Anda di halaman 1dari 30

AKUNTANSI KUKM

SAK ETAP DAN SAK EMKM


(1, 2 dan 3)

Disusun Oleh :

1. Laylatul Irda Nurkhasanah C1C014005


2. Feni Indah Lestari C1C014021
3. Rizqi Alfi Sabila C1C014045
4. Ghania Nirmala Putri C1C014070
5. Ibrahim Philos Maruf C1C014101

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
PURWOKERTO
2016
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

ISI

2.1 Pilar Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam


melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua
aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan
orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang
dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain, Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang
segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang sudah
disusun dan disahkan oleh lembaga resmi (standard setting body) pada saat tertentu. Di
Indonesia terdapat 5 pilar Standar Akuntansi Keuangan :

1. PSAK-IFRS

PSAK-IFRS merupakan akronim dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


International Financial Report Standard. PSAK ini adalah nama lain dari SAK yang sudah
diterapkan sepenuhnya pada tahun 2012.

Pada PSAK ini wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas yang bersifat umum
seperti : Emiten, perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan BUMN. Tujuan dari PSAK ini
adalah memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan. Lalu kenapa
harus IFRS? Karena Indonesia adalah anggota dari IFAC yang menjadikan IFRS sebagai
standar akuntansinya, sehingga Indonesia harus mematuhi kesepakatan sebagai anggota atau
disebut Statement Membership Obligation (SMO). Alasan lain IFRS ini diterapkan adalah
karena dalam pertemuan pemimpin dunia G20 Forum disepakati adanya Strengthening
Transparency and Accountability pada 15 November 2008 yang diwujudkan pada 9 april
2009 dalam pertemuan di London untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan secara
gobal.

2. SAK-ETAP
SAK ETAP adalah Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
ETAP biasa digunakan untuk etenitas yang akuntanbilitas publiknya tidak signifikan dan
laporan keuangannya hanya untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal

ETAP menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises. SAK-ETAP diterbitkan
pada tahun 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan pada 1 Januari
2010. Jadi bisa dikatakan bahwa ETAP ini merupakan anak dari IFRS. Seperti yang
disebutkan diatas SAK-ETAP pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa
penyederhanaan dalam SAK-ETAP adalah :

Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif.


Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi setelah tanggal
perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai
revaluasi atau nilai wajar.
Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui sebesar
jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

3. PSAK Syariah

Indonesia yang mayoritas penduduk nya beragama islam tentu perlu ada kebijakan-kebijakan
yang erat kaitannya dengan islam. Seperti adanya berbagai lembaga berbasis syariah
misalnya bank syariah, pegadaian syariah, badan zakat dan lain sebagainya. Semua lembaga
ini tentu perlu standar tersendiri untuk transaksi yang sedikit berbeda dengan yang biasa
karena itu munculah PSAK Syariah.

PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga
syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah ini pengembangan dilakukan
dengan model PSAK umum namun PSAK ini berbasis syariah dengan acuan fatwa-fatwa
yang dikeluarkan MUI. PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari :

1. Kerangka Konseptual
2. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
3. Akuntansi Murabahah
4. Musyarakah
5. Mudharabah
6. Salam
7. Istishna

PSAK Syariah bisa digunakan bersama dengan PSAK pada umumnya. Bank syariah
menggunakan dua standar dalam menyusun laporan keuangan. Sebagai badan usaha yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan, bank syariah menggunakan PSAK, sedangkan untuk
transaksi syariahnya menggunakan PSAK Syariah.

4. SAP

SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP (Peraturan Pemerintah) yang diterapkan untuk
entetitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan-tahapan seperti :
1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
7. Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings)
9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
10. Finalisasi Standar

Jadi SAP disusun hanya untuk instasi kepemerintahan baik pusat maupun daerah untuk
menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Dan diharapkan dengan adanya SAP maka
akan ada transparansi, partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara sehingga
dapat mewujudkan pemerintahan yang baik.

Nah itu lah dia 4 pilar dari standarisasi akuntansi keuangan yang ada di Indonesia. Standar ini
diharapkan nanti nya bisa meningkatkan kualitas informasi yang disampaikan dalam laporan
sehingga laporan yang disampaikan dapat sesuai dengan keadaan sebenarnya dari
kegiatan ekonomi. Semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat sekian dan terima kasih

5. SAK-EMKM
Memenuhi kriteria UMKM
Memenuhi definisi ETAP sesuai UU No 20/2008 tentang
UMKM

Entitas yang tidak Bukan anak perusahaan/cabang


memiliki akuntabilitas perusahaan yang
publik yang signifikan; dimiliki/dikuasai/menjadi bagian,
dan secara langsung atau tidak
langsung (Pasal 1)
Menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan Rentang kuantitatif tertentu:
umum bagi pengguna kekayaan bersih (tidak termasuk
eksternal tanah dan bangunan) atau hasil
penjualan tahunan (Pasal 6)

Tidak memiliki/menguasai
UMKM mitra usahanya
(Pasal 35)

*New pillar introduced by DSAK IAI on 24 October 2016, effective 1 January 2018.

2.2 Latar Belakang SAK ETAP dan SAK EMKM

SAK ETAP

Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas


Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP). Dengan adanya SAKETAP ini maka perusahaan
kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keungan dengan menggunakan PSAK umum
yang berlaku. Didalam beberapa hal SAKETAP memberikan banyak kemudahan untuk
perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks.
Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan SAKETAP yang hanya sekitar
seratus halaman dengan menyajikan 30 BAB.

Sesuai dengan ruang lingkup SAKETAP maka standar ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang
dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan tidak
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purposes statement) bagi
pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung
dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAKETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unserved statement) atas kepatuhan
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan,
mematuhi SAKETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dan SAKETAP.
Apabila perusahaan memakai SAKETAP, maka auditor yang melakukan audit di perusahaan
tersebut juga akan mengikuti SAKETAP.

SAK EMKM

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang senantiasa
mendukung penegakan transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan entitas di
Indonesia. Dalam rangka mewujudkan UMKM Indonesia yang maju, mandiri, dan modern,
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah mengesahkan Exposure Draft
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (ED SAK EMKM)
dalam rapatnya pada tanggal 18 Mei 2016.

Dengan disahkannya ED SAK EMKM ini, maka standar akuntansi keuangan di Indonesia
nantinya akan menjadi lengkap dengan tiga pilar standar akuntansi keuangan, yakni SAK
Umum yang berbasis IFRS, SAK ETAP, dan SAK EMKM. Masing-masing pilar utama
tersebut merupakan dukungan infrastruktur dalam konteks standar akuntansi keuangan yang
dapat mencerminkan esensi dari entitas dunia usaha di Indonesia, yaitu:

1. SAK Umum yang berbasis IFRS merupakan standar akuntansi keuangan yang
mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang dilakukan oleh entitas
dengan akuntabilitas publik signifikan;

2. SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang dimaksudkan untuk


digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan namun menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi penggunanya; dan

3. ED SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan


entitas mikro, kecil, dan menengah.

ED SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu sekitar 57,9 juta pelaku UMKM di
Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya dengan tepat tanpa harus terjebak dalam
kerumitan standar akuntansi keuangan yang ada saat ini. ED SAK EMKM ini merupakan
standar akuntansi keuangan yang jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan SAK ETAP.
Misalnya, dari sisi teknikal, ED SAK EMKM murni menggunakan dasar pengukuran biaya
historis sehingga UMKM cukup mencatat aset dan liabilitasnya sebesar biaya perolehannya.

2.3 Isi SAK-ETAP dan SAK-EMKM

BAB 1
RUANG LINGKUP
SAK-ETAP
1.1 Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa
akuntabilitas publik adalah entitas yang:
(a) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
(b) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit.
1.2 Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:
(a) entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal; atau
(b) entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana
pensiun, reksa dana dan bank investasi.
1.3 Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
SAK-EMKM

1.1. ED SAK EMKM dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas mikro, kecil, dan
menengah.
1.2. Entitas mikro, kecil, dan menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik yang
signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil,
dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia, setidaktidaknya selama dua tahun berturut-turut.
1.3. ED SAK EMKM dapat digunakan oleh entitas yang tidak memenuhi definisi dan kriteria
dalam paragraf 1.2, jika otoritas mengizinkan entitas tersebut untuk menyusun laporan
keuangan
berdasarkan ED SAK EMKM.

BAB 2
KONSEP DAN PRINSIP PERVASIF

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

SAK-ETAP
2.1 Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta
laporan keuangan khusus
untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

SAK EMKM
2.1. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta
laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Pengguna tersebut
meliputi penyedia sumber daya bagi entitas seperti kreditor maupun investor. Dalam
memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI DALAM LAPORAN KEUANGAN

