Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MINI PROJECT

PENGENDALIAN HIPERTENSI MELALUI

PENYELENGGARAAN POSBINDU PTM DI DESA TOMORI,

HALMAHERA SELATAN

Disusun oleh:

dr. Muthia Syarifa Yani

Pendamping:

dr. Surahmat

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS LABUHA HALMAHERA SELATAN

Oktober 2016
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PERSETUJUAN
PENDAMPING

Saya, dr. Muthia Syarifa Yani, sebagai dokter internsip di Puskesmas Labuha,
Halmahera Selatan, menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan kegiatan ini
dan semua sumber, baik yang dikutip maupun dirujuk, telah kami nyatakan
dengan benar tanpa plagiarisme sesuai peraturan yang berlaku di dunia
akademis Indonesia. Jika di kemudian hari didapati adanya plagiarisme pada
laporan ini, saya sebagai penyusun akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Laporan kegiatan mini project yang berjudul PENGENDALIAN HIPERTENSI


MELALUI PENYELENGGARAAN PROGRAM POSBINDU PTM DI DESA
TOMORI HALMAHERA SELATAN ini disusun oleh dr. Muthia Syarifa Yani.
Laporan ini telah disetujui oleh pendamping internsip dari Kabupaten Halmahera
Selatan.

Labuha, 4 Oktober 2016


Pendamping Penyusun

dr. Surahmat dr. Muthia Syarifa Yani

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PERSETUJUAN PENDAMPING.................2


BAB I: PENDAHULUAN............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 4
1.2 Masalah..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan........................................................................................................ 5
1.4 Manfaat..................................................................................................... 5
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 7
2.1 Hipertensi..................................................................................................... 7
2.2 Posbindu PTM............................................................................................... 8
BAB III: METODOLOGI........................................................................................... 10
3.1 Pelatihan Kader Posbindu PTM....................................................................10
3.2 Kegiatan Posbindu PTM...............................................................................11
3.3 Follow Up Posbindu PTM.............................................................................12
BAB IV: HASIL....................................................................................................... 13
4.1 Hasil Kuesioner Skrining Pra-Kegiatan........................................................13
4.2 Hasil Pelatihan Kader Posbindu...................................................................14
4.2 Hasil Posbindu PTM..................................................................................... 14
4.3 Hasil Follow Up Posbindu PTM.....................................................................16
BAB V: PEMBAHASAN........................................................................................... 18
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................20
6.1 Kesimpulan................................................................................................. 20
6.2 Saran.......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 21

3
BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola penyakit di Indonesia mulai bergeser, dari yang dulunya penyakit
menular menjadi penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular. Beban
penyakit tidak menular ini berpengaruh besar pada faskes tingkat pertama,
diakibatkan penangannya yang harus berkelanjutan. Komorbiditas yang
tinggi pun semakin menambah beban akibat penyakit tidak menular. Jenis
Penyakit Tidak Menular yang paling umum ditemui adalah Diabetes Mellitus
(DM) dan hipertensi.

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara kronik di


atas 140/90 mmHg yang disebabkan oleh banyak faktor. Seringkali hipertensi
tidak dirasakan gejalanya oleh pengidapnya, sehingga dibiarkan berlarut-
larut. Hipertensi dapat berbahaya karena bisa meningkatkan risiko terjadinya
penyakit jantung koroner (PJK), stroke, penyakit ginjal, dan banyak lagi.
Secara nasional sebagaimana terangkum dalam Riskesdas 2013,
hipertensi memiliki prevalensi 25,8% pada populasi penduduk berusia >18
tahun. Sebagian besar kasus hipertensi (63,2%) tidak terdiagnosis. Prevalensi
hipertensi lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Di Puskesmas Labuha sendiri, berdasarkan data register pasien BPJS
Puskesmas Labuha, hipertensi dan DM termasuk 10 besar diagnosis pasien
yang berobat di poli umum Puskesmas Labuha dalam tiga bulan terakhir (Mei-
Juli 2016). Pasien terbanyak berasal dari desa Labuha (hipertensi) dan desa
Amasing Kota (DM). Berdasarkan arsip penyelenggaraan Posyandu Lansia
Puskesmas Labuha, pasien yang paling banyak datang ke Posyandu adalah
dari desa Tomori (72 pasien pada triwulan 2 tahun 2016).
Berdasarkan prevalensi yang tinggi inilah, penting bagi Puskesmas Labuha
untuk mengadakan program pengendalian PTM yang berkelanjutan. Hal ini
juga untuk memenuhi peraturan perundangan sesuai dengan SK Menkes
nomor 951/Menkes/SK/V/2000 tahun 2000 tentang upaya kesehatan dasar di
Puskesmas. Sejauh ini, program PTM yang ada baru menyelenggarakan
posyandu lansia setiap tiga bulan sekali. Diharapkan setelah inisiasi Posbindu
PTM, Puskesmas Labuha dapat mengendalikan PTM dengan lebih baik.

