PENDAHULUAN
Masa nifas merupakan masa yang rawan karena ada beberapa risiko yang
mungkin terjadi pada masa itu, antara lain : anemia, pre eklampsia/ eklampsia,
perdarahan post partum, depresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Diantara resiko
tersebut ada dua yang paling sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni
2002 / 2003 menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih
berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2007
komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas tidak ditangani dengan baik dan
tepat waktu. Kematian ibu pada masa nifas biasanya disebabkan oleh infeksi nifas
(10%), ini terjadi karena kurangnya perawatan pada luka, perdarahan (42%) (akibat
robekan jalan lahir, sisa placenta dan atonia uteri), eklampsi (13%), dan komplikasi
masa nifas (11%) (Siswono, 2005). Sedangkan jumlah kematian ibu pada masa nifas
Propinsi Riau bahwa jumlah kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas tahun 2007 sebanyak 179 orang, tahun 2008 sebanyak 199 orang,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa nifas adalah : 1). dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung
kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2002 dan Sarwono, 2002); 2). masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil.
Lama fase ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998); 3). Stright (2007) mengatakan
bahwa masa nifas adalah periode setelah 6 minggu atau 40 hari setelah kelahiran,
keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
2. Klasifikasi nifas
Nifas dibagi dalam tiga periode yaitu : 1). Puerperium dini yaitu kepulihan di
3). Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
(Harnawatiaj,2008 )
Pada periode masa nifas keadaan tubuh ibu akan berangsur kembali seperti
sedia kala dan dapat dibagi menjadi keadaan : a). masa segera setelah persalinan
(dalam dua jam pertama persalinan); b). 2-7 hari pasca-persalinan; c). 7-28 hari
Pada masa ini terjadi perubahan- perubahan fisiologi, yaitu : perubahan fisik,
involusi uterus dan pengeluaran lochea, laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan
sistim tubuh lainnya, dan perubahan psikis (Saifuddin, 2000). Terdapat tiga proses
penting pada masa nifas, yaitu : involusi, haemokonsentrasi dan proses laktasi atau
menyusui.
1. Perubahan Fisiologis
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan aneh, bisa mengecil dan membesar
dengan menambah dan mengurangi jumlah selnya. Uterus yang berbobot 60 gram
masa kehamilan, dan setelah persalinan, akan kembali pada keadaan sebelum
hamil. Ketika bayi dilahirkan maka fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus
1000 gram, pada akhir kala tiga persalinan tinggi fundus uteri (TFU) teraba 2 jari di
bawah pusat dengan berat uterus 750 gram, 1 minggu post partum TFU teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gram, 2 minggu post partum
TFU tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 50 gram, 6 minggu post
partum TFU bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram (Harnawatiaj, 2007).
Haemokonsentrasi, selama hamil darah ibu relatif lebih encer, karena cairan
darah ibu lebih banyak (haemodilatasi), sementara sel darahnya berkurang. Bila
diperiksa kadar darahnya (haemoglobin) akan tampak sedikit penurunan dari angka
normal, sebesar 11- 12 gr%. Sehingga umumnya ibu hamil cenderung mengalami
anemia pada masa kehamilannya, setelah melahirkan, sistim sirkulasi darah ibu akan
kembali seperti semula, darah kembali mengental, dimana kadar perbandingan sel
darah dan cairan darah kembali normal (Kurniasih Dedeh, 2005). Umumnya hal ini
terjadi pada hari ke-3 sampai 15 hari masa nifas (Novitasari, 2006).