SAK ETAP
Dapat Dipahami
2.2 Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun
demikian, kepentingan agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan
informasi yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi tersebut
terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.
Relevan
2.3 Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa
lalu.
Materialitas
2.4 Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil
atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang
dinilai sesuai dengan situasi tertentu dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau
kesalahan dalam mencatat (misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau
membiarkan kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK ETAP agar
mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas suatu
entitas.
Keandalan
2.5 Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus andal.
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias, dan penyajian
secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Laporan keuangan tidak bebas dari bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika
dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan
mencapai suatu hasil tertentu.
Substansi Mengungguli Bentuk
2.6 Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk meningkatkan keandalan
laporan keuangan.
Pertimbangan Sehat
2.7 Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan keadaan yang
dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan peristiwa dan keadaan tersebut dan
melalui penggunaan pertimbangan sehat dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan
sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan
dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan
kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun demikian, penggunaan
pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan aset atau penghasilan yang lebih
rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan
sehat tidak mengijinkan bias.
Kelengkapan
2.8 Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang
mencukupi ditinjau dari segi relevansi.
Dapat Dibandingkan
2.9 Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara
konsisten untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas tersebut dan untuk entitas yang
berbeda. Sebagai tambahan, pengguna laporan keuangan harus mendapat informasi tentang
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, perubahan
kebijakan akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut.
Tepat Waktu
2.10 Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi para penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan
dalam jangka waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya
dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen
mungkin perlu menyeimbangkan secara relatif
antara pelaporan tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal. Untuk mencapai
keseimbangan antara relevansi dan keandalan, maka pertimbangan utama adalah bagaimana
yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi.
Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
2.11 Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediannya. Namun demikian, evaluasi
biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga
tidak perlu ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat. Dalam evaluasi manfaat dan
biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang
dinikmati oleh pengguna eksternal.
SAK-EMKM tidak ada

POSISI KEUANGAN

SAK-ETAP
2.12 Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu waktu
tertentu. Unsur laporan keuangan yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Unsur-unsur ini didefinisikan sebagai berikut:
(a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
(b) Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari peristiwa masa
lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
(c) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban.
2.13 Beberapa pos mungkin memenuhi definisi aset atau kewajiban namun tidak dapat diakui
sebagai aset atau kewajiban dalam neraca karena tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam
paragraf 2.24-2.29. Khususnya, harapan bahwa manfaat ekonomi masa depan akan mengalir
ke atau dari dalam entitas harus cukup pasti untuk memenuhi kriteria probabilitas sebelum
suatu aset atau kewajiban diakui.
Aset
2.14 Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap aliran kas
dan setara kas kepada entitas. Arus kas tersebut dapat terjadi melalui penggunaan aset atau
pelepasan aset.
2.15 Beberapa aset, misalnya aset tetap memiliki bentuk fisik. Namun demikian bentuk fisik
tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset. Beberapa aset adalah tidak
berwujud.
2.16 Dalam menentukan eksistensi aset, hak milik tidak esensial. Misalnya, properti yang
diperoleh melalui sewa adalah aset jika entitas mengendalikan manfaat yang diharapkan
mengalir dari properti tersebut.
Kewajiban
2.17 Karakteristik esensial dari kewajiban (liability) adalah bahwa entitas mempunyai
kewajiban (obligation) masa kini untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan
cara tertentu. Kewajiban dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif.
Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau
peraturan perundangan. Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan
entitas ketika:
(a) oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau pernyataan kini
yang cukup spesifik,entitas telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas
akan menerima tanggung jawab tertentu; dan
(b) akibatnya, entitas telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak lain bahwa
entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.
2.18 Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas, penyerahan
aset lain, pemberian jasa, penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain, atau
konversi kewajiban menjadi ekuitas. Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain,
seperti kreditur membebaskan atau membatalkan haknya.
Ekuitas
2.19 Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas
mungkin disubklasifikasikan dalam neraca. Misalnya, entitas yang berbentuk Perseroan
Terbatas, subklasifikasi dapat meliputi dana yang dikontribusikan oleh pemegang saham,
saldo laba dan keuntungan atau kerugian yang diakui secara langsung dalam ekuitas.

KINERJA KEUANGAN
2.20 Kinerja keuangan adalah hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas
sebagaimana disajikan dalam laporan laba rugi. Laba sering digunakan sebagai ukuran
kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau
laba per saham. Unsur-unsur
laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah penghasilan
dan beban. Penghasilan dan beban didefinisikan lebih lanjut sebagai berikut:
(a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan
dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset, atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
(b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada
penanam modal.
2.21 Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara langsung
dari pengakuan dan pengukuran aset dan kewajiban. Kriteria pengakuan penghasilan dan
beban dibahas lebih lanjut dalam paragraf 2.24-2.29
Penghasilan
2.22 Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains).
(a) Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang
biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, imbalan, bunga, dividen,
royalti dan sewa.
(b) Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan namun
bukan pendapatan. Ketika keuntungan diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan
secara terpisah karena pengetahun mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan pengambilan
keputusan ekonomi.
Beban
2.23 Beban mencakup kerugian dan beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa.
(a) Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa meliputi, misalnya,
beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar
atau berkurangnya aset seperti kas dan setara kas, persediaan, dan aset tetap.
(b) Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin, atau
mungkin tidak, timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa. Ketika kerugian diakui
dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara terpisah karena pengetahuan mengenai pos
tersebut berguna untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi.

