1 2016
ISSN : 2087-2879
ABSTRAK
Langkah awal yang harus dilakukan oleh rumah sakit untuk memperbaiki mutu pelayanan terkait
keselamatan pasien adalah dengan menerapkan patient safety culture. Manajemen fungsi kepala ruang
merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam keberhasilan program patient safety culture.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi manajemen kepala ruang dengan penerapan
patient safety culture oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh. Penelitian berbentuk kuantitatif dengan desain cross- sectional. Penelitian dilaksanakan
di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh terhadap 75 orang
perawat pelaksana (simple random sampling). Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner
checklist dengan menyebarkan angket, analisis hubungan fungsi manajemen kepala ruang dengan
penerapan patient safety culture menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan bermakna antara fungsi manajemen kepala ruang pada perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan staf, dan pengendalian dengan penerapan patient safety culture. Tidak ada hubungan yang
signifikan antara fungsi pengarahan kepala ruang dengan penerapan patient safety culture. Kepala
ruang perlu untuk selalu meningkatkan fungsi pengarahan dan pengendalian dalam upaya
membudayakan patient safety sehingga akan terciptanya kualitas keselamatan pasien.
Kata Kunci : manajemen fungsi kepala ruang, patient safety culture, perawat
ABSTRACT
The first thing that has to be done by hospitals in order to improve the service quality related to
patient safety is to implement patient safety culture. Managerial function of head nurse is one of the
essensial factors that play a role in the success of patient safety culture program.The objective of the
research was to find out the correlation of head nurse management function with the implementation of patient
safety culture by associate nurses at dr. Zainoel Abidin Regional General Hospital Banda Aceh. The research
used quantitative method with cross sectional design. It was conducted at dr. Zainoel Abidin Regional
General Hospital Banda Aceh on 75 associate nurses (simple random sampling). Method of data
collection using a questionnaire checklist with distribution questionnaires, analysis of the correlation
between the head nurse management function with the implementation of patient safety culture with chi square
test. The result of research shown there was significant correlation between head nurse management
functions on planning, organizing, staffing, and controlling the application of patient safety culture.
There was not any significant correlation between the direction of head nurse with the implementation
of patient safety culture. It was recommended that the head nurse improve the function of directing
and controlling all the time in order to entrench patient safety for a quality patient safety.
Keywords : managerial function of head nurses, patient safety culture, nurses
26
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016
27
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016
28
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016
29
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016
30
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016
penerapan budaya patient safety di Instalasi Hubungan Fungsi Pengaturan Staf dengan
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Penerapan Patient Safety Culture
Panembahan Senopati Bantul, kepemimpinan
berkontribusi terhadap budaya patient safety di Hasil penelitian menunjukkan
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum hubungan yang bermakna antara fungsi
Daerah Panembahan Senopati Bantul sebesar pengaturan staf kepala ruang dengan
22,9%. Hasil penelitian Pratiwi (2014) juga penerapan patient safety culture (p value=
mengungkapkan bahwa kepemimpinan efektif 0,025). Hasil ini sesuai dengan pendapat
kepala ruang tergolong tinggi dalam penerapan Aiken, et al. (2002) yang menyebutkan bahwa
budaya keselamatan pasien. terdapat hubungan langsung antara staffing
perawat dan dampaknya terhadap keselamatan
Hubungan fungsi perencanaan dengan pasien, hasil, dan kepuasan perawat
penerapan patient safety culture profesional di rumah sakit. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan adanya Dewi (2011) juga mengungkapkan hal yang
hubungan yang bermakna antara fungsi sama bahwa terdapat hubungan yang
perencanaan dengan penerapan patient safety signifikan antara pengaturan staf dengan
culture (p value= 0,002). Hal ini sesuai dengan penerapan keselamatan pasien (p=0,008;
penelitian Dewi (2011) yang menunjukkan 0,05). Disamping itu, Gotlieb (2003)
bahwa ada hubungan fungsi perencanaan berpendapat bahwa jam kerja perawat yang
dengan penerapan keselamatan pasien, sejalan panjang dapat menimbulkan kelelahan,
dengan penelitian Fenny (2007) yang menurunkan produktivitas dan meningkatkan
menyatakan bahwa ada hubungan antara resiko terjadinya kesalahan yang dapat
perencanaan dengan kinerja perawat membahayakan pasien.
pelaksana. Namun berbeda dengan hasil yang
didapatkan dari penelitian Ratnasih (2001)
yang mengemukakan bahwa tidak ada Hubungan fungsi pengarahan dengan
hubungan antara fungsi perencanaan kepala penerapan patient safety culture
ruang dengan kinerja perawat pelaksana. Pada
penelitian Ratnasih kualitas kinerja perawat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksana tidak dipengaruhi oleh kemampuan tidak ada hubungan yang bermakna antara
kepala ruang dalam melaksanakan fungsi fungsi pengarahan kepala ruang dengan
perencanaan. Warsito (2006) juga penerapan patient safety culture (p value=
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan 0,130). Yahya (2006) menyebutkan bahwa
antara persepsi perawat pelaksana tentang komunikasi merupakan salah satu bentuk
fungsi perencanaan kepala ruang dengan fungsi pengarahan dalam fungsi manajemen
pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan keperawatan. Hasil penelitian ini sesuai
di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino dengan penelitian Mulyadi (2005) yang
Gondohutomo Semarang. menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara komunikasi dengan kinerja perawat
Hubungan Fungsi Pengorganisasian dengan pelaksana dalam mengendalikan mutu
Penerapan Patient Safety Culture pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
RSKM Cilegon. Handiyani (2003) semakin
Hasil penelitian menunjukkan adanya memperkuat hasil penelitian dengan
hubungan yang bermakna antara fungsi mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan
pengorganisasian dengan penerapan patient bermakna antara peran informasional kepala
safety culture (p value= 0,023). Makinen, ruang dengan keberhasilan kegiatan upaya
Kivimaki, Elovainio, Virtanen dan Bond pengendalian infeksi nasokomial di RSUPN
(2003) menyatakan bahwa fungsi Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
pengorganisasian merupakan faktor yang Wardhani (2013) juga menegaskan
berpengaruh dengan kepuasan kerja perawat di bahwa hasil uji hubungan antara komunikasi
beberapa rumah sakit Finlandia. Maryam dengan penerapan budaya keselamatan pasien
(2009) mengungkapkan bahwa terdapat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
hubungan antara penerapan patient safety antara komunikasi yang dimiliki oleh kepala
dengan kepuasan perawat pelaksana. ruangan dengan penerapan budaya
keselamatan pasien (p=0,532, p>0,05).
