Anda di halaman 1dari 27

Makalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Hazard Identification And Risk Assasment Mesin Gergaji

Pembimbing : Bp. Putut Hargiyanto, M.Pd

Disusun Oleh :

Ardi Maulana Mubarok

14508134025

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keamanan dan keselamatan


kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian utama semua pihak.
Kerberhasilan kita dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur dari
selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal yang dijadikan sebagai parameter
penilaian terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil apabila
keamanan dan keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat
diselesaikan tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan.

Masalah keamanan dan keselamatan kerja menjadi sangat penting, karena


dengan terwujudnya keamanan dan keselamatan kerja bearti dapat menekan biaya
operasional pekerjaan. Apabila dalam melaksanakan pekerjaan terjadi
kecelakaaan, maka akan bertambah biaya pengeluaran, yang pada akhirnya
mengurangi keuntungan perusahaan. Dalam kasus kecelakan yang berat, kerugian
yang ditimbulkan tidak hanya menyangkut aspek financial (dana), tetapi bisa
menyebabkan cacat pada pekerja bahkan mungkin meninggal dunia.

Keselamatan kerja sebenarnya sudah diupayakan oleh manusia sudah sejak


lama. Dalam melaksanakan pekerjaan, secara tidak sengaja dalam keadaan sadar
atau tidak sadar, manusia pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan
cidera bahkan mungkin sampai merenggut nyawa. Dari kenyataan tersebut,
manusia berusaha untuk tidak mengalami kecelakaan atau kejadian serupa tidak
akan terulang lagi. Tentunya cara-cara yang diterapkan pada jaman dahulu,
berbeda dengan yang diterapkan sekarang. Yang jelas upaya yang dilakukan
adalah dengan memperbaiki peralatan kerja, cara (sistem) kerjanya dan
penggunaan alat yang benar.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja potensi bahaya yang mungkin dapat terjadi ?
2. Apa saja kecelakaan kecelakaan yang sering terjadi ?
3. Bagaimana cara mencegah kecelakaan tersebut ?
4. Apa saja yang harus digunakan sebagai Alat Pelindung Diri (APD) ?

C. Tujuan penulisan
Penulisan materi keselamatan kerja ini disusun sebagai tugas perkuliahan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dan juga untuk mengkaji lebih dalam
tentang potensi bahaya dan bahaya yang mungkin dapat terjadi dalam kegiatan
perkuliahan praktik pada dunia pendidikan, dan dunia industri.

Materi ini sebagai penjabaran dari tugas sebelumnya tentang HAZARD


IDENTIFICATION & RISK ASSESSMENT WORKSHEET yang telah di
presentasikan pada minggu minggu sebelumnya. Materi ini akan membahas lebih
rinci tentang potensi bahaya dan bahaya yang dapat terjadi pada mesin gergaji
pada umumnya, dan mesin grgaji merk KLAEGER pada khususnya.

BAB II PEMBAHASAN

D. Pembahasan
Berikut pembahasan mengenai HAZARD IDENTIFICATION & RISK
ASSESSMENT WORKSHEET penggunaan mesin gergaji merk KLAEGER :

1. Kegiatan : menyiapkan benda kerja dalam proses pemotongan


Dalam kegiatan ini bahaya yang dapat terjadi adalah :

1.1. Terjepit tumpukan benda kerja


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
1.1.1. Memar
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga tagan/bagian tubuh
berpotensi terjepit tumpukan benda kerja yang akan
menyebabkan memar pada bagian tubuh operator.

1.1.2. Lecet (luka luar)


Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga tagan/bagian tubuh
berpotensi terjepit tumpukan benda kerja yang akan
menyebabkan luka/ lecet pada bagian tubuh operator.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah SEDANG,


dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu tahun sekali.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di golongkan
RINGAN, dimana dalam proses perawatannya tidak
memerlukan biaya perawatan yang besar dan juga tidak
menganggu proses produksi.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni LAYAK UNTUK
DI PERHITUNGKAN, karena tingkat bahaya ini maka
beberapa hal yang dapat dilakukan yakni dengan mengontrol
semua aspek produksi, baik itu dengan eliminasi, subtitusi,
isolasi, ataupun mengontrol ulang standart operational
procedure.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Menggunakan sarung tangan
Penggunaan sarung tangan dalam kegiatan ini sangat di butuhkan
untuk menghindari potensi bahaya yang ada dari kegiatan ini, sehingga
diusahakan kepada setiap operator untuk menggunakan sarung tangan
dalam melakukan kegiatan ini.
2. Mengambil benda dari tumpukan teratas
Untuk menghindari runtuhnya tumpukan benda kerja dalam rak,
diusahakan untuk menggambil benda kerja dari tumpukan paling atas
sehingga dapat meminimalisir terjadinya runtuh nya tumpukan benda
kerja dalam rak. Cara pengambilan ini di gunakan /di terapkan oleh
setiap operator yang akan menangganinya.
3. Mengangkat benda kerja oleh 2 orang
Untuk menghindari cidera yang dapat terjadi, diantaranya cidera
punggung. Untuk menggambil benda kerja yang posisinya tinggi/berat
dianjurkan untuk meminta tolong orang lain yang ada di sekitar untuk
dapat membantu mengangkat benda kerja tersebut. Sehingga potensi
bahaya kejathan benda kerja ini dapat di minimalisir.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Menyediakan sarung tangan di tempat kerja.
2. Menata benda kerja dengan rapid an teratur
3. Menyediakan kotak PPPK di dekat tempat kerja.

1.2. Kejatuhan benda kerja


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
1.2.1. Memar, lecet
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga tagan/bagian tubuh
berpotensi kejatuhan benda kerja yang akan menyebabkan
luka/ lecet pada bagian tubuh operator.
1.2.2. Tulang retak
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga tagan/bagian tubuh
berpotensi kejatuhan benda kerja yang akan menyebabkan
tulang retak pada bagian tubuh operator.
1.2.3. Patah tulang
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga tagan/bagian tubuh
berpotensi kejatuhan benda kerja yang akan menyebabkan
patah tulang pada bagian tubuh operator.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


JARANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu
kali dalam 5 tahun.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan KECIL, dimana dalam proses perawatannya tidak
memerlukan biaya perawatan yang begitu besar dan juga proses
produksi masih dapat dilakukan.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni LAYAK UNTUK
DI PERHITUNGKAN, karena tingkat bahaya ini maka
beberapa hal yang dapat dilakukan yakni dengan mengontrol
semua aspek produksi, baik itu dengan eliminasi, subtitusi,
isolasi, ataupun mengontrol ulang standart operational
procedure.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Menggunakan sarung tangan
Penggunaan sarung tangan dalam kegiatan ini sangat di butuhkan
untuk menghindari potensi bahaya yang ada dari kegiatan ini, sehingga
diusahakan kepada setiap operator untuk menggunakan sarung tangan
dalam melakukan kegiatan ini.
2. Mengambil benda kerja dengan trolly,
Untuk menghindari bahaya yang mungkin teerjadi maka
penganggkatan benda kerja dapat dilakukan dengan trolly jika
sekiranya tubuh tidak mamp untuk mengangkat benda kerja tersebut.
Cara pengambilan ini di gunakan /di terapkan oleh setiap operator
yang akan menangganinya.
3. Mengangkat benda kerja oleh 2 orang
Untuk menghindari cidera yang dapat terjadi, diantaranya cidera
punggung. Untuk menggambil benda kerja yang posisinya tinggi/berat
dianjurkan untuk meminta tolong orang lain yang ada di sekitar untuk
dapat membantu mengangkat benda kerja tersebut. Sehingga potensi
bahaya kejathan benda kerja ini dapat di minimalisir.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Menata stock bahan dengan rapi dan sejenis
2. Mempermudah penataan dan pengambilan bnda kerja
3. Mengikat stock bahan yang jumlahnya besar/banyak.

