Anda di halaman 1dari 12

manajemen kesehatan

1. 1. MANAJEMEN KESEHATAN PRIMA PADA LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


Authors: Angga Debby Frayudha MANAJEMEN PENDIDIKAN S2 UNNES
mpyenk@gmail.com Dilaporan oleh: Angga Debby Frayudha Pengertian manajeman
kesehatan Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuannya
secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga kegiatan dan atau
pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang baik, agar tujuan tiap
kegiatan atau program itu tercapai dengan baik. Proses pengaturan kegiatan ilmiah ini
disebut manajemen, sedangkan proses untuk mengatur kegiatan-kegiatan atau pelayanan
kesehatan masyarakat disebut "manajemen pelayanan kesehatan masyarakat". Sebagian
orang menyatakan bahwa proses pengaturan kegiatan untuk mencapai tujuan ini disebut
"administrasi" sehingga proses pengaturan kegiatan dan atau pelayanan kesehatan
masyarakat disebut "administrasi kesehatan masyarakat". Disini timbul kerancuan karena
proses kegiatan sama namun istilah berbeda "manajemen" dan "administrasi". Dalam hal
ini tidak perlu diperdebatkan mana yang benar "manajemen" atau "administrasi" menurut
pendapat penulis melihat dari proses atau kegiatannya sama maka kedua hal tersebut
sama. Sedangkan pemakaiannya, apakah menggunakan "manajemen" atau "administrasi"
terserah kepada kita masing-masing yang memakainya (tergantung selera).
2. 2. Dalam uraian ini penulis lebih cenderung menggunakan "manajemen" daripada
"administrasi". Banyak ahli yang telah membuat batasan tentang manajemen ini antara
lain : a. The accomplishing of a predetermined objectives through the effort other people
atau manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang lain. (Robert D. Terry) b. Manajemen adalah "the process, by which
the excution of given purpose is put in to operation and supervised atau manajemen
adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu tujuan diselenggarakan dan diawasi.
(Encyclopedia of social sciences) c. Manajemen adalah membuat tujuan tercapai melalui
kegiatan-kegiatan orang lain dan fungsi-fungsinya dapat dipecah sekurang-kurangnya 2
tanggung jawab utama, yakni perencanaan dan pengawasan. d. Management is the
process under taken by one or more persons to coordinate the activities of other persons
to achieve results not attainable by any one person acting alone atau manajemen adalah
suatu proses yang dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang tidak dapat dicapai oleh
hanya 1 orang saja. (Evancovich, 1989) Dari batasan-batasan tersebut di atas dapat
diambil suatu kesimpulan umum bahwa manajemen adalah suatu kegiatan untuk
mengatur orang lain guna mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Seorang
manajer dalam mencapai tujuan adalah secara bersama-sama dengan orang lain atau
bawahannya. Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat
dikatakan sebagai berikut "Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni
untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui program kesehatan." Dengan kata lain manajemen
kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam
3. 3. sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran
manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem adalah suatu kesatuan
yang utuh, terpadu yang terdiri dari berbagai elemen (sub sistem) yang saling
berhubungan didalam suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau
mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh sebab itu kalau berbicara sistem pelayanan
kesehatan masyarakat adalah struktur atau gabungan dari sub sistem didalam suatu unit
atau didalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat baik
preventif, kuratif, promotif maupun rehabilitatif. Sehingga sistem pelayanan kesehatan ini
dapat berbentuk Puskesmas, Rumah sakit, Balkesmas dan unit-unit atau organisasi-
organisasi lain yang mengupayakan peningkatan kesehatan. Dengan demikian maka
manajemen kesehatan masyarakat adalah proses manajemen di tiap-tiap sub sistem
pelayanan. Seperti telah disebutkan di atas bahwa manajemen itu suatu seni mengatur
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi atau unit pelayanan maka manajemen
tersebut mempunyai fungsi-fungsi. Dan berbagai pendapat para ahli dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa fungsi-fungsi manajemen itu pada garisnya terdiri dari : a.
