Anda di halaman 1dari 30

TUGAS FINAL

MAKALAH KELEMBAGAAN AGRIBISNIS

OLEH:

NAMA:IRMAYANTI

NIM:D1A1 15 319

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS/D

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan. Segala puji


hanya layak untuk Allah Tuhan seru semesta alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul KELEMBAGAAN AGRIBISNIS. Dalam
penyusunannya, saya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit langkah yang lebih baik lagi. Meskipun saya berharap isi dari makalah ini
bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI...

BAB I

PENDAHULUAN.

A.Latar belakang

B.Rumusan masalah...

C.Tujuan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi lembaga...


1.2 Kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis...
1.3 Peranan lembaga-lembaga pendukung pengembangan agribisnis.

BAB III

PEMBAHASAN.

2.1 Definisi system agribisnis dan subsistem yang tercangkup didalamnya

2.2 Keragaan dan peranan kelembagaan agribisnis...


2.3 Permasalahan dalam kelembagaan agribisnis..

2.4 Memperkuat kelembagaan agribisnis

BAB IV

PENUTUP..

KESIMPULAN..

SARAN

DAFTAR PUSTAKA.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat tani,


yang dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja,
pembangunan sarana ekonomi, serta penataan dan pengembangan kelembagaan pertanian.
Sumber daya manusia, bersama-sama dengan sumber daya alam, teknologi dan kelembagaan
merupakan faktor utama yang secara sinergis menggerakan pembangunan pertanian untuk
mencapai peningkatan produksi pertanian.

Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan sumbangan bagi


pembangunan daerah, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat,
maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain.

Lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan
yang oleh masyarakat dipandang penting, atau, secara formal dapat dikatakan sebagai
sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia.
Lembaga adalah proses-proses terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan
tertentu.

Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya yang dimiliki, arah
kebijakanpembangunan nasional, potensi pasar domestik dan internasional produk-produk
agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia memiliki prospek untuk mengembangkan
sistem agribisnis. Prospek ini secara aktual dan faktual ini didukung oleh hal-hal sebagai
berikutPertama, pembangunan sistem agribisnis di Indonesia telah menjadi keputusan politik.
Rakyat melalui MPR telah memberi arah pembangunan ekonomi sebagaimana dimuat dalam
GBHN 1999-2004 yang antara lain mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif
Indonesia sebagai negara agraris dan maritim. Arahan GBHN tersebut tidak lain adalah
pembangunan sistem agribsinis.

Kedua, pembangunan sistem agribisnis juga searah dengan amanat konstitusi yakni No. 22
tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25 tahun 2000 tentang pelaksanaan Otonomi
Daaerah. Dari segi ekonomi, esensi Otonomi Daerah adalah mempercepat pembangunan
ekonomi daerah dengan mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di setiap daerah, yang
tidak lain adalah sumberdaya di bidang agribinsis. Selain itu, pada saat ini hampir seluruh
daerah struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, penyerapan tenagakerja, kesempatan
berusaha, eskpor) sebagian besar (sekitar 80 persen) disumbang oleh agribinsis. Karena itu,
pembangunan sistem agribisnis identik dengan pembangunan ekonomi daerah.

Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dalam


agribisnis. Kita memiliki kekayaan keragaman hayati (biodivercity) daratan dan perairan yang
terbesar di dunia, lahan yang relatif luas dan subur, dan agroklimat yang bersahabat untuk
agribisnis. Dari kekayaan sumberdaya yang kita miliki hampir tak terbatas produk-produk
agribisnis yang dapat dihasilkan dari bumi Indoensia. Selain itu, Indonesia saat ini memiliki
sumberdaya manusia (SDM) agribisnis, modal sosial (kelembagaan petani, local wisdom,
indegenous technologies) yang kuat dan infrastruktur agribisnis yang relatif lengkap untuk
membangun sistem agribisnis Keempat, pembangunan sistem agribisnis yang berbasis pada
sumberdaya domestik (domestic resources based, high local content) tidak memerlukan
impor dan pembiayaan eksternal (utang luar negeri) yang besar. Hal ini sesuai dengan
tuntutan pembangunan ke depan yang menghendaki tidak lagi menambah utang luar negeri
karena utang luar negeri Indonesia yang sudah terlalu besar.

Kelima, dalam menghadapi persaingan ekonomi global, Indonesia tidak mungkin


mampu bersaing pada produk-produk yang sudah dikuasai negara maju. Indonesia tidak
mampu bersaing dalam industri otomotif, eletronika, dll dengan negara maju seperti Jepang,
Korea Selatan, Jerman atau Perancis. Karena itu, Indonesia harus memilih produk-produk
yang memungkinkan Indonesia memiliki keunggulan bersaing di mana negara-negara maju
kurang memiliki keunggulan pada produk-produk yang bersangkutan. Produk yang mungkin
Indonesia memiliki keunggulan bersaing adalah produk-produk agribisnis, seperti
barangbarang dari karet, produk turunan CPO (detergen, sabun, palmoil, dll). Biarlah Jepang
menghasilkan mobil, tetapi Indonesia menghasilkan ban-nya, bahan bakar (palmoil diesel),
palmoil-lubricant
1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas permasalahan mengenai kelembagaan pendukung bagi
pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, yang diantaranya :

