penghasilan
nelayan buruh
cara tradisional perikanan, melalui
pelatihan dan
pendampingan Meningkatkan pola
Belum pemasaran dan
menggunakan perdagangan
Meningkatkan
teknologi sebagai kemampuan sumber dengan teknologi
alat pemasaran daya manusia
melalui wawasan Meningkatkan
Monopoli dan pengetahuan kemampuan
negosiasi sebagai
toke/agen yang
pelaku ekonomi
tinggi

Sosialisasi Program dan Kegiatan Pemberdayaan

Pelatihan
Pengolahan Ikan
Asin dalam
Kemasan

Pelatihan dan
Pendampingan
Berkelanjutan

Peningkatan Pemanfaatan
wawasan dan Teknologi
Pengetahuan (smartphone) untuk
Berwirausaha Wirausaha
Manajemen dan Teknologi
Dalam hal ini masyarakat nelayan buruh harus dilatih dan didampingi untuk mengubah cara
tradisional yang biasa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan sebagai nelayan. Cara tradsional
yang dimaksud dalam konteks ini adalah mengubah pola pikir masyarakat yang selama ini
cenderung menjual semua hasil tangkapan ikan mereka kepada para toke/tengkulak dengan harga
yang ditentukan oleh para toke/tengkulak dan cenderung dibeli dengan harga yang sangat murah.
Dari permasalahan ini kami menawarkan program pemberdayaan kepada masyarakat
Ampiang Parak agar lebih inovatif sehingga bisa memberikan benefit yang lebih menguntungkan
terutama secara ekonomi melalui pendapatan. Program yang akan dilakukan adalah pemberdayaan
masyarakat melalui inovasi usaha konvensional menjadi usaha yang lebih inovatif, melakukan
pengolahan hasil tangkapan ikan menjadi Ikan Asin Kemasan. Secara tidak langsung hal ini
tentu mampu mendongkrak penghasilan nelayan.
Untuk mendukung program tersebut mulai dari,distribusi, pemasaran, dan penjualan sejatinya
harus didukung dengan peran teknologi informasi yang sedang berkembang, dapat dimanfaatkan
sebagai alat pemasaran dan menjual produk yang akan ditawarkan. Penggunaan handphone dan
smartphone tentu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan program yang akan
dilakukan seperti promosi produk khususnya di dunia maya. Agar nelayan buruh bisa mengadopsi
gagasan ini tentu perlu dilakukan transfer teknologi melalui pelatihan.

Meningkatkan Wawasan dan Pengetahuan Nelayan Buruh


Wawasan dan pengetahuan tentu sangat dibutuhkan tak terkecuali kepada nelayan buruh. Hal
ini bertujuan agar nelayan buruh bisa menerima, mengadopsi program pemberdayaan yang akan
dilakukan. Dalam hal ini ada dua program yang akan ditawarkan kepada masyarakat Ampiang
Parak yaitu transfer knowledge khususnya dalam hal berwirausaha, dan transfer teknologi sebagai
salah satu alat penunjang yang dapat digunakan dalam berwirausaha. Dua hal di atas tentu harus
dipahami oleh masyarakat nelayan buruh terlebih dahulu, agar nantinya masyarakat bisa menerima
dan mengimplementasikan program pemberdayaan ini.

Kenapa Bisnis Ikan Asin Kemasan ?


Menurut hemat kami pengolahan ikan asin kemasan merupakan salah satu langkah inovatif
yang bisa dimanfaatkan oleh nelayan buruh di Ampiang Parak, karena sejauh ini belum ada
masyarakat menerapkan hal ini dan melihat ikan asin dalam kemasan memiliki nilai jual yang
cukup tinggi di pasaran. Pola pikir yang berkembang di kalangan masyarakat hanya menangkap
ikan dengan cara konvensional dan untuk mendapatkan uang harus dijual kepada tengkulak
dengan harga yang murah, demikian siklus kehidupan nelayan buruh di Ampiang Parak.
Kami memiliki ide dan gagasan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di sisi ekonomi
dan menambah wawasan serta pengetahuan mereka dengan menjadi wirausahawan mandiri dalam
berbisnis ikan asin kemasan. Ikan asin bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Ampiang
Parak, namun hanya diolah untuk konsumsi pribadi dengan metode yang sederhana.
Pada kesempatan ini kami mencoba memberdayakan masyarakat sesuai dengan potensi
sumber daya alam dan potensi sumber daya manusianya, namun tentu memerlukan bimbingan
untuk menerapkan suatu langkah inovatif khususnya untuk mengubah kebiasaan dan pola pikir
masyarakat nelayan buruh.
Menurut hemat kami ikan asin kemasan memiliki daya jual yang tinggi apalagi jika di
packaging dengan cara yang lebih modern dan dipasarkan bukan hanya melalui pasar tradisional,
tetapi juga memanfaatkan teknologi untuk aktivitas pemasaran dan perdagangan. Hal ini tentu
diharapkan mampu meningkatkan omset para nelayan buruh.

