Dadi Ocee - Tugas Jurnal Individu
Dadi Ocee - Tugas Jurnal Individu
Disusun Oleh :
Arum Tirta Ratnasari
A. Latar Belakang
Sejak awal penggunaannya pada tahun 1960an, dialyzer telah menjadi
kontroversi para ahli ginjal sampai saat ini (Depner, 2009). Pemakaian berulang
dialyzer mempunyai beberapa keuntungan antara lain ekonomis (Sullivan, 2010),
menghindarkan pasien dari first-use syndrome yaitu reaksi alergi ketika pemakaian
pertama dialyzer, serta kemampuan untuk digunakan sebagai dialyzer high-flux
(Bond et al., 2011). Dialyzer high-flux atau dialyzer dengan efisiensi tinggi adalah
dialyzer yang mempunyai pori-pori besar sehingga dapat melewatkan molekul yang
lebih besar, dan mempunyai permeabilitas terhadap air yang tinggi (Davenport,
2008). Akan tetapi penggunaan dialyzer berulang juga memiliki beberapa risiko,
antara lain keracunan zat pembersih (Upadhyay et al., 2007), bakterimia, hingga
sepsis (Thomson, 2007). Dialyzer termasuk critical medical equipment yaitu alat
medis yang berhubungan langsung dengan sistem peredaran darah pasien sehingga
berisiko tinggi menyebabkan infeksi apabila terkontaminasi dengan
mikroorganisme (Centers for Disease Control and Prevention, 2008). Oleh
karena itu, diperlukan prosedur sterilisasi yang tepat untuk menghindari adanya
infeksi.
Sterilisasi dialyzer yang kurang sempurna dapat menyebabkan adanya
bakterimia yang memicu proses inflamasi pada tubuh pasien (Raharjo, 2010).
Pasien dengan penyakit ginjal kronis memiliki status imunitas yang rendah
sehingga proses inflamasi ini dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut seperti
kelainan kardiovaskuler dan sepsis (Hannula, 2009). Oleh karena itu, sterilisasi
alat yang sempurna menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh para tenaga medis
yang menangani hemodialisis (Elamin et al., 2011).
Rumah Sakit ini menggunakan dua jenis sterilisasi dialyzer yaitu secara
manual dan secara otomatis. Perbedaan jenis sterilisasi ini terdapat pada paparan
manusia dan bahan antimikrobanya. Namun, baik prosedur sterilisasi manual
maupun otomatis belum pernah dilakukan uji efektivitas terkait sterilisasi. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian uji efektivitas dan
pembandingan antara keduanya sehingga dapat digunakan sebagai acuan
penetapan kebijakan yang tepat untuk menjaga sterilitas dialyzer dan mencegah
terjadinya transmisi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah sterilisasi dialyzer baik sterilisasi manual maupun otomatis sudah
efektif ?
2. Apakah terdapat perbedaan efektivitas sterilisasi dialyzer antara sterilisasi
manual dan sterilisasi otomatis di Rumah Sakit ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui efektivitas sterilisasi dialyzer baik sterilisasi manual
maupun otomatis.
2. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas sterilisasi antara sterilisasi dialyzer
manual dan sterilisasi dialyzer otomatis di Rumah Sakit
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan bukti empiris mengenai
perbedaan efektivitas sterilisasi antara sterilisasi manual dan otomatis.
2. Manfaat aplikatif
Diharapkan dapat dijadikan referensi mengenai tindakan sterilisasi dialyzer di
Rumah Sakit
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses membunuh semua mikroorganisme termasuk
spora bakteri dalam suatu sediaan (Levinson, 2010). Sterilisasi dapat dilakukan
dengan menggunakan pemanasan, iradiasi, filtrasi, dan bahan- bahan kimia
baik dalam bentuk cairan maupun gas (Goering et al., 2008). Sterilisasi sangat
penting untuk menjamin tidak ada bakteri patogen yang bertransmisi ke tubuh
pasien (Center for Disease Control and Prevention, 2008).