1.2.1 Apakah sistem agribisnis itu dan subsistem apa sajakah yang tercangkup dalam sistem
agribisnis?

1.2.3 Bagaimanakah keragaan dan peranan Kelembagaan agribisnis ?

1.2.4 Permasalahan apa sajakah yang terdapat dalam kelembagaan agribisnis ?

1.2.5 Bagaimana cara memperkuat kelembagaan yang ada dalam agribisnis ?

1.3 Tujuan

Setelah mempelajari materi mengenai kelembagaan pendukung bagi pengembangan


agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, diharapkan mahasiswa dapat :

1.3.1 Memahami apa yang dimaksud dengan sistem agribisnis dan mengetahui macam
macam subsistem yang tercangkup dalam sistem agribisnis

1.3.2 Menjelaskan keragaan dan peranan kelembagaan agribisnis

1.3.3 Menganalisis berbagai permasalahan dalam kelembagaan agribisnis ?

1.3.4 Menunjukkan cara memperkuat kelembagaan yang ada dalam agribisnis ?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Lembaga

Apa yang dimaksud dengan lembaga ?Konsep sosiologis berbeda dengan konsep
yang umum digunakan.Sebuah lembaga bukanlah sebuah bangunan , bukan sekelompok
orang dan juga bukan sebuah organisasi.Lembaga ( institution ) adalah suatu sistem norma
untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting, atau
secara formal sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan
pokok manusia.Lembaga adalah proses-proses terstruktur ( tersusun ) untuk melaksanakan
berbagai kegiatan tertentu.

Lembaga tidak mempunyai anggota tetapi mempunyai pengikut.Pembedaan antara


anggota dan pengikut sangat halus namun penting. Yang perlu kita ingat hanyalah bahwa
lembaga selalu merupakan sistem gagasan dan perilaku yang terorganisasi yang ikut serta
dalam perilaku itu .Setiap lembaga itu mempunyai kumpulan Asosiasinya dan melalui
asosiasi itulah norma-norma lembaga itu dilaksanakan.

Lembaga adalah sistem hubungan social yang terorganisasi yang mengejawantahkan


nilai-nilai serta prosedur umum tertentu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
masyarakat. Dalam definisi ini nilai-nilai umum mengacu pada cita-cita dan tujuan bersama ,
prosedur umum adalahpola-pola perilaku yang dibakukan dan di ikuti dan sistem hubungan
adalah jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku
tersebut .

Lembaga muncul sebagai produk kehidupan social yang sungguh tidak direncanakan.
Orang mencari-cari cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhannya,mereka menemukan
beberapa pola yang dapat dilaksanakan yang menjadi kebiasaan yang baku karena terus
menerus diulangi. Dari waktu kewaktu orang mungkin bergabung untuk mengkodifikasikan
dan melegalisasikan praktek-praktek tersebut karena terus berkembang dan berubah .Dengan
cara itulah lembaga tumbuh.

Kelembagaan terdiri dari penetapan norma-norma yang pasti yang menentukan posisi
status dan fungsi peranan untuk perilaku. Kelembagaan mencakup penggantian perilaku
spontan atau eksperimental dengan perilaku yang diharapkan,dipolakan,teratur dan dapat
diramalkan . Seperangkat hubungan social akan melembaga apabila sudah dikembangkan
suatu sistem yang teratur tentang status dan peran serta sistem harapan status dan peran sudah
umum diterima oleh masyarakat.

Di dalam kelembagaan terjadi suatu hubungan timbal balik seperti halnya pada kelembagaan
pendukung dalam pengembangan agribisnis dan hortikultura.

2.2 Kelembagaan Pendukung Pengembangan Agribisnis

Agribisnis adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu sistem pertanian yang
bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang paling tinggi baik berbentuk natura maupun
uang melalui usaha dibidang pertanian.

Keberdaan kelembagaan pendukung pengembangan agribisnis nasional sangat penting


untuk menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga
pendukung tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi
agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga
pendukung pengembangan agribisnis adalah:
(1)pemerintah
(2)lembaga pembiyatan
(3)lembaga pemasaran dan disitribusi
(4)koperasi
(5)lembaga pendidikan formal dan informal
(6)lembaga penyuluhan
(7)lembaga Riset Agribisnis
(8) lembaga penjamin dan penanggungan resiko

Peranan lembaga-lembaga pendukung pengembangan agribisnis


(1)Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki wewenang,
regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang kompetitif dan adil.

(2)Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam penyediaan
modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Penataan lembaga ini
segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis
kecil dan menengah yang tidak memilki aset yang cukup untuk digunkan guna memperoleh
pembiayaan usaha.

(3) Lembaga pemasaran dan disitribusi


Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan agribinis,
karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara deficit unit (konsumen
pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit ( produsen yang menghasilkan
produk).

(4) Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input dan hasil
pertanian. Namun di Indonesia perkembangan KUD terhambat karena KUD dibentuk hanya
untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang
profesional.

