Tugas 1
Tugas 1
OLEH:
NAMA:IRMAYANTI
NIM:D1A1 15 319
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2016
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...
BAB I
PENDAHULUAN.
A.Latar belakang
B.Rumusan masalah...
C.Tujuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN.
BAB IV
PENUTUP..
KESIMPULAN..
SARAN
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
Lembaga merupakan suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan
yang oleh masyarakat dipandang penting, atau, secara formal dapat dikatakan sebagai
sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia.
Lembaga adalah proses-proses terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan
tertentu.
Dilihat dari berbagai aspek, seperti potensi sumberdaya yang dimiliki, arah
kebijakanpembangunan nasional, potensi pasar domestik dan internasional produk-produk
agribisnis, dan peta kompetisi dunia, Indonesia memiliki prospek untuk mengembangkan
sistem agribisnis. Prospek ini secara aktual dan faktual ini didukung oleh hal-hal sebagai
berikutPertama, pembangunan sistem agribisnis di Indonesia telah menjadi keputusan politik.
Rakyat melalui MPR telah memberi arah pembangunan ekonomi sebagaimana dimuat dalam
GBHN 1999-2004 yang antara lain mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif
Indonesia sebagai negara agraris dan maritim. Arahan GBHN tersebut tidak lain adalah
pembangunan sistem agribsinis.
Kedua, pembangunan sistem agribisnis juga searah dengan amanat konstitusi yakni No. 22
tahun 1999, UU No. 25 tahun 1999 dan PP 25 tahun 2000 tentang pelaksanaan Otonomi
Daaerah. Dari segi ekonomi, esensi Otonomi Daerah adalah mempercepat pembangunan
ekonomi daerah dengan mendayagunakan sumberdaya yang tersedia di setiap daerah, yang
tidak lain adalah sumberdaya di bidang agribinsis. Selain itu, pada saat ini hampir seluruh
daerah struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, penyerapan tenagakerja, kesempatan
berusaha, eskpor) sebagian besar (sekitar 80 persen) disumbang oleh agribinsis. Karena itu,
pembangunan sistem agribisnis identik dengan pembangunan ekonomi daerah.
Dalam makalah ini akan dibahas permasalahan mengenai kelembagaan pendukung bagi
pengembangan agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, yang diantaranya :
1.2.1 Apakah sistem agribisnis itu dan subsistem apa sajakah yang tercangkup dalam sistem
agribisnis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami apa yang dimaksud dengan sistem agribisnis dan mengetahui macam
macam subsistem yang tercangkup dalam sistem agribisnis
TINJAUAN PUSTAKA
Apa yang dimaksud dengan lembaga ?Konsep sosiologis berbeda dengan konsep
yang umum digunakan.Sebuah lembaga bukanlah sebuah bangunan , bukan sekelompok
orang dan juga bukan sebuah organisasi.Lembaga ( institution ) adalah suatu sistem norma
untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting, atau
secara formal sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan
pokok manusia.Lembaga adalah proses-proses terstruktur ( tersusun ) untuk melaksanakan
berbagai kegiatan tertentu.
Lembaga muncul sebagai produk kehidupan social yang sungguh tidak direncanakan.
Orang mencari-cari cara yang praktis untuk memenuhi kebutuhannya,mereka menemukan
beberapa pola yang dapat dilaksanakan yang menjadi kebiasaan yang baku karena terus
menerus diulangi. Dari waktu kewaktu orang mungkin bergabung untuk mengkodifikasikan
dan melegalisasikan praktek-praktek tersebut karena terus berkembang dan berubah .Dengan
cara itulah lembaga tumbuh.
Kelembagaan terdiri dari penetapan norma-norma yang pasti yang menentukan posisi
status dan fungsi peranan untuk perilaku. Kelembagaan mencakup penggantian perilaku
spontan atau eksperimental dengan perilaku yang diharapkan,dipolakan,teratur dan dapat
diramalkan . Seperangkat hubungan social akan melembaga apabila sudah dikembangkan
suatu sistem yang teratur tentang status dan peran serta sistem harapan status dan peran sudah
umum diterima oleh masyarakat.
Di dalam kelembagaan terjadi suatu hubungan timbal balik seperti halnya pada kelembagaan
pendukung dalam pengembangan agribisnis dan hortikultura.
Agribisnis adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu sistem pertanian yang
bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang paling tinggi baik berbentuk natura maupun
uang melalui usaha dibidang pertanian.
(2)Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam penyediaan
modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Penataan lembaga ini
segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis
kecil dan menengah yang tidak memilki aset yang cukup untuk digunkan guna memperoleh
pembiayaan usaha.
(4) Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input dan hasil
pertanian. Namun di Indonesia perkembangan KUD terhambat karena KUD dibentuk hanya
untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang
profesional.
PEMBAHASAN
Agribisnis sebagai suatu sistem atau sistem agribisnis merupakan seperangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Dalam
memproduksi terdapat beberapa subsistem yaitu :
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran.
Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan
sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat
waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.Sedangkan dalam penyediaan
peralatan dan bahan pertanian didapat dari koperasi desa maupun toko pertanian berupa
cangkul, sabit, pupuk, benih, dan bibit serta peralatan lain yang mendukung.
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan
pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan
produksi primer.
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi
menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian
sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai
tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan,
pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
1.Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk
pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan
pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar
negeri.
1. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :
* BUMN = badan usaha milik negara yang turut membantu kelompok tani
Keberhasilan pembangunan sektor agribisnis tidak terlepas dari faktor manusia sebagai
pelaku dalam pelaksanaan pengembangan agribisnis.Kelembagaan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pembangunan agribisnis. Yang dimaksud dengan kelembagaan adalah
organisasi yang mampu menghasilkan ragam produk yang dapat memanfaatkan dan
mengembangkan keunggulan komparatif atau keunggulan kompetitif. Untuk lebih mengenal
kelembagaan yang terkait dalam sistem agribisnis, berikut ini akan disajikan berbagai bentuk
kelembagaan yang terkait dalam sistem agribisnis.
1) Produsen Saprodi
Kelembagaan sarana produksi ini ada yang berfungsi sebagai produsen atau perusahaan
yang bergerak di bidang industri pupuk seperti PT Pusri, PT Pupuk Kujang, PT Petrokimia
Gresik, PT Pupuk Kaltim, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT ASEAN Aceh Fertilizer.
Produsen pupuk tersebut menghasilkan pupuk Urea, SP-36, dan ZA. Selain dari produsen
pupuk, ada pula perushaan yang memproduksi pestisida (sebagai formulator) dan produsen
penghasil pupuk alternatif seperti pupuk Pelengkap Cair (PPC), Zat Pengatur Tumbuh (ZPT),
dan sebagainya. Selain itu terdapat pula kelembagan yang bergerak di bidang produksi benih,
baik BUMN seperti PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani, maupun perusahaan swasta
penghasil benih seperti PT BISI, PT CArgil, PT Pionir dan sebagainya.
3) Asosiasi
1) Rumah Tangga petani sebagai unit usaha terkecil di bidang tanaman pangan dan
hortikultura;
Jumlah rumah tangga petani sebagai unit usaha tani yang bergerak di bidang tanaman
pangan dan holtikultura berjumlah + 18, 1 juta unit, sedang kelembagaan petani dalam bentuk
kelompok tani berjumlah 354.894 kelompok 7. Dari jumlah kelompok tani tersebut sebanyak
127.339 kelompok (37,1%) kelas pemula, sebanyak 119.971 kelompok (33,8%) kelas lanjut,
sebanyak 73.814 kelompok (20.8%) kelas madya dan 23.016 kelompok (6.5%) kelas utama.
Sisanya sebanyak 10.754 kelompok (3.0%) belum dikukuhkan.Baik unit-unit usaha tani
dalam bentuk rumah tangga petani maupun kelompok tani, merupakan kelembagaan non-
formal yang melaksanakan fungsi agribisnis di pedesaan. Kelompok tani sebagai bentuk
kelembagaan yang lebih maju dan terorganisasi, berfungsi sebagai :
wadah berproduksi,
wahana kerjasama antar anggota kelompok tani, dan
kelas belajar di antara petani/ anggota kelompok tani.
Selain dari kelembagaan non-formal tersebut di atas, di bidang produksi tanaman
pangan dan holtikultura terdapat pula kelembagaan yang relatif lebih maju (kelembagaan
usaha) dan lebih modern.Kelembagaan tersebut berupa kelembagaan usaha budidaya tanaman
pangan dan holtikultura.Kelembagaan ini dapat berwujud perusahaan budidaya murni atau
perusahaan budidaya terpadu dengan pengolahan (agroindustri).Pengelolaan perusahaan
budidaya ini dilakukan dengan manajemen yang lebih maju, dan status legalnya adalah
sebagai perusahaan berbadan hokum yang memang dirancang dengan baik melalui investasi
di bidang usaha budidaya tanaman. Bentuk investasinya dapat berupa penanaman modal
dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA), dua-duanya mendapat
fasilitas dari pemerintah sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1967 jo. Undang-
Undang No 11 tahun 1970 untuk PMA dan Undang-undang no. 6 tahun 1968 jo. Undang-
undang no 12 tahun 1972 untuk PMDN. Selain dari PMA dan PMDN ada pula investasi di
luar ketentuan tersebut (non fasilitas) yang dilakukan oleh pengusaha dalam negeri (swasta
nasional).