2. Kegiatan : meletakkan benda kerja pada mesin gergaji


Dalam kegiatan ini bahaya yang dapat terjadi adalah :

2.1. Terjepit ragum mesin gergaji


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
2.1.1. Memar/luka luar
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga tagan/bagian tubuh
berpotensi terjepit ragum mesin gergaji yang akan
menyebabkan luka, lecet/ memar pada bagian tubuh operator.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


JARANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu
kali dalam 5 tahun.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan RINGAN, dimana dalam proses perawatannya tidak
memerlukan biaya perawatan yang besar dan juga tidak
menganggu proses produksi.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni DAPAT DI
TOLERANSI, dengan penanganan menggunakan alat
keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dalam lingkungan
tempat kerja.
A. Pengendalian bahaya dan insiden :
Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Menggunakan sarung tangan
Penggunaan sarung tangan dalam kegiatan ini sangat di
butuhkan untuk menghindari potensi bahaya yang ada dari
kegiatan ini, sehingga diusahakan kepada setiap operator untuk
menggunakan sarung tangan dalam melakukan kegiatan ini.
2. Memposisikan ragum terlebih dahulu sebelum meletakkan benda
kerja
Posisikan terlebih dahulu ragum sebelum mengangkat
benda kerja agar tidak kerepotan membuka ragum saat sudah
mengangkat benda kerja.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Memposisikan cekam terbuka sebelum mengangkat benda
kerja.
2. Menyediakan sarung tangan pada tempat kerja.

2.2. Cidera punggung karena tidak kuat mengangkat benda kerja


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
2.2.1. Cidera punggung
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga tagan/bagian tubuh
berpotensi cidera punggung yang akan menyebabkan cidera
punggung karena tidak kuat mengangkat benda kerja oleh
operator.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


SEDANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu
tahun sekali.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan RINGAN, dimana dalam proses perawatannya tidak
memerlukan biaya perawatan yang besar dan juga tidak
menganggu proses produksi.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni DAPAT DI
TOLERANSI, dengan penanganan menggunakan alat
keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dalam lingkungan
tempat kerja.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Menyediakan meja penyangga terlebih dahulu
Pengendalian cidera punggung ini dapat di minimalisir
dengan menyediakan terlebih dahulu meja penyangga yang akan
digunakan untuk menyangga benda kerja selama proses
pengergajian
2. Memposisikan meja penyangga terlebih dahulu pada sisi lain
benda kerja
Untuk meminimalisir cidera punggung, janggan terlalu
lama mengangkat benda kerja. Posisikan terlebih dahulu meja
penyangga benda kerja sebelum mengangkat benda kerja.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Menata ulang posisi dan tata letak mesin gergaji sesuai dengan
layout yang baik.

3. Kegiatan : memasangkan stop kontak pada sumber arus listrik


Dalam kegiatan ini bahaya yang dapat terjadi adalah :

3.1. Tersengat arus listrik


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
3.1.1. Tubuh terkena kejutan arus listrik
Potensi bahaya ini dapat timbul karena kondisi kabel yang
terkelupas, sehingga arus listrik dapat berpotensi mengenai
operator.
3.1.2. Kulit terbakar karena kejutan arus listrik
Karena kejutan arus listrik yang besar maka data
menyebabkan kulit terbakar dan menjadi hitam.
3.1.3. Terpental karena sengatan arus listrik yang besar
Karena mesin yang kita gunakan memerlukan arus ang
besar, seandainya arus itu mengenai bagian tubuh operator
maka dapat membuat kejutan pada tubuh operator sehngga
memungkinkan tubuh akan terpental.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


SANGAT JARANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun
waktu satu kali dalam 5 tahun.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan KECIL, dimana dalam proses perawatannya tidak
memerlukan biaya perawatan yang begitu besar dan juga proses
produksi masih dapat dilakukan.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni DAPAT DI
TOLERANSI, dengan penanganan menggunakan alat
keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dalam lingkungan
tempat kerja.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Melapisi kabel dengan isolator
Melapisi bagian kabel yang terkelupas dengan isolator agar
arus lisrik tidak mengenai bagian tubuh operator, hal ini dapat
dilakukan oleh teknisi ataupun operator sebelum melakukan
pekerjaan.
2. Memperbaiki kabel yang kondisinya terkelupas
Melapisi kabel yang terkelupas bengan isolator agar tidak
membahayakan.
3. Menghubungkan stop kontak dengan tangan dalam kondisi kering
Mengeringkan kondisi tangan sebelum bersentuhan dengan
stop kontak agar arus listrik tidak tersalurkan ke bagian tubuh
operator melalui air.
4. Menganti kabel listrik secara berkala
Gantilah kabel listrik secaraa berkala/ sesuai kondisi kabel
yang ada, hal ini dapat dilakkan oleh teknisi.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. menyediakan lap di tempat kerja.
2. Mengeringkan tangan sebelum menyentuh kabel listrik.
3. Pengecekan berkala pada setiap permukaan kabel.