(b). Lochea
Lochea adalah : (a). cairan yang keluar dari liang atau lubang senggama
setelah bayi lahir (Krisna, 2007); (b). sekret luka yang berasal dari luka dalam uterus
terutama luka plasenta dan keluar melalui vagina; (c). Sekret yang berasal dari
(c). Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Serviks menjadi lunak segera
setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam setelah bersalin, serviks memendek dan
konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi
segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari
setelah ibu melahirkan. Ectoservix (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat
memar dan ada sedikit laserasi kecil, kondisi ini merupakan tempat yang baik untuk
menutup secara bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam
muara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6 masa nifas, tetapi hanya tangkai kuret
terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke-2, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran
seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil. Estrogen pada masa nifas
yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hamil, enam sampai delapan minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali
terlihat pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada ibu
yang nullipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Penebalan
Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai
diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placental lactogen (hPL),
menurun secara mencolok setelah plasenta lahir, kadar terendahnya dicapai setelah
(f). Abdomen
menonjol dan ibu tampak seolah- olah masih hamil. Dalam dua minggu setelah
melahirkan, dinding abdomen ibu akan rileks dan diperlukan sekitar enam minggu
untuk dinding abdomennya kembali pada keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh
otot bergantung pada kondisi tonus sebelum hamil, senam nifas, dan jumlah jaringan
lemak.
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
setelah ibu melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama
nifas. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah ibu melahirkan.
Diperlukan kira- kira dua sampai delapan minggu supaya hipotonia pada kehamilan
dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada
sebagian kecil ibu, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
Dalam 12 jam setelah bersalin, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam
hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pada masa
vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa nifas. Pengeluran kelebihan
cairan yang tertimbun selama hamil kadang- kadang disebut kebalikan metabolisme
Trauma bisa terjadi pada uretra dan vesica urinaria selama proses melahirkan,
yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding vesica urinaria dapat mengalami
hiperemesis dan edema. Distensi vesica urinaria yang muncul segera setelah ibu
melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa
Ibu biasanya merasakan lapar setelah bersalin, oleh karena itu ibu boleh
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesia bisa
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan. Hal ini dapat disebabkan karena menurunnya tonus otot
usus selama proses persalinan dan pada awal masa nifas. Ibu seringkali sudah
menduga nyeri saat defekasi akibat nyeri yang dirasakannya pada perineum akibat
episiotomi, laserasi atau haemorrhoid. Kebiasaan BAB yang teratur perlu dicapai
(i). Payudara
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan
hormon- hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh
sikap ibu dalam memutuskan apakah ibu akan menyusui bayinya atau tidak. Bagi
ibu yang tidak menyusui biasanya payudara teraba nodular (pada ibu yang tidak
hamil teraba granular). Nodularitas bersifat bilateral dan difus. Apabila ibu memilih
untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin
akan turun dengan cepat. Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa
hari pertama setelah ibu melahirkan. Pada jaringan payudara beberapa ibu, saat
palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga, dapat ditemukan adanya nyeri seiring
dimulainya produksi susu. Pada hari ketiga dan keempat masa nifas bisa terjadi
rata- rata ASI yang dihasilkan dalam 24 jam meningkat sejalan dengan waktu :
minggu pertama (6 sampai 10 ons); 1- 4 minggu (20 ons); setelah 4 minggu (30 ons)
(Stright, 2005).
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami
oenurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih
tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini (Harnawatiaj, 2007).
yang terjadi saat ibu hamil dan disebabkan trauma yang dialami ibu saat bersalin
dan melahirkan.
berlangsung secara terbalik pada masa nifas. Adaptasi ini mencakup hal- hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke-8
setelah ibu melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali ke keadaan
normal sebelum hamil, kaki ibu tidak mengalami perubahan setelah melahirkan. Ibu
yang baru menjadi ibu akan memerlukan sepatu yang ukurannya lebih besar.
seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa ibu, pigmentasi pada daerah tersebut
akan menetap. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul
seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis biasanya berkurang
Pada beberapa ibu spider nevi menetap. Rambut halus tumbuh dengan lebat pada
waktu hamil biasanya akan menghilang setelah ibu melahirkan, tetapi rambut kasar
yang timbul sewaktu hamil biasanya akan menetap. Konsistensi dan kekuatan kuku
akan kembali pada keadaan sebelum hamil.Diaforesis ialah perubahan yang sangat
perubahan psikologis, meliputi ; a). Periode masa nifas merupakan waktu untuk
terjadi stres, terutama ibu primipara; b). Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses
dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua; c). Respon dan support dari kelurga
dan teman dekat; d). Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan yang lalu; e).
