Anda di halaman 1dari 10

Tugas

M.O
Kelompok 3
Understanding individual Behavior
UNDERSTENDING INDIVIDUAL BEHAVIOR

Memahami Individu individu dalam organisasi adalah penting bagi semua manajer.
Dimana kepribadian sendiri merupakan serangkaian atribut psikologis dan perilaku yang
relative stabil yang membedakan satu dengan yang lain.Setiap Organisasi berjuang untuk
mencapai kesesuaian orang-pekerjaan yang optimal, tetapi kadang memang proses ini di
perumit dengan adanya perbedaan perbedaan individual ini. Dimensi Myers-Briggs dan
intelingensi emosional juga menawarkan wawasan ke dalam kepribadian dalam organisasi.
Bahwa sesungguhnya sikap itu didasarkan pada emosi, pengetahuan dan prilaku di sengaja.
Disonasi koknitif merupakan hasil dari sikap atau prilaku yang berlawaann atau inkongruen
atau keduanya.
PERILAKU INDIVIDU DIBENTUK DARI FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR
INTERNAL

Perilaku individu dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor
eksternal yaitu yang mendukung terjadinya suatu sikap tersebut dari lingkungan sekitarnya
yang menuntut seseorang menjadikan dirinya masuk dalam perilaku yang baru, bisa
dikatakan untuk menyesuaikan sikap dan situasi yang ada. Dengan kata lain, lingkungan
merupakan faktor yang kuat dalam pembentukan perilaku individu. Biasanya hasil dari
penyebab dari luar, dimana perilaku seseorang dipaksa oleh situasi (Stephen P. Robbins,
1991:130). Sedangkan faktor internal merupakan yang ada dalam diri setiap individu, dimana
setiap individu memiliki watak atau sikap yang memang menggambarkan seseorang tersebut
dan bersifat permanent. Penyebab perilaku internal dipercaya dikontrol oleh individu sendiri
(Stephen P. Robbins, 1991:130).
Dari kedua faktor tersebut(eksternal dan internal), perilaku individu dipengaruhi dari
berbagai macam pandangan teoritis. Bagaimana setiap individu menilai seorang individu
tersebut. Terdapat 3 pandangan dalam hal perilaku individu yang terdapat dalam faktor
eksternal dan internal yaitu Distinctivenes, Consensus, Consistency.
Distinctiveness yaitu pandangan terhadap perilaku khusus atau kecenderuangan
perilaku yang dilakukan seseorang atau lebih pada suatu situasi yang sama. Contohnya dalam
situasi keterlambatan, jika hanya seseorang yang terlambat maka hal ini disebut faktor
internal yang hanya orang tersebut yang merasakannya dengan alasan yang berasal dari
dalam dirinya sendiri, misal telat bangun. Namun jika banyak orang yang terlambat, maka ini
disebut faktor eksternal yang semuanya merasakan keterlambatan itu penyebab dari luar,
misal hujan.
Consensus yaitu pandangan terhadap perilaku orang banyak yang melakukan hal
unik(jarang dilakukan) itu merupakan faktor eksternal. Namun jika hanya beberapa yang
melakukan hal tersebut, maka perilaku tersebut terdapat dari sikap atau watak dari individu
tersebut. Contohnya suatu hari ada banyak karyawan sebuah perusahaan mengalami
keterlambatan jam masuk kantor secara bersamaan diakarenakan jalan menuju kantor
mengalami kemacetan yang cukup padat itu merupakan faktor dari eksternal. Namun jika
keterlambatan dikarenakan seorang individu, maka itu merupakan faktor internal.
Consistency yaitu perilaku yang dilakukan dan tetap tetap stabil sebagaimana
mestinya. Setiap individu melakukan tugasnya dengan porsinya masing-masing. Contohnya
dalam sebuah organisasi di dalam universitas misalnya Lembaga Kemahasiswaan (LK)
khususnya Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) terdapat ketua , ketua komisi dan
anggota komisinya. Ketua bertugas untuk memberi wewenang pada setiap ketua komisinya
dan ketua komisi menjalankan sesuai wewenang ketua kepada anggota komisinya.
Konsistensi dilihat bagaimana sebuah organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik dalam
sebuah alur yang terstruktur.
Maka dari penjelasan diatas, kesimpulannya yaitu perilaku individu dibentuk dari
faktor eksternal dan faktor internal. Dimana setiap proses pembentukan perilaku tersebut
dibantu oleh orang lain yang sengaja maupun tidak sengaja sudah membuat jati diri seseorang
tersebut dan dibantu juga dari dalam diri sendiri. Diri sendiri berperan sebagai pengontrol
pembentukan perilaku individu, semua proses yang terjadi diserahkan semua pada individu
untuk merespon bagaimana dia akan membawa dirinya. Meskipun faktor eksternal
mempengaruhi bagaimana pembentukan individu, namun faktor internal lebih berpengaruh
untuk membawa seorang individu mengontrol jati dirinya untuk masuk dalam sebuah situasi
dan kondisi di organisasi.