SAK EMKM
2.2. Informasi posisi keuangan entitas terdiri dari informasi mengenai aset, liabilitas, dan
ekuitas entitas pada tanggal tertentu, dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Unsur-
unsur tersebut didefinisikan sebagai berikut:
(a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan yang dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh oleh entitas.
(b) Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang
penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi.
(c) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi seluruh liabilitasnya.
Aset
2.3. Manfaat ekonomi masa depan suatu aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan
kontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap arus kas kepada entitas.
Arus kas tersebut dapat timbul dari penggunaan maupun pelepasan aset.
2.4. Beberapa aset memiliki wujud, sementara beberapa aset tidak memiliki wujud (tak
berwujud). Namun demikian, wujud aset tidak esensial untuk menentukan keberadaan aset.
Liabilitas
2.5. Karakteristik esensial dari liabilitas adalah bahwa entitas memiliki kewajiban saat ini
untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat
berupa kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif. Kewajiban hukum dapat dipaksakan
menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.
Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari tindakan entitas ketika:
(a) oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau pernyataan kini
yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi kepada pihak lain bahwa entitas akan
menerima tanggung jawab tertentu; dan
(b) akibatnya, timbul ekspektasi kuat dan sah dari pihak lain bahwa entitas akan
melaksanakan tanggung jawab tersebut.
2.6. Penyelesaian kewajiban saat ini biasanya melibatkan pembayaran kas, penyerahan aset
selain kas, pemberian jasa, dan/atau penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain.
Kewajiban juga dapat diselesaikan dengan cara lain, seperti kreditor membebaskan atau
membatalkan haknya.
Ekuitas
2.7. Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi seluruh liabilitasnya.
Klaim ekuitas adalah klaim atas hak residual atas aset entitas setelah dikurangi seluruh
liabilitasnya. Klaim ekuitas merupakan klaim terhadap entitas, yang tidak memenuhi definisi
liabilitas.

KINERJA
2.8. Informasi kinerja keuangan entitas terdiri dari informasi mengenai penghasilan dan
beban selama periode pelaporan, dan disajikan dalam laporan laba rugi. Unsur-unsur tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
(a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelaporan
dalam bentuk arus kas masuk atau kenaikan aset, atau penurunan liabilitas yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
(b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama periode pelaporan
dalam bentuk arus kas keluar atau penurunan aset, atau kenaikan liabilitas yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak disebabkan oleh distribusi kepada
penanam modal.
2.9. Pengakuan penghasilan dan beban dalam laporan laba rugi dihasilkan secara langsung
dari pengakuan aset dan liabilitas. Kriteria pengakuan penghasilan dan beban dibahas lebih
lanjut dalam paragraf 2.24 dan 2.25.
Penghasilan
2.10. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains).
(a) Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang normal, yang dikenal dengan berbagai sebutan, misalnya: penjualan, imbalan,
bunga, dividen, royalti, dan sewa.
(b) Keuntungan mencerminkan akun lain yang memenuhi definisi penghasilan namun
tidak termasuk dalam kategori pendapatan, misalnya: keuntungan dari pelepasan
aset.
Beban
2.11. Beban mencakup beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang normal
dan kerugian.
(a) Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang normal meliputi,
misalnya, beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan.
(b) Kerugian mencerminkan akun lain yang memenuhi definisi beban namun tidak
termasuk dalam kategori beban yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang
normal, misalnya: kerugian dari pelepasan aset.
PENGAKUAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN

SAK-ETAP
2.24 Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam
neraca atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria
sebagai berikut:
(a) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
(b) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2.25 Kegagalan untuk mengakui pos yang memenuhi kriteria tersebut tidak dapat digantikan
dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau catatan atau materi
Probabilitas Manfaat Ekonomi Masa Depan
2.26 Konsep probabilitas digunakan dalam kriteria pengakuan mengacu kepada pengertian
derajat ketidakpastian bahwa manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan pos tersebut
akan mengalir ke atau dari dalam entitas. Pengkajian derajat ketidakpastian yang melekat
pada arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang terkait dengan
kondisi yang tersedia pada akhir periode pelaporan saat penyusunan laporan keuangan.
Penilaian itu dibuat secara individu untuk pos-pos yang signifikan secara individual dan
kelompok dari suatu populasi besar dari pos-pos yang tidak signifikan secara individual.
Keandalan Pengukuran
2.27 Kriteria kedua untuk pengakuan suatu pos adalah adanya biaya atau nilai yang dapat
diukur dengan andal. Dalam banyak kasus, biaya atau nilai suatu pos diketahui. Dalam kasus
lainnya biaya atau nilai tersebut harus diestimasi. Penggunaan estimasi yang layak
merupakan bagian esensial dalam penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi tingkat
keandalan. Namun demikian, jika estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pos
tersebut tidak diakui dalam neraca atau laporan laba rugi.
2.28 Suatu pos yang pada saat tertentu tidak dapat memenuhi kriteria pengakuan dapat
memenuhi syarat untuk diakui di masa depan sebagai akibat dari peristiwa atau keadaan yang
terjadi kemudian.
2.29 Suatu pos yang gagal memenuhi kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam
catatan, materi penjelasan atau skedul tambahan. Pengungkapan ini dapat dibenarkan jika
pengetahuan mengenai pos tersebut dipandang relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu entitas oleh pengguna laporan keuangan.
SAK-EMKM
2.12. Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu akun dalam
laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur
sebagaimana
diuraikan dalam paragraf 2.2 dan 2.8, dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut dapat dipastikan akan mengalir ke
dalam atau keluar dari entitas; dan
(b) akun tersebut memiliki biaya yang dapat diukur dengan andal.
Manfaat Ekonomi Masa Depan
2.13. Kriteria pengakuan mengacu pada saat dapat dipastikan bahwa manfaat ekonomi masa
depan yang terkait dengan akun tersebut akan mengalir ke dalam atau keluar dari entitas.
Pengkajian derajat ketidakpastian yang melekat pada aliran manfaat ekonomi masa depan
dilakukan atas dasar bukti yang terkait dengan kondisi yang tersedia pada akhir periode
pelaporan saat penyusunan laporan keuangan. Penilaian itu dibuat secara individu untuk
akun-akun yang signifikan secara individual dan secara kelompok dari suatu populasi besar
untuk akun-akun yang tidak signifikan secara individual.
Keandalan Pengukuran
2.14. Kriteria kedua untuk pengakuan suatu pos adalah adanya biaya yang dapat diukur
dengan andal. Dalam banyak kasus, biaya suatu akun dapat diukur dengan andal. Dalam
kasus lainnya, biaya tersebut harus diestimasi. Jika pengukuran yang layak tidak mungkin
dilakukan, maka akun tersebut tidak diakui dan tidak disajikan dalam laporan posisi
keuangan atau laporan laba rugi.

PENGUKURAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN

SAK-ETAP
2.30 Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk
mengukur aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini
termasuk pemilihan dasar pengukuran tertentu.
2.3 1 Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:
(a) Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar
dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan. Kewajiban
dicatat sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar dari aset non-kas
yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
(b) Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk
menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
SAK-EMKM

2.15. Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui aset, liabilitas,
penghasilan, dan beban di dalam laporan keuangan.
2.16. Dasar pengukuran unsur laporan keuangan dalam ED SAK EMKM adalah biaya
historis. Biaya historis suatu aset adalah sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Biaya historis suatu liabilitas adalah
sebesar jumlah kas atau setara kas yang diterima atau jumlah kas yang diperkirakan akan
dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.

MATERIALITAS

SAK-ETAP tidak ada


SAK EMKM
2.17. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Kelalaian untuk
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement) akun-akun laporan
keuangan adalah material jika, baik secara sendiri maupun bersama, dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan. Materialitas bergantung pada ukuran dan
sifat dari kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat tersebut dengan
memperhatikan keadaan terkait. Ukuran atau sifat dari pos laporan keuangan atau gabungan
dari keduanya dapat menjadi faktor penentu.

PRINSIP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN BERPENGARUH LUAS (PERVASIF)

SAK-ETAP
2.32 Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban
dalam SAK ETAP didasarkan pada prinsip pervasif dari Kerangka Dasar Penyajian dan
Pengukuran Laporan Keuangan. Dalam hal tidak ada suatu pengaturan tertentu dalam SAK
ETAP untuk transaksi atau peristiwa lain, paragraf 9.4 memberikan panduan untuk membuat
pertimbangan dan paragraf 9.5 menetapkan hirarki yang diikuti oleh entitas dalam
memutuskan kebijakan akuntansi yang sesuai dalam keadaan tersebut. Pada tingkat kedua
hirarki tersebut mensyaratkan entitas untuk menggunakan prinsip pengakuan dan pengukuran
pervasif yang diatur dalam Bab ini.