4
1.2 Masalah
1. Masyarakat belum sepenuhnya sadar tentang bahaya hipertensi
2. Belum ada program Posbindu PTM untuk mengelola PTM di Puskesmas
Labuha

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengendalikan Penyakit Tidak Menular (PTM) hipertensi pada
masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Labuha, khususnya
Desa Tomori
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Adanya program khusus PTM di Puskesmas Labuha yang
berkelanjutan
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit
hipertensi dan diabetes mellitus; faktor resiko, dampak, dan
pengendalian penyakit di daerah desa Tomori, Halmahera
Selatan.
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengendalikan PTM
hipertensi dan diabetes melitus
d. Adanya perubahan perilaku pada penderita hipertensi dan
diabetes melitus ke arah gaya hidup lebih sehat

1.4 Manfaat
1.4.1.Manfaat Teoritik
Pengembangan substansi ilmu kedokteran khususnya mengenai
PTM diabetes melitus dan hipertensi; optimalisasi pengendalian
penyakitnya.
1.4.2.Manfaat Aplikatif
a. Bagi Puskesmas Tempat Penelitian
Menjadi sumber masukan bagi Puskesmas dalam upaya
penanganan diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi, serta
pencegahan pada penderita diabetes melitus dan hipertensi lain
agar dapat terjadi penurunan angka kejadian penyakit tak
terkontrol.
b. Bagi Profesi Dokter
Sebagai informasi tambahan untuk pengembangan program
pembelajaran kedokteran komunitas pada masyarakat penderita
hipertensi di desa Tomori, Halmahera Selatan.
c. Bagi Dinas Kesehatan Halmahera Selatan

5
Hasil proyek ini bisa dijadikan sebagai informasi atau bahan
rujukan untuk proyek selanjutnya
d. Bagi masyarakat
Dapat lebih meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
mengenai PTM diabetes dan hipertensi, sehingga mengurangi
beban biaya kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan

6
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1. Pengertian dan Epidemiologi Hipertensi

Hipertensi menurut WHO adalah kondisi di mana tekanan darah


mengalami peningkatan secara kronis, dengan batas di atas 140/90
mmHg yang dikonfirmasi dengan pengukuran berulang. Hipertensi
adalah penyakit kronik yang seringkali tidak menimbulkan gejala pada
stage awal berkembangnya penyakit, sehingga banyak orang dengan
hipertensi tidak terdiagnosis.

Berdasarkan data nasional sebagaimana terangkum dalam Riskesdas


2013, hipertensi memiliki prevalensi 25,8% pada populasi penduduk
berusia >18 tahun. Sebagian besar kasus hipertensi (63,2%) tidak
terdiagnosis. Di Provinsi Maluku Utara, prevalensi hipertensi yaitu
sebesar 21,2%. Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan laki-laki.

2.1.2. Faktor Risiko Hipertensi

Kejadian hipertensi sangat dipengaruhi oleh perilaku seseorang.


Perilaku yang berpengaruh meningkatkan risiko hipertensi di antaranya:

a. Makan makanan yang terlalu banyak garam dan lemak, serta


kurang mengkonsumsi sayur dan buah
b. Konsumsi alkohol yang berlebihan
c. Aktivitas fisik yang kurang
d. Manajemen stress yang kurang baik

Faktor risiko di atas berkaitan erat dengan lingkungan hidup dan


sosioekonomi seseorang. Berdasarkan data WHO 2009, negara dengan
kondisi pendapatan rendah dan menengah lebih tinggi prevalensi
hipertensinya daripada negara dengan kondisi pendapatan tinggi. Hal
ini bisa dilihat misalnya pada orang yang tidak bekerja, tingkat
stressnya cenderung lebih tinggi, sehingga lebih rentan terkena
hipertensi. Orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk dengan
gaya hidup urban juga cenderung jarang berolahraga, makan makanan
yang tidak sehat, merokok, serta minum alkohol berlebihan, sehingga
meningkatkan risiko hipertensi.

