PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat
menyesuaikan dengan arus perkembangan tersebut. Lulusan suatu
sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada.
Personil sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian
utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada,
guru merupakan jajaran terdepan dalam menentukan kualitas
pendidikan. Guru setiap hari bertatap muka dengan siswa dalam
proses pembelajaran. Karena itu guru yang berkualitas sangat
dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis dalam
mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu
sekolah dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut
aspek personal, operasional, maupun material) yang perlu
mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan.
Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi
merupakan kajian supervisi pendidikan.
Mengacu pada pemikiran di atas, sebagai seorang supervisor juga
dituntut untuk mengetahui beberapa pendekatan yang akan
dilakukan dalam melakukan supervisi, agar dalam pelaksanaannya
supervisi selain dapat meningkatkan keterampilan guru dalam
mengelola proses pembelajaran juga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN
2
Pendekatan dan teknik yang diterapkan dalam memberikan
supervisi kepada guru-guru berdasarkan prototipe guru tersebut
berbeda-beda, antara lain:
a. Apabila guru yang profesional, maka pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan non-direktif. Teknik yang
diterapkan berdialog dan mendengarkan secara aktif.
b. Apabila guru yang tukang kritik atau terlalu sibuk, maka
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kolaboratif.
Teknik yang diterapkan percakapan pribadi, dialog, dan
menjelaskan.
c. Apabila guru yang tidak bermutu, maka pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan direktif. Teknik yang diterapkan
menjelaskan, berdialog, percakapan pribadi, dan
mendengarkan secara aktif.
3
Pendekatan non-direktif adalah cara pendekatan terhadap
permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Supervisor
tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia
terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan guru-guru. Supervisor memberikan kesempatan
yang sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan
permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini
berdasarkan pada pemahaman psikologi humanistik yang dalam
prinsipnya menyatakan bahwa orang yang akan dibantu itu
sangat dihargai. Oleh karena itu pribadi guru yang dibina begitu
dihormati, sehingga supervisor lebih banyak mendengarkan
permasalahan yang dihadapi oleh guru dan mencoba
mendengarkan serta memahami apa yang di alami guru-guru.
Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah
sebagai berikut: mendengarkan, memberikan penguatan,
menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan permasalahan.
Perilaku supervisor dilakukan secara berkesinambungan, mulai
dari permasalahan yang di alami oleh para guru di lapangan dan
kemudian dicari pemecahan masalahnya (problem solving).
Biasanya pendekatan ini diterapkan pada guru-guru yang
profesional.
3. Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang
memadukan cara pendekatan direktif dengan pendekatan
non-direktif menjadi cara pendekatan baru. Pada
pendekatan ini, supervisor dan guru bersama-sama dan
bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam
melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang
dihadapi oleh guru. Pendekatan kolaboratif didasarkan pada
psikologi kognitif yang dalam prinsipnya menyatakan bahwa
belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan
lingkungan, yang pada gilirannya nanti akan berpengaruh dalam
pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian, pendekatan
dalam supervisi berhubungan pada dua arah yaitu dari arah atas
ke bawah (top down) dan dari arah bawah ke atas (bottom up).
Perilaku supervisor dalam pendekatan kolaboratif adalah
sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan,
memecahkan permasalahan, dan negosiasi. Perilaku supervisor
dilakukan secara bertahap, mulai dari pertanyaan awal sampai
dengan mengemukakan permasalahan yang kemudian
dinegosiasi bersama-sama dan dicari pemecahan
4
permasalahannya. Biasanya pendekatan ini diterapkan pada guru-
guru yang tukang kritik dan guru yang terlalu sibuk.
1. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak
dapat diperlakukan sebagai sebagai alat semata- mata untuk
meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan
mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan
masukan sistem lain yang bersifat kebendaan.
Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara
terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk
mengikuti pola perkembangan itu. belajar harus dilakukan melalui
pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secara
nyata.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang
menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar,
tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya
melakukan observasi tanpa melakukan analisis dan interpretasi,
mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau
mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan
bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi
menjadi tiga bagian yaitu pembicaraan awal, observasi,analisis
,dan interpretasi serta pembicaraan akhir, maka bisa di
gambarkan tahapan implementasinya dilakukan dengan :
a. Pembicaraan awal
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah
dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini
dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru
tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini
disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go or no point).
b. Observasi
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi
kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan
duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia hanya
mengamati kegiatan kelas.