SAK-EMKM
2.18. Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, liabilitas, penghasilan, dan beban
dalam ED SAK EMKM didasarkan pada konsep dan prinsip pervasif dari Rerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Dalam hal tidak ada suatu pengaturan
tertentu dalam ED SAK EMKM untuk transaksi atau peristiwa lain, maka entitas
mempertimbangkan definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, liabilitas,
penghasilan, dan beban di dalam Bab 2 ini.

DASAR AKRUAL

SAK-ETAP
2.33 Entitas harus menyusun laporan keuangan, kecuali laporan arus kas, dengan
menggunakan dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban,
ekuitas, penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi
dan kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut.

SAK-EMKM
ASUMSI DASAR
Dasar Akrual
2.19. Entitas menyusun laporan keuangan dengan menggunakan dasar akrual. Dalam dasar
akrual, akun-akun diakui sebagai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk masing-masing akun-akun tersebut.
Kelangsungan Usaha
2.20. Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen menggunakan ED SAK EMKM
dalam membuat penilaian atas kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya di masa
depan (kelangsungan usaha). Entitas mempunyai kelangsungan usaha, kecuali jika
manajemen bermaksud melikuidasi entitas tersebut atau menghentikan operasi atau tidak
mempunyai alternatif realistis kecuali melakukan hal-hal tersebut. Jika entitas tidak
menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas
mengungkapkan fakta mengapa entitas tidak mempunyai kelangsungan usaha.
Konsep Entitas Bisnis
2.21. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan konsep entitas bisnis. Entitas bisnis,
baik yang merupakan usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, maupun
badan usaha yang berbadan hukum, harus dapat dipisahkan secara jelas dengan pemilik bisnis
tersebut maupun dengan entitas-entitas lainnya. Transaksi yang berkaitan dengan bisnis
tersebut harus dapat dipisahkan dari transaksi pemilik bisnis tersebut, maupun dari transaksi
entitas lainnya.

PENGAKUAN DALAM LAPORAN KEUANGAN

SAK-ETAP
Aset
2.34 Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan
mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya
dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan.
Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
Kewajiban
2.35 Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
Penghasilan
2.36 Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan
yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur secara andal.
Beban
2.37 Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Beban
diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan
dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara
andal.
Laba atau Rugi
2.38 Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal tersebut
bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip pengakuan yang
terpisah tidak diperlukan.
2.39. SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan pos-pos dalam neraca yang tidak memenuhi
definisi aset atau kewajiban dengan mengabaikan apakah pos-pos tersebut merupakan hasil
dari penerapan matching concept.
SALING HAPUS
2.40. Saling hapus tidak diperkenankan atas aset dengan kewajiban, atau penghasilan dengan
beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh SAK ETAP.
(a) Pengukuran nilai aset secara neto dari penilaian penyisihan bukan merupakan saling
hapus, misalnya penyisihan atas keusangan persediaan dan penyisihan atas piutang tak
tertagih.
(b) Jika aktivitas entitas yang biasa tidak termasuk membeli dan menjual aset tidak lancar
(termasuk investasi dan aset operasional), maka entitas melaporkan keuntungan dan kerugian
atas pelepasan aset dengan mengurangi hasil penjualan dengan jumlah tercatat aset dan beban
penjualan yang terkait.

SAK-EMKM
Aset
2.22. Aset diakui dalam laporan posisi keuangan ketika manfaat ekonominya di masa depan
dapat dipastikan akan mengalir ke dalam entitas dan aset tersebut memiliki biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam laporan posisi keuangan jika manfaat
ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas walaupun pengeluaran telah
terjadi. Sebagai alternatif, transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan
laba rugi.

Liabilitas
2.23. Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi dipastikan akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
entitas dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur secara andal.
Penghasilan
2.24. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan kenaikan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan dapat
diukur secara andal.
Beban
2.25. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi di masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur
secara andal.

SALING HAPUS
2.26. Saling hapus antara aset dan liabilitas atau penghasilan dan beban tidak diperkenankan,
kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh ED SAK EMKM.
2.27. Jika aktivitas normal entitas tidak termasuk membeli dan menjual aset tetap, maka
entitas melaporkan keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset tetap tersebut dengan
mengurangkan hasil penjualan aset tetap dari jumlah tercatat aset tetap dan beban penjualan
terkait.

BAB 3
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SAK-ETAP
RUANG LINGKUP
3.1 Bab ini menjelaskan penyajian wajar dari laporan keuangan yang mematuhi persyaratan
SAK ETAP, dan pengertian laporan keuangan yang lengkap.