(5) Lembaga pendidikan formal dan informal


Tertinggalnya Indonesia dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia,
lemabaga ini sangat berperan sangat besar dalam pengembagan agribisnis dampaknya
Malaysia sebagai raja komoditas sawit. Demikian juga Universitas Kasetsart di Thailand
telah berhasil melahirkan tenaga-tenaga terdidik di bidang agribisnis, hal ini dibuktikan
dengan berkembangnya agribisnis buah-buhan dan hortikultura yang sangat pesat. Oleh
karena itu, ke depan pemerintah hanyalah sebagai fasilitator bukan sebagai pengatur dan
penentu meknisme sistem pendidikan. Dengan demikian diharapkan lembaga pendidikan
tinggi akan mampu menata diri dan memiliki ruang gerak yang luas tanpa terbelenggu oleh
aturan main yang berbelit-belit.
(6) Lembaga penyuluhan
Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurun waktu 10 tahun (1983-
1992) merupakan hasil dari kerja keras lembaga ini yang konsisiten memperkenalkan
berbagai program, seperti Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus. Peranan lembaga ini akhir-
akhir ini menurun sehingga perlu penataan dan upaya pemberdayaan kembali dengan
deskripsi yang terbaik. P peranannanya bukan lagi sebagai penyuluh penuh, melainkan lebih
kepada fasilitator dan konsultan pertanian rakyat.

(7) Lembaga Riset Agribinis


Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang dahulunya
berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait dengan agribinis harus
diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk mengahasilkan komoditas yang unggul
dan daya saing tinggi. Misalnya Meksiko dapat memproduksi buah avokad yang warna
daging buahnya kuning kehijau-hijauan, kulit buah bersih dan halus, dan bentuk buah yang
besar dengan biji yang kecil.

(8) Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.


Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat diatasi dengan
teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading dalam bursa komoditas juga perlu
dikembangkan guna memberikan sarana penjaminan bebagai resiko dalam agribisnis dan
industri pengolahannya.
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Agribisnis Dan Subsistem Yang Tercangkup Di Dalamnya

Agribisnis sebagai suatu sistem atau sistem agribisnis merupakan seperangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Dalam
memproduksi terdapat beberapa subsistem yaitu :

1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi

Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran.
Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan
sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat
waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.Sedangkan dalam penyediaan
peralatan dan bahan pertanian didapat dari koperasi desa maupun toko pertanian berupa
cangkul, sabit, pupuk, benih, dan bibit serta peralatan lain yang mendukung.

1. Subsistem Usahatani atau proses produksi

Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan
pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan
produksi primer.

1. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil

Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi
menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian
sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai
tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan,
pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
1.Subsistem Pemasaran

Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk
pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan
pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar
negeri.

1. Subsistem Penunjang

Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :

* Sarana Tataniaga = berkaitan dengan rantai pemasaran

* Perbankan/perkreditan = berkaitan dengan asal permodalan usaha

* Penyuluhan Agribisnis = penyampaian informasi pada kelompok tani

* Kelompok tani = himpunan para petani

* Infrastruktur agribisnis = meliputi jalan atau prasarana yang lainnya

* Koperasi Agribisnis = badan yang memberikan bantuan bagi kelompok tani

* BUMN = badan usaha milik negara yang turut membantu kelompok tani

* Swasta = dimiliki oleh perorangan

* Penelitian dan Pengembangan = untuk pencapaian hasil yang maksimal

* Pendidikan dan Pelatihan = mengasah ketrampilan pelaku usaha

* Transportasi = melancarkan rangkaian tata niaga

* Kebijakan Pemerintah = mengatur seluruh kegiatan yang dinaunginya


2.2 Keragaan dan Peranan Kelembagaan Agribisnis

Keberhasilan pembangunan sektor agribisnis tidak terlepas dari faktor manusia sebagai
pelaku dalam pelaksanaan pengembangan agribisnis.Kelembagaan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pembangunan agribisnis. Yang dimaksud dengan kelembagaan adalah
organisasi yang mampu menghasilkan ragam produk yang dapat memanfaatkan dan
mengembangkan keunggulan komparatif atau keunggulan kompetitif. Untuk lebih mengenal
kelembagaan yang terkait dalam sistem agribisnis, berikut ini akan disajikan berbagai bentuk
kelembagaan yang terkait dalam sistem agribisnis.

Kelembagaan sarana produksi

Kelembagaan sarana produksi merupakan kelembagaan ekonomi yang bergerak di bidang


produksi, penyediaan dan penyaluran sarana produksi seperti : BUMN, Koperasi Unit Desa
(KUD) dan usaha perdagangan swasta. Kelembagaan ini pada umumnya melakukan usaha
dalam produksi, perdagangan/ pemasaran saran produksi seperti pupuk, pestisida, dan benih/
bibit tanaman yang diperlukan petani.

1) Produsen Saprodi

Kelembagaan sarana produksi ini ada yang berfungsi sebagai produsen atau perusahaan
yang bergerak di bidang industri pupuk seperti PT Pusri, PT Pupuk Kujang, PT Petrokimia
Gresik, PT Pupuk Kaltim, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT ASEAN Aceh Fertilizer.
Produsen pupuk tersebut menghasilkan pupuk Urea, SP-36, dan ZA. Selain dari produsen
pupuk, ada pula perushaan yang memproduksi pestisida (sebagai formulator) dan produsen
penghasil pupuk alternatif seperti pupuk Pelengkap Cair (PPC), Zat Pengatur Tumbuh (ZPT),
dan sebagainya. Selain itu terdapat pula kelembagan yang bergerak di bidang produksi benih,
baik BUMN seperti PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani, maupun perusahaan swasta
penghasil benih seperti PT BISI, PT CArgil, PT Pionir dan sebagainya.

