Pembiayaan Syariah
Bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Ini di dorong oleh makin
tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal. Pun karena jumlah
penduduk Muslim di Indonesia yang paling banyak di dunia, merupakan potensi bagi keuangan
syariah untuk menjadi bagian dalam pembiayaan ekonomi masyarakat.
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun
pihak yang menyediakan dana
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun
dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan
tersebut.
Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat berjalan jauh dari prasangka,
manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang memadai. Informasi ini
menjadi data pendukung yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional.
Jenis informasi yang dimaksud antara lain:
Lebih lanjut penjelasan dari informasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh pembiayaan dilakukan
melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya berupa form pengisian yang memuat
data pribadi dan data usaha calon nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara
secara individual dan kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha.
Informasi dari uji kelayakan ini sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau
tidak. Sekaligus juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan.
Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha yang sudah
terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah disepakati.
Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan oleh debitur maupun kreditur
karena pelaksanaan akad dilandasi dengan data riil.
Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin sesuai dengan siklus
usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang diberikan sesuai dengan jenis usahanya
dan kebijakan LKS masing-masing.
c.Proyeksi laporan keuangan
Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang
dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam
menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif
tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika
usahanya).
d.Akad pembiayaan
Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib. Akad ini
sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan
jenis pembiayaan usaha nasabah.
Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau
akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si
penyewa
Jasa Al Wakalah (Deputyship)
(Fee-Based Services)
Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan