A. Pengertian
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel (tubuh
sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Muhammad, 2012).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil. Itu merupakan
proses normal bagi setiap manusia seiring bertambahnya usia. Namun hal ini tidak
menyebabkan kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas-batas wajar yang
dapat ditolerir ginjal dan tubuh. Tetapi karena berbagai sebab, dapat terjadi kelainan di mana
penurunan fungsi ginjal terjadi secara progresif sehingga menimbulkan berbagai keluhan dari
ringan sampai berat. Kondisi ini disebut gagal ginjal kronik (Colvy, 2010).
B. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
ireversibel dari berbagai penyebab :
a. Infeksi : pielonefritis kronik.
b. Penyakit peradangan : glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskular hipertensif : nefroskeloris benigna, nefrosklerosisi maligna, stenosis arteria
renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung : lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis
sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus ginjal.
f. Penyakit metabolik : diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
g. Nefropati toksik : penyalahgunaan analgesik dan nefropati timbal.
h. Nefropati obstruktif : saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis retroperitoneal)
dan saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali kongenital apada
leher kandung kemih dan uretra).
C. Tahap-Tahap Perkembangan Gagal Ginjal Kronik
Berikut ini tahap-tahap perkembangan penyakit gagal ginjal kronik menurut Muhammad
(2012), yaitu:
a. Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40-75%)
Pada tahap ini, ada beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
1) sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi,
2) laju filtrasi glomerulus 40-50% normal,
3) BUN dan kreatinin serum masih normal, dan
4) pasien asimtomatik
Tahap ini merupakan tahap perkembangan penyakit ginjal yang paling ringan, karena faal
ginjal masih dalam kondisi baik. Oleh karena itu, penderita juga belum merasakan gejala
apapun. Bahkan, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa faal ginjal masih berada
batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal baru diketahui setelah
pasien diberi beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih dalam waktu lama atau
daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pengobatan harus dilakukan dengan cepat untuk
mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, dan gangguan jantung. Selain itu, penderita
juga harus diberi obat untuk mencegah gangguan faal ginjal. Apabila langkah-langkah ini
dilakukan dengan cepat dan tepat, perkembangan penyakit ginjal yang lebih berat pun dapat
dicegah.
Pada stadium ini, lebih dari 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak. Selain itu,
kadar BUN dan kreatinin serum juga mulai meningkat melampaui batas normal.
c. Gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%)
Beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
1) laju filtrasi glomerulus 10-20% normal,
2) BUN dan kreatinin serum meningkat,
3) anemia, azotemia, dan asidosis metabolik,
4) poliuria dan nokturia, serta
5) gejala gagal ginjal.
d. End-Stage Meal Disease (ESRD)
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di antaranya:
1) lebih dari 85% nefron tidak berfungsi,
2) laju filtrasi glomerulus kurang dari 10% normal,
3) BUN dan kreatinin tinggi,
4) anemia, azotemia, dan asidosis metabolik,
5) berat jenis urine tetap 1,010,
6) oliguria, dan
7) gejala gagal ginjal.
Pada stadium akhir, kurang lebih 90% massa nefron telah hancur. Nilai GFR 10% di
bawah batas normal dan kadar kreatinin hanya 5-10 ml/menit, bahkan kurang dari jumlah
tersebut. Selain itu, peningkatan kreatinin serum dan kadar BUN juga meningkat secara
mencolok.
Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita tidak sanggup mempertahankan homeostatis
cairan dan elektrolit didalam tubuh. Biasanya, penderita menjadi oliguri (pengeluaran kemih
kurang dari 500ml/hari karena kegagalan glomerulus). Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita harus mendapatkan pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa awalnya penderita penyakit gagal
ginjal tidak menunjukan gejala apapun. Kemudian, penyakit ini berkembang secara perlahan-
lahan. Kelainan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium. Pada
tahap ringan dan sedang, penderita penyakit gagal ginjal kronik masih menunjukan gejala-
kemih bertambah. Oleh karena itu, penderita mengalami nokturia (sering berkemih pada
malam hari). Selain itu, penderita juga mengalami tekanan darah tinggi, karena ginjal tidak
mampu membuang kelebihan garam dan air. Hal inilah yang memicu penyakit stroke atau
gagal jantung.