7
8
2.1.3. Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi membuat kerja jantung untuk memompa


darah ke seluruh tubuh menjadi lebih berat. Jika kondisi ini dibiarkan
dalam jangka waktu lama, akan berujung pada serangan jantung,
pembesaran jantung, dan pada akhirnya gagal jantung. Pada
pembuluh darah yang tekanannya tinggi, mudah untuk terjadi
aneurisma yang bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan
perdarahan masif. Tekanan darah yang tinggi di pembuluh darah otak
bisa menyebabkan jaringan otak kekurangan darah (iskemia) yang
berakibat stroke. Stroke juga bisa disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah di otak yang disebabkan oleh hipertensi. Tergantung
lokasinya, hipertensi dalam jangka panjang juga dapat menyebabkan
gagal ginjal dan kebutaan.

2.2 Posbindu PTM


2.2.1. Pengertian Posbindu PTM

Posbindu PTM merupakan salah satu upaya peran serta masyarakat


dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko
PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Faktor
resiko PTM meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola
makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stress, hipertensi,
hiperglikemia, hiperkolesterolemia, serta menindak lanjuti secara dini
faktor resiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

2.2.2. Landasan Hukum Posbindu PTM

a. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 951/Menkes/SK/V/2000


tahun 2000 tentang upaya kesehatan dasar di Puskesmas.
b. Keputusan Mentri dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 9 tahun
2001 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.

2.2.3. Tujuan Posbindu PTM

2.2.3.1 Tujuan Umum


Mengendalikan kejadian dan faktor risiko PTM di masyarakat.
2.2.3.2 Tujuan Khusus

9
a. Meningkatkan deteksi dini PTM di masyarakat
b. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai PTM yang dideritanya atau berisiko dideritanya
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pengendalian PTM melalui program kader Posbindu PTM
d. Merubah perilaku masyarakat ke arah gaya hidup yang lebih
sehat.

2.2.4. Kegiatan Posbindu PTM

Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Posbindu PTM, Kegiatan


Posbindu PTM meliputi:

1 Wawancara untuk menggali faktor risiko PTM yang terdapat dalam


diri pasien
2 Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, Indeks Massa Tubuh, dan
Lingkar Lengan Atas
3 Pemeriksaan fungsi paru sederhana
4 Pemeriksaan kadar gula darah
5 Pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida
6 Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
7 Pemeriksaan kadar alkohol pernapasan dan amfetamin urin
8 Konseling dan Penyuluhan
9 Aktivitas fisik dan olahraga bersama
10 Rujukan ke fasilitas kesehatan dasar di lingkungannya

10
BAB III: METODOLOGI
3.1 Pelatihan Kader Posbindu PTM
3.1.1. Bentuk Pelatihan

Pelatihan kader Posbindu dilaksanakan melalui pemberian materi oleh


dokter umum Puskesmas Labuha. Selepas paparan materi, diadakan
sesi tanya jawab untuk memperdalam pemahaman peserta mengenai
materi yang diberikan.

3.1.2 Sasaran Pelatihan

Sasaran Pelatihan Kader Posbindu PTM adalah pasien penyandang


hipertensi dan atau keluarganya. Sasaran yang dijadikan kader
Posbindu adalah keluarga pasien hipertensi, karena keluarga dianggap
lebih perhatian mengenai masalah penyakit pasien. Selain itu,
keluarga juga tinggal bersama dengan pasien sehingga bisa
membantu memonitor pola hidup pasien, pola makan, serta keharusan
minum obatnya. Kader dijaring dengan cara menyebarkan kuesioner
pada pasien hipertensi selama pelayanan poli Umum pada tanggal 20-
31 Agustus 2016 di Puskesmas Labuha. Pada kuesioner tersebut,
ditanyakan pula pada pasien apakah ada keluarganya yang bisa
menjadi kader Posbindu, atau pasien sendiri bisa jadi kader Posbindu.