2) Distributor / penyalur saprodi

Kelembagaan ekonomi yang bergerak di bidang distribusi/ penyaluran sarana produksi


ini cukup banyak jumlahnya, baik yang berstatus sebagai perusahaan BUMN maupun swasta
dan koperasi / KUD.Kelembagaan ini tersebar di sentra-sentra produksi tanaman pangan dan
holtikultura di daerah.Di tingkat pedesaan kelembagaan ini berwujud sebagai kios-kios
sarana produksi dan tempat pelayanan koperasi (TPK) yang berfungsi sebagai pengecer
sarana produksi langsung kepada petani selaku konsumen.

3) Asosiasi

Untuk mengkoordinasikan kegiatan baik di bidang produksi maupun distribusi sarana


produksi,biasanya beberapa kelembagaan usaha membentuk asosiasi. Di bidang produksi ada
asosiasi produsen pupuk Indonesia (APPI) yang meliputi produsen pupuk perusahaan
BUMN, sedang di bidang ekspor/impor ada asosiasi niaga pupuk Indonesia (ANPI) yang
merupakan wadah bagi eksportir/importer pupuk.

Kelembagaan Usaha Tani/ Produksi

Kelembagaan agribisnis yang bergerak di bidang usaha tani/produksi meliputi :

1) Rumah Tangga petani sebagai unit usaha terkecil di bidang tanaman pangan dan
hortikultura;

2) kelembagaan tani dalam bentuk kelompok tani, dan

3) kelembagaan usaha dalam bentuk perusahaan budidaya tanaman pangandan holtikultura.

Jumlah rumah tangga petani sebagai unit usaha tani yang bergerak di bidang tanaman
pangan dan holtikultura berjumlah + 18, 1 juta unit, sedang kelembagaan petani dalam bentuk
kelompok tani berjumlah 354.894 kelompok 7. Dari jumlah kelompok tani tersebut sebanyak
127.339 kelompok (37,1%) kelas pemula, sebanyak 119.971 kelompok (33,8%) kelas lanjut,
sebanyak 73.814 kelompok (20.8%) kelas madya dan 23.016 kelompok (6.5%) kelas utama.
Sisanya sebanyak 10.754 kelompok (3.0%) belum dikukuhkan.Baik unit-unit usaha tani
dalam bentuk rumah tangga petani maupun kelompok tani, merupakan kelembagaan non-
formal yang melaksanakan fungsi agribisnis di pedesaan. Kelompok tani sebagai bentuk
kelembagaan yang lebih maju dan terorganisasi, berfungsi sebagai :

wadah berproduksi,
wahana kerjasama antar anggota kelompok tani, dan
kelas belajar di antara petani/ anggota kelompok tani.
Selain dari kelembagaan non-formal tersebut di atas, di bidang produksi tanaman
pangan dan holtikultura terdapat pula kelembagaan yang relatif lebih maju (kelembagaan
usaha) dan lebih modern.Kelembagaan tersebut berupa kelembagaan usaha budidaya tanaman
pangan dan holtikultura.Kelembagaan ini dapat berwujud perusahaan budidaya murni atau
perusahaan budidaya terpadu dengan pengolahan (agroindustri).Pengelolaan perusahaan
budidaya ini dilakukan dengan manajemen yang lebih maju, dan status legalnya adalah
sebagai perusahaan berbadan hokum yang memang dirancang dengan baik melalui investasi
di bidang usaha budidaya tanaman. Bentuk investasinya dapat berupa penanaman modal
dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA), dua-duanya mendapat
fasilitas dari pemerintah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1967 jo. Undang-
Undang No 11 tahun 1970 untuk PMA dan Undang-undang no. 6 tahun 1968 jo. Undang-
undang no 12 tahun 1972 untuk PMDN. Selain dari PMA dan PMDN ada pula investasi di
luar ketentuan tersebut (non fasilitas) yang dilakukan oleh pengusaha dalam negeri (swasta
nasional).

Jumlah perusahaan yang melakukan investasi di bidang tanaman pangan dan holtikultura
terdiri dari PMA sebanyak 53 perusahaan, PMDN sebanyak 209 perusahaan, dan swasta
nasional non-fasilitas sebanyak 45 perusahaan.8 Iklim usaha yang belum kondusif,
tampaknya mengakibatkan perkembangan investasi di bidang

usaha budidaya tanaman pangan dan holtikultura ini berjalan sangat lambat, meskipun
pemerintah telah berupaya menerapkan kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi.

Kelembagaan Pasca Panen Dan Pengolahan Hasil

Kelembagaan yang terkait dengan pasca panen dan pengolahan hasil ini dapat dibedakan
antara lain :

1) kelembagaan yang melakukan usaha di bidang pasca panen meliputi : usaha perontokan,
seperti usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) power thresher dan corn sheller, usaha
pelayanan jasa alsintan pengeringan dengan alsin dryer, usaha pelayanan jasa alsintan panen
dengan reaper, usaha pengemasan sortasi grading yang dilakukan oleh pedagang dan
sebagainya;
2) kelembagaan usaha di bidang pengolahan (agroindustri) seperti perusahaan penggilingan
padi yang beroperasi sampai dengan tahun 1997 sebanyak 74.000 unit, industri tepung
tapioca, industri pembuatan tahu/ tempe, industri kecap,industri kripik emping, industri
pembuatan selai, industri pembuatan juice buah-buahan, industry pengalengan buah-buahan
dan sebagainya,

3) kelembagaan lumbung desa yang berperan untuk mengatasi masalah pangan yaitu untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang sangat mendesak, di mana ketersediaan pangan tidak
mencukupi sementara untuk memperolehnya masyarakat relative tidak memiliki daya beli.
Lumbung desa ini dikelola oleh LKMD. Dilihat dari skala usaha, unit usaha di bidang pasca
panen dan pengolahan hasil ini meliputu usahadalam skala kecil (skala rumah tangga), skala
menengah dan skala besar yang dikelola dalam bentuk perusahaan industri pengolahan hasil
pertanian, yang tersebar baik di pedesaan maupun di kota.