31
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016
Penelian lain oleh Hidayati (2015) juga dikerjakan dengan baik dapat menjamin segala
mengungkapkan bahwa pengaruh motivasi sesuatu dilaksanakan sesuai instruksi yang
perawat dan bidan secara parsial tidak telah diberikan serta prinsip- prinsip yang telah
signifikan terhadap penerapan budaya patient diberlakukan. Hal ini semakin diperkuat oleh
safety di RSIA Aisyiyah Klaten. Dewi (2011) yang menyatakan bahwa hasil
Hasil penelitian berbeda diungkapkan penelitiannya menunjukkan adanya hubungan
oleh Warouw (2009) yang menunjukkan yang bermakna antara fungsi pengendalian
bahwa motivasi yang diberikan oleh kepala dengan penerapan keselamatan pasien
ruang memiliki hubungan dengan kinerja (p=0,008; 0,05). Berbeda dengan hasil
perawat pelaksana. Senada dengan pendapat penelitian Warsito (2006) yang
tersebut, Dewi (2011) juga menyatakan mengemukakan bahwa tidak ada hubungan
terdapat hubungan yang bermakna antara antara persepsi perawat pelaksana tentang
fungsi pengarahan kepala ruang dengan fungsi pengendalian kepala ruang dengan
penerapan keselamatan pasien (p=0,008; pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan
0,05). Penelitian Marpaung (2005) turut di ruang rawat inap RSJD Dr. Amino
menegaskan pendapat tersebut yang Gondohutomo Semarang.
menyatakan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara komunikasi kepala ruang SIMPULAN DAN SARAN
dengan budaya kerja perawat pelaksana (p
Simpulan
value < 0,05).
Mayoritas perawat mempersepsikan
Dari paparan diatas, terdapat pendapat baik terhadap fungsi manajemen yang
yang mendukung dan bertolak belakang dilakukan oleh kepala ruang terhadap fungsi
dengan hasil penelitian sehingga dapat ditarik
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan
kesimpulan bahwa tingginya persepsi baik
staf, pengarahan, dan pengendalian. Gambaran
oleh perawat pelaksana terhadap fungsi
perawat pelaksana yang mempersepsikan baik
pengarahan kepala ruang bisa saja dalam menerapkan patient safety culture lebih
memberikan hasil uji hubungan yang tinggi persentasenya dibandingkan dengan
berbanding terbalik yaitu tidak berhubungan perawat yang mempersepsikan kurang.
secara signifikan antara fungsi pengarahan Hasil analisa uji statistik penelitian
kepala ruang dengan penerapan patient safety menemukan bahwa antara fungsi manajemen
culure. Peneliti berasumsi bahwa persepsi
kepala ruang dengan penerapan patient safety
perawat terhadap fungsi pengarahan tidak
culture menunjukkan ada hubungan yang
semata- mata karena pengarahan yang bermakna pada fungsi perencanaan,
diberikan oleh kepala ruang, namun ada pengorganisasian, pengaturan staf dan
faktor- faktor lain yang memberikan pengaruh pengendalian, sedangkan hasil analisa statistik
seperti kecakapan individu perawat itu sendiri, pada fungsi pengarahan menunjukkan tidak
pengalaman kerja, dan kesadaran diri perawat ada hubungan yang bermakna. Secara umum,
terhadap peran dan tanggung jawabnya dalam
penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
upaya keselamatan pasien. Pelatihan terdapat hubungan yang signifikan antara
keselamatan pasien juga memberikan fungsi manajemen kepala ruang dengan
pengaruh terhadap persepsi perawat dalam penerapan patient safety culture.
membangun kesadaran diri untuk selalu
mengedepankan keselamatan pasien.
Saran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
Hubungan fungsi pengendalian dengan bahan pengembangan keilmuan dalam
penerapan patient safety culture administrasi keperawatan, meningkatkan
keilmuan tentang peran perawat dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan program penerapan patient safety
terdapat hubungan yang sangat bermakna culture. Patient safety culture supaya dapat
antara fungsi pengendalian kepala ruang dimasukkan menjadi bagian kurikulum
dengan penerapan patient safety culture (p administrasi keperawatan atau pada
value= 0,000). Hasil penelitian ini sesuai manajemen keperawatan. Kepada manajemen
dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
menyatakan bahwa pengendalian yang Abidin Banda Aceh diharapkan agar
32
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016
33
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016
34