PENYAJIAN WAJAR
3.2 Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi,
peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset,
kewajiban, penghasilan dan beban yang dijelaskan dalam Bab 2 Konsep dan Prinsip Pervasif.
Penerapan SAK ETAP, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, menghasilkan
laporan keuangan yang wajar atas posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas.
Pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam SAK
ETAP tidak memadai bagi pemakai untuk memahami pengaruh dari transaksi tertentu,
peristiwa dan kondisi lain atas posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas.
KEPATUHAN TERHADAP SAK ETAP
3.3 Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan
mematuhi SAK ETAP
kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP.

KELANGSUNGAN USAHA
3.4 Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK
ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha. Entitas
mempunyai kelangsungan usaha kecuali jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas
tersebut atau menghentikan operasi, atau tidak mempunyai alternatif realistis kecuali
melakukan hal-hal tersebut. Dalam membuat penilaian kelangsungan usaha, jika manajemen
menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan peristiwa atau kondisi yang
mengakibatkan keraguan signifikan terhadap kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha,
maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Ketika entitas tidak menyusun
laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka fakta tersebut harus
diungkapkan, bersama dengan dasar penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa
entitas tidak dianggap mempunyai kelangsungan usaha.

FREKUENSI PELAPORAN
3.5 Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi komparatif)
minimum satu tahun sekali. Ketika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan telah disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari
satu tahun, maka entitas mengungkapkan:
(a) fakta tersebut;
(b) alasan penggunaan untuk periode lebih panjang atau lebih pendek; dan
(c) fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang
terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.

PENYAJIAN YANG KONSISTEN


3.6 Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten
kecuali:
(a) terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian atau
pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan
penerapan kebijakan akuntansi dalam Bab 9 Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan Kesalahan;
atau
(b) SAK ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
3.7 Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan diubah, maka
entitas harus mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali jika reklasifikasi tidak praktis. Entitas
harus mengungkapkan hal-hal berikut jika jumlah komparatif direklasifikasi:
(a) sifat reklasifikasi;
(b) jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi; dan
(c) alasan reklasifikasi.
3.8 Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka entitas harus mengungkapkan:
(a) alasan reklasifikasi jumlah komparatif tidak dilakukan; dan
(b) sifat penyesuaian yang telah dibuat jika jumlah komparatif direklasifikasi.

INFORMASI KOMPARATIF
3.9 Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali
dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangan dan catatan
atas laporan keuangan). Entitas memasukkan informasi komparatif untuk informasi naratif
dan deskriptif jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

MATERIALITAS DAN AGREGASI


3.10 Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak
material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.
3.11 Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos dianggap
material jika, baik secara individual maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi pengguna
laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Besaran dan sifat unsur tersebut dapat
menjadi faktor penentu.

LAPORAN KEUANGAN LENGKAP


3.12 Laporan keuangan entitas meliputi:
(a) neraca;
(b) laporan laba rugi;
(c) laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan:
(i) seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
(ii) perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik;
(d) laporan arus kas; dan
(e) catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
dan informasi penjelasan lainnya.
3.13 Jika entitas hanya mengalami perubahan ekuitas yang muncul dari laba atau rugi,
pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi
selama periode laporan keuangan disajikan maka entitas dapat menyajikan laporan laba rugi
dan saldo laba sebagai pengganti laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas.
3.14 Karena paragraf 3.9 mensyaratkan jumlah komparatif terhadap periode sebelumnya
untuk semua jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan (apakah pada laporan
keuangan atau pada catatan atas laporan keuangan), suatu laporan keuangan lengkap berarti
bahwa suatu entitas harus
menyajikan minimum dua periode dari setiap laporan keuangan yang disyaratkan dan catatan
atas laporan keuangan yang terkait.
3.15 Dalam suatu laporan keuangan lengkap, suatu entitas menyajikan setiap laporan
keuangan dengan keunggulan yang sama.

IDENTIFIKASI LAPORAN KEUANGAN


3.16 Entitas harus mengidentifikasikan secara jelas setiap komponen laporan keuangan
termasuk catatan atas laporan keuangan. Jika laporan keuangan merupakan komponen dari
laporan lain, maka laporan keuangan harus dibedakan dari informasi lain dalam laporan
tersebut. Di samping itu, informasi berikut ini disajikan dan diulangi, bilamana perlu, pada
setiap halaman laporan keuangan:
(a) nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan periode terakhir;
(b) tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih tepat bagi
setiap komponen laporan keuangan;
(c) mata uang pelaporan, seperti didefinisikan dalam Bab 25 Mata Uang Pelaporan;
(d) pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
3.17 Entitas harus mengungkapkan hal berikut ini dalam catatan atas laporan keuangan:
(a) domisili dan bentuk hukum entitas serta alamat kantornya yang terdaftar;
(b) penjelasan sifat operasi dan aktivitas utamanya.
SAK-EMKM
RUANG LINGKUP
3.1. Bab ini menjelaskan penyajian wajar dari laporan keuangan sesuai persyaratan ED SAK
EMKM dan pengertian laporan keuangan yang lengkap untuk entitas.