Harapan atau keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan. Periode ini
(1). Fase taking- in, atau tahap ketergantungan terjadi pada hari pertama sampai
kedua masa nifas, perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, pasif dan tergantung.
Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan,
kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat. Dalam fase ini yang diperlukan
ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayinya; (2). Fase taking-
hold, fase ini berlangsung kira- kira 10 hari. Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif,
defekasi, melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri dan
bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu
melakukan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistim pendukung terutama
bagi ibu muda atau primipara karena pada fase ini seiring dengan terjadinya post
partum blues; (3). Fase letting- go, atau saling ketergantungan. Dimulai pada
minggu ke-5-6 setelah persalinan. Di alami setelah ibu tiba dirumah secara penuh
ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari
kesehatan sebagai ibu. Tubuh ibu telah sembuh, secara fisik ibu mampu menerima
tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya
diharuskan tidur terlentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah dijumpai
di Surabaya, terjadi adhesi antara labium minus dan labium mayus kanan dan kiri,
dan telah berlangsung hampir enam tahun. Pada masa sekarang perawatan nifas
lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini (early
1. Definisi
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat- alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya kira- kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan. Perawatan pada masa nifas
kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau
luka bekas episiotomi, maka dilakukan penjahitan dan perawatan luka sebaik-
baiknya. Bidan harus tetap waspada sekurang- kurangnya satu jam sesudah
a). Rawat Gabung (Rooming in), ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar
menyusukan bayi, setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi serta sedini
Selain itu dilakukan pemeriksaan pada kondisi ibu meliputi suhu badan, selera
perineum, bila ada laserasi jalan lahir/ luka maka dilakukan penjahitan dan
perawatan luka sebaik- baiknya, vesica urinaria, rektum, secret yang keluar
(lochea atau fluor albus) serta keadaan alat-alat kandungan (Mochtar, 1998)
2. Tujuan Perawatan
Adapun tujuan dari perawatan pada msa nifas adalah :meningkatkan involusi
psikologis, memfasilitasi perawatan bayi baru lahir dan perawatan mandiri oleh ibu
baru; meningkatkan keberhasilan integrasi bayi baru lahir ke dalam unit keluarga;
perencanaan pulang yang efektif, termasuk rujukan yang tepat perawatan lanjutan
(a). Istirahat dan mobilisasi, umumnya ibu sangat lelah setelah melahirkan,
lebih- lebih bila persalinan berlangsung lama, karena ibu harus cukup beristirahat.
Ibu memerlukan tidur yang banyak, berkisar 8- 12 jam per hari, ditambah tidak
banyak bergerak pada siang hari. Ibu harus tidur terlentang selama 6 jam setelah
bersalin pada ibu dengan persalinan yang normal dan 8 jam setelah bersalin untuk
mencegah perdarahan (pada ibu yang menjalani caesar). Sesudah 8 jam ibu boleh
thrombosis atau penyumbatan pembuluh darah, selain itu mobilisasi ini bertujuan
hari kedua telah dapat duduk bila perlu ibu telah dapat melakukan senam nifas.
Senam nifas ini bermanfat untuk memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap
tubuh, kekuatan otot panggul, otot perut dan otot tungkai bawah dan senam harus
dilakukan secara bertahap. Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah melahirkan, lalu secara teratur setiap hari. Setiap gerakan senam diulang
sebanyak lima kali. Setiap hari, pengulangannya ditingkatkan menjadi 10 kali Pada
hari ketiga masa nifas ibu sudah dapat jalan-jalan dan hari keempat dan kelima
boleh pulang (Sinsin Iis, 2008). Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung
pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka (Mochtar, 1998).
