Anda di halaman 1dari 19

BIOLOGI MOLEKULER

Dosen : Ibu Selphina Kurniasih

Disusun oleh Kelompok 2:

Dyah Putri Ayu D (10.04.

Sata (10.04.018)

Shera Silviana (10.04.019)

Sri Wahyuni (10.04.021)

Wahyu Wijiastutik C (10.04.024)

Yulianti Yastuti (11.04.6905)

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH


TANGERANG

CIKUPA TANGERANG

2012
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT beserta junjungan kita Nabi
Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah memberikan anugerah-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok kami yang berjudul:

Apoptosis

Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Kimia Analisis
Farmasi Kualitatif yang diberikan oleh Ibu Selphina Kurniasih, selaku dosen
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami.

Walaupun dalam penyusunan makalah ini kami banyak menemukan


kesulitan terutama keterbatasan referensi yang kami dapatkan. Oleh karea itu,
jika ada kesalahan dalam penulisan, kesalahan kata maupun pengetikan dalam
makalah ini kami minta maaf yang sebesar-besarnya dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.

Demikian kata pengantar dari kami dengan harap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi kami sebagai tim
penyusun.

Tangerang, 12 Desember 2012

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................... 3

2.1 ........................................................................... 3

2.2 ........................................................................... 4

2.3 ......................................................................... 5

2.4 ......................................................................... 5

2.5 ........................................................................... 7

2.6 ........................................................................... 8

BAB III.................................................................................. 9

3.1.............................................................................. 9

3.2.............................................................................. 11

3.3.............................................................................. 12

3.4 ............................................................................. 12

BAB IV PENUTUP ................................................................ 14

4.1 Kesimpulan ....................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 16


BAB I

Pendahuluan

Apoptosis pertama diidentifikasikan sebagai bentuk kematian sel berdasarkan kepada


morfologinya. Penelitian mengenai insiden biokomiawi dan genetic merupakan prediksi dari
peranannya dalam mengontrol sel ditentukan secara genetik dan alamiah sehingga kontrol
genetik dan mekanisme biokimia dari apoptosis menjadi lebih dimengerti dalam perkembangan
dan strategi terapi yang mengatur kejadian dalam proses penyakit.

Kenyataannya bahwa apoptosis terjadi pada tumor bukan hal yang baru. Lebih dari 20
tahun yang lalu telah ditegaskan bahwa apoptosis telah banyak dilaporkan pada kehilangan sel
secara spontan yang dikenal dari penelitian-penelitian kinetic yang terjadi pada tumor, dan hal ini
telah jelas bahwa secara luas mengetahui tumor dalam menetapkan dengan baik pengobatan
radiasi, khemoterapi sitositis, pemanasan dan hormonal. Walaupun demikian, selama bertahun-
tahun yang lalu, pengertian terdepan pada pengontrolan apoptosis di level molekuler telah
meluas dibahas secara bermakna dalam potensial onkologi dan telah melampaui jauh melengkapi
suatu penjelasan mekanik dari penghapusan sel tumor. Khususnya, penemuan bahwa apoptosis
dapat diatur oleh produk proto-oncogen dan tumor supresosgen p53 telah membuka jalan untuk
penelitian masa depan. Usulan bahwa apoptosis adalah suatu fenomena yang berlainan
terhadap perbedaan fundamental dari degeneratif kematian sel atau nekrosis berdasarkan pada
morfologi, biokimia, dan insiden.

Dalam tiga dekade teakhir ini, dua bentuk sel mati berbeda secara mendasar, apoptosis
dan nekrosis. Telah didefinisikan dalam istilah morfologi, biokimia dan insidennya. Dalam
keadaan normal, sel-sel tubuh dapat memberikan respon atau adaptasi terhadap lingkungannya.
Bila aktivitas yang dilakukan sel tersebut meningkat, atau stimulus yang diterimanya meningkat,
maka untuk mencapai keseimbangan dalam merespon hal tersebut, sel akan mengalami
hipertropi.
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian dan Penyebab Apoptosis

Apoptosis adalah suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetik,
bersifat aktif, ditandai dengan adanya kondensasi chromatin, fragmentasi sel dan pagositosis sel
tersebut oleh sel tetangganya. Beda halnya dengan nekrosis yang merupakan bentuk kematian sel
sebagai akibat sel yang terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian rupa
yang secara umum memberi keuntungan selama siklus kehidupan suatu organisme (Gambar 1).
Contohnya adalah pada diferensiasi jari manusia selama perkembangan embrio membutuhkan
sel-sel di antara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat terpisah. Gambar 1. Perbedaan
apoptosis dan nekrosis.