3.1.3 Waktu dan Tempat

Pengumpulan data dilakukan selama 10 hari di Poli Umum Puskesmas


Labuha, yaitu tanggal 20-31 Agustus 2016. Setiap selesai pengisian
kuesioner, pasien dan keluarga diundang untuk mengikuti pelatihan
kader dan kegiatan Posbindu PTM.

Pelatihan kader sendiri dilakukan pada Jumat, 2 September 2016 di


tempat parkir Puskesmas Labuha. Sedangkan kegiatan Posbindu PTM
dilakukan pada Sabtu, 3 September 2016 di Kantor Desa Tomori.

3.1.4. Jadwal Kegiatan

Tanggal Kegiatan Jam Rincian Kegiatan


Jumat, Penyuluhan Kader 8.00 Skrining tekanan darah
8.30 Pretest

11
9.00 Penyuluhan
9.30 Diskusi
2 Posbindu PTM
10.00 Posttest
Septem
ber

3.2 Kegiatan Posbindu PTM


3.2.1 Bentuk Kegiatan

e. Kegiatan mingguan
Setiap minggu dilakukan senam aerobik di halaman Puskesmas
Labuha, tepatnya dijadwalkan setiap hari Jumat pukul 8.00 WIT.
Kegiatan ini bebas diikuti seluruh pegawai Puskesmas dan warga
sekitar.
f. Kegiatan bulanan
Setiap bulan diadakan Posbindu PTM di daerah kerja Puskesmas
Labuha. Kegiatan Posbindu PTM meliputi kegiatan bersama yaitu
senam, penyuluhan mengenai PTM, pencatatan data, pengukuran
berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran gula darah.

3.2.2. Sasaran Kegiatan

Sasaran Kegiatan Posbindu PTM adalah pasien penyandang Penyakit


Tidak Menular, salah satunya yaitu hipertensi dan atau keluarganya.
Untuk inisiasi kegiatan ini, diambil sampel masyarakat desa Tomori
yang menyandang hipertensi dan PTM diabetes melitus tipe 2.

3.1.3 Waktu dan Tempat

Kegiatan Posbindu PTM yang pertama diadakan pada hari Sabtu, 3


September 2016, di Kantor Desa Tomori.

3.1.4 Jadwal Kegiatan

Sabtu, 7.30 Senam PTM


3
8.30 Penyuluhan PTM
Septem
ber 9.30 Diskusi Interaktif
2016 10.00 Meja 1 Pencatatan data
12.00
Meja 2 Pengukuran tekanan darah
Meja 3 Pengukuran gula darah
Meja 4 Pengisian kuesioner

12
Meja 5 Obat dan edukasi

3.3 Follow Up Posbindu PTM


3.1.1. Bentuk Kegiatan

Pasien yang dideteksi hipertensi pada kegiatan Posbindu PTM


dianjurkan untuk datang ke Puskesmas Labuha setelah obatnya habis
(1 minggu). Pada kunjungan tersebut, akan dimonitor apakah terjadi
penurunan pada tekanan darah pasien sebagai indikator keberhasilan
kegiatan Posbindu PTM.

3.1.2 Sasaran Pelatihan

Sasaran follow-up adalah pasien yang saat Posbindu PTM didapati


tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.

3.1.3 Waktu dan Tempat

Pengumpulan data follow-up dilakukan selama 1 bulan di Poli Umum


Puskesmas Labuha, yaitu setiap hari kerja pada tanggal 4 30
September 2016. Apabila pasien tidak datang dalam rentang waktu
tersebut, kader akan mengundang pasien untuk Posbindu di bulan
depannya. Jika belum datang juga pada Posbindu bulan depannya,
kader akan mendatangi rumah pasien langsung.

13
BAB IV: HASIL

4.1 Hasil Kuesioner Skrining Pra-Kegiatan


Sebelum dilakukan kegiatan Posbindu, terlebih dahulu dilakukan skrining
untuk mengetahui profil penderita hipertensi di Puskesmas Labuha.
Kuesioner terdiri dari identitas, riwayat hipertensi, faktor risiko, 5
pertanyaan mengenai pengetahuan hipertensi, sumber pengetahuan
hipertensi, serta kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu.

Kuesioner ini ditanyakan kepada pasien Poli Umum Puskesmas Labuha yang
memiliki tekanan darah >140/90 mmHg. Responden yang bersedia
menjawab kuesioner sejumlah 16 orang. Hasil kuesioner terangkum dalam
tabel berikut

Grafik 1. Faktor Risiko Hipertensi


Hiperkolesterolemia
Diabetes
Kurang olahraga
Minum alkohol
Stress
Makan berlemak
Tidak
Obesitas
Ya
Faktor Risiko Hipertensi Merokok
Riwayat keluarga
Rutin Minum Obat
Rutin Kontrol
Pendidikan <SMA
Usia
Laki-laki
0% 50% 100%

Grafik 2. Pengetahuan Mengenai Hipertensi

14
Pencegahan DM Cara Minum Obat DM Komplikasi DM Gejala DM

Tahu 14%
Tidak 43%
43%
tahu
57% 57%
100%
86%

Definisi DM

43%
57%

Grafik 3. Kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan Posbindu PTM

3
Bersedia Iuran 5.000; 4

4.2 Hasil Pelatihan Kader Posbindu


Pelatihan Kader Posbindu diadakan di Puskesmas Labuha pada hari Jumat, 2
September 2016. Sasaran pelatihan kader adalah pasien dan keluarga
penderita hipertensi dan diabetes. Sebelumnya, pasien yang mengisi

15
kuesioner pra-kegiatan dihimbau agar datang dan mengundang keluarga
yang ditunjuknya sebagai Kader Posbindu. Undangan pun telah disebar
dengan bantuan Kader Posyandu kepada masyarakat desa Tomori.

Pada hari H, yang datang untuk Pelatihan Kader total sejumlah 8 orang,
yakni sebanyak 40% dari total target peserta 20 orang. Dari 8 orang
tersebut, 2 orang merupakan Kader Posbindu, 1 orang merupakan keluarga
pasien, dan 5 orang merupakan pasien PTM yang sedang berobat di
Puskesmas Labuha.

Selepas pemaparan materi dari dokter, terdapat sesi diskusi interaktif oleh
peserta pelatihan. Total ada dua pertanyaan yang diajukan seputar PTM.

4.2 Hasil Posbindu PTM


Posbindu PTM dilaksanakan di Kantor Desa Tomori pada hari Sabtu, 3
September 2016. Kegiatan dimulai pada pukul 7.30 pagi dengan senam
bersama. Senam bersama diadakan untuk umum, sehingga peserta yang
datang pun banyak. Total peserta ada 40-an orang, termasuk pegawai
Puskesmas Labuha, pegawai Bank Maluku, pasien PTM, dan keluarganya.

Setelah senam, dokter Puskesmas Labuha memberikan penyuluhan


mengenai hipertensi dan diabetes melitus untuk peserta yang datang.
Peserta penyuluhan sebanyak 30-an orang, termasuk pasien dan
keluarganya. Penyuluhan dilanjutkan dengan diskusi interaktif. Peserta
tampak antusias dan mengajukan banyak pertanyaan berkaitan dengan
hipertensi dan diabetes mellitus. Total terdapat 2 sesi pertanyaan dengan
masing-masing sesi 2 penanya.

Setelah penyuluhan dan diskusi, kegiatan Posbindu dimulai. Terdapat 5


meja yang harus berurutan dilalui pasien, yaitu meja registrasi, meja
pengukuran tekanan darah, meja pengukuran gula darah sewaktu, meja
pengisian kuesioner, dan meja konsultasi dokter.

Total peserta yang mengikuti Posbindu adalah 33 pasien. Hasil dari


Posbindu dipaparkan dalam grafik berikut

16
Grafik 4. Pasien Posbindu PTM desa Tomori

Prehipertensi; 2 Tidak hipertensi; 17


Hipertensi; 14

Minum Alkohol

4
Tidak hipertensi; 1

Tidak minum; 28

Grafik 5. Perilaku Berisiko


Peserta Posbindu PTM

17
Makan Asin-asin

9
Tidak makan; 17
Tidak hipertensi; 7

Makan Berlemak

10
Tidak makan; 20
Tidak hipertensi; 2

Merokok
Tidak hipertensi; 2
9
Tidak merokok; 22

18
Stress

Tidak Stress; 16
Tidak hipertensi; 11

Kurang Olahraga

Tidak hipertensi; 6
Cukup olahraga; 19

Kurang Makan Buah

4
Tidak hipertensi; 6

Tidak kurang buah; 23

Kurang Makan Sayur

4
Tidak hipertensi; 4

Cukup sayur; 25

19
4.3 Hasil Follow Up Posbindu PTM

Grafik 6. Hasil Tekanan Darah dan Follow Up Pasien Posbindu PTM


180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Pengukuran pertama Follow Up

