DI INDONESIA
BAB I
PEMBUKAAN
Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia, tentu
sangat berpengaruh terhadap pola hidup bangsa Indonesia. Perilaku pemeluknya
tidak lepas dari syari'at yang dikandung agamanya. Melaksanakan syari'at
agama yang berupa hukum-hukum menjadi salah satu parameter ketaatan
seseorang dalam menjalankan agamanya. Ada beberapa kata yang harus
diberikan penjelasan dari judul di atas, yaitu: kontribusi, hukum Islam,
perkembangan, hukum, dan nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyebutkan bahwa kata "kontribusi" berarti sumbangan. Kamus bahasa
Inggeris (Oxford) menyebutnya dengan contribution, yang berarti act of
contributing, perbuatan memberikan sumbangan. Menurut penulis, sumbangan
yang dimaksud dengan kata tersebut pada umumnya bersifat immaterial. Kata
hukum yang dikenal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab hukum
yang berarti putusan (judgement) atau ketetapan (Provision). Dalam buku
Ensiklopedi Hukum Islam, hukum berarti menetapkan sesuatu atas sesuatu atau
meniadakannya. Sementara dalam A Dictionary of Law dijelaskan tentang
pengertian hukum sebagai berikut "Law is "the enforceable body of rules that
govern any society or one of the rules making up the body of law, such as Act of
Parliament." "Hukum adalah suatu kumpulan aturan yang dapat dilaksanakan
untuk mengatur/memerintah masyarakat atau aturan apa pun yang dibuat
sebagai suatu aturan hukum seperti tindakan dari Parlemen."
Bagi kalangan muslim, jelas yang dimaksudkan sebagai hukum adalah Islam,
yaitu keseluruhan aturan hukum yang bersumber pada AIquran, dan untuk kurun
zaman tertentu lebih dikonkretkan oleh Nabi Muhammad dalam tingkah laku
Beliau, yang lazim disebut Sunnah Rasul. Sementara itu Rifyal
Ka'bah mengemukakan bahwa hukum Islam adalah terjemahan dari istilah
Syari'at Islam (asy-syari'ah al-lslamiyyah) atau fiqh Islam (alfiqh al- Islami).
Syariat Islam dan fiqh Islam adalah dua buah istilah otentik Islam yang berasal
dari perbendaharaan kajian Islam sejak lama. Kedua istilah ini dipakai secara
bersama-sama atau silih berganti di Indonesia dari dahulu sampai sekarang
dengan pengertian yang kadangkadang berbeda, tetapi juga sering mirip. Hal ini
sering menimbulkan kerancuan-kerancuan di kalangan masyarakat bahkan di
antara para ahli. Kaidah-kaidah yang bersumber dari Allah SWT kemudian lebih
dikonkretkan diselaraskan dengan kebutuhan zamannya rnelalui ijtihad atau
penemuan hukum oleh para mujtahid dan pakar di bidangnya masing-masing,
baik secara perorangan maupoun kolektif.
BAB II
PEMBAHASAN
Syariat adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh Allah swt. Bagi hamba-
hambaNya yang dibawa oleh para Nabi Allah termasukNabi Muhammad saw.
Baik yang berkaitan dengan teknik suatu aml perbuatan (yang kemudian
tersusun dalam ilmu fiqih), maupun persoalan-persoalan kepercayaan dan
keimanan (yang kemudian tersusun dalam ilmu kalam). Istilah syariat ini sering
pula disebut dengan istilah ad-diin dan al-millah (agama). Adapula yang
mendefinisikan syariat dengan pengertian segala sesuatu yang Allah SWT bagi
hambaNya yaitu agama, atau segala sesuatu yang telah ditunjukkan jalanNYa
oleh Allah, berupa agama dan segala perintah-perintahNya seperti puasa, shalat,
haji, zakat, dan segenap amal kebaikan. Dari uraian di atas tampak bahwa istilah
syariah mencakupi yang di ajarkan dan ditetapkan oleh Allah melalui nabiNya,
baik yang berkaitan dengan masalah teologi (keyakinan), masalah ritual
(peribadatan), masalah social (kemasyarakatan), maupun moral (etika).
A. Ijab/ wajib (kewajiban), yaiti suatu perbuatan jika dilakukan mendapat imbalan
phala dan kalau ditinggalkan akan mendapat siksa dan dosa.
A. As-sabab (sebab), yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh Allah sebagai factor
datangnya ketentuan hokum taklifiy, seprti condongnya matahari ke arah barat
menjadi factor datangnya sholat dhuhur; seperti hadinya suatu penyakit atau
kegiaatan bepergian (musafir) menjadi dihapuskannya kewajiban puasa
ramadhan pada hari itu. Jadi, ada hubungan sebab akibat antara datangnya
suatu factor dengan datangnya hokum.
B. As-syarath (syarat) yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh Allah untuk menjadi
factor bagi keabsahan suatu hokum walaupun tidak memiliki hubungan mutlak
sebaab akibat, seperti akaad nikah yang sah merupakan syarat ditetaapkannya
talak/ perceraian karena tidak ada perceraian jika sepasang manusia tidak
pernah maenikah secara sah, dan seoarang yang menikah secara sah, dan
seorang yang menikah secara sah dan tidak selalu berakhir dengan perceraian.
C. Al- mani (penghalang), ayitu segala seduatu yangt ditetapkan oleh Allah
menjadi penghalang pelaksanaan suatu hukum. Maka jika sesuatu itu ada,
secara otomatis hukum itu tidak berlaku, seperti batalnya hak mewarisi bagi
seorang pembunuh bagi yang dibunuhnya. Dalam hukum waris, seorang anak
memperoleh bagian harta waris dari orang tuanya dalam keadaan apapun juga.
Namun hal ini bisa di anulir jika terbukti ternyata anak tersebut ternyata menjadi
pembunuh bagi orang tuanya. Maka dalam hal ini membunuhadalah mani/
penghalanh untuk menerima waris.
G. Al- buthlan (batal) yaitu ketetapan Allah bagi amalan-amalan yang telah
memenuhi ketetentuan syarat dan rukun padahal tidak memiliki dispensasi
apapun.
Istilah fikih didefinisikan denngan pengetahuan tentang hukum-hukum syara
yang bersifat praktis dari dalil-dalil yang terperinci, yang dihasilakan dari rasio
dan ijtihad melalui proses pemikiran dan perenungan. Banyak definisi tentang
fiqh, ada yang menyebutkan bahwa fiqh dengan ilmu pengetahuan tentang
hukum syara yang praktis digali dari sumber-sumbernya yang terperinci. Oleh
karena itu, fikih bersifat instrumental, dari ruang lingkupnya terbatas pada
hukum yang mengatur perbuatan manusia, yang disebut dengan perbuatan
hukum. Karena fikih adalah hasil karya manusia, maka ia tidak berlaku abadi dan
dapat berubah dari masa ke masa, dan dapat berbeda dari satu tempat ke
tempat yang lain. Hal ini terlihat dari aliran- aliran hukum yang disebut dengan
istilah mazahib atau mahzab-mahzab. Oleh karena itu, dalam fikih menunjukan
keragamandalam hukum islam. Fikih dalam bahasa indonesia berisi perincian-
perincian sdari syariah karena itu ia dapat dikatakan sebagai elaborasi terhadap
syariah. Elaboarsiyang dimaksud adalah suatu kegiatan ijtihad dengan
menggunakan akal pikiran atau ar-rayu.
Yang dimaksud ijtihad adalah usaha atau ikhtiar yang sungguh-sungguh dengan
memprgunakan segenapa kemampuan yang ada, dilakukan oleh orang (ahli
hukum) yang memenuhi syarat untuk mendapat garis hukum yang belum jelas
atau tidak ada ketentuannya dalam al-quran dan sunah Rasulullah. Jika
mempelajari kitab-kitab fikih, mak seseorang akan menemukan pemiikiran para
fukaha antara lain pendiri empat mazhab yang dikenal sampai sekarang masih
berpengaruh dikalanngan umat islam sedunia, yaitu: Abu Hanifah (pendiri
mazhab hanafi), Malik bin Annas (pendiri mazhab Maliki), Muhammad bin Idris
asy SyafiI (pendiri mazhab Syafii), dzan Ahmad bin Hambal (pendiri mazhab
Hambali). Para yuris islam tersebut sangat berjasa bagi perkembangan hokum
islam melalui pemikiran-pe ikiran mereka yang mengagumnkan.
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum Islam, Dengan sifat ini, hukum islam
mempunyai validitas baik bagi perorangan maupun masyarakat. Sifat-sifat itu
adalah:
B. Adil, sifat ini merupakan tujuan penetapan hukum islam, dan telah melekat
sejak kaidah-kaidah dalam syariah ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu yang
di dambakan oleh setiapm manusia baik sebagai individu, maupun masyarakat.
Dari ayat tersebut, dap[at diperoleh pemahaman bahwa umat islam dalam
menjalankan hokum agamanya harus didasarkan urutan:
Secara lebih teknis umat islam dalam berhukum harus memperhatikan sumber
tertib hukum:
1. Al Quran
3. Ijtihad
Al-Quran juga di definisikan ialah 'Kalam Allah Swt yang diwahyukan kepada
nabi yang terakhir Muhammad Saw, yang merupakan mukjizat yang terbesar
diberikan Allah Swt terhadap Rasul Saw dan membacanya merupakan ibadah
(pahala).
Dalam al-quran juga disebutkan ada beberapa nama lain Al-quran seperti :
Al-kitab
Al-Syifa (obat)
Al-Huda (petunjuk)
Al-Mauizhah (nasihat).
Artinya, Al-Quran adalah kitab yang berisikan petunjuk allah Swt untuk
menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan hambanya,
membedakan antara yang haq dan yang bathil, serta menjadi peringatan, obat
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana yang telah
diwahyukan oleh Allah Swt dalam QS.Al-Isra 82:
Dan kamiturunkan dari Al-quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian.
Al-Quran adalah sumber hukum utama dan pertama dalam islam. Karena
setiap muslim wajib berpegang teguh kepada isi kandungan Al-Quran dan
menempatka Al-Quran sebagai rujukan utama dan pertama dalam menetapkan
suatu hukum Allah SWT berfirman :
Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, Akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata. (al- Ahjab: 36).
Kedua ayat ini menegaskan kepada kita untuk selalu berpegang teguh pada al-
quran dan hadis sebagai dasar dan sumber hukum-hukum islam dan melarang
kita untuk menetapkan suatu perkara yang tidak sesuai dengan al-quran dan
hadis serta dilarang untuk mendurhakai allah dan rasul-Nya.
As-sunnah menurut istilah yang dirumuskan oleh Ulama Hadis adalah Segala
sesuatu yang diambil dari Nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrir (ketentuan), pengajaran, sifat, kelakuan dan perjalanan
hidup baik yang terjadi sebelum masa kenabian ayau sesudahnya
Sedangkan menurut ulama Fiqh : Segala sesuatu yang diambil dari Nabi
Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan(taqrir) yang
mempunyai kaitan dengan hukum
a. Hadis Qauliyah
Seluruh hadis yang bersumber dari perkataan Nabi Muhammad saw, baik dalam
bentuk perintah, larangan, anjuran atau nasehat , dan lain-lain. Yang dapat
dijadikan dalil untuk menetapkan hokum syara
b. Hadis Filiyah
Seluruh hadis yang bersumber dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan
oleh Nabi Muhammad Saw agar diconthkan atau diteladani oleh
umatnya.Contohnya: tata cara wudu , shalat, haji, dan lain-lain yang diperbua
dan dicontohkan oleh Nabi.
c. Hadis Taqririyah
Seluruh hadis yang berbentuk ketetapan atau persetujuan Nabi Muhammad Saw
terhadap suatu perkara yang dilakuakn sahabat atau umatnya. Dalam hal ini,
Nabi Muhammad Saw memberikan persetujuan atau ketetapan terhadap hal-hal
positif yang dilakukan sahabatnya. Sebagai contoh, nabi Muhammad saw
menyetujui kalimat-kalimat azan yang dikumandangkan oleh sahabat yang
bernama Bilal Nin rabbah.
Hadis Hamiyah
Hadis nabi Muhammad Saw yang masih berbentuk harapan. Menurut ahli hadis,
bentuk hadis seperti ini sangat sedikit, bahkan ada yang mengatakan tidak ada,.
Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad Saw adalah sosok teladan yang tidak
pernah meminta umatnya melakukan sesuatu sebelum ia sendiri melakukannya.
Begitupun, ada yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad saw pernah berniat
untuk berpuasa pada Muharram, tetapi sebelum ia menunaikannya, beliau telah
dipanggil Allah Swt inilah salah satunya sumber informasi tentang hadis
hammiyah.
Hadis merupakan salah satu sumber hokum islam yang wajib kita taati. Allah Swt
telah mewajibkan agar kita mentaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw tersebut.
A. Matan, yaitu isi atau kandungan dari suatu hadis yang memuat berbagai
pengertian.
Klasifikasi Hadits
1. Hadis Shahih
Yaitu hadits yang dapat dipakai sebagai landasan hukum. Hadits yang sahih para
perawinya bersambung sampai kepada Nabi saw, perawinya orang yang taat
beragama, kuat hafalannya dan isinya tidak bertentangan dengan Al-Quran.
Yaitu hadits yang tidak memenuhi criteria persyaratan hadits hasan apalagi
shahih. Hadits daif tidak boleh dijadikan sebagai landasan hukum.
Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga atau pelengkap. Hal itu
di dasarkan kepada hadis yang diriwiyatkan oleh Imam Tirmizi dan Abu
Daud yang berisikan dialoq antara Nabi Muhammad Saw dengan Muaaz bin
Jabal, ketika diutus ke negeri Yaman waktu itu Nabi bertanya kepada Muaz
Bagaimana kamua akan menetapkan hukum kalau dihadapkan kepadamu sutu
persoalan yang memerlukan ketetapan hukum? Muaz menjawab, saya akan
menetapkan hukum dengan Al-Quran , Rasul bertanya lagi kalau seandainya
tidak ditemukan ketetapannya dengan Al-quran? Muaz menjawab, saya akan
berijtihad denan pendapat saya sendiri. Kemudian rasulullah menepuk-nepuk
bahu muaz bin jabal tanda setuju. Dan ini merupakan dasar hukum perlunya
ijtihad. Al-quran menjelaskan ada ULIL AMRIyang berarti mereka yang
berwenang menetapkan suatu maslahat bagi umat. Q.S An-Nisa ayat 59.
Para ulama sepakat bahwa semua masalah boleh diijtihadkan apabila kita tidak
menentukan penjelasan yang rinci tentang masalah tersebut, baik dalam al-
quran maupun hadist. Karenanya kita tidak diperkenankan lagi beijtihad dalam
masalah-masalah yang sudah jelas aturan dan dasar hukumnya, seperti shalat,
puasa, zakat dan haji.
Ijtihad semakin dirasakan penting ditengah-tengah kehidupan yang semakin
maju, maka semakin banyak pula permasalahan-permasalahan baru yang belum
pernah terjadi, baik pada masa rasul,sahabat maupun pada masa-masa
sebelunya.kini semakin, banyak masalah yang memerlukan ijtihad para ulama
menentukan status atau ketentuan hukumnya.
- Bayi tabung
Bentuk-bentuk Ijtihad
A. Ijma
B. Qiyas
Menurut bahasa Qiyas berarti mengukur sesuatu dengan contoh yang lain,
kemudian menyamakannya. Menurut istilah, Qiyas adalah menentukan hukum
suatu maslaah yang tidak ditentukan hukumnya dalam Al-Quran dan Al-Hadits
dengan cara menganalogikan suatu masalah dengan masalah yang lain karena
terdapat kesamaan illat (alasan).