Kelembagaan Pemasaran Hasil

Kelembagaan sangat penting dalam pemasaran hasil .karena melalui kelembagaan ini
arus komoditi atau barang berupa hasil pertanian dari produsen disampaikan kepada
konsumen akan lebih terjangkau. Kelembagaan pemasaran meliputi kelembagaan yang terkait
dalam sistem tata niaga hasil pertanian sejak lepas dari produsen ke konsumen. Kelembagaan
tersebut dapat berupa pedagang pengumpul yang ada di daerah produsen
(kabupaten/kecamatan), pedagang antar daerah yang berada di kabupaten dan provinsi, dan
pedagang grosir yang ada di kabupaten dan provinsi, dan pedagang pengecer ke
konsumen.Kelembagaan pemasaran ini dapat pula dikelompokkan kedalam perusahaan
BUMN seperti Dolog yang ada di 27 provinsi dengan kegiatan pengadaan dan distribusi
pangan (beras), swasta dan koperasi/ KUD yang melakukan kegiatan pemasaran hasil.
Jumlah KUD yang menangani komoditi tanaman pangan dan holtikultura sebanyak 6.148
KUD (1997).9 Selain dari kelembagaan pemasaran tersebut di atas terdapat pula asosiasi
pemasaran hasil tanaman pangan dan holtikultura yang terdiri dari :

1) asosiasi bunga Indonesia yang meliputi 23 perusahaan,

2) asosiasi pemasaran holtikultura yang merupakan gabungan dari 13 pengusaha yang


melakukan pemasaran baik dalam negeri maupun luar negeri,
3) asosiasi eksportir holtikultura yang terdiri dari 17 perusahaan eksportir,

4) gabungan perusahaan makanan ternak (GPMT) merupakan gabungan beberapa perusahaan


makanan ternak yang melakukan kegiatan pemasaran dalam negeri dan impor,

5) asosiasitepung tapioca Indonesia (ATTI) yang melakukan kegiatan produksi tepung tapioca
dan pemasaran baik di dalam maupun luar negeri.

Semakin efisien sistem tataniaga hasil pertanian, semakin sederhana pula jumlah mata
rantai tataniaga yang diperlukan. Pada umumnya kelembagaan pemasaran ini merupakan
unit-unit usaha di bidang

jasa perdagangan, termasuk juga usaha jasa transportasi hasil pertanian.

Kelembagaan Jasa Layanan Pendukung

Di dalam sistem agribisnis terdapat pula subsistem jasa layanan pendukung dengan
berbagai kelembagaan yang sangat berbeda fungsinya. Kelembagaan ini sangat menentukan
keberhasilan kelembagaan agribisnis dalam mencapai tujuannya.Di antara banyak
kelembagaan jasa layanan pendukung ada beberapa yang dianggap penting, antara lain :

1) Kelembagaan di Bidang Permodalan

Kelembagaan ini juga sangat bervariasi mulai dari perbankan (Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat/ BPR), Dana Ventura (sebagai lembaga keuangan non bank), maupun
dana dari penyisihan keuntungan BUMN. Kelembagaan permodalan ini menyediakan modal
bagi sektor agribisnis baik berbasis komersial murni maupun menyalurkan kredit program
yang di skemakan oleh pemerintah.

2) Kelembagaan di Bidang Penyediaan Alsintan

Wujud kelembagaan ini berupa perusahaan/ industri pembuatan dan perakitan alsintan
baik skala besar maupun skala menengah dan kecil, termasuk usaha perbengkelan yang
melakukan perakitan dan pembuat alsintan sederhana yang tersebar di daerah-daerah.Usaha
perbengkelan dan produsen alsintan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mendukung keberhasilan pendayagunaan dan pengembangan alsintan melalui usaha
pelayanan jasa. Dari 335 usaha perbengkelan yang telah dibina sampai saat ini, ada yang
masih belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Dari 335 usaha perbengkelan binaan
tersebut, diantaranya terdapat sebanyak 136 usaha perbengkelan sudah dievaluasi dengan
hasil 96 usaha perbengkelan (70,58%) masih berfungsi sebagai usaha perbengkelan alsintan,
sisanya beralih fungsi pada usaha perbengkelan non alsintan.