Pelatihan dalam Pengolahan Ikan Asin dalam Kemasan


Ikan asin merupakan bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan
menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya
membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-
bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung
protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu
nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna oleh
konsumen.

Prosedur dan pembuatan ikan asin. Lebih jelasnya dapat kita ketahui dengan cara dibawah ini:
Pembersihan Ikan
Pembersihan ikan disini sangatlah penting, dimulai dengan pengelupasan kulit pada ikan
supaya saat pengasinan dapat mudah masuk ke dalam daging. Kemudian pembersihan bagian
dalam perut ikan, ini sangat penting karena jika tidak dibuang akan mempercepat kebusukan dan
pastinya tidak ada yang mau dengan isi perut ikan.
Pemotongan Ikan
Pemotongan ikan harus dilakukan dengan hati-hati, pastikan semua potongan anda bagus dan
rapi. cara memotong yang baik adalah melakukan pembelahan mulai dari kepala hingga ekor,
jangan sampai terpotong atau terpisah menjadi dua. Karena ikan akan terasa lebih besar dan
ketebalan daging ikan lebih tipis sehingga lebih bagus dalam proses pengasinan. Setelah dipotong
jangan lupa untuk membersihkannya kembali.
Pengasinan Ikan
Ikan yang telah dipotong menjadi lebar dan dibersihkan perlua dilakukan proses pengasinan.
Ini betujuan untuk pengawetan alami, dan membuat ikan tersebut berasa asin tentunya. Pada
proses pengasinan berikut ini anda dapat melakukannya dengan cara membuat kandungna air dan
garam dengan persentase 50% air bersih tawar dan 50% garam. Selanjutnya untuk proses
perndaman dilakukan 1-1/2 hari tergantung keinginan seberapa tingkat keasinan ikan tersebut.
Agar lebih menghemat wadah, bisa dilakukan pengepresan dengan batu bersih agar ikan dapat
tenggelam. Pengasinan ikan sebenarnya ada dua jenis yaitu basah dan kering, yang diatas adalah
cara untuk pengasinan basah. Sedangkan untuk pengasinan kering adalah, Ikan yang telah bersih
dan dibelah lalu dijemur sambil diolesi garam kering merata di seluruh bagian tubuh ikan tersebut.
Penjemuran Ikan Asin
Proses penjemuran ini merupakan tahapan yang sangat penting, jika proses penjemuran gagal
maka ikan yang telah diasinkan tidak dapat kering secara maksimal dan hasilnyapun tidak baik.
Buat wadah /tempat penjemuran bisa dibuat dari bahan kayu / anyaman bambu. Keringkan 1 per 1
jangan ditumpuk, berilah jarak yang cukup agar sekeliling daging ikan dapat terkena sinar
matahari dengan baik dan rata. Sesekali ikan yang dijemur haruslah dibalik untuk mendapatkan
kering yang merata disemua sisinya.
Pengemasan / Pembungkusan Ikan Asin
Ini adalah proses terakhir dari pembuatan ikan asin. Dalam pengemasan sebaiknya dilakukan
secara sehat dan rapi. Dalam artian ikan asin harus ditempatkan pada tempat yang steril dari
sampah, saat pembungkusan plastik harus bersih dan baru, rapatkan plastik secara benar-benar
rapat agar menghindari angi masuk. Jika ingin membuat bungkus yang baik pakailah alat penyedot
udara agar dalam plastik benar-benar bersih dari udara. Jangan lupa untuk memberi merek supaya
produk yang telah dibuat buat dikenal oleh masyarakat.

Sistem Bisnis Ikan Asin Kemasan

Kemitraan
Target Pasar
dengan
Pasar Tradisional Pedagang pasar
Pasar Tradisional
Produksi Ikan
Asin oleh
Target Pasar Kemitraan
Nelayan Buruh dengan Swasta
Pasar Modern

Target Pasar
Pasar dunia Tanpa Kemitraan
maya
Jadwal Kegiatan dan Meknisme Pelatihan

Kampung Asal Jadwal Pelatihan Jumlah Anggota Materi Pelatihan


Kampung Alai, Pasar 7-11 Januari 2017 (1) 77 orang Pengolahan Ikan Asin
Perak, Padang Tae, dan dalam kemasan
Ujung Air
13-17 Januari 2017(2) 77 orang Wawasan, Pengetahuan
Berwirausaha
20-24 Januari 2017(3) 77 orang Pemanfaatan
Teknologi
berwirausaha
26-28 Januari 2017(4) 77 orang Monitoring/ Evaluasi

Pendampingan
Program pemberdayaan masyarakat nelayan buruh adalah program yang sasarannya
masyarakat pesisir yang notabanenya memiliki pendidikan rendah. Berdasarkan data BPS tahun
2009, masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan hanya 3,27 % yang sampai ke bangku perguruan
tinggi, dan hampir setengahnya hanya tamat SD atau tidak menamatkan bangku sekolah dasar.
Mengingat kondisi sosial ekonomi dan budaya serta pendidikan mereka yang pada umumnya
relatif rendah, maka diperlukan suatu pendampingan. Proses pendampingan sangat diperlukan
karena program pemberdayaan masyarakat nelayan buruh merupakan program yang ditujukan
untuk merubah pola pikir dan perilaku masyarakat menuju masyarakat yang lebih maju dan
mandiri. Pendampingan adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan tenaga
pendamping yang berperan sebagai fasilitator.Tenaga pendamping adalah profesional di bidangnya
yang tinggal di tengah masyarakat dan mendampingi masyarakat secara terus menerus selama
kegiatan.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan Evaluasi bukanlah suatu kegiatan khusus, tetapi dilaksanakan secara
mendalam pada semua tahap. agar proses Pemberdayaan Masyarakat nelayan buruh di Ampiang
Parak berjalan dengan baik dan tujuannya akan tercapai. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan
oleh semua pihak yang terlibat. Monitoring dan evaluasi adalah suatu proses penilaian, pengkajian
dan pemantauan kegiatan, baik prosesnya , pelaksanaan maupun hasil dan dampaknya agar dapat
disusun proses perbaikan kalau diperlukan.
Rincian Anggaran pada Program Pemberdayaan

Biaya Pelatihan Awal


Snack/makanan & minuman Rp.5000.4.77 = 1.540.000 (1)
Snack/makanan & minuman Rp.5000.4.77 = 1.540.000(2)
Snack/makanan & minuman Rp.5000.4.77 = 1.540.000 (3)
Total Rp.4.620.000

Alat tulis
Notebook Rp.5000.4.77 = 1.540.000
Ballpoint Rp.3000.4.77 = 924.000
Total Rp. 2.464.000

Biaya Modal Usaha


Garam 5 Kg Rp.@125.000.77 = 9.625.000
Biaya Plastik 1 Gross Rp.100.000.77 = 7.700.000
Biaya Mesin Press Plastik Rp.@300.000.77 = 23.100.000
Wadah Penjemuran Ikan Rp.@200.000.77 = 15.400.000
Total Rp. 55.825.000

Biaya Pendampingan Awal


Monitoring dan Evaluasi Rp. @200.000.4.3hari = 2.400.000
Pendampingan Berkelanjutan Rp. 5000.000 (asumsi)

Total Anggaran = Rp.4.620.000 + Rp. 2.464.000 + Rp. 55.825.000 + 2.400.000 + 5000.000


= Rp. 70.309000,00
BAB IV
PENUTUP

Satu langkah inovatif yang dilakukan tentu memiliki dampak kepada kemakmuran nelayan
buruh, dalam proposal ini kami mencoba melakukan suatu gebrakan inovatif untuk mengubah pola
pikir,sikap, dan prilaku nelayan buruh di Ampiang Parak yang selama ini hidup dalam siklus yang
monoton sehingga taraf kehidupan masyarakat cenderung stagnan. Menjual hasil tangkapan ikan
kepada tengkulak dan dibeli dengan harga yang murah secara tidak langsung merugikan mereka jika
dibandingkan dengan mengolah setiap hasil tangkapan mereka menjadi ikan asin kemasan dan
dipasarkan dengan menggunakan teknologi informasi.
Hal ini tentu jauh lebih menguntungkan nelayan buruh, karena harga yang ditawarkan lebih
tinggi, selain itu target pasar yang diciptakan jauh lebih luas seperti pasar tradisional, pasar modern,
dan pasar dunia maya. Untuk memperluas target pasar tersebut kami memiliki gagasan melalui
jaringan kemitraan baik pihak swasta maupun pemerintah. Kami memberdayakan masyarakat sesuai
dengan potensi lingkungan dan potensi sumber daya manusianya, namun melakukan transformasi
kepada nelayan buruh menjadi wirausahawan ikan asin kemasan. Untuk memaksimalkan setiap
potensi yang ada tentu dibutuhkan pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan.
Transformasi Nelayan Buruh Ampiang Parak Menjadi Wirausahawan Ikan Asin

Kemasan

Anda mungkin juga menyukai