C. Istihsan
D. Masalihul Mursalah
E. Istish-hab
Melanjutkan berlakunya hokum yang telah ada dan telah diterapkan karena
adanya suatu dalil sampai datangnya dalil lain yang mengubah kedudukan
hokum tersebut. Misalnya apa yang diyakini ada, tidak akan hilang oleh adanya
keragu-raguan, contoh : orang yang telah berwudlu, lalu dia ragu-ragu apakah
sudah batal atau belum, maka yang dipakai adalah dia tetap dalam keadaan
wudlu dalam pengertian wudlunya tetap sah. Seperti itu juga dalam hal
menentukan suatu masalah yang hukum pokoknya mubah (boleh), maka
hukumnya tetap mubah sampai dating dalil yang mnegharuskan meninggalkan
hokum tersebut.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia
membutuhkan pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam
memperoleh kemajuan dan dinamika kehidupannya. Setiapa individu dan
kelompok sosial memiliki kjepentingan. Namun demikan kepentingan itu tidak
selalu sama satu saama lain, bahkan mungkin bertentangan. Hal itu
mengandung poteensi terjanya benturaan daan konflik. Maka hal itu
membutuhkan aturan main. Agar kepentingan individu dapaat dicapai secara
adil, maka dibutuhjkan penegakkan aturan main tersebut. Aturan main itulah
yang kemudian disebutdenngan hukum islam yang dan menjadi pedomaan
setiap pemeeluknya. Dalam hal ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:
Oreintasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek
dalam kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di
akherat yang kekal abadi, baik yang berupa hukum- hukum untuk menggapai
kebaikan dan kesempurnaan hidup (jalbu al manafi), maupun pencegahan
kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (daru al-mafasid). Bbegitu juga yang
berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan makhluknya.
Maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri.
1. Fungsi ibadah. Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: Dan tidak aku
ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu. Maka dengan
daalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol dibandingkan dengan fungsi
lainnya.
2. Fungsi amar makruf nahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan
kemungkaran). Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun
berorientasi membentuk mannusia yang yang dapat menjadi teladan kebaikan
dan pencegah kemungkaran.
3. Fungsi zawajir (penjeraan). Aadanya sanksi dalam hukum islam yang bukan
hanya sanksi hukuman dunia, tetapi juga dengan aancaman siksa akhirat
dimaksudkaan agar manusia dapat jera dan takut melakukan kejahatan.
Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk
bidang hukum tertentu tetapi saatu deengan yang lain juga saling terkait.
a. Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak
berubah sepanjang masa
Hukum Islam memiliki prospek dan potensi yang sangat besar dalam
pembangunan hukum nasional. Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan
hukum Islam layak menjadi rujukan dalam pembentukan hukum nasional yaitu:
Bank Syari'ah dengan prinsip syari'ahnya., atau UU NO. 3 Tahun 2006 tentang
4. Politik pemerintah atau political will dari pemerintah dalam hal ini sangat
menentukan. Tanpa adanya kemauan politik dari pemerintah maka cukup berat
bagi Hukum Islam untuk menjadi bagian dari tata hukum di Indonesia.
1. ada dalam arti sebagai bagian integral dari hukum nasional lndonesia.
2. ada dalam arti kemandirian, kekuatan dan wibawanya diakui adanya oleh
hukum nasional dan diberi status sebagai hukum nasional.
3. ada dalam hukum nasional dalam arti norma hukum Islam (agama)
berfungsi sebagai penyaring bahan-bahan hukum nasionallndonesia.
4. ada dalam arti sebagai bahan utama dan unsur utama hukum nasional
Indonesia.
1. Undang-Undang Perkawinan
Tahir Azhari mengatakan bahwa hukum Islam mengikat setiap individu yang
beragama Islam untuk melaksanakannya, yang implementasinya terbagi dalam
2 perspektif, yaitu : ibadah mahdlah, dan tanpa campur tangan penguasa kecuali
untuk fasilitasnya muamalah, baik yang bersifat perdata maupun publik, yang
melibatkan kekuasaan negara. Kontribusi baru dari hukum Islam terhadap hukum
nasional adalah berupa kehadiran Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah melalui
PERMA Nomor 02 Tahun 2008. Pasal 1 Perma tersebut menyatakan bahwa Kitab
ini menjadi pedoman prinsip syari'ah bagi para Hakim dengan tidak mengurangi
tanggung jawab Hakim untuk menggali dan menemukan hukum untuk menjamin
putusan yang adil dan benar.