Gambar 1. Perbedaan Apoptosis dan Nekrosis

Penelitian mengenai apoptosis dimulai dengan studi pada Caenorhabditis elegans. Cacing
dewasa memiliki 1000 sel, di mana selama perkembangannya ada 131 sel yang mati. Ada 2
bentuk mutasi ditemukan yaitu ced 3 dan ced 4. Sekuen ced 3 homolog dengan Interleukin
Converting Enzyme (ICE) yang dibutuhkan untuk aktivasi proteolitik dari prekursor interleukin
1, di mana selama aktivasi ada hormone tertentu yang dilepaskan oleh sel imun tertentu yang
dapat memacu terjadinya inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa proteolisis dibutuhkan untuk
apoptosis.

Apoptosis juga merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal, proses
ini menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang
rusak dan proliferasi fisiologis dan dengan demikian memelihara agar fungsi jaringan normal.
Deregulasi apoptosis mengakibatkan keadaan patologis, termasuk proliferasi sel secara tidak
terkontrol seperti dijumpai pada kanker. Ada berbagai bukti yang menyatakan kontrol apoptosis
dikaitkan dengan gen yang mengatur berlangsungnya siklus sel, diantaranya gen p53, Rb, Myc,
E1A dan keluarga Bcl-2. Gangguan regulasi dan proliferasi sel baik akibat aktivitas onkogen
dominan maupun inaktivasi tumor suppressor genes ada hubungannya dengan kontrol apoptosis.
Beberapa jenis virus onkologik melaksanakan proses transformasi sel dengan cara mengganggu
fungsi apoptosis dalam sel, misalnya SV40, herpes dan adenovirus, polioma maupun virus
Epstein Barr (EBV). Dalam literatur lain menyebutkan apoptosis merupakan suatu bentuk
kematian sel yang didesain untuk menghilangkan sel-sel host yang tidak diinginkan melalui
aktivasi serangkaian peristiwa yang terprogram secara internal melalui serangkaian produk gen.
Adapun terjadinya penyebab diatas sebagai berikut:

A. Selama proses perkembangan

B. Sebagai suatu mekanisme homeostatik untuk memelihara sel di jaringan.

C. Sebagai suatu mekanisme pertahanan seperti reaksi imun

D. Apabila sel-sel dihancurkan oleh penyakit atau agent-agent yang berbahaya.

E. Proses Penuaan.

Faktor-faktor yang bertanggungjawab dari serangkaian peristiwa apoptosis baik


fisiologis, adaptif maupun patologis adalah:

A. Kerusakan sel yang terprogram selama embriogenesis termasuk implantasi,


organogenesis, involusi perkembangan dan metamorfosis yang tidak selalu didefinisikan secara
fungsional sebagai kematian sel yang terprogram, Oleh ahli Embriologi terminologi ini sering
digunakan.

B. Proses involusi yang tergantung hormon pada orang dewasa seperti penurunan sel
endometrium selama siklus menstruasi, atresia folikuler ovarium pada menopause, regresi
payudara setelah menyapih dan atropi prostat setelah katrasi.

C. Delesi sel pada populasi sel-sel yang berproliferasi seperti epitel kripta usus
(intestinum).

D. Kematian sel pada tumor paling sering selama regresi tapi juga pada tumor dengan
pertumbuhan sel yang aktif.

E. Kematian netropil selama respon respon inflamasi akut.

F. Kematian sel-sel imun baik limfosit B & T, setelah deflesi sitokin, seiring dengan
delesi sel-sel T autoreaktif pada timus yang sedang berkembang.
G. Kematian sel yang diinduksi oleh sel-sel T Sitotoksik, seperti pada penolakan imum
seluler.

H. Atropi patologis pada organ parenkim setelah obtruksi duktus, seperti yang terjadi di
pankreas, kelenjer parotis & ginjal.

I. Lesi sel pada penyakit virus tertentu, misalnya pada hepatitis virus, dimana sel-sel yang
mengalami apoptosis dihepar yang dikenal sebagai badan Councilman

J. Kematian sel akibat berbagai stimulus lesi yang mampu menyebabkan nekrosis,
kecuali bila diberikan dosis rendah, contohnya panas, radiasi, obat-obat anti kanker sitotoksik &
hipoksia dapat menyebabkan apoptosis jika kerusakan ringan, tapi dosis besar dengan stimulus
yang sama menyebabkan kematian sel nekrotik.