Selesai kegiatan, pasien dibekali dengan Buku Panduan Pengelolaan Diabetes


dan Hipertensi. Pasien diminta untuk kembali kontrol tekanan darahnya ke
Puskesmas seminggu setelah kegiatan, bertepatan dengan habisnya obat
yang diberikan dokter. Pasien yang tidak datang kontrol pada waktu yang
ditentukan, dihimbau agar datang ke Posbindu berikutnya di Kantor Desa
Tomori. Grafik 6 di atas menggambarkan hasil pengukuran tekanan darah
pertama pada pasien Posbindu PTM dan hasil follow up nya yang dilakukan
dalam jangka waktu sebulan kemudian.

20
BAB V: PEMBAHASAN

Pergeseran pola penyakit menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM)


membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah Republik Indonesia, terutama
Kementerian Kesehatan. Karena itu, dibentuklah Subdit Pengelolaan Penyakit
Tidak Menular (PPTM) yang salah satu programnya adalah Posbindu PTM. Di
wilayah Puskesmas Labuha sendiri, sebenarnya ada pemegang program
Posbindu, namun belum rutin dijalankan karena terkendala alat dan biaya.
Terdapat juga kegiatan Posyandu Usila yang dijadwalkan setiap 3 bulan, namun
tingkat partisipasinya masih rendah dengan hanya rata-rata 7-8 pasien per kali
kegiatan.

Dari survei pra-kegiatan, didapati angka kejadian hipertensi sebagai salah


satu PTM masih termasuk 10 besar penyakit pasien, namun hanya 1 orang dari
17 responden yang pernah mengikuti penyuluhan atau mendapatkan informasi
tentang hipertensi. Hal ini berdampak pada pengetahuan yang masih kurang
mengenai hipertensi, baik tentang pengertian, faktor risiko, gejala, dan
komplikasinya. Sebagian besar pasien tahu cara minum obat hipertensi, yakni
terus-menerus seumur hidup, namun hanya 50% yang rutin kontrol dan rutin
minum obat. Hal ini juga juga dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
tentang komplikasi dan sifat penyakit hipertensi, sehingga pasien kurang disiplin
dalam meminum obatnya.

Keadaan kurangnya pengetahuan dan kesadaran inilah yang mendorong


dokter internsip Puskesmas Labuha untuk menghidupkan kembali Posbindu PTM.
Animo masyarakat untuk mengikuti kegiatan Posbindu pun baik, hanya satu
pasien yang menyatakan tidak bersedia. Bahkan masyarakat bersedia
mengeluarkan iuran hingga 10.000 rupiah untuk kegiatan Posbindu PTM. Sebagai
desa inisiasi, dipilih Desa Tomori yang letaknya paling dekat dengan Puskesmas
Labuha dan masyarakatnya tergolong paling aktif mengikuti kegiatan
Puskesmas.

Pada awalnya, Posbindu PTM dirancang untuk menjadi kegiatan mandiri


dan berbasis keluarga. Pasien pun bersedia menunjuk keluarganya untuk
menjadi kader di keluarga. Sayangnya, saat hari pelatihan kader di Puskesmas

21
Labuha, hanya sedikit peserta yang datang. Posbindu berbasis keluarga dinilai
kurang efektif dengan metode yang ada sekarang.

Belajar dari pengalaman ini lah, dokter internsip Puskesmas Labuha


membuat surat undangan resmi untuk warga desa Tomori untuk mengikuti
kegiatan Posbindu PTM esok harinya. Kader Posyandu desa Tomori turut
membantu dalam menyebarkan undangan. Hasilnya, pada hari kegiatan
Posbindu PTM, lebih banyak warga yang datang.

Kegiatan Posbindu PTM meliputi senam bersama, penyuluhan mengenai


hipertensi dan diabetes melitus, pengukuran tekanan darah dan GDS, pengisian
kuesioner perilaku, serta konsultasi dokter. Dari kegiatan ini, didapatkan 14
peserta hipertensi dan 2 peserta prehipertensi.