3) Kelembagaan Aparatur

a) Kelembagaan aparatur yang melaksanakan fungsi pelayanan / penyuluhan adalah Balai


Penyuluhan Pertanian (BPP). Jumlah BPP yang ada saat ini sebanyak 3.083 unit. Di samping
BPP, ada pula Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP), merupakan kelembagaan
baru dari peningkatan status BPP yang ada. Jumlah BIPP telah mencapai 250 unit, di mana
direncanakan setiap Pemda Tingkat II Kabupaten/ Kotamadya memiliki kelembagaan BIPP
masing-masing sebanyak 1 unit.

b) Selain dari kelembagaan penyuluhan, ada pula kelembagaan aparatur yang memiliki fungsi
pengaturan dan pembinaan yaitu organisasi pemerintah baik di pusat (Deptan dan instansi
lintas sektor terkait dalam pengembangan agribisnis) dan tingkat provinsi (Kanwil Pertanian
dan instansi terkait serta dinas pertanian dan instansi terkait di tingkat kabupaten. Dalam
kelembagaan aparatur ini termasuk juga kelembagaan penelitian sebagai sumber teknologi
dalam pengembangan agribisnis.

2.3 Permasalahan dalam Kelembagaan Agribisnis

1. Kebijaksanaan pemerintah yang kurang mendukung

Berbagai kebijaksanaan pemerintah yang menumbuhkan kelembagaan yang melalui top-


down policy sepertinya masih belum dapat menghasilkan kelembagaan agribisnis yang kuat
dan mandiri. Dalam hal ini,kadang dadapatkan penyuluhan yang kurang detail karena duku

pngan dari pemerintah yang kurang seperi halnya bantuan atas fasilitas yang sangat
diperlukan kelompok tani miskin dalam merealisasikan apa yang telah didapatkannya dari
penyuluhan yang telah didapatkannya.

1. Masalah intern kelembagaan


Apabila ditelusuri lebih jauh ke dalam setiap subsistem agribisnis akan ditemukan
titik-titik rawan dalam produksi petani berupa kelembagaan yang kinerjanya kurang
maksimal, sebagai berikut :

1. Kelembagaan sarana produksi, biaanya petani pada umumnya masih menggunakan


peralatan tradisional yang masih dalam takaran rendah. Sehingga tidak tersedianya
peralatan modern yang mendukung dari lembaga agribisnis tersebut.

2. Kelembagaan pasca panen dan pengolahan hasil, seperti yang dijelaskan bahwa para
petani langsung menjual hasil panen dan tidak mengolah lebih lanjut. Hal itu karena
tidak ada penyuluhan bagaimana hasil produksi tersebut diolah lebih lanjut dan
menjadi apa.

3. Kelembagaan masalah pemasaran

Efisiensi pemasaran yang rendah karena panjangnya rantai pemasaran serta biaya
transportasi yang tinggi

Fluktuasi harga yang besar, dalam berusaha sering terjadi juga petani mengalami
kerugian karena harga hasil produksi yang tidak menetap. Sehingga anjloknya harga
membuat keuntungan yang didapatkan sangat minimum.

1. Permodalan usaha, modal yang didapat adalah modal sendiri, sehingga tidak ada
bantuan modal lain sebagai modal tambahan.

2. Kelembagaan jasa layanan pendukung yaitu berupa bank perkreditan rakyat yang
berperan sebagai sarana untuk meminjam uang yang digunakan sebagai dana proses
produksi dan koperasi yang menyediakan peralatan dan pupuk serta benih, bibit yang
jumlahnya terbatas.

2.4 Memperkuat Kelembagaan Agribisnis

1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta


jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis.Hal ini dapat
diartikan bahwa perkembangan pertanian, industri dan jasa harus saling berkesinambungan
dan tidak berjalan sendiri-sendiri. Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri
pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor dan
tidak (kurang) menggunakan bahan baku yang dihasilkan pertanian dalam negeri. Dipihak
lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan
( Membangun industri berbasis sumberdaya domestik/lokal).

2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing


diatas keunggulan komparatif yaitu melalui transformasi pembangunan kepada pembangunan
yang digerakkan oleh modal dan selanjutnya digerakkan oleh inovasi. Sehingga dengan
adanya pembangunan agribisnis dapat membantu mentransformasikan perekonomian
Indonesia dari berbasis pertanian dengan produk utama (Natural resources and unskill labor
intensive) kepada perekonomian berbasis industri dengan produk utama bersifat Capital and
skill Labor Intesif dan kepada perekonomian berbasis inovasi dengan produk utama bersifat
Innovation and skill labor intensive. Dalam arti bahwa membangun daya saing produk
agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, yaitu
dengan cara:

a.) Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan


pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir dan
membangun jaringan pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir
yang dihasilkan sistem agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat
capital and skill labor intensive.

b.) Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Pada tahap ini
peranan Litbang menjadi sangat penting dan menjadi penggerak utama sistem agribisnis
secara keseluruhan. Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini
merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.

c.) Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada
peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan
pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien..

3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan harmonis.


Oleh karena itu untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang
berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN
dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem
Agribisnis.

4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.


Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun
tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup
hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun
kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri.
Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan
bahan baku (input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll.
Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa didukung oleh agroindustri
penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida, industri bibit/benih, industri
pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin
perontok dan industri mesin pengolah lain. Dikatakan Agroindustri sebagai A Leading
Sector apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan sehingga kemajuan
yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total.

b. Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi

c. Memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga mampu
menarik pertumbuhan banyak sektor lain.

d. Keragaan dan Performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga efektif dalam


membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan eksternal.

e. Tingginya elastisitas harga untuk permintaan dan penawaran.

f. Elastisitas Pendapatan untuk permintaan yang relatif besar

g. Angka pengganda pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif besar

h. Kemampuan menyerap bahan baku domestic

i. Kemampuan memberikan sumbangan input yang besar.


5. Membangun Sistem agribisnis melalui pengembangan Industri Perbenihan
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk
agribisnis secara keseluruhan. Untuk membangun industri perbenihan diperlukan suatu
rencana strategis pengembangan industri perbenihan nasional.Oleh karena itu pemda perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas unggulan masing-
masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi industri perbenihan modern.
Pada tahap berikutnya daerah-daerah yang memiliki kesamaan agroklimat dapat
mengembangkan jenjang benih yang lebih tinggi seperti jenjang benih induk,

6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.

Dalam rangka memodernisasi agribisnis daerah, perlu pengembangan banyak jenis dan
ragam produk industri agro-otomotif untuk kepentingan setiap sub sistem agribisnis.Untuk
kondisi di Indonesia yang permasalahannya adalah skala pengusahaan yang relatif kecil, tidak
ekonomis bila seorang petani memiliki produk agro-otomotif karena harganya terlalu
mahal.Oleh karena itu perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi
Petani atau perusahaan agro-otomotif itu sendiri.Dukungan Industri Pupuk dalam
pengembangan sistem agribisnis.

Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking
baik vertikal(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan
cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang
terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah.

7. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi agribisnis.

Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan serta
informasi pasar.

8. Tahapan pembangunan cluster Industri Agribisnis.

Tahapan pembangunan sistem agribisnis di Indonesia:


a. Tahap kelimpahan faktor produksi yaitu Sumberdaya Alam dan Tenaga Kerja tidak
terdidik. Serta dari sisi produk akhir, sebagian besar masih menghasilkan produk
primer.Perekonomian berbasis pada pertanian.

b. Akan digerakkan oleh kekuatan Investasi melalui percepatan pembangunan dan


pendalaman industri pengolahan serta industri hulu pada setiap kelompok agribisnis. Tahap
ini akan menghasilkan produk akhir yang didominasi padat modal dan tenaga kerja terdidik,
sehingga selain menambah nilai tambah juga pangsa pasar internasional. Perekonomian
berbasis industri pada agribisnis.

c. Tahap pembangunan sistem agribisnis yang didorong inovasi melalui kemajuan teknologi
serta peningkatan Sumberdaya manusia.Tahap ini dicirikan kemajuan Litbang pada setiap sub
sistem agribisnis sehingga teknologi mengikuti pasar. Perekonomian akan beralih dari
berbasis Modal ke perekonomian berbasis Teknologi.

9. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah

Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis


Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.

10. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.

Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya
agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan
pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.Selama 30 tahun terakhir, keluaran
kredit pada on farm agribisnis di daerah hanya kurang dari 20 % dari total kredit
perbankan.Padahal sekitar 60 % dari penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan
ekonominya pada on farm agribisnis.Kecilnya alokasi kredit juga disebabkan dan diperparah
oleh sistem perbankan yang bersifat Branch Banking System. Sistem Perbankan yang
demikian selama ini, perencanaan skim perkreditan (jenis, besaran, syarat-syarat) ditentukan
oleh Pusat bank yang bersangkutan/sifatnya sentralistis, yang biasanya menggunakan standart
sektor non agribisnis, sehingga tabungan yang berhasil dihimpun didaerah, akan disetorkan
ke pusat, yang nantinya tidak akan kembali ke daerah lagi. Oleh karena itu perlunya
reorientasi Perbankan, yaitu dengan merubah sistem perbankan menjadi sistem Unit Banking
system (UBS), yakni perencanaan skim perkreditan didasarkan pada karakteristik ekonomi
lokal.

11. Pengembangan strategi pemasaran

Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama menghadapi


masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan, keadaan pasar
heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi
menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen). Sehingga dengan berubahnya
paradigma tersebut, maka pengetahuan yang lengkap dan rinci tentang preferensi konsumen
pada setiap wilayah, negara, bahkan etnis dalam suatu negara, menjadi sangat penting untuk
segmentasi pasar dalam upaya memperluas pasar produk-produk agribisnis yang dihasilkan.
Selain itu diperlukan juga pemetaan pasar (market mapping) yang didasarkan preferensi
konsumen, yang selanjutnya digunakan untuk pemetaan produk (product mapping)..Selain itu
juga bisa dikembangkan strategi pemasaran modern seperti strategi aliansi antar produsen,
aliansi produsen-konsumen, yang didasarkan pada kajian mendalam dari segi kekuatan dan
kelemahan.

12. Pengembangan sumberdaya agribisnis.

Pengembangan sektor agribisnis dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, sehingga
diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan
pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) .
Dalam pengembangan teknologi, yang perlu dikembangkan adalah pengembangan teknologi
aspek: Bioteknologi, teknologi Ekofarming, teknologi proses, teknologi produk dan teknologi
Informasi. Sehingga peran Litbang sangatlah penting karena jaringan litbang diperlukan
dalam pengembangan sistem teknologi informasi yang berperan mengkomunikasikan
informasi pasar, mengefektifkan arus informasi antar komponen jaringan,
mengkomunikasikan hasil-hasil litbang kepada pengguna langsung dan mengkomunikasikan
konsep dan atribut produk agribisnis kepada konsumen. Dalam pengembangan SDM
Agribisnis perlu menuntut kerjasama tim (team work) SDM Agribisnis yang harmonis mulai
dari SDM Agribisnis pelaku langsung dan SDM Agribisnis pendukung sektor agribisnis.
13. Penataan dan pengembangan struktur Agribisnis.