Lambat laun, limbah metabolik yang tertimbun didalam darah semakin banyak. Maka,
penderita menunjukan berbagai macam gejala, seperti mudah lelah, letih, kurang siaga,
kedutan otot, kelemahan otot, kram, anggota gerak seperti tertusuk jarum, dan hilangnya rasa
pada daerah-daerah tertentu. Selain itu, nafsu makan penderita menurun, merasa mual dan
muntah, terjadi peradangan pada lapisan mulut (stomatitis), rasa tidak enak dimulut, dan
penderita mengalami penurunan berat badan dan malnutrisi. Apabila tekanan darah tinggi,
penderita akan kejang. Dan kelainan kimia darah menyebabkan kelainan fungsi otak
D. Patofisiologi
Fungsi ginjal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah,
Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat (Nursalam dan
Fransisca, 2008).
Gangguan clearance renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.
Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urine
tampung 24 jam yang menunjukan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar
dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya meningkatkan
Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik
Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu men sekresi ammonia dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain
darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal,
menstimulasi sumsum tulang untuk menhasilkan sel darah merah, dan produksi eritropoietin
menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan, angina, dan sesak
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat,
maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal,
maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun.
ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian
E. Manifestasi Klinik
Menurut Muhammad (2012), manifestasi klinik gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut
:
a. Gangguan pada system gastrointestinal
metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolisme bakteri
2) Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh bakteri di
3) Ensefalopati metabolik
Klien tampak lemah, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi, tremor, mioklonus, kejang.
4) Miopati
Klien tampak mengalami kelemahan dan hipotrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas
proximal.
d. Sistem kardiovaskular
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner
akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit, dan klasifikasi
metastatik
e. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual/libido; fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki serta gangguan
F. Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut :
a. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara mencangkokkan sebuah ginjal
sehat yang diperoleh dari donor. ginjal yang dicangkokkan ini selanjutnya akan mengambil
alih fungsi ginjal yang sudah rusak. Orang yang menjadi donor harus memiliki karakteristik
yang sama dengan penderita. Kesamaan ini meliputi golongan darah termasuk resus
darahnya, orang yang baik menjadi donor biasanya adalah keluarga dekat. Namun donor juga
bisa diperoleh dari orang lain yang memiliki karakteristik yang sama. Dalam proses
pencangkokkan kadang kala kedua ginjal lama, tetap berada pada posisinya semula, tidak
dibuang kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah
tinggi. Namun, transplantasi ginjal tidak dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal
kronik. Individu dengan kondisi seperti kanker, infeksi serius, atau penyakit kardiovaskuler
(pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan untuk menerima transplantasi ginjal. Hal ini
Transplantasi ginjal dinyatakan berhasil jika ginjal dicangkokkan dapat bekerja sebagai
penyaring darah sebagaimana layaknya ginjal sehat dan pasien tidak lagi memerlukan terapi
cuci darah.
untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan
dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari
90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu
sebagai ginjal buatan. Pada prose ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin
dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi
dan ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai
dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu
di rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan bantuan membran
peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk
membantu pengeluaran kelebihan cairan dan elektrolit dari tubuh, serta bermanfaat
dengan demikian akan memperlambat proses kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh
satu fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormon eritropoietin (Epo) terhambat. Hormon ini
bekerja merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah. Kerusakan
pembentukan sel darah merah menjadi tidak normal, kondisi ini menimbulkan anemia
(kekurangan darah). Oleh karena itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang
diakibatkan oleh PGK. Epo biasanyan diberikan dengan cara injeksi 1-2 kali seminggu.
4) Zat besi
Anemia juga disebabkan karena tubuh kekurangan zat besi. Pada penderita gagal ginjal
konsumsi zat besi (Ferrous Sulphate) menjadi sangat penting. Zat besi membantu mengtasi
anemia. Suplemen zat besi biasanya diberikan dalam bentuk tablet (ditelan) atau injeksi
(disuntik).