3.2. Kornsleting listrik


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
3.2.1. Kabel meleleh karena kornsletting
Kondisi kabel yang terkelupas tetapi tidak dilakukan
penanganan maka kondisi tersebut menjadikan berpotensi
adanya konsleting pada kabel tersebut sehngga kabel menjadi
panas dan dapat meleleh.
3.2.2. Kebakaran padda lingkungan kerja
Karena terjadinya konsletiing pada kabel kabel atau
instalasi listrik lainnya terlebih kondisi bengkel yang dekat
akan tabung tabung gas acetylene dan tabung tabung gas yang
mudah terbakar. Kondisi ini memungkinkan terjadinya
kebakaran dalam lingkungan kerja.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


SANGAT JARANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun
waktu satu kali dalam 5 tahun.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan SEDANG, keparahan dari insiden ini dapat
ditanggani dengan penangganan medis dan dapat menghentikan
proses produksi selama 1 5 hari.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni SEDANG, karena
tingkat bahaya ini diperlukan pengecekan manajmen K3, dan
pengecekan SOP.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Tidak menggulung sisa kabel yang ada.
Keluarkan seluruh sisa kabel yang ada untuk mencegah
kabel menjaddi panas jika arus yang mengalir besar.hal ini dapat
dilakukan oleh operator,
2. Sediakan APAR di sekitar tempat kerja
Sediakan APAR dan cek kondisi APAR pada daerah sekitar
tempat kerja. Dilakukan oleh operator dan teknisi.
3. Menganti kabel jika kabel sudah getas
Pengantian kkabel jika kondisi kabel sudah tidak layak
pakai. Pengantian ini dapat dilakukan oleh teknisi.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Kabel roll di keluarkan semua agar tidak berpotensi menyebabkan
kornsleting
2. Pengantian kabel yang sudah tidak layak pakai(terkelupas, getas,
lecet terkena pans, dsb)

4. Kegiatan : pemotongan benda kerja


Dalam kegiatan ini bahaya yang dapat terjadi adalah :

4.1. Terjepit handel / stang gergaji


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
4.1.1. Luka memar
Ketika mempsisikan benda kerja pada ragum mesin gergaji
kegiatan ini berpotensi membbuat anggota tubuh operator
terjepit ragum dan membuat anggoa tubuh operator menjadi
memar ataupun luka.
4.1.2. Tergores benda tajam
Karena benda kerja yang akan dikerjakan belum tentu
meemiliki permukaan yang halus maka hal ini dapat
menyebabkan anggota tubuh tergores bagian bagan tajan dari
sisi sisi permuaan benda kerja.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


SEDANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu
tahun sekali.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan RINGAN, dimana dalam proses perawatannya tidak
memerlukan biaya perawatan yang besar dan juga tidak
menganggu proses produksi.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni DAPAT DI
TOLERANSI, dengan penanganan menggunakan alat
keselamatan dan kesehatan kerja yang ada dalam lingkungan
tempat kerja.
A. Pengendalian bahaya dan insiden :
Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Pegang dan tahan handel gergaji saat akan memotong benda kerja
Pegang dan tahan handel saat mengepaskan benda kerja.
Jangan memegangi bagian handel yang bergerak meluncur.
2. Gunakan sarung tangan pelindung
Gunakan sarung tangan untuk melindugi bagian tubuh dari
benda tajam/ mata gergaji. Dilakukan oleh operator.
3. Jangan menyentuh mata gergaji saat kondisi mesin dalam kondisi
arus terhubung
Saat akan mengepaskan benda kerja dengan mata gergaji di
upayakan jangan menyentuh gergaji, dan di sarankan agar gegaji
dalam kondisi tidak terhubung dengan arus listrik.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Memegangi handel gergaji dan meletakkan/ menyentuhkan mata
gergaji dengan benda kerja dengan perlahan.
2. Selalu mengunakan sarung tangan untuk mengyrangi bahaya
terjadinya kecelakaan kerja serta tidak menyentuh mata gergaji
saat ingin mengecek ketajamannya. lihatlah secara visual.