PENYAJIAN WAJAR
3.2. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa, dan
kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan,
dan beban yang dijelaskan dalam Bab 2 Konsep dan Prinsip Pervasif. Pengungkapan
diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam ED SAK EMKM tidak memadai
bagi pemakai untuk memahami pengaruh dari transaksi, peristiwa, dan kondisi lain atas posisi
dan kinerja keuangan entitas.
3.3. Penyajian wajar laporan keuangan mensyaratkan entitas untuk menyajikan informasi
untuk
mencapai tujuan:
(a) relevan: informasi dapat digunakan oleh pengguna untuk proses pengambilan
keputusan.
(b) representasi tepat: informasi disajikan secara tepat atau secara apa yang seharusnya
disajikan dan bebas dari kesalahan material dan bias.
(c) keterbandingan: informasi dalam laporan keuangan entitas dapat dibandingkan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
Informasi dalam laporan keuangan entitas juga dapat dibandingkan antar entitas
untuk mengevaluasi posisi dan kinerja keuangan.
(d) keterpahaman: informasi yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh
pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai serta
kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar.

KEPATUHAN TERHADAP ED SAK EMKM


3.4. Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap ED SAK EMKM membuat
pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap ED SAK EMKM
dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak dapat mendeskripsikan bahwa laporan
keuangan telah patuh terhadap ED SAK EMKM, kecuali laporan keuangan tersebut telah
patuh terhadap seluruh persyaratan dalam ED SAK EMKM.
FREKUENSI PELAPORAN
3.5. Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan pada akhir setiap periode
pelaporan, termasuk informasi komparatifnya.

PENYAJIAN YANG KONSISTEN


3.6. Penyajian dan klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan antar periode entitas
disusun secara konsisten, kecuali:
(a) telah terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau jika perubahan
penyajian atau klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan menghasilkan
penyajian yang lebih sesuai dengan mempertimbangkan kriteria pemilihan dan
penerapan kebijakan akuntansi dalam Bab 7 Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan
Kesalahan; atau
(b) ED SAK EMKM mensyaratkan perubahan penyajian.
3.7. Jika penyajian atau klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan diubah karena
penerapan paragraf 3.6 di atas, maka entitas mereklasifikasikan jumlah komparatif, kecuali
jika reklasifikasi tidak praktis.

INFORMASI KOMPARATIF
3.8. Kecuali dinyatakan lain oleh ED SAK EMKM, entitas menyajikan informasi komparatif
yaitu informasi satu periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang disajikan dalam laporan
keuangan periode berjalan.

LAPORAN KEUANGAN LENGKAP


3.9. Laporan keuangan minimum terdiri dari:
(a) Laporan posisi keuangan pada akhir periode;
(b) Laporan laba rugi selama periode;
(c) Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian akun-akun tertentu
yang relevan.
3.10. Karena paragraf 3.8 mensyaratkan jumlah komparatif, maka laporan keuangan lengkap
berarti bahwa entitas menyajikan minimum dua periode untuk setiap laporan keuangan yang
disyaratkan dan catatan atas laporan keuangan yang terkait.

IDENTIFIKASI LAPORAN KEUANGAN


3.11. Entitas mengidentifikasi secara jelas setiap laporan keuangan dan catatan atas laporan
keuangan. Selain itu, entitas menunjukkan informasi berikut dengan jelas dan diulangi
bilamana perlu untuk pemahaman informasi yang disajikan:
(a) Nama entitas yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan;
(b) Tanggal akhir periode pelaporan dan periode laporan keuangan;
(c) Rupiah sebagai mata uang penyajian; dan
(d) Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Exposure Draft yang diterbitkan Institut Akuntansi Indonesia

http://auditme-post.blogspot.co.id/2016/06/setelah-sak-berbasis-ifrs-sak-
etap.html

http://rocketmanajemen.com/standar-akuntansi-keuangan/

etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/99277/.../S2-2016-375909-introduction.pdf diakses
pada 4 Maret 2017 12:50

http://iaiglobal.or.id/v03/public_hearing/detail_ph-1.html diakses pada 4 Maret


2017 12:50

http://www.konsultasipajak.com/2016/10/pengertian-sak-etap-adalah.html
diakses pada 4 Maret 2017 12:50

Exposure Draft yang diterbitkan Institut Akuntansi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai