Oleh :
A.Haning Setyaningsih
F 120 155 045
1. TUJUAN
2. DASAR TEORI
Bahan bakar nabati (BBN)-bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat
pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Otto
dan diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi
dua macam bahan tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi namun juga
sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati,
baik minyak yang belum digunakan maupun minyak bekas dari penggorengan dan
melalui proses transesterifikasi.Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternatif
pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk motor diesel, dan apat diaplikasikan baik
dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi
tertentu (BBX), seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan
nama B10, (Erliza, dkk, 2007:8).
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai
minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan baik secara murni maupun dicampur
dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel. Bila dibandingkan dengan
bahan bakar diesel tradisional (berasal dari fosil), biodiesel lebih ramah lingkungan
karena emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan petrodiesel, bebas sulfur,
bilangan asap (smoke number) rendah, angka setana (cetane number) berkisar antara 57-
62, sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. Selain itu, sifat biodiesel yang dapat
terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan yang baik pada piston, serta
merupakan sumber energi yang terbaharui (renewable energy) memberikan keuntungan
yang lebih dari penggunaan biodiesel (Oberlin Sidjabat 2003: 2).
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang berbeda-beda sesuai
dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan kandungan asam lemak
bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi, sedangkan
untuk minyak tanaman yang kandungan asam lemak rendah dilakukan proses
transesterifikasi. Proses esterifikasi dan transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam
lemak bebas dan trigliserida dalam minyak menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.
2.2. Esterifikasi
3
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Reaksi esterifikasi dari asam
lemak menjadi metil ester adalah :
( Fessenden,1982 )
Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi adalah waktu reaksi,
pengadukan, katalisator, dan suhu reaksi.
2. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang
bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan kompleks
teraktivasi.
4
4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan molekul air
menghasilkan ester.
2.3 Transesterifikasi
5
( Fessenden , 1982 )
Proses transesterifikasi
6
1. Suhu
2. Waktu reaksi
3. Katalis
4. Pengadukan
5. Perbandingan reaktan
Beberapa jenis proses Analisa Uji Mutu dilakukan secara Kimia dan Fisika adalah
sebagai berikut:
1. Proses Uji Mutu secara Kimia ,
Analisa secara Kimia adalah sebagai berikut:
a. Kadar Air
b. FFA (Free Faty Acid)
c. Rancidity
d. Kandungan Logam
2. Proses Uji Mutu secara Fisika
Proses Uji Mutu secara Fisika
Analisa secara Fisika adalah sebagai berikut :
a. Analisa Density (Massa Jenis)
b. Analisa Viscosity (Kekentalan)
Tidak seperti esterifikasi yang mengkonversi asam lemak bebas menjadi ester, pada
transesterifikasi yang terjadi adalah mengubah trigliserida menjadi ester. Perbedaan
antara transesterifikasi dan esterifikasi menjadi sangat penting ketika memilih bahan
baku dan katalis. Transesterifikasi dikatalisis oleh asam atau basa, sedangkan esterifikasi,
bagaimanapun hanya dikatalisis oleh asam (Nourredine, 2010). Pada transesterifikasi,
reaksi saponifikasi yang tidak diinginkan bisa terjadi jika bahan baku mengandung asam
lemak bebas yang mengakibatkan terbentuknya sabun. Lotero et al. (2005)
merekomendasikan bahan baku yang mengandung kurang dari 0,5% berat asam lemak
saat menggunakan katalis basa untuk menghindari pembentukan sabun.
Alkohol yang paling umum digunakan adalah metanol dan etanol, terutama metanol,
karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksinya disebut
metanolisis). Produk yang dihasilkan (jika menggunakan metanol) lebih sering disebut
sebagai metil ester asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) daripada biodiesel
(Knothe et al., 2005), sedangkan jika etanol yang digunakan sebagai reaktan, maka akan
diperoleh campuran etil ester asam lemak (fatty acid ethyl ester/FAEE) (Lam et al.,
2010). Dengan minyak berbasis bio (minyak nabati) maka hubungan stoikiometrinya
memerlukan 3 mol alkohol per mol TAG (3:1), tetapi reaksi biasanya membutuhkan
alkohol berlebih berkisar 6:1 hingga 20:1, tergantung pada reaksi kimia untuk
8
transesterifikasi katalis basa dan 50:1 untuk transesterifikasi katalis asam (Zhang et al.,
2003).