4.2. Terkena mata gergaji


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
4.2.1. Luka tergores benda tajam
Karena benda kerja yang akan dikerjakan belum tentu
meemiliki permukaan yang halus maka hal ini dapat
menyebabkan anggota tubuh tergores bagian bagan tajan dari
sisi sisi permuaan benda kerja.
4.2.2. Patah bagian tubuh
Dikarenakan keteledoran operator yang tidak menggunakan
APD yang baik dan benar. Penanganan pada benda tajam dapat
menjadi bahaya bahkan dapat menjadikan bahaya yang fatal
yakni patah bagian tubuh.
Keseringan : tingkat keseringannya adalah
SERING TERJADI, dimana hal ini dapat terjadi dalam kurun
waktu satu kali dalam satu bulan.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan SEDANG, keparahan dari insiden ini dapat
ditanggani dengan penangganan medis dan dapat
menghentikan proses produksi selama 1 5 hari.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni TIDAK DAPAT
DI TOLERANSI, karena tingkat bahaya ini diperlukan
pengeceken dan pengantian pada berbagai aspek, atau jika
tidak ada tindakan maka produksi dapat terhenti. Serta
membutuhkan proyek manajemen yang besar.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Jangan menyentuh mata gergaji
Pengecekan pada gergaji jangan menyentuh langsung
menggunakan tangan, cukup dilihat secara visual oleh operator.
2. Jika ingin mengecek ketajaman mata gergaji lihat pada rigi riginya
Pengecekan gergaji dilakukan dengan mengecek rigi rigi
gergaji tersebut.
3. Ketika menganti mata gergaji lepaskan konoksi listriknya.
Sebelum melakukan pengantian mata gergaji terlebih
dahulu harus melepaskan koneksi listriknya agar tidak menambah
resiko bahaya yang ada.
4. Gunakan sarung tangan pelindung
Gunakan sarung tangan untuk melindungi bagian tubuh dari
benda benda tajam seperti gergaji dan ujung benda kerja.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Pada saat mengecek mata gergaji jangan menyentuh gergaji lihat
secara visual. Hal ini dilakukan oleh operator.
2. Menggunakan sarung tangan saat melakukan pengantian mata
gergaji oleh operator.
4.3. Terkena bahan tajam dan panas sisa pemotongan benda kerja
Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
4.3.1. Luka luar
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga akan menyebabkan
luka, lecet/ memar pada bagian tubuh operator.
4.3.2. Terkena benda panas
Dikarenakan bekas gergajian kondisi bendanya panas
apabila benda ini mengnai bagian tubuh operator dapat
menjadikan tubuh terkena benda yang panas ini dan akan
terjadi luka bakar.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


SERING TERJADI, dimana hal ini dapat terjadi dalam kurun
waktu satu kali dalam satu bulan.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan SEDANG, keparahan dari insiden ini dapat
ditanggani dengan penangganan medis dan dapat menghentikan
proses produksi selama 1 5 hari.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni TIDAK DAPAT
DI TOLERANSI, karena tingkat bahaya ini diperlukan
pengeceken dan pengantian pada berbagai aspek, atau jika tidak
ada tindakan maka produksi dapat terhenti. Serta membutuhkan
proyek manajemen yang besar.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Dinginkan benda kerja selama proses pemotngan dengan coolant
Untuk mengurangi potensi bahaya yang dapat terjadi
selama proses pengergajian gunakan coolant sebagai pendingin
gergaji dan benda kerja untuk menghindari kerusakan bahan, dan
juga untuk mengurangi bahaya percikan tatal gergaji yang panas
mengenai muka/bagian tubuh.
2. Gunakan sarung tangan
Untuk mengurangi potensi bahaya yang mungkin terjadi
yakni degan mengunakan ala pelindung diri berupa sarung tangan
untuk mencekah tangan dari benda panas dan tajam.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Aktifkan cairan coolant pada saat proses pengergajian benda
kerja. Dilakukan oleh operator.

5. Kegiatan : mengambil potongan benda kerja


Dalam kegiatan ini bahaya yang dapat terjadi adalah :

5.1. Terkena bahan tajam dan panas sisa pemotongan benda kerja
Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
5.1.1. Luka luar
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga akan menyebabkan
luka, lecet/ memar pada bagian tubuh operator.

5.1.2. Terkena benda panas


Dikarenakan bekas gergajian kondisi bendanya panas
apabila benda ini mengnai bagian tubuh operator dapat
menjadikan tubuh terkena benda yang panas ini dan akan
terjadi luka bakar.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah SERING


TERJADI, dimana hal ini dapat terjadi dalam kurun waktu satu
kali dalam satu bulan.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di golongkan
SEDANG, keparahan dari insiden ini dapat ditanggani dengan
penangganan medis dan dapat menghentikan proses produksi
selama 1 5 hari.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni TIDAK DAPAT
DI TOLERANSI, karena tingkat bahaya ini diperlukan
pengeceken dan pengantian pada berbagai aspek, atau jika tidak
ada tindakan maka produksi dapat terhenti. Serta membutuhkan
proyek manajemen yang besar.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Gunakan sarung tangan
Untuk mengurangi potensi bahaya yang mungkin terjadi
yakni degan mengunakan ala pelindung diri berupa sarung tangan
untuk mencekah tangan dari benda panas dan tajam.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Mengambil benda kerja hasil pemotongan dengan sarung tangan.

6. Kegiatan : mengembalikan benda kerja sisa proses pemotongan


Dalam kegiatan ini bahaya yang dapat terjadi adalah :

6.1. Cidera punggung karena tidak mampu mengangkat/ menopang


benda kerja
Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
6.1.1. Cidera punggung
Potensi insiden ini dapat terjadi jika operator emaksakan
diri untuk mengangkat benda yang berat sendirian.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


SEDANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu
tahun sekali.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan SEDANG, keparahan dari insiden ini dapat
ditanggani dengan penangganan medis dan dapat menghentikan
proses produksi selama 1 5 hari.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni LAYAK UNTUK
DI PERHITUNGKAN, karena tingkat bahaya ini maka
beberapa hal yang dapat dilakukan yakni dengan mengontrol
semua aspek produksi, baik itu dengan eliminasi, subtitusi,
isolasi, ataupun mengontrol ulang standart operational
procedure.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Mengangkat benda kerja yang berat oleh lebih dari 1 orang.
Meminta bantuan orang lain jika sekiranya merasa tidak
mampu/ kewalahan ketika harus mengangkat benda kerja yang
berat/ panjang sendirian.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Meminta tolong jika sekiranya tidak mampu mengangkkat benda
kerja sendirian.

6.2. Terjepit tumpukan benda kerja


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
6.2.1. Luka memar
Ketika memposisikan benda kerja pada ragum mesin
gergaji kegiatan ini berpotensi membbuat anggota tubuh
operator terjepit ragum dan membuat anggoa tubuh operator
menjadi memar ataupun luka.

6.2.2. Luka luar


Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga akan menyebabkan
luka, lecet/ memar pada bagian tubuh operator.
Keseringan : tingkat keseringannya adalah
SEDANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu
tahun sekali.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan KECIL, dimana dalam proses perawatannya tidak
memerlukan biaya perawatan yang begitu besar dan juga proses
produksi masih dapat dilakukan.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni SEDANG, karena
tingkat bahaya ini diperlukan pengecekan manajmen K3, dan
pengecekan SOP.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Menggunakan sarung tangan pelindung
Untuk mengurangi potensi bahaya yang mungkin terjadi
yakni degan mengunakan ala pelindung diri berupa sarung tangan
untuk mencegah tangan dari benda panas, tajam, serta potensi
terjepit.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Mengunakan sarunng tangan untuk menghindari kemungkinan
cidera yang dapat terjadi.