1. Atas berkat Rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorong oleh
keinginanluhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia,menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hukum Islam adalah hokum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama
Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia
dengan benda alam sekitarnya.
Ada tiga faktor yang menyebabkan hukum Islam masih memiliki peran besar
dalam kehidupan bangsa kita. Pertama, hukum Islam telah turut serta
menciptakan tata nilai yang mengatur kehidupan umat Islam, minimal dengan
menetapkan apa yang harus dianggap baik dan buruk, apa yang menjadi
perintah, anjuran, perkenan, dan larangan agama. Kedua, banyak keputusan
hukum dan unsur yurisprudensial dari hukum Islam telah diserap menjadi bagian
dari hukum positif yang berlaku. Ketiga, adanya golongan yang masih memiliki
aspirasi teokratis di kalangan umat Islam dari berbagai negeri sehingga
penerapan hukum Islam secara penuh masih menjadi slogan perjuangan yang
masih mempunyai appeal cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/doc/60557482/Hukum-Islam-Di-Indonesia-Dan-Kontribusi-
Umat-Islam
http://hukumislamdankontribusiumatislam.blogspot.com/
http://destriyanaeciel.blogspot.com/2012/06/sumber-hukum-islam-dan-
kontribusi-umat.html
http://www.docstoc.com/docs/123489356/Hukum-Islam-dan-Kontribusi-Umat-
Islam-Indonesia
http://www.fib.unair.ac.id/index.php/unduh/finish/31-materi-agama-islam/193-
kuliahvihukumislamdankontribusiumatislamindonesiaokppt.html
http://www.slideshare.net/ayusefryna/umat-islam-dan-kontribusi-umat-islam-
indonesia
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=hukum%20islam%20dan
%20kontribusi%20umat%20islam%20di
%20indonesia&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0CFAQFjAG&url=http://dediza
mrani.files.wordpress.com/2012/06/hukum-islam-dan-kontribusi-umat-islam-di-
indonesia.pptx&ei=xtQ0UfBbjqysB4T-
gYAP&usg=AFQjCNG_tEQ8zqER5mdi808Dk9cy-
ZX3DQ&bvm=bv.43148975,d.bmk
[3] Ulasan berikut dikutif dan disarikan dari, Rifyal Ka'bah, , Hukum Islam di
Indonesia, Buletin Dakwah, 19
Mei 2006.
belum mempunyai hukum nasional, dan yang paling banyaknya baru hukum di
Indonesia. John Ball,
ideologi dalam hukum (Barat, Adat, dan Islam) sehingga hukum lama masih
tetap juga dipakai dan belum
[5] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004, hal .9-22
[6] Hadis adalah Segala sesuatu yang diambil dari Nabi Muhammad Saw baik
berupa perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketentuan), pengajaran, sifat,
kelakuan dan perjalanan hidup baik yang terjadi sebelum masa kenabian ayau
sesudahnya
[7] Ijtihad ialah bersungguh-sungguh menggunakan akal pikiran untuk
merumuskan dan menetapkan hukum atau suatu perkara yang tidak ditemukan
kepastian hukumnya dalam Al-Quran maupun Hadits.
[8] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004
[9] Untuk lebih lengkap baca Muchsin, Ikhtisar Sejarah Hukum, Jakarta: BP
IBLAM, 2004
[10] Muchsin, Masa Depan Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: BP IBLAM, 2004,
hal. 17-18.
[12] Sedangkan yang dimaksud dengan ekonomi syariah, seperti yang diulas
dalam penjelasan UU
ini adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip
syari'ah yang antara lain
[13] BPIH disetorkan ke rekening Menteri melalui bank syariah dan / atau bank
umum nasional
prinsip syariah.
[17] yaitu antara lain yang tidak mengandung unsur : riba, maysir, gharar,
haram, dan zalim.