Anda di halaman 1dari 6

3.7.

Kondisi Tutupan Lahan

3.7.1 DAS Cisadane

DAS Cisadane mengalir dari G. Salak di bagian selatan Kab. Bogor. Dibagian hulu bterdapat S.
Cikaniki, Cianten, Ciampea, Cinangneng, Cihideung, Ciomas, yang bersal dari bagian Bogor
bagian barat. Sementara di bagian hulu dibagian selatan terdapat S. Cinagara, Cimande, Cisadaen
Hulu, dan S. Ciapus. Kawasan hijau lebih banyak tersebar dari bagian hulu sampai bagian hilir
( 33 %). Banyak wilayah dalam DAS ini termasuk dalam kawasan hutan. DAS Cisadane paling
selatan terdapat Taman nasional Gung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-
Salak.
Gambar 3.7. Batas dan Bentuk DAS Cisadane

Penutupan lahan di bagian hulu didominasi oleh lahan pertanian semusim dan daerah ladang,
sawah dan tegalan. Khusus untuk daerah Cisadane hulu tertama di daerah Kec. Caringin dan
Ciawai yang meliputi Desa Pasir Buncir, Cinagara, Tangkil, Lemah Duwur dan Pancawati
merupakan daerah lahan gontai yang dikuasasi oleh para pengembang yang merupakan tanah
eks PTP XI perkebunan karet sehingga banyak masalah yang berkaitan dengan masalah sosial
terkait dengan status kepemilikan dan masalah sosial terkait dengan kesempatan kerja yang ada
sehingga memerlukan penanganan yang seksama.
Di bagian tengah yang meliputi Kota Bogor, Rumpin dan Serpong terdapat lahan terbangun
tersebar merata

di bagian tengah. Kurang lebih 17,7% dari total luas DAS ini adalah lahan terbangun. Daerah
yang termasuk pemukiman 15,45%.. Proporsi luasan tipe penutupan lahan yang lainnya di
tunjukan oleh gambar di bawah ini.

Gambar 3.8. Persentase Penutupan Lahan di DAS Cisadane


Dari waktu ke waktu, konversi lahan di DAS Cisadane meningkat. Kegiatan antarmuka ini
fungsi lahan, terutama daerah egreen th di DAS Cisadane yang mengatur ketersediaan air di
DAS Cisadane. Konversi lahan membuat ketersediaan air dan musim kering dan basah menjadi
signifikan. Meningkatnya populasi di DAS Cisadane membuat pasokan air menurun karena laju
infiltrasi menurun. Konversi lahan juga membuat meningkatnya polusi zat ke dalam air. Di akhir,
konversi lahan membuat pasokan dan permintaan air di Cisadane DAS tidak dalam kondisi
keseimbangan, baik kuantitas maupun kuantitas. Karena setiap air demandhas kondisi yang
berbeda dari kualitas dan kuantitas untuk memenuhi, penelitian untuk mempelajari kualitas air
dan ketersediaan di DAS Cisadane yang dibutuhkan.

Bendungan pintu sepuluh


Pemerintah Belanda membangunnya selama enam tahun, sejak 1925 hingga 1931,
dengan mendatangkan para pekerja dari Cirebon. Bendungan ini bertujuan untuk
mengatur aliran sungai Cisadane hingga membuat Tangerang menjadi kawasan
pertanian yang subur. Dari bendung ini, air didistribusikan untuk irigasi dan
sumber air baku bagi kawasan Tangerang. Sebagian besar dialirkan ke muara
Sungai Cisadane di Tanjung Burung (Teluk Naga) menuju ke Laut Jawa. Bangunan
sepanjang 110 meter ini membentang di Kali Cisadane tepatnya di daerah Pasar
Baru.

Bendung ini sekarang dikelola oleh Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA)
Cisadane-Ciujung, Kota Tangerang. Dari sini pula, para petugas BPSDA menjaga
ketinggian air untuk mencegah banjir. Batas ketinggian air normal di bendungan
ini adalah 12,5 meter. Ketika terjadi banjir bandang yang melanda Kota Tangerang
pada 1981, ketinggian air di Pintu Air Sepuluh ini mencapai 14 meter, kendati
seluruh pintunya sudah dibuka.

Sedangkan di musim kemarau, ketinggian air bisa mencapai 11 meter.

Bendungan Pintu Sepuluh Cisadane


Sungai Cisadane merupakan salah satu sungai lintas Provinsi yang melalui wilayah
Provinsi Jawa Barat dan Baten. Sungai ini bersumber dari kaki Gunung Salak dan
Gunung Pangrango yang mengalir kearah utara melalui kota Bogor, Ciampera,
Tangerang dan berakhir di muara Laut Jawa. Sungai Cisadane mempunyai anak
sungai antara lain : Cisodong, Cibogo, Citempuan, Ciaten, Cisidangbarang,
Cipanas, dan lain sebagainya. Debit minimun Sungai Cisadane adalah 26,54 m3/s
dan maksimum adalah 484, 43 m3/s. Adapun manfaat air sungai Cisadane adalah :
sebagai sumber air minum, sumber air baku industri, dan untuk keperluan
domestik.
Dengan daerah tangkapan seluas 1.100 km2, sungai Cisadane merupakan salah
satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Sumbernya berada di
Gunung Salak Pangrango (Kabupaten Bogor, sebelah Selatan Kabupaten
Tangerang) dan mengalir ke Laut Jawa. Panjang sungai sekitar 80 km.

Fluktuasi aliran Sungai Cisadane sangat bergantung pada curah hujan di daerah
tangkapannya. Aliran yang tinggi terjadi saat musim hujan dan menurun saat
musim kemarau. Antara tahun 1971 dan 1997, berdasarkan pemantauan di Stasiun
Pengamat Serpong, aliran sungai terendah yang pernah terjadi tercatat sebesar 2,93
m/detik di tahun 1991 dan tertinggi 973,35 m3/detik pada tahun 1997.

Berdasarkan catatan bulanan antara tahun 1981 dan 1997, aliran minimum terjadi
antara bulan Juli dan September, dengan rata-rata aliran di bawah 25 m/detik.

Pada saat ini Sungai Cisadane diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi
industri, irigasi dan air minum di wilayah ini.

Namun demikian peningkatan pencemaran akibat kegiatan industri dan domestik


termasuk pembuangan limbah cair secara ilegal, mengakibatkan pengolahan air
menjadi semakin mahal dan sulit untuk dilakukan. - Bendungan Pintu Sepuluh
Cisadane.

Anda mungkin juga menyukai