5
c. Analisis dan interpretasi
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali ke kantor
memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut
supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervisor
tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila
diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan
keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian
menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut
untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya
supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk
mencoba cara lain yang kiranya tepat dalam upaya
mengawasi kesulitannya.
d. Pembicaraan akhir
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan
supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam
pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan
apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada
pertanyaan dan menanyakan kalau kalau guru perlu bantuan
lagi.
e. Laporan
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi
berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk
guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah, untuk bahan
perbaikan selanjutnya.
2. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai
kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan
kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi
adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai
guru. Guru yang tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak
akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan
yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat
menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi
yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya:
a. Definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan
untuk tiap kegiatan
b. Penilaian kemampuan dasar guru dengan segala pirantinya,
c. Program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana
terinci dengan pelaksanaannya dan
d. Monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui
apakah program itu berhasil atau tidak.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi
adalah sebagai berikut :
6
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki. Misalnya,
kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan
kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi
dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih
dari satu sumber keterampilan mengelola kelas dimana
digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang
reaksi siswa dalam belajar sejarah dan sebagainya.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi
yang akan datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis
kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang
akan dicapai.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja. Misalnya, apabila tujuan
supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku guru,
maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang
dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk
mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis,
jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam
memonitoring ini supervisor mengumpulan dan mengelola
data menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian
target yang telah disetujui.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti
manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan
sampai dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam
hal ini perlu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan
kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap
unjuk kerja guru.
7) Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi
secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus
memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat
secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini
harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.
7
Analisis dilakukan secara bersama sama (kolaboratif) antara
supervisor dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang
status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi.
Kesepakatan ini dilakukan melalui pembicaraan akhir.
3. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah proses belajar guru untuk
berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual.
Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan
membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan ini
mengkombinasikan target yang terstruktur dan pengembangan
pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara
supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar
dan ada yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu
bertujuan untuk membantu. Pengembangan profesional guru dan
sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri.
Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan
mengajar guru berdasarkan hasil observasi.
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan
bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor
diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan pada guru
yang meliputi antara lain:
a) Keterampilan mengamati dan memahami
(mempersepsi) proses pengajaran secara analistis,
b) Keterampilan menganalisis proses pengajaran secara
rasional berdasarkan bukti bukti pengamatan yang jelas dan
tepat .
c) Keterampilan dalam pembaharuan kurikulum,
pelaksanaan, serta percobaan dan
d) Keterampilan dalam mengajar.
8
a. Kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas
mengajar,
b. Keterampilan keterampilan dasar yang diperlukan dalam
mengajar (generic skill) yang meliputi :
Keterampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar
dan menggunakan stimulasi,
Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar serta ,
Keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu :
a) Pembicaraan pra- observasi
b) Melaksanakan observasi
c) Melakukan analisis dan penentu strategi
d) Melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, serta
e) Melakukan analisis setelah pembicaraan
4. Pendekatan Profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan
pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini
adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah
mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada
hal hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas
guru yang bersifat administratif.
Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional sebagai
berikut ini :
a. Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan
bersama dengan kepala sekolah (dan pengawas). Sekolah
yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti, dan
sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut
sekolah imbas. Isi penataran bersama ini meliputi :
Metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar,
perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar kelompok,
teknik bertanya dan umpan balik,
Metode khusus ipa,matematika, ips, dan bahasa,
Pengalaman lapangan para penatar dalam menerapkan
metode umum dan metode khusus, serta
Pembinaan profesional.
b. Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing
masing sekolah maupun di dalam kelompok sekolah yang
berdekatan.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Pendekatan direktif
2) Pendekatan non direktif
3) Pendekatan kolaboratif
4) Pendekatan humanistik
5) Pendekatan kompetensi
6) Pendekatan klinis, dan
7) Pendekatan profesional
B. SARAN
10
bantuan, yang lebih berperan aktif dalam upaya pembinaan itu
adalah guru itu sendiri. Jadi sudah seharusnya guru itu sendiri
meminta bantuan kepada yang berwenang untuk mendapatkan
pembinaan. Begitu pula seorang supervisor sebagai yang berwenang
memberikan supervisi harus melaksanakan pembinaan tersebut
secara profesional, menggunakan model, teknik dan pendekatan
supervisi yang tepat serta melalui langkah-langkah yang sistematis.
C. KATA PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
http://jeperis.wordpress.com/2010/04/21/metode-dan-teknik-supervisi-
pendidikan
http://gojali-pendidikan.blogspot.com/2011/03/metode-dan-teknik-
supervisi-pendidikan
https://www.scribd.com/doc/58313694/MAKALAH-SUPERVISI-PENDIDIKAN
http://farkhanbanget.weebly.com/knowledges/pendekatan-supervisi-
pendidikan
11