2. Hemodialisis
a. Pengertian
Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata
haemo yang berarti darah dan dialysis sendiri merupakan proses difusi antar
molekul dalam suatu larutan melewati sebuah membran permeabel
(Himmelfarb dan Ikizler, 2010).
b. Tujuan
Tujuan utama dari terapi hemodialisis adalah untuk memulihkan
keadaan cairan intraseluler dan ekstraseluler yang merupakan fungsi kerja
ginjal normal (Himmelfarb dan Ikizler, 2010).
c. Prinsip Hemodialisis
Prinsip kerja hemodialisis adalah menempatkan darah
berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh
suatu membran atau selaput semipermeabel. Terdapat 3 peristiwa penting
yang mendasari kerja hemodialisis dengan memanfaatkan sifat fisika air,
yaitu difusi, osmosis dan ultrafiltrasi (Daugridas dan Ing, 2000). Dalam
hemodialisis terjadi difusi antara urea dalam darah ke dalam dialisat dan
transpor beberapa larutan seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah.
Konsentrasi larutan dan berat molekul adalah faktor penentu kecepatan
difusi. Molekul kecil seperti urea dapat berdifusi secara cepat, sementara
itu molekul yang lebih besar seperti fosfat, mikroglobulin 2, dan albumin
akan lebih lambat kecepatan difusinya (Himmelfarb dan Ikizler, 2010).
Air yang berlebihan dikeluarkan dalam tubuh melalui proses
osmosis. Osmosis dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien
tekanan, gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan
negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Dalam
ultrafiltrasi tidak terjadi perubahan konsentrasi cairan karena tujuan
utamanya adalah mengurangi kelebihan cairan tubuh (Daugridas dan Ing,
2000; Himmelfarb dan Ikizler, 2010).
d. Jenis Hemodialisis
Hemodialisis memerlukan sebuah mesin dialisis dan sebuah
Filterkhusus yang dinamakan dialyzer (suatu membran
semipermeabel) yang digunakan untuk menyaring dan membersihkan
darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak
diperlukan tubuh (Daugridas dan Ing, 2000).Berdasarkan jenis
dialyzernya, hemodialisis dibagai menjadi 2 yaitu: hemodialisis dengan
dialyzer sekali pakai dan hemodialisis dengan dialyzer pemakaian
berulang (Upadhyay et al., 2007).
e. Sistem Hemodialisis
Dari segi praktis, sistem hemodialisis dibagi menjadi 3 bagian
utama yaitu:
1) Sistem sirkulasi darah
Sistem sirkulasi darah terdiri dari beberapa komponen, antara
lain: pemantau tekanan, tabung darah (blood tubing), pompa darah,
pompa heparin, detektor kebocoran, dan klem.
Gambar 2. Dialyzer
a) Rinsing (pembilasan)
Pembilasan dialyzer bertujuan untuk membersihkan
sisa darah setelah proses hemodialisis (Light, 2009).
Pembilasan dapat dilakukan dengan air yang telah diolah oleh
Water Treatment, biasa disebut air Reverse Osmosi (RO) baik
pada kompartemen darah maupun pada kompartemen dialisat
(Hoenich et al., 2010). Setelah dialyzer dilepas dari mesin,
proses pembuatan dialyzer pemakaian berulang harus dimulai
(Light, 2009).
b) Cleaning (pembersihan)
Setelah pembilasan, sisa-sisa darah dari proses
pembilasan yang masih menempel dalam dialyzer dibersihkan
menggunakan zat kimia. Sodium Hypoclorite 1% dan hidrogen
peroksida dengan konsentrasi 3-5% biasa digunakan untuk
melarutkan gumpalan darah dan endapan organik lainnya (Light,
2009)
c) Tes kualitas dialyzer
Tes ini dapat dilakukan dengan pengukuran volume
priming. Volume priming diukur dengan menggunakan gelas
ukur. Pertama, cairan yang berada di dalam dialyzer didorong
menggunakan udara. Cairan yang didorong tadi ditempatkan di
dalam gelas ukur, lalu diukur. Penurunan 20% dari volume
priming akan menurunkan klirens sekitar 10%. Jika penurunan
volume priming lebih dari 80%, maka dialyzer sudah tidak layak
digunakan. Penurunan volume priming dapat disebabkan oleh
beberapa hal, salah satu di antaranya adalah adanya bekuan
darah yang tersisa. Apabila ditemukan bekuan darah dalam
hemodialisis, maka pasien yang bersangkutan perlu
diheparinisasi selama dialisis selanjutnya (Daugirdas dan Ing,
2000; Light, 2009).