Laju reaksi transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Umumnya reaksi
dilakukan pada suhu yang dekat dengan titik didih metanol (60-70oC) pada tekanan
atmosfer. Dengan menaikkan lagi dari suhu tersebut, maka akan lebih banyak lagi
metanol yang hilang atau menguap (Ramadhas et al., 2005).
ALAT
BAHAN
4. PROSEDUR KERJA
D
Dilarutkan
Corong pisah
Di gojok
Didiamkan
Bilas aq.dest 25 ml
10
Digojok
Dipisahkan
Dilakukan 3x
Penentuan Densitas
Biodiesel
Hasil
11
5. HASIL PENGAMATAN
DATA PENGAMATAN
5.1 Data Pengamatan tahap-tahap proses percobaan sintesis metil Ester
adalah :
HASIL PENGAMATAN
138
Yield=
150 x 100 %
Yield=92 %
6. PEMBAHASAN
Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri atas mono-alkil dari fatty acid rantai
panjang,yang diperoleh dari minyak tumbuhan atau lemak binatang . Biodisel
merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang diformulasikan khusus
untuk mesin diesel dengan berbagai kelebihan antara lain tidak perlu modifikasi
mesin , mudah digunakan , ramah lingkungan , tercampurkan dengan minyak diesel
( solar ) , memiliki number tinggi , memiliki daya pelumas yang tinggi ,
biodegradable , non toksik , serta bebas dari sulfur dan bahan aromatik.
Standar mutu Biodiesel telah dikeluarkan dalam bentuk SNI No .04-7182-
2006 , melalui keputusan Kepala Badan Standarisasi Nasional ( BSN ) Nomor
73/KEP/BSN/2/2006 tanggal 15 Maret 2006. Standar Mutu Biodiesel tersebut adalah
sebagai berikut :
1796
9 Temperatur distilasi C Maks.360 ASTM D 1160
Biodiesel dapat dibuat dari berbagai minyak hayati (minyak nabati atau lemak
hewani ) melalui proses esterifikasi gliserida atau dikenal dengan proses
15
(Fessenden , 1982)
Terdapat tiga rute dasar dalam proses alkoholisis untuk menghasilkan biodiesel , atau
alkil ester . Ketiga rute dasar tersebut yaitu :
1. Transesterifikasi minyak dengan alkohol melalui katalis basa
2. Esterifikasi minyak dengan methanol melalui katalis asam secara langsung.
3. Konversi dari minyak ke fatty acid , kemudian dari fatty acid ke alkyl Ester,
melalui katalisis asam.
Teknik produksi biodieel yang dilakukan dalam praktikum ini adalah mengikuti rute
yang pertama yaitu transesterifikasi minyak dengan alkohol melalui katalis basa.
Pada proses pembuatan biodiesel melalui rute diatas yaitu minyak atau lemak
direaksikan dengan alkohol , seperti metanol dengan bantuan katalis. Dari proses ini
dihasilkan gliserin dan metil ester ( bioidiesel ). Methanol kemudian di recovery.
Katalis yang digunakan adalah NaOH yang tercampurkan secara baik dalam alkohol.
Tahapan tahapan proses produksi biodiesel berbahan baku minyak jelantah
dalam praktikum ini meliputi :
1. Preparasi bahan baku : mengukur minyak jelantah 150 ml , menimbang 1,35 gram
NaOH kristal dan Metanol sebanyak 48,5 ml.
2. Pembuatan Katalis sodium Metoksida ;
16
Bahan baku pembuatan sodium metoksida adalah metanol dan NaOH yaitu
dengan melarutkan 1,35 gram NaOH kedalam 48,5 ml Metanol. Jumlah katalis ini
biasanya 10 % dari berat minyak yang digunakan.
3. Reaksi Transesterifikasi ;
Reaksi transesterifikasi berlangsung pada temperatur sekitar 60C dilakukan
selama 2 jam .
Produk dari reaksi transesterifikasi sempurna didalam reaktor berupa cairan yang
terpisah menjadi dua lapisan. Lapisan atas merupakan lapisan Metil Ester kotor ,
sedangkan lapisan bawah adalah gliserol kotor.
4. Pemurnian Metil Ester ;
Selanjutnya metil ester yang diperoleh dimurnikan. Yaitu dibersihkan untuk
menghilangkan sisa katalis dan kotoran lain seperti sabun. Pada praktikum ini
untuk meningkatkan kemurnian metil ester dilakukan pencucian dengan air
sebanyak 3 x perlakuan , dengan harapan mendapatkan metil ester yang bersih
dengan melarutkan sisa-sisa kotoran dan katalis.