Bagan :

FAKTOR
EKSTERN Distinctiveness
AL

Perilaku Consensus
Individu

FAKTOR Consistency
INTERNAL
Sumber : Robbins, Stephen. 1991. Organization Behavior. United States of
America:Prentice-Hall,Inc

PENDEKATAN KONTIGENSI INDIVIDUAL BEHAVIOR.

Pendekatan ini mengemukakan :


Teori yang berpusat pada hukum situasi ( Law of the situation ) , bahwa setiap situasi
yang berbeda akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang bervariasi .
Di sisi lain,filosofi dan pendekatan teori ini menganggap bahwa setiap organisasi memiliki
karakteristik , situasi masing- masing dan menghadapi masalah yang berbeda , oleh karena itu
setiap organisasi atau situasi yang berbeda harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan yang
berbeda .
Pendekatan kontingensi mengandung pengertian bahwa adanya lingkungan yang
berbeda menghendaki praktek perilaku yang berbeda pula untuk mencapai keefektifan. Di
sini pandangan lama yang mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen bersifat universal
dan perilaku dapat berlaku dalam situasi apapun, tidak dapat diterima sepenuhnya.
Ciri-ciri yang di tekankan adalah pribadi pemimpin dan situasi. Pendekatan ini bukan hanya
penting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan tetapi turut
membantu para pemimpin yang potensial dengan konsep-konsep yang berguna untuk menilai
situasi yang bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat
berdasarkan situasi.
Faktor masalah yang berbeda, lingkungan, semangat dan watak bawahan, situasi yang
semuanya berbeda terlibat juga dalam pendekatan ini.perilaku manajerial sebagai reaksi atas
sejumlah keadaan tertentu guna menyarankan praktek-praktek manajemen yang dianggap
paling cocok dalam rangka usaha menghadapi situasi tertentu di pelajari juga dalam
pendekatan ini.
Perilaku adalah respon individu terhadap stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai tujuan baik disadari ataupun tidak.
Individu berasal dari kata individiuum, yang artinya tak terbagi. Individu adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas dalam lingkungan sosialnya,
melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Makna
manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku
massa yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang
sampai pada dirinya sendiri disebut proses individualitas atau aktualisasi diri. Individu
dibebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, maka muncul
struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Konflik mungkin terjadi
karena pola tingkah laku spesifik dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh
masyarakat disekitarnya.
Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perilaku itu sendiri
adalah suatu fungsi dari interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya. Dilihat dari
sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara
berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu
sama lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa dasar perilaku individu
merupakan bakat atau pembawaan dari respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan)
yang berasal dari lingkungannya.
Model konseptual untuk mempelajari perbedaan individu dalam Perilaku Organisasi :
a. Self Esteem (penghargaan diri)
Adalah suatu keyakinan nilai dari diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan.
Self Esteem diukur dengan menanyakan kepada para responden dengan melakukan survei
untuk menentukan kesepakatan atau ketidaksepakatan dengan pernyataan positif maupun
negatif. Pernyataan positif, misal saya merasa bahwa saya adalah seseorang yang berarti
seperti yang lainnya. Pernyataan negatif, misal saya merasa tidak memiliki banyak hal untuk
dibanggakan.
b. Self Efficacy (kemanjuran diri)
Adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu.
Self Efficacy muncul secara lambat laun melalui pengalaman, kemampuan-kemampuan
kognitif, sosial, bahasa atau fisik yang rumit. Pengalaman masa kanak-kanak memiliki
dampak yang kuat pada self efficacy.
c. Self Monitoring (pemantauan diri)
Adalah lingkup dimana seseorang mengamati perilaku ekspresifnya dan menyesuaikannya
dengan situasi. Para ahli dalam bidang ini menjelaskan individu-individu yang memiliki self
monitoring tinggi mengatur penampilan diri mereka yang ekspresif untuk penampilan publik
yang diinginkan. Para individu yang rendah self monitoringnya, dianggap kurang mampu
atau tidak termotivasi untuk mengatur penampilan ekspresif diri mereka sendiri. Oleh karena
itu, perilaku ekspresif mereka dianggap secara fungsional mencerminkan keadaan dalam diri
mereka sendiri yang berjalan lama dan sejenak termasuk sikap, ciri, dan perasaan mereka.
PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI

Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri
adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik
dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan,
cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda
satu sama lain.
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia
adalah pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga
pendekatan tersebut dilihat dari penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya,
kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang
dipergunakan.

1. Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.
Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu
sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan dalam
perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimulisasi yang dapat
menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam


menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego
yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.

2. Penyebab Timbulnya Perilaku


Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau
ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang
lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli
lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh
tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.

3. Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)
adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan
akibat ketidaksesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat
mengurangi ketidaksesuaian tersebut.

5
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang
respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut
menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.

Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id


(Identitas diri) kemudian diproses oleh Egodibawah pengamatan Superego.

4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku

Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa


lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari
pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses
masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu
penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id (identitas diri),
Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.

5. Tingkat dari Kesadaran


Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi
dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya
aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan
dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja
diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan
dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar.
Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.

6. Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada
dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik
yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.

HUBUNGAN INDIVIDU DALAM MEMPENGARUHI ORGANISASI

Di samping model model kepribadian yang kita ketahui begitu kompleks, ada
beberapa ciri kepribadian spesifik lainnya juga memungkinkan untuk mempengaruhi perilaku
dalam organisasi dan di ataranya yang paling penting adalah lokus kendali (locus of control),
efektivitas diri, otoritarisme, machiavelianisme, harga diri, dan kecendrungan resiko yang
dimana akan di jelakan di bawah ini
Lokus kendali (locus of control), menjelaskan tingkat dimana seseorang percaya
bahwa prilakunya mempunyai pengaruh nyata terhadap apa yang terjadi pada mereka.
Misalnya sebagian orang percaya bahwa jika mereka bekerja keras maka akan berhasil dan
sebaliknya apabila orang yang gagal adalah karena kurangnya kemampuan dan motivasi.
Karena itu orang orang percaya bahwa indvidu dapat mengendalikan kehidupan mereka
dikatanan mempunyai lokos kendali internal. Dan ada juga percaya bahwa taktid ,
kesempatan, keberuntungan, atau prilaku orang lain justru yang menentukan apa yang terjadi
pada mereka. Dan kekuatan kekuatan dari luar kendali mereka ini yang di anggap
mendikete apa yang terjadi pada mereka di katakana mempunyai lokus kendali eksternal
Efektivitas diri , adalah kepercayaan bahwa orang tersebut mengenai kemampuannya
untuk melakukan suatu tugas. Penilaian diri terhadap kemampuan berkontribusi pada
efektivitas diri, begitu juga dengan kepribadian individu tersebut. Keyakinan terhadap
kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas dengan efektif mengakibatkan merkea
lebih yakin terhadap diri sendiri ini dan lebih mampu memfokuskan perhatian mereka pada
kinerja
Otoriarianisme , menjelaskan kepercayaan pahwa perbedaaan kekuasan dan status
adalah suatu hal yang pantas dalam system social hierarkis seperti organisasi.
Machiavelianisme , adalah ciri ciri kepribadian penting lainnya yang dimana
konsep ini dinamai oleh Niccolo Machiavelli, seorang pengarang abad XVI. Dalam bukunya
berjudul The prince, Machiavelli menjelaskan bagaimana kamu ningrat lebih mudah
memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Dan istilah Machiavelisme ini sekarang
digunakan untuk medeskripsikan prilaku yang di arahkan untuk memperoleh kekuasaan dan
pengendalian prilaku orang lain.
Harga diri, adalah merupakan tingkat dimana orang tersebut percaya bahwa ia
merupakan individu yang berharga dan layak
Kecendrungan resiko seseorang, Adalah tingkat dimana dia bersedia untuk
mengambil kesempatan dan mengambil keputusan yang beresiko

Sumber :
Teori kepemimpinan edisi pertama. Mitra Wacana Medis.
Wahjosumidjo. 2008. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasulahannya. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Winardi. 1990. Asas-Asas Manajemen. Bandung : CV Mandar Maju.
Atmosudirdjo, S.P.1982. Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Julitriarsa, Djati.1988. Manajemen Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta :BPFE.

Anda mungkin juga menyukai