7. Kegiatan : penyalaan dan mematikan mesin gergaji


Dalam kegiatan ini bahaya yang dapat terjadi adalah :

7.1. Mesin telah dihidupkan sebelum benda kerja terpasang sempurna


pada ragum
Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
7.1.1. Luka terkena gergaji
Karena benda kerja yang akan dikerjakan belum tentu
meemiliki permukaan yang halus maka hal ini dapat
menyebabkan anggota tubuh tergores bagian bagan tajan dari
sisi sisi permuaan benda kerja.
7.1.2. Luka luar
Potensi insiden ini mungkin dapat terjadi dalam kegiatan ini
dikarenakan operator kadang tidak menggunakan peralatan K3
selama melakukan pekerjaan. Sehingga akan menyebabkan
luka, lecet/ memar pada bagian tubuh operator.
7.1.3. Patah anggota tubuh
Dikarenakan keteledoran operator yang tidak menggunakan
APD yang baik dan benar. Penanganan pada benda tajam dapat
menjadi bahaya bahkan dapat menjadikan bahaya yang fatal
yakni patah bagian tubuh.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


SEDANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu
tahun sekali.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan SEDANG, keparahan dari insiden ini dapat
ditanggani dengan penangganan medis dan dapat menghentikan
proses produksi selama 1 5 hari.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni LAYAK UNTUK
DI PERHITUNGKAN, karena tingkat bahaya ini maka
beberapa hal yang dapat dilakukan yakni dengan mengontrol
semua aspek produksi, baik itu dengan eliminasi, subtitusi,
isolasi, ataupun mengontrol ulang standart operational
procedure.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Menggunakan alat dengan sesuai prosedur
Hal yang kadang dilakukan oleh operator yang dapat
membahayakan koselamatannya adalah penggunaan alat yang
tidak sesuai dimana dalam hal ini adalah menyalakan mesin
terlebih dahulu sebelum benda kerja terpasang sempurna. Hal ini
sangat berbahaya karena mata gergaji dapat mengenai bagian
tubuh.
2. Tidak menghidupkan mesin sebelum benda kerja siap.
Untuk meminimalisir bahaya operator untuk tidak
menyalakan mesin sebelum benda kerja terpasang sempurna.
3. Menggunakan sarung tangan
Gunakan selalu sarung tangan untuk mencegah sentuhan
langsung dengan benda benda yang tajam, berat, dan panas.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Tidak menghidupkan mesin sebelum benda kerja terpasang
sempurna, dlakukan oleh operator.

7.2. Mesin belum dimatikan tetapi handel gergaji sudah di angkat


Dalam kegiatan ini potensi insiden yang dapat terjadi yakni:
7.2.1. Luka tergores benda tajam
Karena benda kerja yang akan dikerjakan belum tentu
meemiliki permukaan yang halus maka hal ini dapat
menyebabkan anggota tubuh tergores bagian bagan tajan dari
sisi sisi permuaan benda kerja.
7.2.2. Patah bagian tubuh
Dikarenakan keteledoran operator yang tidak menggunakan
APD yang baik dan benar. Penanganan pada benda tajam dapat
menjadi bahaya bahkan dapat menjadikan bahaya yang fatal
yakni patah bagian tubuh.
7.2.3. Luka terkena gergaji
Karena benda kerja yang akan dikerjakan belum tentu
meemiliki permukaan yang halus maka hal ini dapat
menyebabkan anggota tubuh tergores bagian bagan tajan dari
sisi sisi permuaan benda kerja.

Keseringan : tingkat keseringannya adalah


SEDANG, dimana hal in dapat terjadi dalam kurun waktu satu
tahun sekali.
Keparahan : tingkat keparahannya dapat di
golongkan SEDANG, keparahan dari insiden ini dapat
ditanggani dengan penangganan medis dan dapat menghentikan
proses produksi selama 1 5 hari.
Risk rangking : tingkan bahayanya yakni LAYAK UNTUK
DI PERHITUNGKAN, karena tingkat bahaya ini maka
beberapa hal yang dapat dilakukan yakni dengan mengontrol
semua aspek produksi, baik itu dengan eliminasi, subtitusi,
isolasi, ataupun mengontrol ulang standart operational
procedure.

A. Pengendalian bahaya dan insiden :


Potensi bahaya ini dapat di kendalikan dengan cara :
1. Menggunakan sarung tangan pelindung
Gunakan selalu sarung tangan untuk mencegah sentuhan
langsung dengan benda benda yang tajam, berat, dan panas.

