Sata (10.04.018)
CIKUPA TANGERANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT beserta junjungan kita Nabi
Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah memberikan anugerah-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok kami yang berjudul:
Apoptosis
Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Kimia Analisis
Farmasi Kualitatif yang diberikan oleh Ibu Selphina Kurniasih, selaku dosen
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami.
Demikian kata pengantar dari kami dengan harap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami sebagai tim
penyusun.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN........................................................... 3
2.1 ........................................................................... 3
2.2 ........................................................................... 4
2.3 ......................................................................... 5
2.4 ......................................................................... 5
2.5 ........................................................................... 7
2.6 ........................................................................... 8
BAB III.................................................................................. 9
3.1.............................................................................. 9
3.2.............................................................................. 11
3.3.............................................................................. 12
3.4 ............................................................................. 12
Pendahuluan
Kenyataannya bahwa apoptosis terjadi pada tumor bukan hal yang baru. Lebih dari 20
tahun yang lalu telah ditegaskan bahwa apoptosis telah banyak dilaporkan pada kehilangan sel
secara spontan yang dikenal dari penelitian-penelitian kinetic yang terjadi pada tumor, dan hal ini
telah jelas bahwa secara luas mengetahui tumor dalam menetapkan dengan baik pengobatan
radiasi, khemoterapi sitositis, pemanasan dan hormonal. Walaupun demikian, selama bertahun-
tahun yang lalu, pengertian terdepan pada pengontrolan apoptosis di level molekuler telah
meluas dibahas secara bermakna dalam potensial onkologi dan telah melampaui jauh melengkapi
suatu penjelasan mekanik dari penghapusan sel tumor. Khususnya, penemuan bahwa apoptosis
dapat diatur oleh produk proto-oncogen dan tumor supresosgen p53 telah membuka jalan untuk
penelitian masa depan. Usulan bahwa apoptosis adalah suatu fenomena yang berlainan
terhadap perbedaan fundamental dari degeneratif kematian sel atau nekrosis berdasarkan pada
morfologi, biokimia, dan insiden.
Dalam tiga dekade teakhir ini, dua bentuk sel mati berbeda secara mendasar, apoptosis
dan nekrosis. Telah didefinisikan dalam istilah morfologi, biokimia dan insidennya. Dalam
keadaan normal, sel-sel tubuh dapat memberikan respon atau adaptasi terhadap lingkungannya.
Bila aktivitas yang dilakukan sel tersebut meningkat, atau stimulus yang diterimanya meningkat,
maka untuk mencapai keseimbangan dalam merespon hal tersebut, sel akan mengalami
hipertropi.
BAB II
Pembahasan
Apoptosis adalah suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetik,
bersifat aktif, ditandai dengan adanya kondensasi chromatin, fragmentasi sel dan pagositosis sel
tersebut oleh sel tetangganya. Beda halnya dengan nekrosis yang merupakan bentuk kematian sel
sebagai akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian rupa
yang secara umum memberi keuntungan selama siklus kehidupan suatu organisme (Gambar 1).
Contohnya adalah pada diferensiasi jari manusia selama perkembangan embrio membutuhkan
sel-sel di antara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat terpisah. Gambar 1. Perbedaan
apoptosis dan nekrosis.
Penelitian mengenai apoptosis dimulai dengan studi pada Caenorhabditis elegans. Cacing
dewasa memiliki 1000 sel, di mana selama perkembangannya ada 131 sel yang mati. Ada 2
bentuk mutasi ditemukan yaitu ced 3 dan ced 4. Sekuen ced 3 homolog dengan Interleukin
Converting Enzyme (ICE) yang dibutuhkan untuk aktivasi proteolitik dari prekursor interleukin
1, di mana selama aktivasi ada hormone tertentu yang dilepaskan oleh sel imun tertentu yang
dapat memacu terjadinya inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa proteolisis dibutuhkan untuk
apoptosis.
Apoptosis juga merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal, proses
ini menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang
rusak dan proliferasi fisiologis dan dengan demikian memelihara agar fungsi jaringan normal.