Jumlah perusahaan yang melakukan investasi di bidang tanaman pangan dan holtikultura
terdiri dari PMA sebanyak 53 perusahaan, PMDN sebanyak 209 perusahaan, dan swasta
nasional non-fasilitas sebanyak 45 perusahaan.8 Iklim usaha yang belum kondusif,
tampaknya mengakibatkan perkembangan investasi di bidang
usaha budidaya tanaman pangan dan holtikultura ini berjalan sangat lambat, meskipun
pemerintah telah berupaya menerapkan kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi.
Kelembagaan yang terkait dengan pasca panen dan pengolahan hasil ini dapat dibedakan
antara lain :
1) kelembagaan yang melakukan usaha di bidang pasca panen meliputi : usaha perontokan,
seperti usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) power thresher dan corn sheller, usaha
pelayanan jasa alsintan pengeringan dengan alsin dryer, usaha pelayanan jasa alsintan panen
dengan reaper, usaha pengemasan sortasi grading yang dilakukan oleh pedagang dan
sebagainya;
2) kelembagaan usaha di bidang pengolahan (agroindustri) seperti perusahaan penggilingan
padi yang beroperasi sampai dengan tahun 1997 sebanyak 74.000 unit, industri tepung
tapioca, industri pembuatan tahu/ tempe, industri kecap,industri kripik emping, industri
pembuatan selai, industri pembuatan juice buah-buahan, industry pengalengan buah-buahan
dan sebagainya,
3) kelembagaan lumbung desa yang berperan untuk mengatasi masalah pangan yaitu untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang sangat mendesak, di mana ketersediaan pangan tidak
mencukupi sementara untuk memperolehnya masyarakat relative tidak memiliki daya beli.
Lumbung desa ini dikelola oleh LKMD. Dilihat dari skala usaha, unit usaha di bidang pasca
panen dan pengolahan hasil ini meliputu usahadalam skala kecil (skala rumah tangga), skala
menengah dan skala besar yang dikelola dalam bentuk perusahaan industri pengolahan hasil
pertanian, yang tersebar baik di pedesaan maupun di kota.
Kelembagaan sangat penting dalam pemasaran hasil .karena melalui kelembagaan ini
arus komoditi atau barang berupa hasil pertanian dari produsen disampaikan kepada
konsumen akan lebih terjangkau. Kelembagaan pemasaran meliputi kelembagaan yang terkait
dalam sistem tata niaga hasil pertanian sejak lepas dari produsen ke konsumen. Kelembagaan
tersebut dapat berupa pedagang pengumpul yang ada di daerah produsen
(kabupaten/kecamatan), pedagang antar daerah yang berada di kabupaten dan provinsi, dan
pedagang grosir yang ada di kabupaten dan provinsi, dan pedagang pengecer ke
konsumen.Kelembagaan pemasaran ini dapat pula dikelompokkan kedalam perusahaan
BUMN seperti Dolog yang ada di 27 provinsi dengan kegiatan pengadaan dan distribusi
pangan (beras), swasta dan koperasi/ KUD yang melakukan kegiatan pemasaran hasil.
Jumlah KUD yang menangani komoditi tanaman pangan dan holtikultura sebanyak 6.148
KUD (1997).9 Selain dari kelembagaan pemasaran tersebut di atas terdapat pula asosiasi
pemasaran hasil tanaman pangan dan holtikultura yang terdiri dari :
5) asosiasitepung tapioca Indonesia (ATTI) yang melakukan kegiatan produksi tepung tapioca
dan pemasaran baik di dalam maupun luar negeri.
Semakin efisien sistem tataniaga hasil pertanian, semakin sederhana pula jumlah mata
rantai tataniaga yang diperlukan. Pada umumnya kelembagaan pemasaran ini merupakan
unit-unit usaha di bidang
Di dalam sistem agribisnis terdapat pula subsistem jasa layanan pendukung dengan
berbagai kelembagaan yang sangat berbeda fungsinya. Kelembagaan ini sangat menentukan
keberhasilan kelembagaan agribisnis dalam mencapai tujuannya.Di antara banyak
kelembagaan jasa layanan pendukung ada beberapa yang dianggap penting, antara lain :
Kelembagaan ini juga sangat bervariasi mulai dari perbankan (Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat/ BPR), Dana Ventura (sebagai lembaga keuangan non bank), maupun
dana dari penyisihan keuntungan BUMN. Kelembagaan permodalan ini menyediakan modal
bagi sektor agribisnis baik berbasis komersial murni maupun menyalurkan kredit program
yang di skemakan oleh pemerintah.