d) Sterilisasi dan penyimpanan
Sterilisasi dilakukan dengan mengisi dialyzer dengan
germisida baik di kompartemen darah dan kompartemen
dialisiat. Germisida harus berada dalam dialyzer dalam waktu
tertentu, tergantung jenis germisida yang dipakai. Di rumah sakit
digunakan formaldehyde cair (formalin
dengan konsentrasi minimal 4%. germisida jenis formalin
memerlukan waktu 24 jam sebelum dapat dipakai kembali
(Light, 2009).
ik)
Ya
im) in) Penuli Apakah nama penulis iy) Alexandra do Rosrio Toniolo RN
io)
2 san Ya , Mara Marques Ribeiro MS,
dicantumkan ?
iz) PhD ,Marina Ishii PhD , Cely
ip)
iq) Barreto da Silva MSc , Lycia
ir)
ja) Mara Jenn Mimica PhD
is)
it) ,Kazuko Uchikawa Graziano
Apakah asal institusi penulis
jb) PhD
dicantumkan ? Laboratorium Mikrobiologi, Jasa
iu) dari Infeksi Rumah Sakit,
jc)
iv) Irmandade Santa Casa de
iw) Misericordiade Sao Paulo, So
jd)
ix) Paulo, Brasil
jm)
Apakah asal institusi sesuai
je) Telah sesuai dengan kaidah
dengan penulisan ?
penulisan
jf)
Ya
jg)
jh)
ji)
jj)
jk)
jl)
Ya
jn) jo) Tinjau Apakah dijelaskan alasan jt) Telah dijelaskan penelitian ini
3 an melakukan penelitian pada Ya bertujuan untuk
Pusta latar belakang atau ju) mengevaluasi efektivitas
ka tinjauan pustaka ? metode manual dan otomatis
jp) jv) mengenai kontaminasi mikro
jq) biologi setelah beberapa kali
jr) jw) penggunaan ulang.
ke)
js)
Belum Lengkap
Apakah tinjauan pustaka jx) kf)
Masih menggunakan referensi
sudah lengkap / cukup ?
Apakah menggunakan tahun lama
jy)
referensi terbaru ? ( min. 5
tahun ke atas )
jz)
ka)
kb)
Ti
kc)
kd)
Ti
kg) kh) Meto Apakah tujuan penelitian kj) Telah disebutkan pada bagian
4 dologi disebutkan ? Ya awal jurnal
Apakah desain penelitian Telah disebutkan
Peneli kk)
disebutkan ?
tian
ki)
kl)
Ya
km) kn) Sampl Bagaimana sample dalam kv) Menggunakan consecutive
5 ing penelitian dipilih ? sampling, yaitu pengambilan
Dalam bentuk apa saja ?
kw) sampel dengan menetapkan
Menggunakan probability
kx) subjek yang memenuhi kriteria
sampling atau non
penelitian dimasukkan dalam
probability sampling ?