B. Peranan Apoptosis

Apoptosis memiliki peranan penting dalam fenomena biologis, proses apoptosis yang
tidak sempurna dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang sangat bervariasi. Terlalu banyak
apoptosis menyebabkan sel mengalami kekacauan, sebagaimana terlalu sedikit apoptosis juga
menyebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol (kanker). Beberapa contoh penyakit yang
ditimbulkan karena apoptosis yang tidak sempurna antara lain:

a. Penyakit autoimun disebabkan karena sel T/B yang autoreaktif terus menerus.

b. Neurodegeneration, seperti pada penyakit Alzheimer dan Parkinson, akibat dari


apoptosis prematur yang berlebihan pada neuron di otak. Neuron yang tersisa
tidak mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel yang hilang.

c. Stroke iskemik, aliran darah ke bagian-bagian tertentu dari otak dibatasi


sehingga dapat menyebabkan kematian sel saraf melalui peningkatan
apoptosis.

d. Kanker, sel tumor kehilangan kemampuannya untuk melaksanakan apoptosis


sehingga proliferasi sel meningkat.

C. Fungsi Apoptosis

Fungsi dari apoptosis antara lain :


a. Sel yang rusak atau terinfeksi
Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel yang rusak tidak bisa diperbaiki lagi
atau terinfeksi oleh virus. Keputusan untuk melakukan apoptosis dapat berasal dari sel
itu sendiri, dari jaringan di sekitarnya, atau dari sel yang merupakan bagian sistem
imun. Jika kemampuan sel untuk ber-apoptosis rusak atau jika inisiasi apotosis
dihambat, sel yang rusak dapat terus membelah tanpa batas, berkembang menjadi
kanker.

b. Respon terhadap stress atau kerusakan DNA


Kondisi stress sebagaimana kerusakan DNA sel yang disebabkan senyawa toksik atau
pemaparan sinar ultraviolet atau radiasi ionisasi (sinar gamma atau sinar X), dapat
menginduksi sel untuk memulai proses apoptosis. Contohnya pada kerusakan genom
dalam inti sel, adanya enzim PARP-1 memacu terjadinya apoptosis. Enzim ini memiliki
peranan penting dalam menjaga integritas genom, tetapi aktivasinya secara berlebihan
dapat menghabiskan ATP, sehingga dapat mengubah proses kematian sel menjadi
nekrosis (kematian sel yang tidak terprogram).

c. Homeostasis
Homeostasis adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh organisme yang
dibutuhkan organisme hidup untuk menjaga keadaan internalnya dalam batas tertentu.
Homeostasis tercapai saat tingkat mitosis (proliferasi) dalam jaringan seimbang
dengan kematian sel. Jika keseimbangan ini terganggu dapat terjadi :
1. sel membelah lebih cepat dari sel mati.
2. sel membelah lebih lambat dari sel mati.

D. Mekanisme Apoptosis

Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya apoptosis dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu :

1. Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis).


2. Tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen apoptosis yang
berhubungan, dll)
3. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dll)
4. Fagositosis.

1. Signal Penginduksi Apoptosis


Apoptosis tidak memerlukan suatu proses transkripsi atau translasi.
Molecular machine yang dibutuhkan untuk kematian sel dianggap mengalami
dormansi dan hanya memerlukan aktivasi yang cepat. Signal yang menginduksi
apoptosis bisa berasal dari ekstraseluler dan intraseluler.
Signal ekstraseluler contohnya hormon hormon. Hormon tiroksin menginduksi
apoptosis pada ekor tadpole. Apoptosis juga bisa dipicu oleh kurangnya signal
yang dibutuhkan sel untuk bertahan hidup seperti growth factor. Sel lain, sel
berhubungan dengan sel yang berdekatan juga bisa memberikan signal untuk
apoptosis. Signal intraseluler misalnya radiasi ionisasi, kerusakan karena oksidasi
radikal bebas, dan gangguan pada siklus sel.

Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi family
protein pengeksekusi utama yang dikenal sebagai caspase. Sel yang berbeda
memberikan respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis. Misalnya sel
splenic limfosit akan mengalami apoptosis saat terpapar radiasi ionisasi
sedangkan sel myocyte tidak mengalami apoptosis untuk pemaparan yang sama.