Wujud kelembagaan ini berupa perusahaan/ industri pembuatan dan perakitan alsintan
baik skala besar maupun skala menengah dan kecil, termasuk usaha perbengkelan yang
melakukan perakitan dan pembuat alsintan sederhana yang tersebar di daerah-daerah.Usaha
perbengkelan dan produsen alsintan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mendukung keberhasilan pendayagunaan dan pengembangan alsintan melalui usaha
pelayanan jasa. Dari 335 usaha perbengkelan yang telah dibina sampai saat ini, ada yang
masih belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Dari 335 usaha perbengkelan binaan
tersebut, diantaranya terdapat sebanyak 136 usaha perbengkelan sudah dievaluasi dengan
hasil 96 usaha perbengkelan (70,58%) masih berfungsi sebagai usaha perbengkelan alsintan,
sisanya beralih fungsi pada usaha perbengkelan non alsintan.
3) Kelembagaan Aparatur
b) Selain dari kelembagaan penyuluhan, ada pula kelembagaan aparatur yang memiliki fungsi
pengaturan dan pembinaan yaitu organisasi pemerintah baik di pusat (Deptan dan instansi
lintas sektor terkait dalam pengembangan agribisnis) dan tingkat provinsi (Kanwil Pertanian
dan instansi terkait serta dinas pertanian dan instansi terkait di tingkat kabupaten. Dalam
kelembagaan aparatur ini termasuk juga kelembagaan penelitian sebagai sumber teknologi
dalam pengembangan agribisnis.
pngan dari pemerintah yang kurang seperi halnya bantuan atas fasilitas yang sangat
diperlukan kelompok tani miskin dalam merealisasikan apa yang telah didapatkannya dari
penyuluhan yang telah didapatkannya.
2. Kelembagaan pasca panen dan pengolahan hasil, seperti yang dijelaskan bahwa para
petani langsung menjual hasil panen dan tidak mengolah lebih lanjut. Hal itu karena
tidak ada penyuluhan bagaimana hasil produksi tersebut diolah lebih lanjut dan
menjadi apa.
Efisiensi pemasaran yang rendah karena panjangnya rantai pemasaran serta biaya
transportasi yang tinggi
Fluktuasi harga yang besar, dalam berusaha sering terjadi juga petani mengalami
kerugian karena harga hasil produksi yang tidak menetap. Sehingga anjloknya harga
membuat keuntungan yang didapatkan sangat minimum.
1. Permodalan usaha, modal yang didapat adalah modal sendiri, sehingga tidak ada
bantuan modal lain sebagai modal tambahan.
2. Kelembagaan jasa layanan pendukung yaitu berupa bank perkreditan rakyat yang
berperan sebagai sarana untuk meminjam uang yang digunakan sebagai dana proses
produksi dan koperasi yang menyediakan peralatan dan pupuk serta benih, bibit yang
jumlahnya terbatas.
b.) Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Pada tahap ini
peranan Litbang menjadi sangat penting dan menjadi penggerak utama sistem agribisnis
secara keseluruhan. Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini
merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.
c.) Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada
peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan
pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien..
a. Memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan sehingga kemajuan
yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total.
c. Memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga mampu
menarik pertumbuhan banyak sektor lain.
Dalam rangka memodernisasi agribisnis daerah, perlu pengembangan banyak jenis dan
ragam produk industri agro-otomotif untuk kepentingan setiap sub sistem agribisnis.Untuk
kondisi di Indonesia yang permasalahannya adalah skala pengusahaan yang relatif kecil, tidak
ekonomis bila seorang petani memiliki produk agro-otomotif karena harganya terlalu
mahal.Oleh karena itu perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi
Petani atau perusahaan agro-otomotif itu sendiri.Dukungan Industri Pupuk dalam
pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking
baik vertikal(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan
cara penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang
terjadi adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah.
Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan serta
informasi pasar.
c. Tahap pembangunan sistem agribisnis yang didorong inovasi melalui kemajuan teknologi
serta peningkatan Sumberdaya manusia.Tahap ini dicirikan kemajuan Litbang pada setiap sub
sistem agribisnis sehingga teknologi mengikuti pasar. Perekonomian akan beralih dari
berbasis Modal ke perekonomian berbasis Teknologi.
Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya
agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan
pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.Selama 30 tahun terakhir, keluaran
kredit pada on farm agribisnis di daerah hanya kurang dari 20 % dari total kredit
perbankan.Padahal sekitar 60 % dari penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan
ekonominya pada on farm agribisnis.Kecilnya alokasi kredit juga disebabkan dan diperparah
oleh sistem perbankan yang bersifat Branch Banking System. Sistem Perbankan yang
demikian selama ini, perencanaan skim perkreditan (jenis, besaran, syarat-syarat) ditentukan
oleh Pusat bank yang bersangkutan/sifatnya sentralistis, yang biasanya menggunakan standart
sektor non agribisnis, sehingga tabungan yang berhasil dihimpun didaerah, akan disetorkan
ke pusat, yang nantinya tidak akan kembali ke daerah lagi. Oleh karena itu perlunya
reorientasi Perbankan, yaitu dengan merubah sistem perbankan menjadi sistem Unit Banking
system (UBS), yakni perencanaan skim perkreditan didasarkan pada karakteristik ekonomi
lokal.
Pengembangan sektor agribisnis dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, sehingga
diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan
pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) .
Dalam pengembangan teknologi, yang perlu dikembangkan adalah pengembangan teknologi
aspek: Bioteknologi, teknologi Ekofarming, teknologi proses, teknologi produk dan teknologi
Informasi. Sehingga peran Litbang sangatlah penting karena jaringan litbang diperlukan
dalam pengembangan sistem teknologi informasi yang berperan mengkomunikasikan
informasi pasar, mengefektifkan arus informasi antar komponen jaringan,
mengkomunikasikan hasil-hasil litbang kepada pengguna langsung dan mengkomunikasikan
konsep dan atribut produk agribisnis kepada konsumen. Dalam pengembangan SDM
Agribisnis perlu menuntut kerjasama tim (team work) SDM Agribisnis yang harmonis mulai
dari SDM Agribisnis pelaku langsung dan SDM Agribisnis pendukung sektor agribisnis.
13. Penataan dan pengembangan struktur Agribisnis.
Struktur agribisnis telah menciptakan masalah transisi dan margin ganda. Oleh karena itu
penataan dan pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran pokok
yaitu:
a. Mengembangkan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal mengikuti suatu aliran
produk (Product Line) sehingga subsektor agribisnis hulu, subsektor agribisnis pertanian
primer dan subsektor agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen.
Perlu perubahan orientasi lokasi agroindustri dari orientasi pusat-pusat konsumen ke orientasi
sentra produksi bahan baku, dalam hal ini untuk mengurangi biaya transportasi dan resiko
kerusakan selama pengangkutan. Oleh karena itu perlu pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan
komoditas agribisnis, potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.Serta berdasar
Keunggulan komparatif wilayah. Perencanaan dan penataan perlu dilakukan secara nasional
sehingga akan terlihat dan terpantau keunggulan setiap propinsi dalam menerapkan
komoditas agribisnis unggulan yang dilihat secara nasional/kantong-kantong komoditas
agribisnis unggulan, yang titik akhirnya terbentuk suatu pengembangan kawasan agribisnis
komoditas tertentu.
Dalam era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor pendukung
pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis, manajerial dan
berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Oleh karena itu perlu
peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal, kursus singkat, studi
banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama ini sebagai lembaga penyuluhan
agro-teknis, menjadi KLINIK KONSULTASI AGRIBISNIS
18. Pemberdayaan sektor agribisnis sebagai upaya penaggulangan krisis pangan dan Devisa.
c. Reformasi pengelolaan agribisnis yang integratif, yaitu melalui satu Departemen yaitu
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
d. Pengembangan agribisnis yang integrasi vertikal dari hulu sampai hilir melalui koperasi
agribisnis
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Agribisnis merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan pra-panen,
panen, pasca-panen dan pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu
bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis
melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor
industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional.
Kelembagaan adalah organisasi yang mampu menghasilkan ragam produk yang dapat
memanfaatkan dan mengembangkan keunggulan komparatif atau keunggulan
kompetitif.Kelembagaan Agribisnis memiliki berbagai macam keragaman dan
peranan.Namun,didalam kelembagaan agribisnis ini juga terdapat berbagai macam masalah
sehingg harus diperhatikan berbagai macam upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan
berbagai masalah yang ada .
4.2 Saran
Diharapkan untuk pembaca dapat memahami isi dari makalah ini serta dapat
menerapkannya dalam kehidupannya . Penulis juga sangat berharap untuk mendapatkan saran
dari pembaca untuk memperbaiki kesalahan dalam menulis makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa,2012 (http://agribisnis.umm.ac.id/id/umm-news-2490-prospek-pengembangan-
sistem-agribisnis-di-indonesia.html ) , diakses 23 April 2012