Setelah melalui tahap pencucian , metil ester dikeringkan untuk menghilangkan
sisa air pencuci dengan dipanaskan di oven sampai suhu 140C selama 1 jam .
Dari hasil percobaan pembuatan sintesis metil ester (biodiesel ) yang
dilakukan diperoleh ;
1. Volume biodiesel sebelum pemanasan diperoleh 142 ml dengan massa 121,77
gram . Sedangkan Volume biodiesel sesudah pemanasan diperoleh 138 ml
dengan massa 117,81 gram.
Penurunan volume dan massa sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan ini
kemungkinan disebabkan karena ;
Biodiesel dalam proses sebelum pemanasan masih terkandung
pengotor , katalis , sabun , air dsb yang cukup tinggi kadarnya
Sebelum pada pemanasan biodiesel kotor dilakukan pencucian dengan
air , kemungkinan air pada proses pencucian ini cukup tinggi
tercampur dalam biodiesel.
Waktu yang dilakukan dalam proses pembuatan biodiesel yang standar
adalah 4-6 jam dalam proses transesterifikasi untuk memperoleh yield
yang tinggi, sedangkan dalam praktikum ini hanya -/+ 1 jam pada
proses transesterifikasi dan -/+ 1 jam dalam proses pemanasan.
2. Densitas biodiesel diperoleh sebesar 0,87 ini berarti biodiesel yang dihasilkan
dalam praktikum cukup tinggi tingkat kemurniannya sehingga tidak bersifaf
korosif dan layak untuk digunakan. Dimana para meter massa jenis biodiesel
dalam syarat mutu biodiesel SNI 04-7182-2006 dengan satuan kg/m3 adalah
850 890.
17
3. Yield biodiesel yang diperoleh adalah 92 % , angka ini mendekati nilai normal
pada syarat mutu biodiesel kadar ester alkil yang ditetapkan adalah min 96,5
%.
7. KESIMPULAN
Dalam praktikum pembuatan sintesis metil ester ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut ;
1. Proses yang dilakukan dalam percobaan sintesis metil ester adalah
transesterifikasi.
2. Terjadi penurunan volume dan massa biodiesel sebelum dan sesudah pemanasan
meskipun kecil hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan yang antara lain ;
masih terdapat pengotor , katalis , sabun , air dsb yang cukup tinggi kadarnya
pada biodiesel sebelum proses pemanasan.
3. Proses transesterifikasi waktu yang diperlukan adalah 4-6 jam standarnya ,
sedangkan waktu dalam praktikum hanya -/+ 1 jam sehingga kemurnian hasil
biodiesel masih kurang.
4. Yield biodiesel yang diperoleh adalah 92 % , angka ini mendekati nilai normal
pada syarat mutu biodiesel kadar ester alkil yang ditetapkan adalah min 96,5 %.
5. Hasil biodiesel yang didapatkan sesuai syarat mutu biodiesel SNI 04-7182-2006 ,
biodiesel dapat dikatakan tidak bersifat korosif sehingga layak digunakan.
SARAN
contoh pengumunan untuk membawa bahan yang bisa di persiapkan oleh praktikan tidak
mendadak( minyak jelantah ) mengingat mahasiswa adalah pekerja .Harapannya
mahasiswa dapat mengikuti praktikum dengan lebih baik lagi.
8. LAMPIRAN
GambarGambar
3 . Hasil4.Hasil
RefluksRefluks
dimasukkan ke corong pisah
( 2 lapisan yaitu lap.atas
biodiesel kasar ,lap bawah
Gliserol )
9.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ma, F. and
Hanna, M.A.,
1999, Biodiesel
Production : A Review,
Journal Bioresource Technology 70,
pp. 1-15.
2. Jobsheet Satuan Proses, Pembuatan Metil Ester; 2012-2013.
Politeknik Negeri Sriwijaya.
3. Goffman, F.D., Pinson, S., and Bergman C., 2003, Genetic Diversity for Lipid
Content and Fatty Acid Profile in Rice Bran, J. Am. Oil Chem. Soc., pp. 485-
490.
4. Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden, 1982, Kimia Organik,
5. ib.ui.ac.id/file?file=digital/136303-T%2023270%20Analisis%20life-
Literatur.pdf diakses tgl 27 Februari 2017 jam 22.00 WIB