ko) ky) penelitian sampai kurun waktu
kp)
tertentu, sehingga jumlah
kq)
kr) kz) responden dapat memenuhi
ks) Menggunakan probability karena
kt) sample dipilih berdasarkan
ku)
la) kemungkinan yang ada
Apakah kriteria inklusi dan
ll)
eksklusi disebutkan ? Tidak disebutkan baik secara
Apakah ukuran sample lb)
langsung atau tidak langsung
cukup ? lm)
Sample kurang cukup untuk
lc)
mewakili masing-masing jenis
variabel yang ada
ld)
le)
lf)
lg)
lh)
li)
Ti
lj)
lk)
Ti
lu)
lv)
Ya
lx) ly) Hasil Apakah hasil penelitian ma) Hasil penelitian belum
7 Peneli disampaikan dengan jelas Ti disampaikan dengan jelas
tian dan dapat diimplikasikan tetapi dapat diimplikasikan.
mf)
di keperawatan ? mb)
Karena penganalisaan kondisi
Apakah ada rekomendasi
mc)
setelah proses akhir
kasus terkait hasil
md)
pengolahan ulang tidak
penelitian ?
me)
Apakah keterbatasan mungkin menegaskan secara
Ya
penelitian disebutkan ? persis kapan tepatnya
Apakah ada saran untuk
mikroorganisme tercemar
penelitian selanjutnya ?
dialyzer.Disarankan evaluasi
lz)
masa depan dalam perantara
penggunaan ulang
dikontribusi pada
penggunaan ulang yang
aman atau mendukung satu
kali.pengunaan
mg)
mh) mi) Anali Apakah p=value dan mj) mk)
8 sa confidence interval Ya Telah disampaikan
Data disampaikan ?
ml) mm) Apakah penelitian mn) Menggunakan etical approval
5 Pertimba menggunakan etical Ya komite etik yang telah
ngan approval dari komite mo) ditetapkan
ms)
Etik etik ? mp)
Tidak ada bukti informed consent
Apakah ada informed
mq)
disertakan dalam jurnal ini.
consent dalam penelitian ?
mr)
Ti
mt) mu) Apakah daftar pustaka yang mv) Masih menggunakan referensi
5 Daftar digunakan up to date ? Ti pada tahun yang tidak terkini.
Apakah daftar pustaka nc)
Pusta
Daftar Pustaka telah sesuai topik
sesuai dengan topik
ka mw)
yang dibahas.
penelitian ?
mx) nd)
Apakah daftar pustaka yang
Dari berbagai sumber dan
my)
digunakan dari sumber
terpercaya
Ya
yang terpercaya ?
mz)
na)
nb)
Ya
ne)
nf)
ng)
nh)
ni)
nj)
nk)
nl)
nm)
nn)
no)
np)
nq)
nr)
ns)
nt)
nu)
nv)
nw)
nx)
ny)
nz)
oa)
ob)
oc)
od)
oe)
of)
og)
oh)
oi)
oj) BAB IV
ok)
ol) PENUTUP
om)
on)
oo)
op)
oq) A. Kesimpulan
or)
os) Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut:
ot)
1. Terdapat kontaminasi bakteri sebanyak 3 sampel (27,3%) dari ruang darah dan
di 11 sampel (100%) dari ruang dialisat dari 11 dializer penggunaan ulang
secara metode otomatis. dan terdapat kontaminasi bakteri sebanyak 1 sampel
(25%) dari ruang darah, dan 1 sampel (25%) dari ruang dialisat dari 4 dializer
penggunaan ulang secara metode manual. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sterilisasi secara otomatis lebih baik daripada sterilisasi secara manual.
2. Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan secara statistik antara
sterilisasi manual dengan otomatis.
ou)
ov) B. Saran
ow)
1. Saat ini, Rumah Sakit telah menggunakan Renalin sebesar 3,5% sehingga
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas sterilan yang baru.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kontaminasi
ox) mikrobiologi pada alat-alat pendukung hemodilisis untuk menentukan
kelayakan penggunaan dialyzer di Rumah Sakit.
3. Perlu dilakukan peninjauan ulang ruang pembuatan dialyzer pemakaian
berulang dan tempat penyimpanan dialyzer dengan memenuhi syarat dirancang
dengan ventilasi khusus, bersih, kering, dan diletakkan dengan tutup menjauhi
pintu rak.
4. DAFTAR PUSTAKA
5.
6.
7.