Perencanaan (planning) b. Pengorganisasian (organizing) c. Penyusunan personalia
(staffing) d. Pengkoordinasian (coordinating) e. Penyusunan anggaran (budgeting)
Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Pengorganisasian MK Setelah
perencanaan telah dilakukan atau telah selesai (menjadi rencana) maka selanjutnya harus
dilakukan pengorganisasian. Yang dimaksud pengorganisasian adalah mengatur personel
atau
4. 4. staf yang ada didalam institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan
dalam rencana tersebut dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan dapat
dicapai. Dengan kata lain pengorganisasian adalah pengkoordisasian kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan suatu institusi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian mencakup beberapa unsur pokok, antara lain : 1. Hal yang
diorganisasikan ada 2 macam, yakni : a. Pengorganisasian kegiatan ialah pengaturan
berbagai kegiatan yang ada didalam rencana sehingga membentuk satu kesatuan yang
terpadu untuk mencapai tujuan. b. Pengorganisasian tenaga pelaksana ialah mencakup
pengaturan hak dan wewenang setiap tenaga pelaksana sehingga setiap kegiatan
mempunyai penanggung jawabnya. 2. Proses pengorganisasian ialah langkah-langkah
yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan dan tenaga pelaksana
dapat berjalan sebaik-baiknya. 3. Hasil pengorganisasian ialah terbentuknya wadah atau
sering disebut struktur organisasi yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga
pelaksana. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian ialah suatu
proses yang menghasilkan organisasi (struktur organisasi). Struktur organisasi ialah
visualisasi kegiatan dan pelaksana kegiatan (personel) didalam suatu institusi. Dilihat dari
segi pembagian kegiatan dan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang maka organisasi
secara umum dibedakan atas 3 jenis, yakni : 1. Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang
tegas antara pimpinan dan pelaksanaan. Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan
dimana semua kekuasaan di tangan pimpinan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan kegiatan
yang utama adalah
5. 5. wewenang dan perintah. Memang bentuk organisasi semacam ini, khususnya didalam
institusi-institusi yang kecil sangat efektif karena keputusan-keputusan cepat diambil dan
pelaksanaan keputusan juga cepat. Kelemahannya jenis organisasi semacam ini kurang
manusiawi, lebih-lebih para pelaksana tugas bawahan hanya dipandang sebagai robot
yang senantiasa siap melaksanakan perintah. 2. Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah antara pimpinan dan staf
pelaksana. Peran staf bukan sekedar pelaksana perintah pimpinan namun staf berperan
sebagai pembantu pimpinan. Bentuk organisasi semacam ini muncul karena makin
kompleksnya masalah-masalah organisasi sehingga pimpinan sudah tidak dapat lagi
menyelesaikan semuanya dan memerlukan bantuan orang lain (biasanya para ahli) yang
dapat memberikan masukan pemikiran-pemikiran terhadap masalah-masalah yang
dihadapi. Meskipun organisasi ini lebih baik dari yang pertama karena keputusan-
keputusan dapat lebih baik namun kadang-kadang keputusan-keputusan tersebut akan
memakan waktu yang lama karena melalui perdebatan-perdebatan yang kadang-kadang
melelahkan. 3. Organisasi Lini dan Staf Organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis
organisasi yang terdahulu disebutkan (line dan staf). Dalam organisasi ini staf bukan
sekedar pelaksana tugas tetapi juga diberikan wewenang untuk memberikan masukan
demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga pimpinan tidak sekedar memberikan
perintah atau nasehat tetapi juga bertanggung jawab atas perintah atau nasehat tersebut.
Keuntungan organisasi ini antara lain ialah keputusan yang diambil oleh pimpinan lebih
baik karena telah dipikirkan oleh sejumlah orang dan tanggung jawab pimpinan
berkurang karena mendapat dukungan dan bantuan dari staf.
6. 6. Contoh sederhananya lihat bagan organisasi lini dan staf dibawah ini. Dalam
kehidupan sehari-hari apabila unit kerja (departemen, perusahaan dan sebagainya) akan
melaksanakan suatu rencana tidak selalu langsung diikuti oleh penyusunan organisasi
baru. Struktur organisasi itu biasanya sudah ada terlebih dahulu dan ini relatif cenderung
permanen, lebih-lebih struktur organisasi departemen. Disamping itu unit-unit kerja
tersebut dijabarkan kedalam unit-unit yang lebih kecil dan masing-masing unit-unit kerja
yang lebih kecil ini mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda-beda (dirjen,
direktorat, bidang, seksi, devisi, dan sebagainya). Masing-masing unit kerja tersebut
sudah barang tentu akan menyusun perencanaan dan kegiatan-kegiatan. Untuk
pelaksanaan rencana rutin cukup oleh staf yang ada sehingga tidak perlu menyusun
organisasi baru. Apabila rencana atau kegiatan tersebut tidak dapat ditangani oleh struktur
organisasi yang telah ada biasanya dibentuk, misalnya panitia tim kerja (kelompok kerja),
komisi dan sebagainya. Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Sistem
pelayanan kesmas Seperti telah diuraikan sepintas dalam bagian terdahulu bahwa sistem
adalah gabungan dari elemen-elemen (sub sistem) didalam suatu proses atau struktur dan
berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi. Didalam suatu sistem terdapat elemen-elemen
atau bagian-bagian dimana didalamnya juga membentuk suatu proses didalam suatu
kesatuan maka disebut sub sistem (bagian dari sistem). Selanjutnya sub sistem tersebut
juga terjadi suatu proses berfungsi sebagai suatu kesatuan sendiri sebagai bagian dari sub
sistem tersebut. Demikian seterusnya dari sistem yang besarnya ini,
7. 7. misalnya pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem terdiri dari sub sistem pelayanan
medik, pelayanan keperawatan, pelayanan rawat inap, rawat jalan dan sebagainya, dan
masing-masing sub sistem terdiri sub-sub sistem lagi. Sistem terbentuk dari elemen atau
bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian
atau sub sistem tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi bagian yang lain.
Secara garis besar, elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut : 1. Masukan
(Input) adalah sub-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya
sistem. 2. Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga
menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan. 3. Keluaran (out put) ialah hal yang
dihasilkan oleh proses. 4. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran
setelah beberapa waktu lamanya. 5. Umpan balik (feed back) ialah juga merupakan hasil
dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut. 6. Lingkungan
(environment) ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut. Unsur-
unsur tersebut dapat dilestarikan (lihat Bagan Elemen Suatu Sistem dibawah !) Contoh :
Didalam pelayanan puskesmas yang menjadi input adalah dokter, perawat, obat-obatan,
fasilitas lain, dan sebagainya. Prosesnya adalah kegiatan pelayanan puskesmas tersebut.
Outputnya adalah pasien sembuh / tak sembuh, jumlah ibu hamil yang dilayani dan
sebagainya. Dampaknya adalah meningkatnya status kesehatan masyarakat. Sedangkan
umpan balik pelayanan puskesmas antara lain keluhan-keluhan pasien terhadap
pelayanan sedangkan lingkungan adalah masyarakat dan instansi-instansi diluar
puskesmas tersebut.
8. 8. Sistem pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical services) dan
pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Dalam artikel ini, hanya akan
dibahas sistem pelayanan kesehatan masyarakat saja. Secara umum pelayanan kesehatan
masyarakat adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya
adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan
masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan). Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut
kepentingan rakyat banyak maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
masyarakat mempunyai porsi yang besar. Namun demikian karena keterbatasan sumber
daya pemerintah maka potensi masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam upaya
pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam menggali dan membina
potensi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat ini. Menggalang
potensi masyarakat disini mencakup 3 dimensi, yakni : a. Potensi masyarakat dalam arti
komunitas (misalnya masyarakat RT, RW, kelurahan, dan sebagainya). Misalnya dengan
adanya dana sehat, iuran untuk pengadaan PMT (Pembinaan Makanan Tambahan) untuk
anak balita, kader kesehatan, dan sebagainya adalah bentuk-bentuk partisipasi dan
penggalian potensi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat. b. Menggalang
potensi masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat atau sering disebut
Lembaga-Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penyelenggaraan pelayanan-pelayanan
kesehatan masyarakat oleh LSM-LSM pada hakekatnya juga merupakan bentuk
partisipasi masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. c. Menggalang
potensi masyarakat melalui perusahaan-perusahaan swasta yang ikut membantu
9. 9. meringankan beban penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas,
balkesmas, dan sebagainya), juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam sistem
pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta perlu memperhatikan beberapa
ketentuan, antara lain : 1. Penanggung Jawab Suatu sistem pelayanan kesehatan
masyarakat harus ada penanggung jawab oleh pemerintah maupun oleh swasta. Namun
demikian di Indonesia, pemerintah (dalam hal ini Departemen Kesehatan) merupakan
tanggung jawab yang paling tinggi. Artinya pengawasan, standar pelayanan dan
sebagainya bagi pelayanan kesehatan masyarakat baik pemerintah (puskesmas) maupun
swasta (balkesmas) adalah dibawah koordinasi Departemen Kesehatan. 2. Standar
Pelayanan Sistem pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah maupun swasta
harus berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia, standar ini telah ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan dengan adanya buku Pedoman Puskesmas. 3. Hubungan
Kerja Sistem pelayanan kesehatan masyarakat harus mempunyai pembagian kerja yang
jelas antara bagian satu dengan yang lain. Artinya fasilitas kesehatan tersebut harus
mempunyai struktur organisasi yang jelas dan menggambarkan hubungan kerja, baik
horizontal maupun vertikal. 4. Pengorganisasian Potensi Masyarakat Ciri khas dari sistem
pelayanan kesehatan masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat atau pengorganisasian
masyarakat. Upaya ini penting (terutama di Indonesia) karena adanya
10. 10. keterbatasan sumber-sumber daya dari penyelenggara pelayanan kesehatan
masyarakat, perlu keikutsertaan masyarakat ini. 3 bentuk pelayanan, yakni : a. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama (primary health care) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan
untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan
kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam
suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh
kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga
merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk
pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling,
dan balkesmas. b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya
tenaga-tenaga spesialis. c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah
tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks dan
memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan
B. Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan.
Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat
primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya,
demikian seterusnya. Penyerahan
11. 11. tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain ini
disebut rujukan. Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuanny Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Perencanaan adalah
merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan manajemen diatur dan
diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan itu memungkinkan para
pengambil keputusan atau manajer untuk menggunakan sumber daya mereka secara
berhasil guna dan berdaya guna. Banyak batasan perencanaan yang telah dibuat oleh para
ahli. Dari batasan-batasan yang telah ada dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisaan dan pemahaman sistem,
penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan
demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara
lain : a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan
baik. b. Perencanaan pada hakekatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi. c. Perencanaan secara implisit
mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik.
12. 12. Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses
yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau
kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah
"rencana" (plan). Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain : 1.
Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana : a. Rencana jangka panjang (long term
planning), yang berlaku antara 10-25 tahun. b. Rencana jangka menengah (medium range
planning), yang berlaku antara 5-7 tahun. c. Rencana jangka pendek (short range
planning), umumnya hanya berlaku untuk 1 tahun. 2. Dilihat dari tingkatannya : a.
Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan organisasi. Rencana
ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas. b.
Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada pedoman atau
petunjuk dalam melaksanakan suatu program. c. Rencana harian (day to day planning)
ialah rencana harian yang bersifat rutin. 3. Ditinjau dari ruang lingkupnya : a. Rencana
strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang
dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana ini sulit untuk diubah. b. Rencana
taktis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian yang bersifat jangka pendek,
mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah. c. Rencana
menyeluruh (comprehensive planning) ialah rencana yang mengandung uraian secara
menyeluruh dan lengkap. d. Rencana terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang
mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain
diluar kesehatan.
13. 13. Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas
namun prakteknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti pembagian tersebut. Misalnya
berdasarkan tingkatannya suatu rencana termasuk rencana induk tetapi juga merupakan
rencana strategis berdasarkan ruang lingkupnya dan rencana jangka panjang berdasarkan
jangka waktunya. Proses Perencanaan Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu
proses, dimulai dari identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan
pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari
hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah baru kemudian dari masalah-
masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali ke siklus semula.
Lihat bagan Proses Perencanaan dibawah ! Di bidang kesehatan khususnya, proses
perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem
solving) seperti bagan Proses Perencanaan dibawah ! Secara terinci, langkah-langkah
perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Masalah Perencanaan pada
hakekatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah
awal dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan
masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Sumber masalah kesehatan
masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain : a. Laporan-laporan kegiatan
dari program-program kesehatan yang ada. b. Survailance epidemiologi atau pemantauan
penyebaran penyakit. c. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh
masukan perencanaan kesehatan. d. Hasil kunjungan lapangan supervisi, dan sebagainya.
2. Menetapkan Prioritas Masalah Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan segudang
masalah kesehatan yang menunggu untuk ditangani. Oleh karena keterbatasan sumber
daya baik biaya, tenaga dan teknologi maka tidak
14. 14. semua masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus (direncanakan pemecahannya).
Untuk itu harus dipilih masalah mana yang "feasible" untuk dipecahkan. Proses memilih
masalah ini disebut memilih atau menetapkan prioritas masalah. Pemilihan prioritas dapat
dilakukan melalui 2 cara, yakni : 2.1 Teknik Skoring Yakni memberikan nilai (scor)
terhadap masalah tersebut dengan menggunakan ukuran (parameter) antara lain : a.
Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah. b. Berat ringannya akibat yang
ditimbulkan oleh masalah tersebut (severity). c. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi
(rate increase). d. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree
of unmeet need). e. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi
(social benefit). f. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical
feasiblity). g. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
(resources availability), termasuk tenaga kesehatan. Masing-masing ukuran tersebut
diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila masalahnya besar diberi 5 paling tinggi dan
bila sangat kecil diberi nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Masalah yang
memperoleh nilai tertinggi (terbesar) adalah yang diprioritaskan, masalah yang
memperoleh nilai terbesar kedua memperoleh prioritas kedua dan selanjutnya. 2.2 Teknik
Non Skoring Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok,
oleh sebab itu juga disebut "nominal group tecnique (NGT)". Ada 2 NGT yakni : 2.2.1
Delphi Technique Yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas
masalah yang disepakati bersama.
15. 15. 2.2.2 Delbeq Technique Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini
adalah juga melalui diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta
yang tidak sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka
mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil
diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama. 3. Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan
tertentu yang ingin dicapai oleh perencanaan tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila
dirumuskan secara konkret dan dapat diukur. Pada umumnya dibagi dalam tujuan umum
dan tujuan khusus. 3.1 Tujuan Umum Adalah suatu tujuan masih bersifat umum dan
masih dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus dan pada umumnya masih abstrak.
Contoh : Meningkatnya status gizi anak balita di kecamatan Cibadak. 3.2 Tujuan Khusus
Adalah tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan khusus merupakan
jembatan untuk tujuan umum, artinya tujuan umum yang ditetapkan akan tercapai apabila
tujuan-tujuan khususnya tercapai. Contoh : Apabila tujuan umum seperti contoh tersebut
di atas dijabarkan ke dalam tujuan khusus menjadi sebagai berikut : - Meningkatnya
perilaku ibu dalam memberikkan makanan bergizi kepada anak balita. - Meningkatnya
jumlah anak balita yang dittimbang di Posyandu. - Meningkatnya jumlah anak yang berat
badaannya naik, dan sebagainya. 4. Menetapkan Rencana Kegiatan Rencana kegiatan
adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya kegiatan mencakup 3 tahap pokok, yakni :
16. 16. - Kegiatan pada tahap persiapan, yakni keggiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum
kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya rapat-rapat koordinasi, perizinan dan sebagainya.
- Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni keegiatan pokok program yang bersangkutan. -
Kegiatan pada tahap penilaian, yakni keggiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan
dalam rangka pencapaian program tersebut. 5. Menetapkan Sasaran (Target Group)
Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan digarap oleh
program yang direncanakan tersebut. Sasaran program kesehatan biasanya dibagi dua,
yakni : a. Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh program
tersebut. Misalnya kalau tujuan umumnya : Meningkatkan status gizi anak balita seperti
tersebut di atas maka sasaran langsungnya adalah anak balita. b. Sasaran tidak langsung
adalah kelompok yang menjadi sasaran antara program tersebut namun berpengaruh
sekali terhadap sasaran langsung. Misalnya : seperti contoh tersebut di atas, anak balita
sebagai sasaran langsung sedangkan ibu anak balita sebagai sasaran tidak langsung. Ibu
anak balita, khususnya perilaku ibu dalam memberikan makanan bergizi kepada anak
sangat menentukan status gizi anak balita tersebut. 6. Waktu Waktu yang ditetapkan
dalam perencanaan adalah sangat tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta
kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan. Oleh sebab itu, waktu
dan kegiatan sebenarnya dapat dijadikan satu dan disajikan dalam bentuk matriks, yang
disebut gant chart. Lihat contoh dibawah ! 7. Organisasi dan Staf Dalam bagian ini
digambarkan atau diuraikan organisasi sekaligus staf atau personel yang akan
melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program tersebut. Disamping itu juga diuraikan
tugas (job description) masing-masing staf pelaksana tersebut. Hal ini penting karena
masing-masing orang
17. 17. yang terlibat dalam program tersebut mengetahui dan melaksanakan kewajiban. 8.
Rencana Anggaran Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi. Biasanya rincian rencana biaya
ini dikelompokkan menjadi : a. Biaya personalia b. Biaya operasional c. Biaya sarana dan
fasilitas d. Biaya penilaian 9. Rencana Evaluasi Rencana evaluasi sering dilupakan oleh
para perencana padahal hal ini sangat penting. Rencana evaluasi adalah suatu uraian
tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan tersebut telah tercapai. Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo.
Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
2003. pengawasan dan pengarahan Fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya
dengan perencanaan dan pengorganisasian adalah fungsi pengawasan dan pengarahan.
Karena bagaimana baiknya perencanaan dan pengorganisasian tanpa disertai dengan
pengawasan dan pengarahan maka niscaya dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan pokok dan fungsi pengawasan dan pengarahan adalah agar kegiatan-
kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut
dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
kemungkinan tidak akan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan
pengarahan adalah suatu proses untuk mengukur penampilan kegiatan atau pelaksanaan
kegiatan suatu program yang selanjutnya memberikan pengarahan-pengarahan
18. 18. sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Agar pengawasan dapat berjalan
dengan baik, sekurang-kurangnya 3 hal yang diperhatikan yakni : 1. Objek Pengawasan
Yaitu hal-hal yang harus diawasi dalam pelaksanaan suatu rencana. Objek pengawasan ini
banyak macamnya, tergantung dari program atau kegiatan yang dilaksanakan. Secara
garis besar objek pengawasan dapat dikelompokkan menjadi 4, yakni a. Kuantitas dan
kualitas program, yakni barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan atau program
tersebut. Untuk program kesehatan yang diawasi adalah pelayanan yang diberikan oleh
unit kerja tersebut. b. Biaya program, dengan menggunakan 3 macam standar, yakni
modal yang dipakai, pendapatan yang diperoleh dan harga program. Dalam bidang
kesehatan yang dijadikan ukuran pengawasan adalah pembiayaan kegiatan atau
pelayanan, hasil yang diperoleh dari pelayanan dan keuntungan kegiatan atau pelayanan.
c. Pelaksanaan (implementasi) program, yaitu pengawasan terhadap waktu pelaksanaan,
tempat pelaksanaan dan proses pelaksanaan, apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan. d. Hal-hal yang bersifat khusus, yaitu pengawasan yang ditujukan
kepada hal-hal khusus yang ditetapkan oleh pimpinan atau manajer. 2. Metode
Pengawasan Tujuan pokok pengawasan bukanlah mencari kesalahan namun yang lebih
utama adalah mencari umpan balik (feedback) yang selanjutnya memberikan pengarahan
dan perbaikan-perbaikan apabila kegiatan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai macam antara lain : a. Melalui kunjungan
langsung atau observasi terhadap objek yang diawasi.
19. 19. b. Melalui analisis terhadap laporan-laporan yang masuk. c. Melalui pengumpulan
data atau informasi yang khusus ditujukan terhadap objek- objek pengawasan. d. Melalui
tugas dan tanggung jawab para petugas khusus para pimpinan. Artinya fungsi
pengawasan itu secara implisit atau fungsi pejabat (pimpinan) yang diberikan wewenang.
Inilah yang sering disebut pengawasan melekat (waskat). 3. Proses Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses yang berarti bahwa suatu pengawasan itu terdiri dari
berbagai langkah, yakni : a. Menyusun rencana pengawasan. Sebelum melakukan
pengawasan terlebih dahulu harus disusun rencana pengawasan yang antara lain
mencakup tujuan pengawasan, objek pengawasan, cara pengawasan dan sebagainya. b.
