Sistem Urinaria 1
Sistem Urinaria 1
TENTANG
Disusun Oleh:
KELOMPOK III
Kelas :A1 PAGI
SEMESTER: V (Lima)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha ESA karena atas
limpahan rahmat dan karuninya sehinggan kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kami yang berjudul SISTEM URINSRIA meski banyak kekurangan
didalamnya
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makala ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGNTAR.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..
A. Latar belakang.
B. Rumusan masalah.
C. Tujuan penulisan.
BAB II PEMBAHASAN.
A. Pengertian
B. Susunan system urinaria..
C. Ureter
D. Vesika urinaria
E. uretra.
A. Kesimpulan
B. Saran.
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus menerus membentuk kemih, dan berbagai
saluran dan reservoar yang dibutuhkan untuk membawa kemih keluar tubuh.
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di kedua sisi
kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri
karena tertekan ke bawah oleh hati. Katup atasnya terletak setinggi kosta keduabelas.
Sedangkan katup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta sebelas.
Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10 sampai 12 inci, terbentang dari
ginjal sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah menyalirkan kemih ke kandung
kemih. Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempis, terletak di
belakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara : dua muara ureter dan satu
muara uretra. Dua fungsi kandung kemih adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan kemih
sebelum meninggalkan tubuh dan (2) dibantu oleh uretra, kandung kemih berfungsi
mendorong kemih keluar tubuh. Panjangnya pada wanita satu setengah inci dan pada pria
sekitar delapan inci. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Ilmu Keperawatan dan juga sebagai
penunjang dasar metode keperawatan khususnya untuk S1 Keperawatan
b. Tujuan Khusus
2. Mengetahui dan memahami gangguan renal pada tubuh dan cara pencegahannya.
C. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh
Sistem urinaria terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. `Sistem ini
membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urin yang merupakan hasil
sisa metabolisme
A. GINJAL
Terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritorium pada kedua sisi
vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Berbentuk seperti
biji kacang, jumlahnya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan,
dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari ginjal wanita.
b. Struktur Ginjal
Ginjal terbungkus oleh kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna
ungu tua, lapisan luar terdapat lapisan korteks, dan lapisan sebelah dalam bagian medulal
berbentuk kerucut yang disebut renal piramid, yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papila renalis. Garis-garis yang terlihat pada piramid disebut tubulus
Nefron yang terdiri dari; Glomerulus, Tubulus proksimal, Gelung handle, Tubulus distal dan
Tubulus urinarius.
Bagian Ginjal:
5) Sinus Ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus.
7) Parenkim Ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal,
9) Ureter adalah fibromuskuler yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih.
4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum, kreatin dan
amoniak.
B. STRUKTUR NEFRON
1) Glomerulus adalah gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul Epitel berdinding ganda
disebut Kapsul Bowman.
a. Lapisan Viseral
Filtration Slits.
b. Lapisan Parietal.
2) Tubulus Kontortus Proksimal (terdapat sel-sel epitel kuboit yang kaya akan
Mikrovilus).
4) Tubulus dan Duktus Pengumpul (Tubulus ini akan mengalir ke sejumlah Tubulus)
SUPLAI DARAH
Cabang Anterior dan Posterior Arteri Renalis membentuk Arteri-arteri Interiobaris yang
mengalir diantara Piramida Ginjal.
Arteri Arkuarta adalah Berasal dari Arteri Interlobaris pada area pertemuan antara
Korteks dan Medula.
Arteri Interlobaris adalah Merupakan percabangan arteri arkuarta di sudut kanan dan
melewati Korteks.
Arteriol Aferen adalah Berasal dari Arteri Interlobaris yang membentuk Glomerulus.
Kapiler Peritubular adalah yang mengelilingi Tubulus Proksimal dan Distal untuk
memberi Nutrien pada Tubulus.
Kapiler Peritubuler mengalir kedalam Vena Korteks yang kemudian membentuk Vena
Interlobaris.
C. URETER
Ureter adalah saluran fibromuskular yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung
kemih. Sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria).
*Keterangan :
Urakhus : Saluran pada janin yang menghubungkan kandung kemih dengan alantois, yang
menetap selama hidup dengan tali (ligamentum umbilikalis medianum).
Ujung potongan peritoneum : Ujung potongan membrane serosa yang melapisi dinding
rongga abdomen dan pelvis (parietal) dan melapisi visera (visceral), kedua lapisan tersebut
menutupi ruang potensial, rongga peritoneum.
Kelenjar prostate : Kelenjar yang mengelilingi leher kandung kemih dan uretra pada laki-
laki ; prostate turun membentuk secret cairan seminalis.
Kelenjar bulbouretral : Berkaitan dengan bulbus urethrae (bulbus penis) ; bulbus : sebuah
massa bundar atau pembesaran (bulbus).
Uretra prostatik : Saluran membranosa yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar
tubuh.
Ureter : Saluran fibromuskular yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih.
c. Tunika submukosa
Persarafan vesika urinaria : Diatur oleh torako lumbal dan cranial dari system persarafan
otonom.
E. URETRA
Uretra merupakan saluran membranosa sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih dari kandung kemih keluar tubuh.
a. Uretra prostatia
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
b. Lapisan submukosa
Uretra pada wanita : Terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit kearah atas.
Hanya berfungsi sebagai tempat menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.
2. Lapisan spongeosa
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) dan factor
lainnya.
b. Warna : Bening kuning muda, tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan sebagainya,
dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Bau : Khas air kemih, bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e. Reaksi : Asam, bila lama-lama menjadi alkalis juga tergantung dari pada diet.
b. Larutan (4%) :
Larutan organic : Protein asam urea, ammonia, kreatin, dan uric acid.
Larutan anorganik : Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium, dan
fosfor, elektrolit, kalsium, NH3, bikarbonat.
d. Toksin
e. Hormon
Arteri renalis darah (sel darah dan plasma darah) urin ginjal
1. Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus. Permukaan afferent lebih besar dari permukaan efferent penyerapan
darah.
2. Proses reabsorpsi
Terjadi secara pasif (obligator reabsorpsi) pada tubulus atas penyerapan kembali sebagian
besar glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan beberapa ion bikarbonat.
Terjadi secara aktif (reabsorpsi fakultatif) pada tubulus bawah penyerapan kembali sodium
dan ion bikarbonat.
3. Proses sekresi
B. Miksi
Air kemih distensi kandung kemih (250 cc) stress reseptors reflek
kontraksi dinding kandung kemih, relaksasi spinter internus, dan relaksasi spinter
C. Mikturisi
Kencing
Peristiwa pembuangan urin yang mengalir melalui ureter ke dalam kandung kemih.
* Keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kemih.
Merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat-pusat
persarafan yang lebih tinggi dari manusia.
I. Pengertian
Gagal ginjal akut (GGA) dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis akibat kerusakan
metabolic atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan
cepat serta terjadinya azotemia (Davidson, 1984). Pereneal Azotemia adalah abnormal tingkat
tinggi nitrogen dalam tubuh--jenis limbah dalam aliran darah. Hal ini disebabkan oleh kondisi
berkurangnya aliran darah ke ginjal.
GGA biasanya disertai oliguria (pengeluaran kemih <400 ml/hari). Kriteria oliguria ini tidak
mutlak tapi berkaitan dengan fakta bahwa rata-rata diet orang Amerika mengandung sekitar
600 mOsmol solut. Jika kemampuan pemekatan kemih maksimum sekitar 1200 mOsmol,
maka kehilangan air obligat dalam kemih adalah 500 ml. Tetapi, oliguria tidak merupakan
gejala klinis yang perlu untuk diagnosis GGA. Bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa pada
30-60% kasus GGA, pengeluaran kemih melebihi 400 ml/hari dan dapat mencapai 2 L/hari
(Anderson et al, 1997). Bentuk GGA seperti ini disebut sebagai gagal ginjal akut non-oliguria
atau output tinggi.
Secara klinis, istilah nekrosis tubulus akut (NTA) sering dipakai bergantian dengan
istilah gagal ginjal akut. Pemakaian istilah ini tidak sepenuhnya benar, karena NTA mengacu
pada temuan histologik yang sering terdapat pada pasien GGA, meskipun gagal ginjal akut
dapat saja terjadi pada banyak pasien tanpa disertai nekrosis tubulus. Meskipun demikian,
istilah ini dapat membedakan bentuk-bentuk GGA yang reversibel atau berpotensi reversibel
yang disebabkan oleh hal-hal yang bukan dari ginjal, yaitu azotemia pra renal dan postrenal.
Istilah ini juga membedakan spektrum yang luas dari penyakit ginjal kronik yang dapat
diselingi dengan episode GGA, yang umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang lebih
reversibel seperti infeksi dan kekurangan air atau garam.
Gagal ginjal akut bisa merupakan akibat dari berbagai keadaan yang menyebabkan:
Berkurangnya aliran darah ke ginjal Kekurangan darah akibat perdarahan, dehidrasi atau
cedera fisik yg menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah
Trauma pada ginjal Reaksi alergi (misalnya alergi terhadap zat radioopak yg digunakan
pada pemeriksaan rontgen)
Zat-zat racun
Gagal ginjal akut cukup sering terjadi dan dapat disebabkan oleh berbagai penyakit,
obat-obatan, komplikasi kehamilan, tindakan pembedahan, dan trauma. Kira-kira 5% pasien
rawat inap mengalami gagal ginjal akut. Sebab-sebab GGA umumnya dibagi dalam 3
kategori diagnostik utama : prarenal, postrenal, dan renal. Klasifikasi ini menekankan bahwa
hanya pada kategori ketiga (renal) terjadi kerusakan parenkim ginjal yang cukup berat untuk
menyebabkan kegagalan fungsi ginjal. Faktor-faktor prarenal dan postrenal biasanya
menyebabkan gagal ginjal intrinsik, tetapi jika didiagnosis dan ditangani dengan tepat akan
cepat pulih kembali. Dengan demikian, ketiga kategori akan membantu para klinisi untuk
melihat problem klinis dengan gagal ginjal akut yang akan atau sudah terhadi dalam langkah-
langkah yang sistematis.
Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi tiga stadium : oliguria,
diuresis dan pemulihan. Pembagian ini dipakai dalam penjelasan di bawah ini, tetapi harus
diingat bahwa gagal ginjal akut dan azotemia dapat saja terjadi pada pengeluaran kemih lebih
dari 400 ml/24 jam. Perjalanan klinis dari gagal ginjal aut adalah sama pada tipe oliguria
maupun non-oliguria. Akan tetapi, kelainan kimia adalah pada gagal ginjal akut non-oliguria
biasanya lebih ringan dan prognosisnya lebih baik.
Stadium Oliguria
Perlu sekali untuk mengetahui saat timbulnya oliguria, menentukan penyebab gagal
ginjal dan memulai pengobatan pada kasus-kasus dengan sebab yang reversibel. Gagal ginjal
akut tipe NTA harus dibedakan dari kegagalan prarenal (hipo-perfusi) dan postrenal
(obstruksi saluran kemih) dan kelainan intrarenal lainnya (contohnya, glomerulonefritis
pasca-streptokok akut, pielonefritis akut, serangan akut pada gagal ginjal kronik). Diagnosis
gagal ginjal akut dibuat setelah sebab-sebab lain disingkirkan.
Pada oliguria prarenal, dimana belum terdapat kerusakan pada parenkim ginjal,
respons ginjal terhadap menurunnya perfusi ginjal adalah dengan menahan garam dan air.
Sebalikya, kerusakan tubulus ginjal intrinsik menyebabkan gangguan pada kemampuan ginjal
untuk menahan natrium. Akibatnya, kadar natrium kemih pada oliguria prarenal rendah (<20
mEq/L) tetapi tinggi pada NTA (>40mEq/L).
Stadium Penyembuhan
Stadium penyembuhan gagal ginjal akut berlangsung sampai satu tahun, dan selama
masa itu, anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik. Tetapi,
beberapa pasien tetap menderita penurunan GFR yang permanen.
Meskipun kerusakan epitel tubulus secara teoritis reversibel, tetapi timbulnya NTA
merupakan keadaan yang berbahaya dengan prognosis serius. Angka kematian masih sekitar
50% (sudah menurun dibandingkan angka kematian 90% kira-kira tigapuluh tahun yang lalu)
meskipun penanganan keseimbangan cairan dan elektrolit dilakukan dengan cermat dengan
bantuan dialisis. Sekitar dua pertiga meniggal selama stadium oliguria, dan sekitar sepertiga
pada stadium diuresis.
Angka kematian ini berkaitan dengan latar belakang penyebab penyakit yang
menyebabkan keadaan akut tersebut. Mortalitas adalah sekitar 60% pada kasus yang
mengalami pembedahan, cedera remuk, trauma berat lainnya, dan sekitar 25% setelah
transfusi darah yang tidak cocok dan keracunan karbon tetraklorida, dan 10-15% pada kasus-
kasus obstetrik. Umumnya, penderita GGA non-oliguria mempunyai prognosis yang lebih
baik dari pada penderita GGA oliguria: hanya sekitar 25% dari pasien GGA oliguria
meninggal.
I. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah sindrom klinis yang umum pada stadium lanjut dari
semua penyakit ginjal kronik yang ditandai oleh uremia.
Gagal ginjal kronik adalah penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak
reversibel dan cukup lanjut.
Etiologi
Penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun yang disebabkan oleh ahir dari
kehilangan fungsi ginjal akut secara setahap misal :
- Diabetes (endokrin)
Berlanjutnya sindrom ini melalui tahap dan menghasilkan perubahan utama semua sistem
tubuh.
Gagal ginjal kronik timbul begitu lambat sehingga pasien dan keluarga tidak perduli terhadap
waktu datangnya serangan gejala yang lazim adalah sebagai berikut :
Gejala dini : alergi, sakit kepala, kecapean, mental dan fisik, BB menurun, mudah
tersinggung, defekasi
Gejala lebih lanjut : Anoreksia, muntah, nafas dangkal, baik ada kegiatan atau tidak,
edema disertai lekukan, pruntus mungkin tidak ada mungkin juga sangat parah.
Pathofisiologi
Penurunan fungsi renal, produksi akhir metabolis protein tertimbun dalam darah
terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak tertimbun produksi
sampah maka ginjal akan semakin berat gangguan renal. Penurunan jumlah gromerulus yang
berfungsi menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya diberikan oleh
ginjal filtrasi glomerolus menurun klirens kreatinin menurun, kadar kreatinin serum menurun
sehingga kadar BUN meningkatkan retensi urin dan natrium, ginjal tidak mampu
mengencerkan urin secara normal. Pasien sering menahan kencing, meningkatnya resiko
edema. Gagal jantung kongestif dan hipertensi. Hipertensi terjadi akibat alotifasi akses renin
angiotensinnya yang meningkatkan aldosteron. Pasien muntah dan diare menyebabkan
penipisan H2O dan Na semakin memperburuk status uremik
Asidosis metabolik karena ginjal tidak mampu mengeksresikan muatan asam yang
berlebihan, penurunan sekresi asam akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk
mengekresikan amonia dan mengabsorbsi Na bikarbonat. Anemia terjadi sebagai akibat dari
produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi
nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami pendarahan akibat status uremik pasien terutama
pada saluran Gastro Intestinal.
Pada ginjal yang gagal, tubuh tidak berespon secara normal, terhadap peningkatan
sekresi hormon dan akibatnya kalsium ditulang menurun, menyebabkan perubahan pada
tulang dan penyakit tulang selain itu, metabolisme aktif vit D yang dibuat di ginjal menurun
seiring dengan berkembangnya gagal ginjal.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Sistem urinaria terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih,
dan uretra. `Sistem ini membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urin
yang merupakan hasil sisa metabolisme. Gagal ginjal akut (GGA) dapat didefinisikan sebagai
sindrom klinis akibat kerusakan metabolic atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia. Gagal ginjal kronik adalah
sindrom klinis yang umum pada stadium lanjut dari semua penyakit ginjal kronik yang
ditandai oleh uremia.
B. Saran
Sebagai calon perawat profesional kita harus dapat menguasai patofisiologi
khususnya dalam pembahasan ini yaitu tentang sistem urinaria yang membahas berbagai
masalah khususnya tentang gaagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. Kita harus mengetahui
apa pengertiannya, bagaimana manifestasi klinisnya dan cara penyembuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Syaifuddin, B.Ac. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC : Jakarta