5) Suplemen kalsium dan kalsitriol
Pada penderita gagal ginjal kronik, kadar kalsium dalam darah menjadi rendah, sebaliknya
kadar fosfat dalam darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi ketidakseimbangan mineral
ini, diperlukan kombinasi obat/suplemen yaitu kalsitriol (vitamin D bentuk aktif) dan
kalsium.
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tanggal pengkajian :
No. Med. Rec :
Diagnose Medis : GGK ( gagal ginjal kronik )
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia, hiperkelemia,
anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan
pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberi arah kepada
tindakan keperawatan (Lismidar, 2005).
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (Insomnia/gelisah atau samnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi : nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi : DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak, tangan.
Distritmia jantung.
Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit
tahap akhir.
c. Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya. Perasaan yang tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap lanjut). Abdomen kembung, diare
atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi
anuria.
e. Makanan/cairan.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri
ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan ammonia).
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (umum, tergantung).
Ulserasi (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
f. Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah bebas rasa
terbakar pada telapak kaki. Bebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, strupor, koma.
Penurunan DTR.
Tanda chvostek dan trosseau positif, kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang, rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari).
Tanda : Perilaku berhari-hari/distraksi, gelisah.
Pernapasan.
Gejala : Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernapasan kussmaul). Batuk produktif
dengan sputum merah muda encer (edema paru).
h. Keamanan.
Gejala : Kulit gatal.
Ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritis.
Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien
yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal (efek GGK/depresi respon imun),
petekie, area ekimosis pada kulit.
Fraktur tulang; deposit fosfal kalsium (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak,
sendi, keterbatasan gerak sendi.
i. Seksualitas.
Gejala : Penurunan libido; amenonea; infertilitas.
Interaksi sosial.
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga.
j. Pembelajaran/penyuluhan.
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit polikistik, nefritis,
herediter, kalkulus urinaria, malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan yang mungkin timbul pada
klien dengan perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) adalah sebagai berikut :
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan glomerulo
filtration rate.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria :
1. Rasio intake dan output pada batas normal
2. Berat badan normal
3. Tekanan darah dalam batas ketentuan (140/90 mmHg) dan elektrolit K, Ca, Mg, Fosfat, Na
pada batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji adanya edema dengan a. Merupakan tanda-tanda lethargi cairan yang menambah
distensi vena jugolaris, kerja dari jantung dan menuju edema pulmoner dan gagal
dispnea, tachikardi, jantung.
peningkatan tekanan darah
crakles pada auskultasi.
b. Kaji kelemahan otot tidak b. Tanda-tanda hipernatremia dihasilkan dari tanda fungsi
adanya reflek tendon dalam, tubular ginjal.
kram abdomen dengan diare,
tidak teraturnya nadi.
c. Kaji kelemahan, kelelahan,
penurunan reflek tendon c. Tanda-tanda hipertermia dihasilkan dari ketidakmampuan
d. Kaji kram otot, kaku atau nefron untuk memfiltrasi keluar Na.
gatal-gatal jari, ibu jari, d. Tanda-tanda hipokalsemia dihasilkan dari ketidakmampuan
perubahan dalam 10 hari. ginjal untuk memetabolisme vitamin D diperlukan aibsorps
e. Kaji kram otot parastesia Ca dari intestinum.
g. Berikan sikat gigi halus, pencukur f. Stres dan abnormalitas hemostatik dapat
elektrik; gunakan jarum kecil bila mengakibatkan perdarahan GI
mungkin dan lakukan penekanan lebih g. Menurunkan resiko perdarahan /
lama seteleah menyuntikan/penyusunan pembentukan hematoma.
vaskular.
j. Gangguan kebutuhan sexual berhubungan dengan gagal ginjal kronik
Tujuan : Kebutuhan sexual terpenuhi
Kriteria :
1. Klien dapat mengidentifikasi keterbatasan seksual yang disebabkan oleh masalah kesehatan
(GGK)
2. Klien dapat mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap
keterbatasannya
3. Melaporkan adanya kepuasan dalam aktivitas seksual.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji faktor penyebab dan penunjang a. Untuk mengetahui tindakan apa yang
dapat dilakukan sesuai kondisi pasien.