Struktur agribisnis telah menciptakan masalah transisi dan margin ganda. Oleh karena itu
penataan dan pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran pokok
yaitu:

a. Mengembangkan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal mengikuti suatu aliran
produk (Product Line) sehingga subsektor agribisnis hulu, subsektor agribisnis pertanian
primer dan subsektor agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen.

b. Mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani/koperasi agribisnis yang


menangangani seluruh kegiatan mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai dengan
subsistem agribisnis hilir, agar dapat merebut nilai tambah yang ada pada subsistem
agribisnis hulu dan subsistem agribisnis hilir.

14. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis.

Perlu perubahan orientasi lokasi agroindustri dari orientasi pusat-pusat konsumen ke orientasi
sentra produksi bahan baku, dalam hal ini untuk mengurangi biaya transportasi dan resiko
kerusakan selama pengangkutan. Oleh karena itu perlu pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan
komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.Serta berdasar
Keunggulan komparatif wilayah. Perencanaan dan penataan perlu dilakukan secara nasional
sehingga akan terlihat dan terpantau keunggulan setiap propinsi dalam menerapkan
komoditas agribisnis unggulan yang dilihat secara nasional/kantong-kantong komoditas
agribisnis unggulan, yang titik akhirnya terbentuk suatu pengembangan kawasan agribisnis
komoditas tertentu.

15. Pengembangan Infrastruktur Agribisnis.

Dalam pengembangan pusat pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan


Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara), jaringan
listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan lain-lain.

16. Kebijaksanaan terpadu pengembangan agribisnis.


Ada beberapa bentuk kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis. Diantaranya ,
yaitu :

a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat perusahaan.

b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.

c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnisyang mengatur keterkaitan antara beberapa


sektor.

d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang


berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.

Beberapa kebijaksanaan operasional untuk mengatasi masalah dan mengembangkan


potensi, antara lain:

1.Mengembangkan forum komunikasi yang dapat mengkoordinasikan pelaku-pelaku kegiatan


agribisnis .

2.Mengembangkan dan menguatkan asosiasi pengusaha agribisnis.

3.Mengembangkan kegiatan masing-masing subsistem agribisnis untuk meningkatkan


produktivitas melalui litbang teknologi untuk mendorong pasar domestik dan internasional.

17. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan


ekonomi pedesaan.

Dalam era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung
pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial dan
berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Oleh karena itu perlu
peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal, kursus singkat, studi
banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama ini sebagai lembaga penyuluhan
agro-teknis, menjadi KLINIK KONSULTASI AGRIBISNIS

18. Pemberdayaan sektor agribisnis sebagai upaya penaggulangan krisis pangan dan Devisa.

Perlu langkah-langkah reformasi dalam memberdayakan sektor agribisnis nasional, yaitu:


a. Reformasi strategi dan kebijakan industrialisasi dari industri canggih kepada industri
agribisnis domestik.

b. Kebijakan penganekaragaman pola konsumsi berdasar nilai kelangkaan bahan pangan.

c. Reformasi pengelolaan agribisnis yang integratif, yaitu melalui satu Departemen yaitu
DEPARTEMEN AGRIBISNIS

d. Pengembangan agribisnis yang integrasi vertikal dari hulu sampai hilir melalui koperasi
agribisnis
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Agribisnis merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan pra-panen,
panen, pasca-panen dan pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu
bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis
melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor
industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional.

Kelembagaan adalah organisasi yang mampu menghasilkan ragam produk yang dapat
memanfaatkan dan mengembangkan keunggulan komparatif atau keunggulan
kompetitif.Kelembagaan Agribisnis memiliki berbagai macam keragaman dan
peranan.Namun,didalam kelembagaan agribisnis ini juga terdapat berbagai macam masalah
sehingg harus diperhatikan berbagai macam upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan
berbagai masalah yang ada .

4.2 Saran

Diharapkan untuk pembaca dapat memahami isi dari makalah ini serta dapat
menerapkannya dalam kehidupannya . Penulis juga sangat berharap untuk mendapatkan saran
dari pembaca untuk memperbaiki kesalahan dalam menulis makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa,2012 (http://agribisnis.umm.ac.id/id/umm-news-2490-prospek-pengembangan-
sistem-agribisnis-di-indonesia.html ) , diakses 23 April 2012

Anonymousb, 2012 (http://agribisnis.blogspot.com/2010/06/subsistem-agribisnis.html ) ,


diakses 23 April 2012

Anonymous c, 2012 (http://mencholeo.wordpress.com/2008/01/05/membangun-sistem-


agribisnis/\ ) , diakses 23 April 2012

Hill,Mc Graw.1999.Sosiologi Jilid 1 Edisi Keenam.Jakarta : Penerbit ErlanggaKolff, G.H.


van der 1937De Historische Ontwikkeling van de Arbeidsverhoudingen bij de Rijstcultuu
ineen Afgelegen Streek op Java: Voorlopige Resultaten van Plaatselijk Onderzoek,
Volkskredietwezen: hlm. 3-70.

Astrid S , Susanto, Dr, Phill. Pengantar Sosiologi , Bira Cipta , 1983 .

Anda mungkin juga menyukai