(b). Diet/ Makanan, makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup
kalori, cukup protein, banyak cairan, banyak buah- buahan dan sayuran. Oleh karena
itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan ibu pada masa nifas dalam pengaturan
diet, yakni :
3. Minum sedikitnya 3 liter air sehari (anjurkan ibu minum setiap kali menyusui)
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
masa nifas.
5. Minum kapsul vitamin A yang dapat diberikan kepada bayinya melalui asinya.
(c). Buang Air Kecil (BAK), BAK harus secepatnya dilakukan sendiri (secara
spontan) dalam 6- 8 jam, oleh karena itu bagi ibu nifas dianjurkan untuk minum 2- 3
liter per hari agar dapat BAK dengan lancar selain itu minum air sebanyak 2-3 liter
perhari dapat menggantikan cairan tubuh yng hilang selama proses persalinan
(Sinsin Iis
(d). Buang Air Besar (BAB), atau defecasi harus terjadi dalam waktu 3 sampai
4 hari masa nifas, bila ada obstipasi dan timbul coprostase hinggascibala tertimbun
di rektum, kemungkinan akan terjadi febris. Bila terjadi hal ini, maka dapat dilakukan
hugnah atau diberi laksansia per oral atau per rektal. Kemudian menganjurkan pada
ibu untuk melakukan mobilisasi sedini mungkin apalagi pada ibu yang proses
(e). Pakaian, di pedesaan selama masa nifas, perut seorang ibu akan dibalut
dengan kemban (stagen) dan pahanya diikat rapat setiap hari, hal ini dimaksudkan
(f). ASI dan Papilla Mamae, sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-
persiapan pada kelenjar- kelenjar mammae untuk menghadapi proses laktasi. Laktasi
adalah pembentukan dan pengeluaran ASI. Fisiologi laktasi itu sendiri adalah pada
kedua mammae antara lain, sebagai berikut : 1). proliferasi jaringan, terutama
kelenjar- kelenjar dan alveolus mammae dan lemak; 2). pada ductus
lactiferus terdapat cairan yang kadang- kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning
dalam mammae. Pembuluh- pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas.
Tanda ini merupakan salah satu tanda tidak pasti untuk membantu diagnosis
kehamilan; 4). setelah partus, efek supresi dari estrogen dan progesteron terhadap
air susu berlangsung pada hari ke- 2- 3 post partum. Pada hari pertama air susu
mengandung kolostrum, yang merupakan cairan kuning lebih kental dari pada air
susu, mengandung banyak protein albumin dan globulin, oleh karena itu ASI (air
oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Semakin sering ibu menetekkan bayinya, maka
Hal- hal yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI adalah : 1).
Faktor anatomi payudara; 2). Faktor fisiologi nutrisi ibu; 3). Faktor istirahat; 4). Faktor
payudara terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi; 2).
menyusui dengan baik; 3). Merangsang kelenjar di susu sehingga produksi ASI
lancar; 4). Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha untuk
bayinya atau tidak. Ibu yang menyusui bayinya memulai kembali menstruasinya
siklus anovulatory sebelum ovulasi yang pertama, sedangkan 40% ibu yang tidak
(Stright, 2005). Oleh karena itu penggunaan alat kontrasepsi (lebih awal) atau
Biasanya ibu tidak akan menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum ibu
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, penggunaan alat
kontrasepsi dapat ditunda sampai usia bayi 6 bulan apabila ibu belum haid.
Metode Amenore Laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan baru. Namun cara ini mengakibatkan risiko 2% ibu
pada saat pertama kali melakukan hubungan seksual setelah nifas adalah kondom.
Penggunaannya praktis dan cukup terjamin akurasinya, untuk berikutnya alkon yang
disarankan adalah IUD (intra uterine device) (Astusti Panji Marfuah, 2008).
Hubungan seks pada ibu yang mendapat robekan jalan lahir, relatif lebih luas
akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding dengan ibu yang tidak
mengalami robekan jalan lahir. Tapi umumnya, hubungan suami istri boleh dilakukan
setelah 40 hari masa nifas, batasan waktu ini dibuat atas pemikiran pada waktu itu
semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas sectio
Tidak semua ibu nifas menjalani masa nifasnya dengan normal, terkadang
beberapa ibu mengalami masalah pada masa nifas seperti : (i). suhu badan yang
meninggi; (ii). adanya rasa nyeri, misalnya nyeri pada bekas luka jahitan episiotomi.
Untuk mengurangi rasa nyeri akibat jahitan pada perineum maka perlu dilakukan
hal-hal sebagai berikut : a). kompres dengan es; b). pembalut wanita harus diganti 4
jam sekali dan bersihkan daerah perineum; c).berendam dengan air hangat jika
dirasa perlu; d). pemanasan dengan sinar infra merah selama 5 menit; e). lakukan
tidur dengan ketinggian sudut bantal tidak lebih dari 30 derajat, serta tak lupa
mengajarkan pada ibu tentang cara menjaga kebersihan diri terutama cara
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu membersihkan daerah
vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus. Dan mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah
ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi (Sarwono, 2002); (iii). permasalahan
urine, (iv).pengeluaran darah yang tidak lancar/ terus menerus, pada sebagian ibu,
perdarahan nifas dapat berlangsung lebih singkat, misalnya pada ibu yang proses
persalinannya diselesaikan dengan operasi caesar, memiliki darah nifas yang lebih
4. Kunjungan Ulang
involusi, kebersihan perineum, kebutuhan gizi termasuk pemberian tablet zat besi,
menilai status kesehatan ibu dan bayi, keluarga berencana dan keberhasilan ASI
Semua ibu memerlukan pengamatan yang cermat dan penilaian dalam awal
masa pasca salin. Sebelum ibu dipulangkan dari klinik atau sebelum bidan
1). mendeteksi komplikasi dan perlunya perujukan: 2). memberikan konseling untuk
bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman: 3).
memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi: 4). memulai dan
1). kesehatan umum yaitu menggali perasaan ibu pada masa nifas: 2). tanda-tanda
b). 2-6 hari post parum dan 2-6 minggu setelah kelahiran
Kunjungan post partum yang dilakukan -6 hari setelah bersalin dan 2-6
minggu setelah bersalin adalah hampir sama. Tujuan dari kunjungan-kunjungan ini
adalah untuk : 1). Memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan yang
aman; 2). Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusui tanpa kesulitan dan sudah
bertambah berat badanya; 3). Memastikan bahwa ikatan batin antara ibu dan bayi
imunisasi.
sudah 2-6 hari atau 2-6 minggu pasca salin adalah hampir sama dengan pasca salin
Pemeriksaan fisik pada umumnya : 1). Tanda-tanda vital; 2). Payudara : kemontokan,
suhu, warna merah, nyeri puting atau pecah ujungnya; 3). Abdomen : tinggi fundus,
Adapun tanda-tanda bahaya pasca persalinan yang harus diketahui ibu adalah
: 1). Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam
setengah jam); 2). Pengeluaran vagina yang baunya menusuk; 3). Rasa sakit di
bagian bawah abdomen atau punggung; 4). Sakit kepala yang terus menerus, nyeri
ulu hati, atau masalah penglihatan; 5). Pembengkakan diwajah atau di tangan; 6).
Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih, atau jika tidak merasa enak badan; 7).
Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit; 8). Kehilangan
nafsu makan dalam waktu yang lama; 9). Rasa sakit, merah, lunak, dan atau
pembengkakan di kaki; 10). Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh
sendiri bayinya atau diri sendiri; 11). Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah
menentukan sikap apabila ibu mengalami salah satu dari tanda bahaya di atas.