Pelaksanaan pengawasan, yaitu melakukan kegiatan pengawasan sesuai dengan rencana
yang telah disusun. c. Menginterpretasi dan menganalisis hasil-hasil pengawasan. Hasil-
hasil pengawasan yang antara lain berupa catatan-catatan, dokumen-dokumen, foto- foto,
hasil-hasil rekaman dan sebagainya diolah, diinterpretasi dan dianalisis. d. Menarik
kesimpulan dan tindak lanjut. Dari hasil analisis tersebut kemudian disimpulkan dan
menyusun saran atau rekomendasi untuk tindak lanjut pengawasan tersebut. Pengarahan
pada hakekatnya adalah keputusan-keputusan pimpinan yang dilakukan agar kegiatan-
kegiatan yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Dengan pengarahan (directing)
diharapkan : a. Adanya kesatuan perintah (unity of command), artinya dengan
pengarahan ini akan diperoleh kesamaan bahasa yang harus dilaksanakan oleh para
pelaksana. Sehingga tidak tercapai kesimpangsiuran yang dapat membingungkan para
pelaksana. b. Adanya hubungan langsung antara pimpinan dengan bawahan. Artinya
dengan pengarahan yang berupa petunjuk atau perintah atasan yang langsung kepada
20. 20. bawahan, tidak akan terjadi miskomunikasi. Disamping itu pengarahan yang langsung
ini dapat mempercepat hubungan antara atasan dan bawahan. c. Adanya umpan balik
yang langsung. Pimpinan dengan cepat memperoleh umpan balik terhadap kegiatan yang
dilaksanakan. Selanjutnya umpan balik ini dapat segera digunakan untuk perbaikan. Bagi
para pelaksana atau karyawan bukan pimpinan pengawasan akan bermanfaat juga, antara
lain : a. Para karyawan memperoleh informasi yang jelas tentang apa yang harus
dikerjakan. Apabila kurang jelas mereka dapat langsung minta penjelasan lagi. Dengan
cara ini maka kesalahan-kesalahan segera dapat dihindari. b. Para karyawan secara tidak
langsung berada dalam suatu proses belajar. Karena dengan proses pengawasan semacam
ini karyawan memperoleh informasi dan keterampilan-keterampilan yang benar dan
apabila terjadi kesalahan-kesalahan segera memperoleh perbaikan dari atasan. c. Para
karyawan lebih merasa diperhatikan atau dihargai oleh pimpinan. Akibatnya akan tercipta
hubungan yang akrab antara pimpinan dengan bawahan. Sumber : Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta :
Rineka Cipta. 2003. Standardisasi Pelayanan oleh:nyoman jirna,SKM (manajemen
pelayanan kesehatan masyarakat) Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
harus berpijak pada acuan dasar standar mutu pelayanan minimal kesehatan masyarakat
(Kepmenkes RI No. 1457/Menkes/SKX/2003). Standar minimal pelayanan kesehatan
yang dimaksud adalah pelayanan yang diberikan dalam bidang kesehatan kepada setiap
orang secara optimal, bermutu, efisien dan merata tanpa memandang suku dan golongan.
Optimal maksudnya terlaksananya pelayanan kesehatan dasar, bermutu dan efisien
artinya terlaksananya pelayanan kesehatan yang profesional, tepat guna dan
21. 21. berjalan lancar sesuai dengan tuntutan masyarakat baik di tingkat rumah sakit
maupun di tingkat puskesmas. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal,
bermutu, efisien dan merata, perlu adanya pembenahan-pembenahan baik yang
menyangkut manajemen pelayanan, sarana-prasarana dan sumber daya manusia. Pertama,
manajemen pelayanan. Manajemen pelayanan yang diterapkan harus transparan, mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam perencanaan
bisa menerapkan/mengakomodasi usulan-usulan dari bawah, sehingga bawahan merasa
diperhatikan/dilibatkan (manajemen partisipatif). Pelayanan dalam pengorganisasian
harus sesuai dengan tugas dan fungsinya, seperti staf entry data tidak dibenarkan
membuka rekening atas nama lembaga. Tugas ini sebenarnya dilaksanakan oleh
bendahara atas persetujuan direktur utama. Dalam hal pelaksanaan pelayanan harus
memberikan informasi yang optimal baik menyangkut pembiayaan dan catatan medik
maupun langkah-langkah/tindakan yang akan diambil. Pengawasan harus diefektifkan
baik pengawasan intern/ekstern, sehingga penyimpangan yang terjadi dapat diketahui
lebih dini. Kedua, sarana dan prasarana. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
prima kepada masyarakat dibutuhkan sarana/prasarana atau alat untuk mendukung
pelayanan. Banyak alat-alat medis yang tidak memadai dan tidak sesuai. Banyak rumah
sakit daerah di kabupaten tidak memiliki alat medis yang cukup dan standar, sehingga
banyak pasien yang membutuhkan pelayanan di kabupaten tidak terlayani. Perlu
peningkatan biaya untuk pengadaan dan pemeliharaan sarana-prasarana. Ketiga, sumber
daya manusia. Tenaga paramedis sudah memiliki skill medis/keperawatan dan
kemampuan akademik yang memadai. Namun, penugasan sumber daya yang belum
optimal. Hal ini terlihat dari kenyataan yang ada bahwa dokter spesialis yang ditugaskan
di rumah sakit sangat jarang ditemui pasien di kelas yang sebagian besar dihuni
masyarakat kurang mampu. Ini terjadi kemungkinan karena dokter tersebut tidak bekerja
fulltime dan tidak fokus dengan pekerjaannya di rumah sakit. Sudah selayaknya
pemerintah menerapkan kebijakan tenaga medis yang berstatus
22. 22. PNS tidak diizinkan nyambi di rumah sakit swasta atau buka praktik swasta.
Pemerintah hendaknya menengok negara tetangga seperti Singapura yang melarang
dokter bekerja di rumah sakit lain/buka praktik sendiri. Hal ini bisa diterapkan dengan
konsekuensi peningkatan gaji bagi dokter PNS. Apa yang diuraikan di atas diharapkan
nantinya dapat mewujudkan harapan masyarakat terhadap pelayanan. Secara umum
masyarakat sangat mengharapkan pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan derajat
kesehatannya. Hal ini meliputi pemberdayaan sumber daya manusia (dokter dan
paramedis), pengembangan sarana-prasarana dan sistem informasi. Dokter dan paramedis
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawabnya,
peningkatan kinerja, meningkatkan motivasi, meningkatkan kepuasan kerja dan
mendorong peningkatan kualitas. Pengembangan sarana-prasarana terutama peralatan
medis di kota/kabupaten sangat dibutuhkan sehingga masyarakat di kabupaten mendapat
pelayanan yang cepat dan tepat. MANAJEMEN KESEHATAN
http://aframara.wordpress.com Manajemen adalah upaya pengelolaan suatu sistem atau
entitas dan sumber dayanya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Inti dari upaya
ini adalah pengambilan keputusan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen
pada hakikatnya adalah rangkaian dari proses pengambilan keputusan-keputusan. Dalam
bidang kesehatan dikenal adanya paling sedikit tiga jenis manajemen, yaitu:
Manajemen Pasien/Klien, yaitu rangkaian proses pengambilan keputusan-keputusan
dalam menghadapi masalah kesehatan (penyakit dan lain-lain) yang diderita oleh
seseorang, sekelompok orang, atau masyarakat. Tujuannya adalah agar pasien/klien
tersebut dapat terhindar atau terbebas dari masalah kesehatan, dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada. Dalam hal ini manajer atau pengambil keputusannya adalah setiap
petugas kesehatan yang melayani pasien/klien (disebut petugas fungsional dokter,
perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain), baik
23. 23. yang bertugas di Puskesmas dan jaringannya maupun yang bertugas di Rumah Sakit
dan sarana-sarana kesehatan lain. Manajemen Unit/Organisasi Kesehatan, yaitu
rangkaian proses pengambilan keputusan-keputusan dalam menghadapi masalah yang
menghambat atau potensial menghambat kinerja unit/organisasi kesehatan. Misalnya
masalah tingginya absensi karyawan, masalah kurangnya dana/anggaran, masalah tidak
terawatnya peralatan, masalah tingginya kebocoran pendapatan, dan lain-lain. Tujuannya
adalah agar unit/organisasi terhindar atau terbebas dari masalah, dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada. Dalam hal ini manajer atau pengambil keputusannya adalah para
pimpinan unit/organisasi kesehatan Menteri Kesehatan dan pejabat terasnya, Kepala
Dinas Kesehatan dan staf intinya, Direksi Rumah Sakit, Kepala Puskesmas, dan lain-lain.
Informasi kesehatan yang sangat esensial bagi manajemen kesehatan berasal dari data
kesehatan. Oleh karena itu, di setiap unit/organisasi kesehatan wajib hukumnya untuk
memiliki bank data. Ketiadaan bank data di suatu unit/organisasi kesehatan
mengindikasikan bahwa manajemen kesehatan di unit/organisasi kesehatan tersebut
masih belum memadai. Bank data apa saja yang harus dimiliki? Di unit/organisasi
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit, Balai Kesehatan,
dan lain-lain, harus tersedia bank data yang berisi data-data individu pasien/klien dan
data-data individu sumber daya (minimal tenaga, keuangan, dan peralatan). Data individu
pasien/klien (nama, alamat, usia, diagnosa, tindakan/pelayanan, dan lain-lain) adalah
butir-butir yang tercantum dalam catatan medik/rekam medik setiap pasien. Data individu
tenaga (nama, umur, pendidikan /profesi, pangkat, masa kerja, dan lain-lain) adalah butir-
butir yang tercantum dalam biodata (arsip kepegawaian) setiap karyawan. Data keuangan
(pendapatan, biaya tetap, biaya variabel, piutang, modal kerja, dan lain-lain) adalah butir-
butir yang tercantum dalam catatan keuangan setiap periode (misalnya bulanan atau
triwulanan). Catatan-catatan tersebut dengan demikian haruslah diisi dengan benar dan
dipelihara dengan baik. Jika tidak, maka bank data akan berisi sampah yang walaupun
diolah dengan cara secanggih apa pun akan keluar sampah juga. Keluaran yang buruk
seperti ini sudah barang tentu akan menimbulkan
24. 24. keragu-raguan dalam pengambilan keputusan, atau bahkan dapat menjerumuskan
manajer ke dalam pengambilan keputusan yang keliru, sehingga terganjal masalah baru
(alih-alih memecahkan masalah yang ada). Oleh karena itu, catatan-catatan yang baik,
benar, dan tertib merupakan modal bagi terciptanya bank data yang baik. Hanya catatan-
catatan yang telah baik, benar, dan tertiblah yang layak diusung ke dalam perangkat
teknologi informasi. Jika tidak, maka akan tetap berlaku Garbage In, Garbage Out
(GIGO). ORGANISASI http://mpkpk2008.blogspot.com/pengertian-organisasi
Pengertian Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.
Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada
perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa
pendapat sebagai berikut : 1. Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya The Executive
Functions Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih (I define
organization as a system of cooperatives of two more persons) 2. James D. Mooney *
Organization is the form of every human association for the attainment of common
purpose (Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama) 3.
Menurut Dimock, * organisasi adalah Organization is the systematic bringing together
of interdependent part to form a unified whole through which authority, coordination and
control may be exercised to achive a given purpose * (organisasi adalah perpaduan
secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk
membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan). Dari beberapa pengertian organisasi
di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar,
yaitu :
25. 25. 1. Orang-orang (sekumpulan orang), 2. Kerjasama, 3. Tujuan yang ingin dicapai,
Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-
orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya
yang dimiliki. Jenis-Jenis Organisasi Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan
dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Berdasarkan jumlah orang yang
memegang pucuk pimpinan. 1. bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan
satu orang, semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang. 2. bentuk
komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang,
semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.
Berdasarkan lalu lintas kekuasaan. Bentuk organisasi ini meliputi 1. organisasi lini atau
bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada
para pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi 2. bentuk lini dan staff, dalam
organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai
pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi 3. bentuk fungsional,
bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh
seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal. Berdasarkan
sifat hubungan personal
26. 26. 1. organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti : organisasi
pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum 2. organisasi informal, adalah organisasi
yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby,
dll. Berdasarkan tujuan. Organisasi ini dapat dibedakan, yaitu : 1. organisasi yang
tujuannya mencari keuntungan atau profit oriented 2. organisasi sosial atau non profit
oriented Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu 1. organisasi pendidikan, 2.
organisasi kesehatan, 3. organisasi pertanian, dan lain lain. Berdasarkan fungsi dan tujuan
yang dilayani, yaitu : 1. Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan, 2.
Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik 3. Organisasi yang bersifat
integratif, misalnya serikat pekerja 4. Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli
lingkungan, dan lain lain. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat, organisasi ini
meliputi; 1. Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya terutama
dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi, 2. Service organization, yaitu organisasi
yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan, misalnya bank,
27. 27. 3. Business Organization, organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti
perusahaan-perusahaan, 4. Commonwealth organization, adalah organisasi yang
kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan
kesehatan, contohnya rumah sakit, Puskesmas, dll Ciri-Ciri Organisasi Seperti telah
diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci
organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Adanya suatu kelompok orang yang
dapat dikenal dan saling mengenal, 2. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu
sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan, 3.
Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran, tenaga,
dan lain-lain, 4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan, 5. Adanya tujuan yang
ingin dicapai. Prinsip-Prinsip Organisasi Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan
oleh para ahli, salah satunya A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup
lengkap dalam bukunya Organization of Canadian Government Administration (1965),
bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi : 1) Prinsip bahwa Organisasi Harus
Mempunyai Tujuan yang Jelas, 2) Prinsip Skala Hirarkhi, 3) Prinsip Kesatuan Perintah,
4) Prinsip Pendelegasian Wewenang,
28. 28. 5) Prinsip Pertanggungjawaban, 6) Prinsip Pembagian Pekerjaan, 7) Prinsip Rentang
Pengendalian, 8) Prinsip Fungsional, 9) Prinsip Pemisahan, 10) Prinsip Keseimbangan,
11) Prinsip Fleksibilitas, 12) Prinsip Kepemimpinan. 1) Organisasi Harus Mempunyai
Tujuan yang Jelas. Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai,
dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya,
organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu
organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan lain lain. 2) Prinsip Skala Hirarkhi. Dalam suatu
organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan
sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan
pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara
keseluruhan. 3) Prinsip Kesatuan Perintah. Dalam hal ini, seseorang hanya menerima
perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
29. 29. 4) Prinsip Pendelegasian Wewenang. Seorang pemimpin mempunyai kemampuan
terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian
wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin
tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan
meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang
lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya
lagi. 5) Prinsip Pertanggungjawaban. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus
bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan. 6) Prinsip Pembagian Pekerjaan. Suatu
organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar
kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang
didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya
kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang,
pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi. 7) Prinsip Rentang
Pengendalian. Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh
seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk
dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup
banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya. 8) Prinsip Fungsional. Bahwa
seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan
wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.
30. 30. 9) Prinsip Pemisahan. Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat
dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain. 10) Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam
hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi
tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang
akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh
koperasi di suatu desa terpencil, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi
koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya. 11) Prinsip
Fleksibilitas Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan
sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya
pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan
fungsi dalam mencapai tujuannya. 12) Prinsip Kepemimpinan. Dalam organisasi apapun
bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu
menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh
pemimpin organisasi tersebut

Anda mungkin juga menyukai