Deregulasi apoptosis mengakibatkan keadaan patologis, termasuk proliferasi sel secara tidak
terkontrol seperti dijumpai pada kanker. Ada berbagai bukti yang menyatakan kontrol apoptosis
dikaitkan dengan gen yang mengatur berlangsungnya siklus sel, diantaranya gen p53, Rb, Myc,
E1A dan keluarga Bcl-2. Gangguan regulasi dan proliferasi sel baik akibat aktivitas onkogen
dominan maupun inaktivasi tumor suppressor genes ada hubungannya dengan kontrol apoptosis.
Beberapa jenis virus onkologik melaksanakan proses transformasi sel dengan cara mengganggu
fungsi apoptosis dalam sel, misalnya SV40, herpes dan adenovirus, polioma maupun virus
Epstein Barr (EBV). Dalam literatur lain menyebutkan apoptosis merupakan suatu bentuk
kematian sel yang didesain untuk menghilangkan sel-sel host yang tidak diinginkan melalui
aktivasi serangkaian peristiwa yang terprogram secara internal melalui serangkaian produk gen.
Adapun terjadinya penyebab diatas sebagai berikut:
E. Proses Penuaan.
B. Proses involusi yang tergantung hormon pada orang dewasa seperti penurunan sel
endometrium selama siklus menstruasi, atresia folikuler ovarium pada menopause, regresi
payudara setelah menyapih dan atropi prostat setelah katrasi.
C. Delesi sel pada populasi sel-sel yang berproliferasi seperti epitel kripta usus
(intestinum).
D. Kematian sel pada tumor paling sering selama regresi tapi juga pada tumor dengan
pertumbuhan sel yang aktif.
F. Kematian sel-sel imun baik limfosit B & T, setelah deflesi sitokin, seiring dengan
delesi sel-sel T autoreaktif pada timus yang sedang berkembang.
G. Kematian sel yang diinduksi oleh sel-sel T Sitotoksik, seperti pada penolakan imum
seluler.
H. Atropi patologis pada organ parenkim setelah obtruksi duktus, seperti yang terjadi di
pankreas, kelenjer parotis & ginjal.
I. Lesi sel pada penyakit virus tertentu, misalnya pada hepatitis virus, dimana sel-sel yang
mengalami apoptosis dihepar yang dikenal sebagai badan Councilman
J. Kematian sel akibat berbagai stimulus lesi yang mampu menyebabkan nekrosis,
kecuali bila diberikan dosis rendah, contohnya panas, radiasi, obat-obat anti kanker sitotoksik &
hipoksia dapat menyebabkan apoptosis jika kerusakan ringan, tapi dosis besar dengan stimulus
yang sama menyebabkan kematian sel nekrotik.
B. Peranan Apoptosis
Apoptosis memiliki peranan penting dalam fenomena biologis, proses apoptosis yang
tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang sangat bervariasi. Terlalu banyak
apoptosis menyebabkan sel mengalami kekacauan, sebagaimana terlalu sedikit apoptosis juga
menyebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol (kanker). Beberapa contoh penyakit yang
ditimbulkan karena apoptosis yang tidak sempurna antara lain:
a. Penyakit autoimun disebabkan karena sel T/B yang autoreaktif terus menerus.
C. Fungsi Apoptosis
c. Homeostasis
Homeostasis adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh organisme yang
dibutuhkan organisme hidup untuk menjaga keadaan internalnya dalam batas tertentu.
Homeostasis tercapai saat tingkat mitosis (proliferasi) dalam jaringan seimbang
dengan kematian sel. Jika keseimbangan ini terganggu dapat terjadi :
1. sel membelah lebih cepat dari sel mati.
2. sel membelah lebih lambat dari sel mati.
D. Mekanisme Apoptosis
Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu :
Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi family
protein pengeksekusi utama yang dikenal sebagai caspase. Sel yang berbeda
memberikan respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis. Misalnya sel
splenic limfosit akan mengalami apoptosis saat terpapar radiasi ionisasi
sedangkan sel myocyte tidak mengalami apoptosis untuk pemaparan yang sama.
yang berfungsi sebagai anti-apoptosis. Anggota grup kedua diwakili oleh Bax dan
Bak (Bcl-2 associated killer), sebagaimana anggota grup yang ketiga yaitu Bid (a
novel BH3 domain-only death agonist) dan Bad (the Bcl-2 associated death
E.
F.