2. Regulator Molekuler dari Apoptosis


Signal kematian dihubungkan dengan pelaksanaan apoptosis oleh tahap
integrasi atau pengaturan. Pada tahap ini terdapat molekul regulator positif atau
negatif yang dapat menghambat, memacu, mencegah apoptosis sehingga
menentukan apakah sel tetap hidup atau mengalami apoptosis (mati). Apoptosis
diperantarai oleh famili protease yang disebut caspase, yang diaktifkan melalui
proteolisis dari bentuk prekursor inaktifnya (zymogen). Caspase merupakan
endoprotease yang memiliki sisi aktif Cys (C) dan membelah pada terminal C
pada residu Asp, oleh karena itu dikenal sebagai Caspases (Cys containing Asp
specific protease).
Saat ini telah ditemukan 13 anggota famili caspases pada manusia.
Beberapa anggota famili caspase yang terlibat dalam apoptosis dibedakan menjadi
2 golongan. Golongan yang pertama terdiri dari caspase 8, 9,10 yang mengandung
prodomain yang panjang pada terminal N, fungsinya sebagai inisiator dalam
proses kematian sel. Golongan yang kedua terdiri dari caspase 3, 6, 7 yang
mengandung prodomain yang pendek dan berfungsi sebagai efektor, membelah
berbagai substrat yang mati yang pada akhirnya menyebabkan perubahan
morfologi dan biokimia yang tampak pada sel yang mengalami apoptosis.
Molekul efektor lain dalam apoptosis adalah Apaf-1 (apoptotic protease activating
factor) bersama sitokrom c mengambil procaspase 9 di ATP-dependent manner,
dan menstimulasi proses perubahan procaspase 9 menjadi caspase 9.
Regulator apoptosis yang lain adalah anggota famili Bcl-2. Saat ini ada 18
anggota famili Bcl-2 yang telah diidentifikasi, dan dibagi ke dalam 3 grup
berdasarkan strukturnya. Anggota grup pertama diwakili oleh Bcl-2 dan Bcl-xL

yang berfungsi sebagai anti-apoptosis. Anggota grup kedua diwakili oleh Bax dan
Bak (Bcl-2 associated killer), sebagaimana anggota grup yang ketiga yaitu Bid (a
novel BH3 domain-only death agonist) dan Bad (the Bcl-2 associated death

Gambar 2. Anggota Famili BCL-2


molecule), merupakan molekul pro-apoptosis (Gambar 2).

E.

F.

ICE (Interleukin Converting Enzim) secara normal tidak terlibat dalam


apoptosis, tetapi aktivasi tiruannya dalam sel mamalia, dapat mendorong ke arah
tersebut. Masing-masing caspase mempunyai urutan yang sama, dirancang untuk
membelah, maka menjadi jelas caspase membelah satu sama lain dalam suatu
jalur mekanisme pengaktifan. Dua rangkaian caspase saling melibatkan. Yang
satunya menginisiasi proses aktivasi caspase lainnya. Pertanyaannya siapa yang
mengaktifkan caspase yang pertama? Tampak meragukan, sampai peneliti
menemukan bahwa caspase dapat diaktifkan jika mereka mengumpul pada
konsentrasi kritik. Ini bisa terjadi oleh ikatan molekul signal bunuh diri di
permukaan sel. Perubahan konformasi reseptor dapat mendorong ke arah agregasi
dari molekul reseptor permukaan dengan serentak dengan agregasi caspases
intraseluler reseptor agregasi.
Target Caspase

Apoptosis melibatkan:

1. Memadatkan inti sel

2. Memadatkan dan membagi-bagi sitoplasma ke dalam selaput ikat badan


apoptotis

3. Rusaknya kromosom ke dalam fragmen yang berisi berbagai nukleosom.

Target protein pada umumnya harus protein lain, suatu DNA


endonuklease. Ketika protein target pecah, DNase bebas untuk berpindah tempat
ke inti dan mulai pelaksanaan. Perubahan dalam apoptosis terjadi ketika caspase 3
membelah gelsolin, suatu protein dilibatkan dalam pemeliharaan morfologi sel.
Gelsolin yang dibelah membelah actin filamen di dalam sel. Protein yang lain
diperlukan untuk membentuk badan apopotic: suatu kinase yang disebut p21-
activated kinase 2 (PAK-2). Kinase ini diaktifkan oleh caspase-3 dengan
proteolisis terbatas.

3. Tahap Pelaksanaan Apoptosis

Apoptosis pada sel dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu : jalur ekstrisik dan
jalur intrinsik. Jalur ekstrisik diinisiasi melalui stimulasi dari reseptor kematian
(death receptor) sedangkan jalur intrinsik diinisiasi melalui pelepasan faktor signal
dari mitokondria dalam sel.

Peristiwa apoptosis jalur ekstrinsik dimulai dari adanya pelepasan molekul


signal yang disebut ligan oleh sel lain tetapi bukan berasal dari sel yang akan
mengalami apoptosis. Ligan tersebut berikatan dengan death receptor yang
terletak pada transmembran sel target yang menginduksi apoptosis. Death receptor
yang terletak di permukaan sel adalah famili reseptor TNF (Tumor Necrosis
Factor), yang meliputi TNF-R1, CD 95 (Fas), dan TNF-Related Apoptosis
Inducing Ligan (TRAIL)-R1 dan R2.

Ligan yang berikatan dengan reseptor tersebut akan mengakibatkan


caspase inisiator 8 setelah membentuk trimer dengan adaptor FADD (Fas
Associeted Death Domain). Kompleks yang terbentuk antara ligan-reseptor dan
FADD disebut DISC (Death Inducing Signaling Complex). CD 95, TRAIL-R1
dan R2 terikat dengan FADD, sedangkan TNF-R1 terikat secara tidak langsung
melalui molekul adaptor lain, yaitu TNF-Reseptor Associeted Death Domain
protein (TRADD).
Stress mitokondria yang menginduksi apoptosis jalur intrinsik disebabkan
oleh senyawa kimia atau kehilangan faktor pertumbuhan, sehingga menyebabkan
gangguan pada mitokondria dan terjadi pelepasan sitokrom c dari intermembran
mitokondria. Protein capcase-8 akan memotong anggota famili Bcl-2 yaitu Bid.
Kemudian Bid yang terpotong pada bagian ujungnya akan menginduksi insersi
Bax dalam membran mitokondria dan melepaskan molekul proapoptotik seperti
sitokrom c, Samc/Diablo, Apoptosis Inducing Factor (AIF), dan omi/Htr2. dengan
adanya dATP akan terbentuk kompleks antara sitokrom c, APAF1 dan caspase 9
yang disebut apoptosom. Selanjutnya, capcase 9 akan mengaktifkan downstream
procaspase-3.

Protein caspase 3 yang aktif memecah berbagai macam substrat,


diantaranya enzim DNA repair seperti poly-ADP Ribose Polymerase (PARP) dan
DNA protein kinase yaitu protein struktural seluler dan nukleus, termasuk
aparatus mitotik inti, lamina nukleus, dan aktin serta endonuklease, seperti
Caspase-Aktivated Deoxyribonuklease Inhibitor (ICAD) dan konstituen seluler
lainnya. Selain itu, caspase 3 juga mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan
caspese lainnya, seperti procaspase-6 dan procaspase-7 yang memberikan
amplifikasi terhadap kerusakan seluler.

Adanya seluler stres meningkatkan ekspresi dari protein p53 yang


mengakibatkan terjadinya GI arrest atau apoptosis. Anggota dari apoptosis
Stimulating Protein p53 (ASPP) yaitu ASPP 1 dan ASPP 2 secara spesifik
menstimulasi fungsi transsktivasi p53 pada promotor gen proapoptotik seperti Bax
dan p53 Inducible Gene 3 (PIG 3), tapi tidak pada promotor gen yang
menyebabkan cell cycle arrest, yaitu p21 dan MDM2.

Tahapan apoptosis jalur ekstrinsik/deatch receptor pathway

Jalur ini khas pada sistem imun dan digunakan untuk menghilangkan sel T
yang aktif pada akhir dari respon imun. Jalur ini terutama diperantarai oleh
perforin / granzyme. Tahap-tahap apoptosis dalam death receptor pathway :

i. Ikatan antara FasL, suatu TNF (Tumor Necrosis Factor) dengan reseptornya.

TNF adalah molekul penginduksi interseluler yang berupa asam amino-


157, dihasilkan terutama oleh makrofag yang teraktivasi, merupakan mediator
apoptosis ekstrinsik utama. Ada 2 macam reseptor untuk TNF yaitu TNFR-1 dan
TNFR-2. TNF yang berikatan dengan TNFR-1 yang dapat menginisiasi jalur
aktivasi caspase. Fas (Apo-1 atau CD 95) adalah reseptor untuk signal apoptosis
ekstrinsik lain pada membran sel, dan termasuk famili reseptor TNF. FasL (Fas
ligan) adalah protein yang berikatan dengan Fas untuk mengaktifkan jalur Fas.
Fas merupakan protein transmembran yang juga termasuk famili TNF.
ii. Ikatan FasL dengan Fas menginduksi reseptor untuk mengelompok
(trimerisasi)

iii. Pengikatan FADD (Fas associated


deathdomain protein) pada
domain kematian (death
domain).
iv. DED (death effector
domain) dari FADDmengikat
pro-caspase 8. Kompleks
yang
terbentuk disebut DISC (death-inducing signaling
complex), kompleks ini mengaktivas pro-caspase
8.
v. Caspase 8 yang
teraktivasi (heterotetramer)
dilepaskan dari DISC ke
sitoplasma. Caspase 8
termasuk caspase inisiator
yang akan mengaktivasi
caspase eksekutor
terutama melalui pro-caspase 3
4. Mitocondrial Pathway

Riset mengindikasi keterlibatan mitokondria dalam jalur apoptotis.


Sitokrom c, suatu heme protein yang bertindak sebagai suatu pembawa elektron
dalam fosforilasi oksidasi mitokondria, pemberhenti elektron cytochrome C
oxidase atau kompleks IV, keluar intermembran dan mengikat protein sitoplasmik
yang disebut Apaf-1. yang kemudian mengaktikan suatu inisiator caspase-9 di
sitoplasma. Protein ini keluar mitokondria setelah perubahan potensiasi
eletrokimia di membran.

Perubahan potensial menyebabkan terbukanya suatu kanal yang


nonspesifik
dalam membran yang permeabel, terdiri atas dua protein selaput bagian dalam
(adenine nucleotide translocator-ANT) dan suatu protein bagian luar (porin , yang
voltage-gated-kanal anion VDAC). Protein ini bertindak bersama-sama,
kemungkinan pada sisi luar dan sisi dalam terjadi kontak. Saluran ini dapat
dilewati zat yang memiliki bobot molekular kurang dari 1500. Perubahan gradien
proton menyebabkan oksidasi dan foforilasi di mitokondria perubahan kekuatan
ion menyebabkan pembekakan matriks. Karena sisi bagian dalam sangat kusut
dan memilki luas permukaan jauh lebih besar dibanding selaput yang luar,
bengkak pada matriks mengarah rusaknya sisi luar, sehingga sitokrom c dan Apaf-
1 keluar masuk sitoplasma.

Jalur ini biasa diaktifkan dalam respon stimulus letal yang lain seperti
pengrusakan DNA, stress oksidatif, dan hipoksia. Mitokondria mengandung
faktor proapoptosis seperti sitokrom c dan AIF (apoptosis inducing factors).
Keduanya merupakan substrat yang berbahaya, akan tetapi tersimpan aman dalam
mitokondria. Saat keduanya dilepaskan ke sitoplasma dapat mengaktifkan jalur
aktivasi caspase. Pelepasannya diatur oleh famili Bcl-2 yang terikat dengan
mitokondria, yaitu Bax dan Bad.

Sitokrom c dalah protein heme yang berperan sebagai pembawa elektron


yang larut dalam air dalam fosforilasi oksidatif mitokondria. Bila terjadi
kumparan electron melalui sitokrom c oxidase atau kompleks IV, adanya
perubahan kekuatan ion menyebabkan gelombang matriks. Saat membran dalam
mitokondria memiliki permukaan yang lebih luas dibanding membran luar maka
gelombang matriks menyebabkan nonspecific inner membrane permeability
transition pore terbuka sehingga sitokrom c keluar ke sitoplasma. Sitokrom c yang
keluar ke sitoplasma kemudian berikatan dengan Apaf-1 membentuk CARD
(Caspase Recruitment domain). Beberapa CARD bergabung membentuk
kompleks apoptosome kemudian mengikat pro-caspase 9 dan mengaktivasinya
menjadi caspase 9 (caspase inisiator). Caspase 9 ini akan mengaktivasi
procaspase-3 menjadi caspase 3 yang merupakan caspase efektor yang
melaksanakan apoptosis.
Caspase memecah
protein menyebabkan inti sel
pecah. Protein yang
merupakan target caspase
biasanya terikat dengan
protein lain, yaitu sebuah
DNAendonuklease. Saat
protein pecah, DNase bebas
bermigrasi ke nukleus dan
memecahnya. Perubahan
membran terjadi saat caspase
3 memecah gelsolin, suatu
protein yang terlibat dalam pemeliharaan morfologi sel. Gelsolin yang terpecah
akan membelah filamen aktin di dalam sel. Caspase 3 juga mengaktivasi kinase
yang disebut p21-activated kinase 2 (PAK 2) melalui proteolisis. PAK2 termasuk
protein yang dibutuhkan dalam membentuk apoptotic body.

Selama apoptosis mitokondria mengalami perubahan yang disebabkan


oleh :
a. Gangguan oksidasi-fosforilasi dan transport elektron karena radiasi dan
adanya second messenger tertentu seperti ceramide.

b. Perubahan dalam potensial redoks sel dan turunan Reactive Oxygen


Species (ROS).

c. Kerusakan DNA.

d. Kerusakan DNA memacu ekspresi protein yang dikenal sebagai p53


protein ini menyebabkan penghambatan pembelahan sel atau apoptosis,
dimana keduanya akan mnjaga sel dari menjadi sel tumor. Oleh karena itu
gen p53 adalah gen tumor suppressor.

e. Peningkatan ion Ca2+ intraseluler melalui tranduksi signal.

Death Receptor Pathway dan Mitocondrial Pathway bertemu saat caspase inisiator
(caspase 8, 9, 10) menghasilkan aktivasi caspase efektor (caspase 3, 6, 7).

5. Tahap Fagositosis
Sel yang terfragmentasi menjadi apoptotic body mengeluarkan signal eat
me yang dikenali oleh fagosit. Ada 2 macam fagosit, yaitu :
Fagosit professional, contohnya sel makrofag.
Fagosit semiprofesional, sel tetangga dari sel yang mengalani apoptosis.

Adanya sel-sel fagosit ini dapat menjamin tidak timbulnya respon


inflamasi setelah terjadinya apoptosis. Sel fagosit juga harus dihilangkan setelah
aktif bekerja. Sel imun aktif mulai mengekspresikan Fas beberapa hari setelah
aktivasi, mentargetkannya untuk eliminasi. Beberapa sel yang stress dapat
mengekspresikan Fas dan FasL lalu digunakan untuk bunuh diri. Akan tetapi
sebagian besar hanya dapat mengekspresikan Fas, sedangkan FasL diekspresikan
terutama oleh sel T aktif.

Penginduksi apoptosis dikategorikan dalam 3 grup, yaitu faktor kematian,


obat anti-kanker yang genotoksik, factor deprivation. Fas ligan, salah satu contoh
factor kematian, berikatan dengan reseptor Fas, menyebabkan trimerisasi. Domain
kematian yang mengalami trimerisasi dalam sitoplasma mengikat pro-caspase 8
melalui FADD/MORT1 membentuk DISC. Pro-caspase 8 mengalami autoaktivasi
pada DISC menjadi bentuk enzim yang aktif. Ada 2 jalur aktivasi caspase 3
melalui caspase 8 :

1) Caspase 8 secara langsung mengubah pro-caspase 3 menjadi caspase 3.


Caspase 3 membelah berbagai protein sel termasuk ICAD sehingga CAD
dilepaskan dari ICAD, lalu mendegradasi kromosom DNA.
2) Caspase 8 membelah Bid, molekul pro-apoptosis yang termasuk famili
Bcl-2, yang kemudian ditranslokasikan ke mitokondria untuk melepaskan
sitokrom c ke sitosol. Bcl-2 atau Bcl-xl, molekul anti-apoptosis, dapat
menghambat pelepasan sitokrom c dengan mekanisme yang belum
diketahui dengan pasti. Sitokrom c bersama Apaf-1 mengaktifkan Caspase
9, dimana caspase 9 kemudian mengaktifkan caspase 3. Caspase 3
membelah berbagai protein sel termasuk ICAD sehingga CAD dilepaskan
dari ICAD lalu mendegradasi kromosom DNA.
Obat anti-kanker yang genotoksik seperti etoposida dan radiasi
menyebabkan kerusakan kromosom DNA. Signal tersebut ditransfer ke
mitokondria oleh p53 melalui mekanisme yang belum diketahui. Hal ini dapat
menyebabkan pelepasan sitokrom c dari mitokondria dan mengaktifkan
caspase 9 seperti dijelaskan di atas.

Apoptosis yang diinduksi oleh factor deprivation dapat dipelajari dengan


baik menggunakan IL-3 dependent myeloid cell lines. Dengan keberadaan IL-3,
signal dari reseptor IL-3 menyebabkan fosforilasi Bad, molekul pro-apoptosis
famili Bcl-2. Bad yang terfosforilasi tertangkap oleh adaptor 14-3-3. Bila IL-3
sudah tidak ada lagi maka Bad yang tak terfosforilasi dilepaskan dari 14-3-3, lalu
ditranslokasikan ke mitokondria untuk melepaskan sitokrom c untuk
mengaktifkan caspase 9.

E. Pengendalian Apoptosis

Haruslah jelas sel menjaga kontrol caspases. Dua spesies untuk menginhibisi apoptosis
adalah protein mitochondrial Bcl-2 dan Bcl-xL, yang dapat menghalangi pelepasan sitokrom c
dari mitokondria. Protein keluarga Bcl mempunyai suatu gugus hidrofob dan terikat di sisi luar
permukaan mitokondria dan organel lain seperti inti dan retikulum endoplasma. Protein ini
mampu membentuk kanal ion di liposom.

Sejauh ini 15 anggota keluarga ini (ced-9 yang dihubungkan dengan C. elegans) telah
ditemukan di manusia. Bcl-2 dapat juga mengikat Apaf-1 dan menghalangi pengaktifan inisiasi
caspase 9. Bcl-2 diatur oleh perubahan ekspresi gen Bcl-2, dengan post-translational fosforilasi
oleh kinase, atau oleh pecahnya caspase. Kelebihan ekpresi Bcl-2 dapat menyebabkan suatu sel
menjadi suatu sel tumor. Anggota lain keluarga, BAX dan BAD yang mengikat mitokondria dan
memfasilitasi apoptosis dengan menstimulasi pelepasan sitokrom C. Sebagai tambahan, protein
lain yang disebut IAPS (inhibitor of apoptosis) dapat menghalangi caspase atau protein apoptotis
lainnya.

F. Mengenali sel yang apoptosis

Sel yang mengalami apoptosis dapat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya
maupun mikroskop elektron melalui ciri-ciri morfologis yang ditampakkan. Ciriciri tersebut
antara lain :
a. Sel menjadi bulat (sirkuler). Ini terjadi karena struktur protein yang menyusun
sitoskeleton dicerna oleh enzim peptidase spesifik yang disebut caspase yang
telah diaktifkan di dalam sel.
b. Kromatin (DNA dan protein-protein yang terbungkus di dalam inti sel) mulai
mengalami degradasi dan kondensasi.
c. Kromatin mengalami kondensasi lebih lanjut, menjadi semakin memadat. Pada
tahap ini, membran yang mengelilingi inti sel masih tampak utuh, walaupun
caspase tertentu telah melakukan degradasi protein pori inti sel dan mulai
mendegradasi lamin yang terletak dalam lingkungan inti sel.
d. Lingkungan dalam inti sel tampak terputus dan DNA di dalamnya
terfragmentasi (proses ini dikenal dengan karyorrhexis). Inti sel pecah
melepaskan berbagai bentuk kromatin atau unit nukleosom karena disebabkan
degradasi DNA.
e. Plasma membran mengalami blebbing.
f. Sel tersebut kemudian dimakan atau pecah menjadi gelembung-gelembung
yang disebut apoptotic bodies dan kemudian dimakan.

Sel yang mengalami apoptosis juga dapat dikenali dengan :

a. Penandaan inti yang mengalami kondensasi dengan pewarna fluorescence


Hoechst atau DAPI.
b. Sel yang mengalami apoptosis mengeluarkan PS (Phosphatidil Serin) pada
permukaan ekstraselulernya, sehingga dapat ditandai dengan annexin V yang
dilabeli fluorescence. PS secara normal terdapat pada cytosolic surface dari
membran plasma (di bagian dalam membran plasma), tetapi diredistribusikan
ke permukaan ekstraseluler selama apoptosis oleh protein hipotetik yang
dikenal sebagai scramblase.
c. DNA yang terfagmentasi dapat dideteksi dengan TUNEL (Terminal
deoxynuclotidyltransferase-mediated UTP end labelling) atau elektroforesis
DNA yang diisolasi dalam gel agarosa. TUNEL juga dapat digunakan untuk
mendeteksi enzim yang terlibat dalam pengrusakan inti sel.

G. Afasd
H. Afasfasf
I. f

Anda mungkin juga menyukai