b. Hilangkan atau kurangi faktor-faktor b. Untuk mengurangi masalah
penyebab bila mungkin
c. Berikan informasi yang tepat pada pasien
c. Keterangan dibutuhkan oleh klien dan
dan pasangan tentang keterbatasan fungsi pasangan bahwa penyakitnya (GGK) dapat
seksual yang disebabkan oleh keadan menyebabkan gangguan seksual agar klien
penyakit dan pasangan tidak cemas
d. Ajarkan modifikasi yang mungkin dalamd. Untuk mengurangi kelemahan dan
kegiatan menyesuaikan dengan kepuasan seksual tetap terpenuhi
keterbatasan akibat sakit e. Terapi medis dapat membantu kebutuhan
e. Berikan tujuan sesuai indikasi akan seksual.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny. Y.M
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kalawat jaga III
Agama : Kr. Protestsn
Suku / Kebangsaan : Ternate/Indonesia
Pendidikan : SMP
Stasus : Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 11 Juli 2014
Tanggal pengkajian : 14 Juli 2014
No. Med. Rec : 41.61.88
Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik
2. Genogram
Ket.
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
: Hubungan
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Mual dan Muntah
b. Riwayat keluhan utama
Mual dan muntah dirasakan pasien 1 hari SMRS, pasien muntah dengan frekwensi 6 kali
sehari, muntah berisi makanan dan minuman yang dimakan pasien, volume muntah 4 gelas
aqua sekali muntah, pasien juga merasa nyeri ulu hati, 1 hari SMRS, nyeri bersifat hilang
timbul dan diraskan 1 menit, pasien juga mengatakan badan terasa lemah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tidak ada nafsu makan, badan terasa lemah serta mengalami susah tidur dan konstipasi
(+) mual(+), muntah (-),pucat (+), edema palpebra (+), turgor kulit jelek, bibir kering dan
pecah-pecah, poliuri dan nyeri tekan pada gaster (-), .
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien menderita DM Tipe II sejak tahun 2011 begitu juga dengan Hipertensi. Pasien juga
menderita Hiperkolesterol, pasien meminum obat DM, HPT dan Hiperkolesterol dengan
teratur.
e. Riwayat Keluarga
Dikeluarga pasien hanya pasien yang menderita penyakit ini.
f. Pola Fungsi Kesehatan Menurut Marilynn E. Doengoes
a) Aktivitas/istirahat.
Kelelahan dan kelemahan, malaise, gangguan tidur/ Insomnia. Pasien beraktivitas di bantu
oleh orang lain baik dalam makan, minum, berjalan, ambulasi dan imobilisasi, mandi/wc.
b) Sirkulasi.
Riwayat hipertensi sejak tahun 2011, TD : 140/90 mmHg, N : 88x/m, CRT <3 detik.
c) Integritas Ego.
Pasien menerima penyakit yang ia derita saat ini, dan hubungan dengan keluarga berjalan dengan baik.
d) Eliminasi.
Pasien mengalami poliuri dengan frekwensi 14-16 x/hari, pasien juga mengalami konstipasi
dimana pasien terakhir kali BAB pada tanggal 13 juli 2014.
e) Makanan/cairan.
Penurunan nafsu makan, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan
ammonia). Pasien makan 3x/hari dengan menu Diit Protein(0,6 gr /kg/bb/hari) dan Diit kalori
(30ml/kg/bb/hari), makanan tidak dihabiskan (1/2 piring dihabiskan).
f) Neurosensori.
Kesadaran pasien compos mentis, konsentrasi baik, tidak ada penurunan fungsi saraf.
g) Nyeri/kenyamanan.
pasien tidak merasakan nyeri ulu hati dan nyeri kepala. Pasien merasa aman selama berada di
rumah sakit.
h) Pernapasan.