Apoptosis melibatkan:
Apoptosis pada sel dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu : jalur ekstrisik dan
jalur intrinsik. Jalur ekstrisik diinisiasi melalui stimulasi dari reseptor kematian
(death receptor) sedangkan jalur intrinsik diinisiasi melalui pelepasan faktor signal
dari mitokondria dalam sel.
Jalur ini khas pada sistem imun dan digunakan untuk menghilangkan sel T
yang aktif pada akhir dari respon imun. Jalur ini terutama diperantarai oleh
perforin / granzyme. Tahap-tahap apoptosis dalam death receptor pathway :
i. Ikatan antara FasL, suatu TNF (Tumor Necrosis Factor) dengan reseptornya.
Jalur ini biasa diaktifkan dalam respon stimulus letal yang lain seperti
pengrusakan DNA, stress oksidatif, dan hipoksia. Mitokondria mengandung
faktor proapoptosis seperti sitokrom c dan AIF (apoptosis inducing factors).
Keduanya merupakan substrat yang berbahaya, akan tetapi tersimpan aman dalam
mitokondria. Saat keduanya dilepaskan ke sitoplasma dapat mengaktifkan jalur
aktivasi caspase. Pelepasannya diatur oleh famili Bcl-2 yang terikat dengan
mitokondria, yaitu Bax dan Bad.
c. Kerusakan DNA.
Death Receptor Pathway dan Mitocondrial Pathway bertemu saat caspase inisiator
(caspase 8, 9, 10) menghasilkan aktivasi caspase efektor (caspase 3, 6, 7).
5. Tahap Fagositosis
Sel yang terfragmentasi menjadi apoptotic body mengeluarkan signal eat
me yang dikenali oleh fagosit. Ada 2 macam fagosit, yaitu :
Fagosit professional, contohnya sel makrofag.
Fagosit semiprofesional, sel tetangga dari sel yang mengalani apoptosis.
E. Pengendalian Apoptosis
Haruslah jelas sel menjaga kontrol caspases. Dua spesies untuk menginhibisi apoptosis
adalah protein mitochondrial Bcl-2 dan Bcl-xL, yang dapat menghalangi pelepasan sitokrom c
dari mitokondria. Protein keluarga Bcl mempunyai suatu gugus hidrofob dan terikat di sisi luar
permukaan mitokondria dan organel lain seperti inti dan retikulum endoplasma. Protein ini
mampu membentuk kanal ion di liposom.
Sejauh ini 15 anggota keluarga ini (ced-9 yang dihubungkan dengan C. elegans) telah
ditemukan di manusia. Bcl-2 dapat juga mengikat Apaf-1 dan menghalangi pengaktifan inisiasi
caspase 9. Bcl-2 diatur oleh perubahan ekspresi gen Bcl-2, dengan post-translational fosforilasi
oleh kinase, atau oleh pecahnya caspase. Kelebihan ekpresi Bcl-2 dapat menyebabkan suatu sel
menjadi suatu sel tumor. Anggota lain keluarga, BAX dan BAD yang mengikat mitokondria dan
memfasilitasi apoptosis dengan menstimulasi pelepasan sitokrom C. Sebagai tambahan, protein
lain yang disebut IAPS (inhibitor of apoptosis) dapat menghalangi caspase atau protein apoptotis
lainnya.
Sel yang mengalami apoptosis dapat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya
maupun mikroskop elektron melalui ciri-ciri morfologis yang ditampakkan. Ciriciri tersebut
antara lain :
a. Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun
sitoskeleton dicerna oleh enzim peptidase spesifik yang disebut caspase yang
telah diaktifkan di dalam sel.
b. Kromatin (DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai
mengalami degradasi dan kondensasi.
c. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat. Pada
tahap ini, membran yang mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun
caspase tertentu telah melakukan degradasi protein pori inti sel dan mulai
mendegradasi lamin yang terletak dalam lingkungan inti sel.
d. Lingkungan dalam inti sel tampak terputus dan DNA di dalamnya
terfragmentasi (proses ini dikenal dengan karyorrhexis). Inti sel pecah
melepaskan berbagai bentuk kromatin atau unit nukleosom karena disebabkan
degradasi DNA.
e. Plasma membran mengalami blebbing.
f. Sel tersebut kemudian dimakan atau pecah menjadi gelembung-gelembung
yang disebut apoptotic bodies dan kemudian dimakan.
G. Afasd
H. Afasfasf
I. f