Dari hasil pengisian kuesioner mengenai perilaku berisiko, yang paling


banyak dilakukan peserta ialah manajemen stress yang kurang baik, makan
makanan asin, serta kurang aktivitas fisik. Jika dibandingkan dengan kejadian
hipertensi, perilaku yang berkaitan dengan hipertensi adalah manajemen stress
yang kurang baik, kurang aktivitas fisik, serta kurang makan sayur dan buah.
Dapat disimpulkan bahwa keadaan hipertensi pada masyarakat desa Tomori
kemungkinan disebabkan karena tingkat stress yang cukup tinggi, kebiasaan
konsumsi garam berlebih, serta kurangnya aktivitas fisik.

Peserta yang didapati hipertensi dan prehipertensi dianjurkan untuk follow


up. Dari hasil follow up tekanan darah peserta, didapati semua peserta
menunjukkan penurunan, walau belum mencapai target. Masih ada peserta yang
belum datang untuk kontrol menunjukkan kesadaran yang masih belum sesuai
harapan. Dapat disimpulkan, kegiatan Posbindu PTM dinilai efektif untuk
membantu mengontrol hipertensi pada masyarakat desa Tomori, namun masih
belum cukup untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit.

Hipertensi merupakan salah satu risiko kardiovaskular yang paling


berbahaya, karena seringkali tidak terdeteksi. Apabila dibiarkan terus menerus,
hipertensi bisa berujung pada kematian mendadak akibat stroke dan serangan
jantung, di mana pasien sering tidak menyadari bahwa ia menderita hipertensi
lama. Selain itu, komplikasi hipertensi seperti penyakit ginjal membutuhkan
biaya yang mahal. Karena itu, meningkatkan kesadaran publik akan penyakit
hipertensi menjadi cara yang paling mudah dan murah untuk mengontrol
mortalitas dan morbiditas akibat penyakit kardiovaskular. Penting bagi

22
masyarakat untuk tahu tekanan darahnya masing-masing, tahu bahaya
hipertensi, dan tahu bagaimana mencegah agar hipertensi tidak berujung
menjadi penyakit yang lebih serius. Kegiatan Posbindu PTM menjadi alternatif
untuk menjangkau masyarakat dan meningkatkan kesadaran mengenai penyakit
tidak menular, salah satunya hipertensi.

23
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
hipertensi dan bahayanya
2. Posbindu PTM merupakan sarana yang mudah dan efektif untuk
mengontrol hipertensi di masyarakat
3. Kerjasama yang baik antara masyarakat, kader, Puskesmas Labuha, dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan dapat membantu
menyukseskan terlaksananya kegiatan Posbindu PTM di Halmahera
Selatan

6.2 Saran
1. Untuk Puskesmas Labuha:
Menghidupkan kembali kegiatan Posbindu PTM dan diadakan secara
rutin di desa-desa lainnya.
Alat-alat yang sudah ada sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya,
seperti peak-flow meter, timbangan komposisi tubuh, tensimeter.
Sebaiknya disediakan anggaran secara khusus untuk kegiatan
Posbindu PTM ini, sehingga mengurangi biaya untuk pengobatan
hipertensi dan penyakit lainnya yang berhubungan, seperti diabetes
melitus.
Mensosialisasikan kegiatan yang sudah ada, seperti senam bersama
setiap hari Jumat pagi, agar lebih bisa diikuti masyarakat luas
2. Untuk Dinas Kesehatan Halmahera Selatan
Mendukung secara finansial dan promosi untuk kegiatan Posbindu
PTM di desa lain di Halmahera Selatan
Memediasi dengan pihak ketiga untuk meningkatkan pola hidup
sehat, seperti misalnya menghimbau pabrik makanan dan UKM agar
mengurangi penggunaan garam dalam makanan yang diawetkan,
membatasi penjualan rokok, serta menghimbau kantor-kantor untuk
membiasakan aktivitas fisik bagi pegawainya
3.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi dan determinannya di


Indinesia. Maj Kedokt Indon.2009: 59(12); 580-587
2. World Health Organization. A Global Brief on Hypertension: World Health
Day 2013. Geneva: WHO Press: 2013
3.

25

Anda mungkin juga menyukai