KELOMPOK VIII
PENDAHULUAN
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Tanda
klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun keatas. Karena
dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan hormon testosteron dan
estrogen dimana rasio estrogen/androgen yang lebih tinggi akan merangsang hiperplasia jaringan
prostat.
BPH mengalami proses pertumbuhan dan efek perubahan secara perlahan-lahan. Dengan
demikian hiperplasia prostat bukanlah suatu penyakit yang ringan karena dapat menimbulkan
komplikasi seperti obstruksi uretra yang akan menjadi bendungan saluran kemih dan nantinya
menjadi media yang baik bagi perkembangan bakteri.
Vesicolithiasis merupakan batu saluran kemih yang terdapat di vesica urinaria. Hal ini
merupakan salah satu yang dapat menyebabkan hematuria karena tergeseknya permukaan batu
tersebut dengan dinding lumen vesica urinaria.
BAB II
LAPORAN KASUS
Tn. Adanzet, 56 tahun, tukang jahit pakaian konveksi borongan, yang pada suatu malam 5 hari
lalu berobat pada anda di Klinik Praktek Dokter 24 jam dengan gejala polakisuria, pagi ini
datang lagi pada anda di Puskesmas dan mengeluh gangguan kecingnya malahan bertambah
berat. Sejak 3 malam ini b.a.k.nya makin sering tetapi tersendat-sendat, walaupun dengan
mengejan, keluarnya hanya sedikit-sedikit kurang memancar, bahkan diakhir kencingnya netes
saja dan sakit sekali, sakitnya sampai terasa di perut bawah dan selangkangan. Yang paling
dikhawatirkannya adalah sejak pagi kemarin dilihatnya kencing darah pada setiap akhir
kencingnya.
Pemeriksaan anda:
Tn. Adanzet berjalannya pelan-pelan dan agak membungkuk, kesannya agak kesakitan.
KU cukup, kompos mentis, pernapasan adekuat, regular 24x/m, nadi isi cukup, regular 80x/m,
jantung t.a.k., TD 150/90 mmHg, suhu 36,5o C, BB 60 kg.
Perut tidak kembung/tidak membuncit, perabaan supel, H/L tak teraba, pemeriksaan bimanuil
ginjal kanan/kiri tak teraba, buli teraba 2 jari atas simfisis, NT + di suprapubik, di Mc Burney
point NT -, bising usus + normal. Inguinal kanan/kiri t.a.k., tes hernia -, skrotum/testis t.a.k.,
testis tak tampak jejas/peradangan, OUE tidak meradang, basah urin, tak teraba batu di uretra.
PCD: anus t.a.k., prtostat teraba 2x1 cm, tepi atas teraba, licin, kenyal, nodus -, mobil, sulkus
teraba, NT +, anorektal t.a.k., ST l/d -.
Tn. Adanzet beranak 5 orang, anak pertama lulus SMA sudah ikut bekerja di bengkel mobil,
adik-adiknya masih sekolah, yang terkecil kelas 1 SMP. Untuk menopang ekonominya, Tn.
Adanzet harus bekerja keras mencari borongan jahitan sebanyak-banyaknya, yang dikerjakannya
dengan bantuan istrinya saja.
Gangguan kencingnya sebenarnya dialaminya sudah lama, 3 bulan, yaitu kencing lebih sering,
tetapi kurang lancar, kadang tersendat sebentar, rasanya kurang puas. Sehabis kencing kadang
terasa masih ingin kencing lagi. Malam hari rata-rata 2 kali kencing sehingga mengurangi waktu
tidurnya.
Belum berobat karena selama ini selain tidak sakit juga sedang menyelesaikan order.Tidak
pernah kencing nanah maupun kencing batu, tetapi pernah kencingnya keruh putih dan pedih
sekali, untung sehari sudah sembuh. Mungkin karena kebanyakan makan jengkol kemarinnya.
Tidak pernah sakit berat, tak ada kencing manis, tidak mabuk-mabukan. Merokok 5 batang
sehari, minum kopi, jamu tambah tenaga, makanan kesukaan seafood, gado-gado, petai, jengkol,
durian.
Kimia darah: Ureum 40mg/dL, Kreatinin 1,5mg/dL, Asam Urat 6,9mg/dL, Glukosa sewaktu
130mg/dL.
Urin Lengkap
PEMBAHASAN
ANAMNESIS
I. Identitas Pasien
Sejak tiga malam ini b.a.k.nya makin sering tetapi tersendat-sendat, walaupun
dengan mengejan keluarnya hanya sedikit-sedikit, kurang memancar, bahkan terakhir
kencingnya netes saja dan sakit sekali, sakitnya sampai terasa di perut bawah dan
selangkangan. Yang paling dikhawatirkannya adalah sejak pagi kemarin dilihatnya
kencing darah pada setiap akhir kencingnya.
Belum berobat.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Tanda Vital
a. Suhu : 36,5o C
b. Denyut nadi : 80x/menit
c. Tekanan darah : 150/90 mmHg
d. Pernapasan : 24x/menit
e. Berat badan : 60 kg
III. Kulit
IV. Kelenjar getah bening
V. Kepala dan wajah, mata, hidung, telinga, mulut, gigi geligi dan tenggorokan
VI. Leher, kelenjar thyroid, trachea, vena jugularis
VII. Thorax
VIII. Abdomen
a. Tidak kembung/tidak membuncit
b. Perabaan supel
c. H/L tidak teraba
d. Ginjal kanan/kiri tidak teraba
e. Mc Burney point NT
f. Bising usus + normal
g. Buli teraba 2 jari atas simfisis
h. NT + di suprapubik
i. Pinggang: CVA kanan/kiri NK
j. Vesika urinaria 2 jari di atas simpisis
k. Nyeri tekan suprapubik +
IX. Genitalia
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, itu menunjukkan
adanya hipertensi. Didapatkan tachypnoe pada Tuan Adanzet (24x/menit) karena range normal
pernapasan berkisar 14-18x/menit. Denyut nadi dan suhu tubuh masih dalam batas normal.
Pada pemeriksaan abdomen, perut tidak kembung/tidak membuncit dan perabaan supel
menandakan tidak ada kelainan. Hepar, lien, ginjal kanan/kiri normal karena tidak teraba pada
palpasi. Tidak ada nyeri tekan pada Mc Burney point menandakan tidak adanya apendisitis.
Pada pemeriksaan genitalia, terdapat basah urin, hal itu menandakan adanya sisa urin di
OUE. Pada pemeriksaa colok dubur didapatkan ukuran prostat normal, tidak ada nodus, nyeri
tekan positif dan pada sarung tangan tidak ditemukan lendir/darah.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin
b. Kimia darah
c. Urin lengkap
Makroskopis: warna kuning kemerahan, agak keruh.
Mikroskopis sedimen
Secara makroskopis urin Tuan Adanzet tidak normal. Urin normal warnanya
bening dan tidak keruh. Peningkatan yang berarti pada sedimen eritrosit sehingga
terdapat hematuria dan sedimen leukosit karena adanya infrksi. Kristal oksalat dan
epitel normal ada pada urin dalam jumlah yang sedikit.
Kimia
Bakteriologis: +
II. BNO
Didapatkan gambaran raidiopaque berupa lingkaran dengan diameter 1,5 cm.
DIAGNOSIS KERJA
Patogenesis
Patogenesis terbentuknya batu vesika urinaria pada Tn. Adanzet diawali dengan adanya
BPH berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis, Tn. Adanzet mengeluhkan
adanya polakisuria, nokturia, cara miksi yang instraining (mengejan), pancaran urin yang kurang
memancar disertai terminal dribbling dan rasa sakit, rasa kurang puas berkemih, rasa nyeri di
suprapubik, dan nyeri tekan pada prostat yang merupakan gejala pada BPH. Usia Tn. Adanzet
juga menjadi faktor predisposisi BPH.
BPH yang kemudian menyebabkan retensi urin sehingga vesika urinaria teraba 2 jari di
atas simpisis. Retensi urin mengakibatkan terbentuknya endapan kristal di vesika urinaria. Posisi
kerja Tn. Adanzet yang statis dan kebiasaan hidup yang buruk juga turut membantu terbentuknya
endapan kristal. Endapan kristal memicu terbentuknya vesicolithiasis yang dapat menggesek
mukosa vesika urinaria sehingga didapatkan hematuria pada akhir berkemih. Vesicolithiasis
memperparah obstruksi dan retensi urin yang membuat vesika urianaria menjadi medium yang
baik untuk perkembangbiakan kuman sehingga terjadi infeksi (sistitis).
DIAGNOSIS BANDING
a. Ca prostat
b. Kanker vesika urinaria
c. Infeksi traktus urinatius
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Traktus urinarius terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinariu, dan uretra.
A. Ginjal
mempunyai peranan penting mengatur keseimbangan air dan elektrolit di dalam tubuh dan
mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Produk sisa meninggalkan ginjal sebagai
urin yang mengalir ke bawah di dalam ureter menuju vesica urinaria yang terletak di dalam
B. Ureter
Ureter keluar melalui hilus renalis di ginjal dan berjalan di belakang pertitoneum
berbelok ke depan untuk masuk angulus lateralis vesica urinaria. Ureter memiliki panjang
C. Vesika urinaria
urinaria adalah 500 ml. Normal vesika urinaria tidak teraba, tetapi pada volume minimal 150
cc vesika urinaria dapat teraba. Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, memiliki
apex, basis dan sebuah facies superior serta dua buah facies inferolateralis.
Tunica mucosanya sebagian besar berlipat-lipat pada keadan kosong dan akan
menghilang bila terisi. Tunica mucosa yang meliputi bagian basis vesica urinaria disebut
trigonum vesicae Liutaudi. Di sini tunica mucosanya selalu licin, walaupun kosong karena
membrane mucosa pada trigonum ini melekat erat pada lapisan otot di bawahnya.
D. Uretra
Uretra pada wanita terletak diantara clitoris dan vagina. Uretra pada wanita tidak
panjang, sekitar 3-5 cm, hal ini yang menyebabkan wanita lebih mudah terkena infeksi
traktus urinarius.
Uretra pada laki-laki panjangnya sekitar 17,5 cm dengan penis. Dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
1) Uretra pars prostatika, melewati glandula prostatika.
2) Uretra pars membranasea, merupakan bagian yang tersempit, dengan panjang 1-2 cm.
3) Uretra pars spongiosa, terletak pada sepanjang penis (15-16 cm).
E. Prostat
Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria, tebalnya 2 cm dan
panjangnya 3 cm dengan lebar 4 cm. Berat prostat sekitar 20 gram. Prostat mengelilingi
uretra pars prostatika. Bila terjadi hipertrofi, prostat akan menekan uretra pars prostatika dan
menyebabkan terhambatnya aliran urin dari vesika urinaria.
Hiperplasia prostat jinak (BPH) merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada
laki-laki. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun
keatas. Karena dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan hormon
testosteron dan estrogen dimana rasio estrogen/androgen yang lebih tinggi akan merangsang
hiperplasia jaringan prostat. 1
Etiologi
Belum ada kepastian mengenai penyebab BPH, tetapi diduga BPH berada di bawah
kontrol endokrin. Prostat terdiri dari bagian stroma dan epithelial, dan salah satu, atau keduanya
dapat menyebabkan hiperplasia nodul-nodul dan gejala-gejala yang berhubungan dengan BPH.
Patofisiologi
BPH berkembang dari zona transisi yang mengelilingi ureta. Peningkatan jumlah sel
menyebabkan terjadinya proses hiperplasia. Secara mikroskopis didapatkan adanya pertumbuhan
2
nodul-nodul yang berasal dari stroma dan epithelial. Proses hiperplasia ini menyebabkan
pembesaran prostat, yang pada bagian periuretral akan menyebabkan obstruksi leher vesika
urinaria dan uretra pars prostatika, yang mengakibatkan aliran urin terganggu dan timbul
manifestasi klinik BPH.
Gejala klinik timbul karena adanya penyempitan uretra dan retensi urin di dalam vesika
urinaria. Gejala BPH antara lain frekuensi berkemih meningkat (polakisuria), berkemih pada
malam hari (nokturia), kesulitan memulai dan menghentikan berkemih, urin menetes setelah
selesai berkemih (terminal dribbling), pancaran urin lemah, disuria. Karena adanya retensi urin,
maka mudah terjadi sistitis.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya tanda dan gejala klinis serta dengan
pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan
Obstruksi pada leher vesika urinaria mengakibatkan berkurangnya atau tidak adanya aliran
kemih, dan ini memerlukan intervensi untuk membuka jalan keluar urin. Metode yang mungkin
adalah prostatektomi parsial, reseksi transuretral prostat (TUR) atau insisi prostatektomi
terbuka, untuk mengangkat jaringan periuretral hiperplastik; insisi transuretral melalui serat otot
leher vesika urinaria untuk memperbesar jalan keluar urin; dilatasi balon pada prostat untuk
memperbesar lumen uretra; dan terapi antiandrogen untuk membuat atrofi prostat. 1
Prognosis
Pada dasarnya prognosis ini tergantung pada pentalaksanaan yang dilakukan, apabila
penanganannya tepat dan benar maka prognosisnya akan baik. Sebaliknya apabila
penanganannya tidak benar sehingga muncul komplikasi maka prognosisnya berubah menjadi
buruk.
B. Vesicolithiasis
Vesikolitiasis biasanya merupakan manifestasi dari keadaan patologi seperti gangguan
pengeluaran urin atau adanya benda asing (pemasangan kateter). Gangguan pengeluaran urin
bisa disebabkan karena striktur uretra, BPH, atau leher vesika urinaria yang kontraktur, yang
akan mengakibatkan adanya retensi urin. Analisis batu biasanya berupa batu ammonium urat,
asam urat, atau kalsium oksalat. Batu dapat bergerak dengan adanya perubahan posisi tubuh. 2
Gejala klinis
Seseorang dengan vesicolithiasis biasanya tidak ada keluhan walaupun ukuran batu yang
terbentuk besar. Namun, jika batu mengiritasi dinding vesika urinaria atau menghambat aliran
urin dapat menimbulkan gejala, diantaranya: 3
a. Nyeri suprapubik
b. Pada pria nyeri atau ketidaknyamanan pada penis
c. Disuria
d. Nokturia
e. Kesulitan memulai dan menghentikan berkemih
f. Inkontinesia urin
g. Hematuria
Diagnosis
Penatalaksanaan
Pengangkatan batu dengan operasi merupakan penatalaksanaan yang paling sering dilakukan.
Jika batu tersebut berukuran kecil, penatalaksanaan dapat berupa dengan meminum banyak air
setiap hari supaya batu tersebut dapat dikeluarkan melalui saluran urin. Tetapi jika batu tersebut
berukuran besar, operasi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pengangkatan batu vesika urinaria diawali dengan cystolitholapaxy, yaitu dengan memasukkan
cystoscope melalui uretra ke dalam vesika urinaria. Lalu batu dihancurkan menjadi bagian-
bagian kecil dengan menggunakan leser atau ultrasound. Proses ini dilakukan dengan anestesi
lokal atau umum. Komplikasi cystolitholapaxy jarang terjadi, tetapi infeksi traktus urinarius,
demam, atau perdarahan dapat terjadi. Dapat diberikan antibiotik sebelum dilakukan
cystolitholapaxy untuk menurunkan risiko infeksi. Satu bulan setelah dilakukan cystolitholapaxy
pasien di-follow up untuk memastikan tidak ada lagi fragmen-fragmen batu pada vesika urinaria.
Jika batu terlalu besar untuk menjadi fragmen-freagmen, dapat dilakukan cystolithotomy, yaitu
dengan meninsisi vesika urinaria dan mengangkat batu secara langsung. Jika batu disebabkan
karena pembesaran prostat, operasi dapat dilakukan bersamaan. 3
Komplikasi
Prognosis
Prognosis ini tergantung pada pentalaksanaan yang dilakukan, apabila penanganannya tepat dan
benar maka prognosisnya akan baik. Sebaliknya apabila penanganannya tidak benar sehingga
muncul komplikasi maka prognosisnya berubah menjadi buruk.
Sititis pada vesika urinaria kebanyakan disebabkan oleh bakteri infeksi traktus urinarius. Sistitis
dapat menyebabkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang dapat menjadi masalah serius jika
infeksi sudah sampai di ginjal.
Etiologi
Kebanyakan disebabkan karena infeksi bakteri yang masuk melalui uretra ke vesika urinaria.
Tetapi dapat juga disebabkan dari faktor noninfeksi. Ada dua tipe utama infeksi bakteri vesika
urinaria, yaitu: 4
Faktor noninfeksi:
Dapat dipertimbangkan sistitis jika seseorang mengeluh adanya polakisuria, nokturia, disuria,
gross hematuria, nyeri suprapubik ketika vesika urinaria terisi penuh, dan demam yang tidak
tinggi. 2
Diagnosis
a. Pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan sedimen, didapatkan peningkatan eritrosit
yang menandakan adanya hematuria dan peningkatan leukosit yang menandakan adanya
infeksi. Bakteriologis positif menunjukkan adanya infeksi bakteri.
b. Cystoscope. Untuk melihat vesika urinaria.
Penatalaksanaan
Sistitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik. Sedangkan yang
noninfeksi penatalaksanaan berdasarkan penyebab.
Komplikasi
Stenosis pada ureter atau vesikoureteral refluks yang dapat mnyebabkan hidronefrosis atau
pielonefritis. 2
Prognosis
Jika penatalaksanaan cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi, prognosis bonam.
Sedangkan penggunaan antibiotik yang yang tidak adekuat dapat menyebabkan kekambuhan.
D. Karsinoma prostat
Etiologi
Walaupun belum diketahui secara pasti faktor yang menyebabkan karsinoma prostat (ca prostat),
ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terkena ca prostat, diantaranya:
a. Umur. Sebanyak 30% ditemui pada pria berusia 60 tahun. 50% dan 70% pada usia 80 tahun.
Semakin tua usia, risiko terkena ca prostat semakin besar.
b. Riwayat keluarga. Jika terdapat anggota keluarga yang terdiagnosis ca prostat, maka risiko
terkena ca prostat 2 atau 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki
riwayat ca prostat.
c. Gaya hidup. Obesitas dan makan lemak tinggi dapat meningkatkan risiko terkena ca prostat.
Tanda dan gejala klinis
Pada stadium awal, ca prostat jarang menunjukkan adanya gejala. Namun jika keganasan
menyebar sampai uretra atau vesiko urinaria, dapat menyebabkan gejala klinis seperti di bawah
ini: 6
a. Sulit berkemih
b. Polakisuria
c. Urgensi
d. Adanya retensi urin
e. Infeksi traktus urinarius berulang
f. Hematuria
g. Menurunnya kemampuan bereksi
h. Menurunnya jumlah semen saat ejakulasi
i. Nyeri suprapubik
j. Jika sudah menyebar sampai lymph nodes, tulang, atau organ lainnya, dapat
menyebabkan nyeri pada tulang, berat badan berkurang, dan anemia.
Diagnosis
Biasanya kasus ca prostat dapat diditeksi dengan skrining sebelum adanya gejala. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan colok dubur (PCD), specimen urin, dan PSA
(prostate-spesific antigent). Jika kadar PSA tinggi pada darah atau pada PCD konsistensi prostat
keras, dapat dilakukan biopsi prostat untuk memastikan adanya ca prostat.
Penatalaksanaan
a. Terapi radiasi. Efektivitas terapi radiasi akan meningkat dengan terapi hormonal atau
medikamentosa, seperti pemberian obat penghambat androgen reseptor.
b. Prostatektomi
c. Kemoterapi. Untuk ca prostat yang sudah metastatis dan resisten terhadap terapi
hormonal.
Prognosis
Dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, prognosis biasanya baik. Sekitar 70% pasien
dengan ca prostat dapat terobati.
E. Kanker vesika urinaria
Etiologi
Tidak ada penyebab yang jelas mengenai kanker vesika urinaria. Penyebab biasanya
dihubungkan dengan kebiasaan merokok, radiasi, dan terpajan bahan kimia.
Diagnosis
Penatalaksanaan
a. Operasi
Jika kanker masih stadium awal dengan berukuran kecil dan belum melukai dinding vesika
urinaria, penatalaksanaan dapat berupa pengangkatan batu. Tetapi jika sel kanker sudah
merusak dinding vesika urinaria dapat dilakukan radikal sistektomi (pengangkatan seluruh
vesika urinaria) dan membuat reservoir urin seperti vesika urinaria
b. Kemoterapi
Menggunakan obat untuk membunuh sel kanker. Biasanya digunakan untuk membunuh sisa
sel kanker setelah dilakukan operasi.
c. Terapi radiasi
Biasa digunakan sebelum dilakukan operasi untuk memperkecil tumor sehinggan
memudahkan pengangkatan batu.
Infeksi traktus urinarius dapat terjadi pada ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra, tetapi infeksi
lebih sering terjadi pada traktus urinarius bawah, yaitu vesika urinaria dan uretra. Wanita
memiliki risiko lebih besar untuk terkena infeksi karena anatomi uretra yang pendek.
Etiologi
Infeksi traktus urinarius bisanya disebabkan karena bakteri E. coli, merupakan bakteri normal
yang ada pada kolon. Bakteri tersebut dapat sampai ke uretra dan jika memperbanyak diri, dapat
terjadi infeksi. Infeksi yang terjadi di uretra disebut uretritis, jika terjadi di vesika urinaria
disebut sistitis. Apabila tidak cepat diobati, bateri dapat sampai ke ureter kemudian
memeprbanyak diri dan menyerang ginjal sehingga menyebabkan pielonefritis. Chlamydia dan
Mycoplasma juga dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius baik pada wanita maupun pria,
tetapi infeksi ini biasanya menyerang uretra dan system reproduksi. Tidak seperti E. coli,
Chlamydia dan Mycoplasma dapat ditularkan secara seksual. 5
a. Polakisuria
b. Disuria
c. Nyeri pada saat tidak berkemih
d. Nyeri pada suprapubik
e. Urin yang keluar sedikit
f. Urin terlihat keruh
g. Hematuria
h. Demam, nyeri di pinggang, mual dan muntah jika infeksi sampai ke ginjal.
Diagnosis
a. Urinalisis. Pemeriksaa eritrosit, leukosit, dan bakteri. Kemudian dilakukan kultur bakteri
untuk mengetahui jenis bakteri dan menentukan antibiotik yang tepat.
b. IVP (Intravenous Pyelogram). Dapat melihat keadaan ginjal, ureter, dan vesika urinaria.
Persiapan yang harus dilakukan oleh pasien diantaranya: tes alergi kontras, puasa 12 jam,
usus kosong dari feses/gas, dan vesika urinaria harus dikosongkan.
c. Ultrasound. Jika terjadi infeksi berulang
Penatalaksanaan
Pasien diberi obat antibakterial. Pemilihan obat dan lamanya pengobatan tergantung dari
jenis bakteri yang menyerang traktus urinarius dan lamanya infeksi yang terjadi. Tes sensitifitas
dapat membantu untuk menentukan jenis obat yang tepat.
Obat yang sering digunakan untuk infeksi traktus urinarius uncomplicated diantaranya
trimethoprim, sulfamethoxazole, amoxilline, nitrofuranation, dan ampicilline. Obat dari
golongan quinolon seperti ofloxacin, norfloxasin, ciprofloxasin, dan trovafloxin dapat digunakan
untuk mengobati infeksi traktus urinarius. Pengobatan yang lebih lama dibutuhkan oleh pasien
dengan infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia dan Mycoplasma, biasanya diobati dengan
tetracycline, trimethoprim/sulfametoxazole (TMP/SMZ), atau dengan doxycyline.
Kadang, walaupun gejala sudah tidak ada, bakteri masih ada dalam traktus urinarius.
Oleh karena itu pasien harus di-follow up dengan urinalisis untuk memastikan bahwa tidak
adanya bakteri.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilson LM, Hillegas KB. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-Laki. In: Rice SA, Wilson
LM, Editors. Patofisiologi. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. p.
1320.
2. Tanagho EA, McAninch JW. Smiths General Urologi. 17 th ed. New York: McGraw-Hill;
2008. p. 272, 348-350, 576-577.
3. Mayoclinic staff. Bladder Stone. Available at: http://www.mayoclinic.com/bladderstone.
up date: January 16, 2009. Accessed: October 30, 2010.
4. Mayoclinic staff. Cystitis. Available at: http://www.mayoclinic.com/cystitis. up date:
March 6, 2010. Accessed: October 30, 2010.
5. National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUCID). Urinary
Tract Infection in Adult. Available at:
http://www.kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/utiadult. up date: December 2005.
Accessed: October 30, 2010.
6. Aetna InteliHealth. Prostate Cancer. Available at:
www.intelihealth.com/diseases&condition/prostatecancer. up date: September 3, 2008.
Accessed: October 30, 2010.