Pernapasan pasien 20x/m tidak ada ronkhi dan wheezing, batuk tidak ada.
i) Integumen
Turgor kulit pasien jelek dan wajah tampak pucat.
j) Seksualitas.
Pasien pada saat ini sudah tak dapat lagi melakukan aktivitas seks karena dalam keadaan
sakit.
k) Interaksi sosial.
[asien sudah tak dapat lagi beraktivitas seperti biasa karena dalam keadaan sakit, pasien tidak
dapat lagi melakukan peran sebagai Ibu Rumah Tangga karena sakit.
l) Pembelajaran/penyuluhan.
Pasien memiliki riwayat DM, salah satu penyebab GGK adalah DM, pasien juga harus
diberikan pendidikan tentang diit Protein dan Kalori.
4. Pemeriksaan Fisik
a. KU : sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : TD :140/90 mmHg R : 20x/mnt
N : 88x/mnt S : 36,8C
BB SMRS : 67kg BB saat di kaji : 64kg
b. Sistem Integumen
Pucat (+), kulit kering, turgor lambat
c. Kepala
Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut oval & kering
d. Mata
Penglihatan normal, konjungtiva anenis (+), sklera interik (-) edema palpera (+)
e. Telinga
Secret (+), pendengaran baik
f. Hidung
Secret (+), penciuman baik
g. Mulut & Faring
Keadaan mulut kering (+), bau mulut (+), bibir kering dan pecah-pecah (+), stomatitis (-)
h. Ekstremitas Atas : Pada tangan bagian kiri terpasang IVFD NaCl 0,9 %
i. Abdomen
Benjolan (-), pembesaran hepar (-), bu (+) normal
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik 14 Juli 2014
No Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
.
Hematologi
1. Leukosit 11.500 /mm^3 4000-10.000
2. Eritrosit 3,60 10^6/mm^3 4,25-5,40
3. Hemoglobin 10,9 g/dL 12,0-16,0
4. Hematokrit 29,7 % 37,0-47,0
5. Trombosit 391 10^3/mm^3 150-450
Kimia klinik
3. Terapi obat-obatan
a. Ranitidin 2 x 1 amp IV
b. Merocloporanide 3x1 amp IV
c. Amlodipine 10 mg 1-0-0
d. Asquidone 2x30 mg
e. Ciprofloxacin 1x400 mg IV
f. Simvastatin 10 mg 0-0-1
g. Captopril 3x25 mg
h. Kapsul garam 3x1
i. IVFD NaCl 0,9 20 gtt/ menit
ANALISA DATA
N
Data Etiologi Problem
o
1.
DS : Pasien mengatakan adanya Nefron yang terserang hancur Kelebihan
bengkak di kelopak mata, bibir Volume
kering dan pecah-pecah. Cairan
GFR
DO :
(BUN & kreatinin )
Total CES
Vol Interstisial
Edema
Preload
Eritropoetin
Hb
suplai O2
anemia
Intoleransi Aktivitas
3 DS : pasien mengatakan tidak ada Nefron yang terserang hancur Gangguan
nafsu makan karena mual, pasien Nutrisi
juga mengatakan mengalami Kurang
penurunan BB 3kg GFR Dari
(BUN & kreatinin ) Kebutuhan
Do :
1. Selera makan pasien menurun, Tubuh
Sindrom uremia
Nausea, Vomitus
Klasifikasi Data
DS :
1. Pasien mengatakan adanya bengkak di kelopak mata, bibir kering dan pecah-pecah.
2. Pasien mengatakan badan lelah dan lemah, malaise.
3. Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan karena mual dan berat badan menurun 3 kg.
DO :
1. adanya edema palpebra, bibir kering, pecah-pecah dan bau amoniak, turgor kulit jelek, kadar
kreatinin 2,9Mg/dl dan kadar Ureum Darah 53 mg/dl.
2. Pasien beraktivitas di bantu oleh orang lain baik dalam makan, minum, berjalan, ambulasi
dan imobilisasi, mandi/wc, HB 10,9 g/dl.