2. Menggunakan alat sesuai dengan prosedur


Gunakan alat dengan baik dan sesuai prosedur yang ada
untuk meminimalisir bahaya yang dapat terjadi.dalam hal ini
matikan mesin gergaji terlebih dahulu sebelum mengangkat
handel gergaji agar tangan tidak terkena benda yang bergesekan
dan mata gergaji.
3. Mematikan mesin sebelum handel di angkat.
Bekerjalah sesuai prosedur yang ada yakni dengan
mematikan mesin terlebih dahulu sebelum mengangkat handel
agar tangan tidak terjepit atau terkena mata gergaji.

B. Action penanggulangan bahaya ini dapat dengan cara :


1. Sebelum mengangkat handel pastikan mesin telah mati. Dilakukan
oleh operator.
BAB III KESIMPULAN

E. Kesimpulan, saran
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang program keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja mahasiswa di UNY
fakultas teknik mesin , maka Penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Potensi bahaya yang mungkin terjadi yakni :
1.1. Memar,
1.2. Lecet
1.3. Tulang retak
1.4. Patah tulang
1.5. Cidera punggung
1.6. Tubuh terkena kejutan listrik
1.7. Kulit terbakar karena kejutan listrik
1.8. Terpental karena sengatan listrik dengan arus yang besar
1.9. Kabel meleleh karena panas kornsletting
1.10. Kebakaran di lingkungan kerja
1.11. Tergores benda tajam
1.12. Terkena benda panas
1.13. Luka tergores benda tajam
1.14. Luka terkena gergaji
2. Kecelakaan yang sering terjadi dalam proses ini yaitu :
2.1. Tangan terkena benda tajam
2.2. Tangan tergores mata gergaji
2.3. Tangan terkena benda panas
2.4. Cidera punggung karena mengangkat beban berat
2.5. Tersengat arus listrik
2.6. Luka luar pada bagian tubuh
3. Cara mencegah kecelakaan pada mesin gergaji yaitu :
3.1. Penggunaan alat dengan benar
3.2. Pengkondisian lingkungan kerja yang aman
3.3. Bekerja sesuai dengan prosedur
3.4. Kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) selama proses bekerja
4. APD apa saja yang banyak digunakan dalam proses pengergajian
yaitu:
4.1. Sarung tangan
4.2. Kain lap
b. Saran
Setelah Penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh K3
(keselamatan dan kesehatan kerja) terhadap produktivitas kerja
mahasiswa di UNY fakultas teknik mesin, Penulis memberikan saran
sebagi berikut :

1. Menanggapi masih terjadinya kelalaian dan tindakan pencegahan


yang kadang kurang tanggap dalam menjalankan program K3
(keselamatan dan kesehatan kerja), maka sebaiknya teknisi/dosen
fakultas teknik uny selalu mengadakan Pendidikan dan Pelatihan
Keselamatan Kerja secara lebih berkala agar lebih terarah, lebih jelas
dan lebih baik lagi guna untuk meminimalisasi tingkat kecelakaan
kerja.

2. fakultas teknik mesin sendiri harus bisa lebih fokus untuk


memperhatikan beberap alat-alat kerja pendukung proses produksi
mengingat adalah fakultas teknik mesin UNY sebuah tempat
pendidikan dalam bidang teknik mesin yang dalam proses
pendidikannya banyak mesin-mesin yang cukup berbahaya yang
mampu menyebabkan mahasiswa mengalami kecelakaan kerja.

F. Daftar pustaka
1. HAZARD IDENTIFICATION & RISK ASSESSMENT
WORKSHEET UNY Bp. Putut, dkk
G. Lampiran
Cara mencabut stop kontak yang salah. Kondisi kabel yang tidak baik

Cara mengambil benda kerja yang benar Memposisikan benda kerja

Mengangkat handle gergaji yang benar mengarahkan cairan coolant


Cara mencekam benda yang salah cara memposisikan benda yang salah

Pengecekan mata gergaji yang salah tidak menggunakan APD yang benar

Benda kerja tertata rapi dan teratur dalam rak pengambilan yang salah
Cara mencabut stop kontak yang salah Kabel dalam roll di keluarkan semua

Anda mungkin juga menyukai