3. Selera makan pasien menurun, makan 3x1 diit protein dan kalori (1/2 piring dihabiskan)
2 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat aktivitas Jam 11.00 S:
produksi eritrosit dan toleransi, pola
intervensi 1. Mengkaji tingkat ba
aktivitas kemampuan
menurun ditandai aktivitas dan toleransi :
keperawatan selama dalam ADL keadaan ma
dengan : Pasien mengatakan
bedrest, TTV.
DS : Pasien 2x24 jam badan lelah dan lemah,
R : Merupakan data
malaise. , pola aktivitas
mengatakan badan diharapkan dasar terhadap O:-P
kemampuan dalam
kemampuan
lelah dan lemah, Kebutuhan aktivitas ADL : makan, minum, ba
beraktivitas dan
berjalan, ke wc di
malaise. sehari-hari dapat untuk tindakan da
bantu oleh suami. TTV:
berikutnya.
terpenuhi. TD : 140/90, N : be
2. Kaji kelemahan
88x/m, SB : 36,8c, R : im
DO :- Pasien beraktivitas di KH : dyspnoe, pucat dan
pusing perdarahan 20x/m.
bantu oleh orang lain 1. Kontinuitas dari gusi, luapan Jam 11. 05 -HB 10
6. Anjurkan pasien
hindari aktivitas atau
mengunakan alat
(sikat gigi, pisau
cukur) yang mungkin
menyebabkan trauma
pada jaringan: catat
setiap perdarahan
dari mukosa memar
berlebih
R : Kecenderungan
berdarah
menyebabkan
hilangnya darah
terutama jaringan
3 Gangguan nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji pola nutrisi Tgl. 14 Juli 2014 S:
kurang dari kebutuhan intervensi pasien dan Jam : 11.00 tid
tubuh b/d Hb, keperawatan selam perubahan yang 1. Mengkaji pola nutrisi mu
peningkatan asam 2x24 jam terjadi pasien
lambung di tandai diharapkan R : mengetahui pola - selera makan : Tidak O
dengan: Kebutuhan nutrisi nutrisi klien serta baik me
DS : Pasien mengatakan pasien dapat intake makanan Frekuensi : 3x/hari ma
tidak ada nafsu makan terpenuhi 2. Timbang berat Menu makan : Diit pe
karena mual KH : badan Protein 0,6
Dan berat badan 1. Hilangnya anoreksia R : Mengidentifikasi gr/kg/bb/hari A
menurun 3 kg. 2. Hilangnya mual dan intake makanan Kalori 30ml/kg/bb/hari
DO : muntah Anoreksia Porsi : Tdk dihabiskan P:
3. Intake 2000 kalori
Pola Nutrisi (1/2piringdihabiskan)
perhari
Selera makan : Tdk 4. Porsi makan di 4. Berikan makanan 2. Menimbang BB
baik/menurun habiskan porsi kecil tapi -64 Kg
Frekuensi : 3x/hari 5. Berat Badan sering. -Pasien
Menu makan : diberikan makan 3x/hari. Pada Jam : 12.00
oleh ahli gizi Diit jam 8 pagi, jam 12 4. Memberikan makanan
Protein dan Diit Kalori siang dan jam jam 7 porsi kecil tapi sering
Porsi makan : Tdk malam.
dihabiskan (1/2 piring)
5. Anjurkan
menghindari minum
berkafein, juice
makanan 5. Menganjurkan
panas/berbau
menghindari minum
berkafein, juice
makanan panas/berbau
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
6. Berkolaborasi dengan
pemberian diet dan
dokter dlm pemberian
pola makan pasien
diet dan pola makan
pasien
Protein 0,6
7. kolaborasi dengan
gr/kg/bb/hari
dokter dalam
Kalori 30ml/kg/bb/hari
pemberian obat
7. berkolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat :
j. Ranitidin 2 x 1 amp IV
k. Merocloporanide 3x1
amp IV
l. Amlodipine 10 mg 1-
0-0
m. Asquidone 2x30 mg
n. Ciprofloxacin 1x400
mg IV
o. Simvastatin 10 mg 0-
0-1
p. Captopril 3x25 mg
q. Kapsul garam 3x1
r. IVFD NaCl 0,9 20
gtt/ menit