Anda di halaman 1dari 11

Volume 7 No.

2
Juli 2015
ISSN : 2085 1669
e-ISSN : 2460 0288
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek
Email : jurnalteknologi@ftumj.ac.id

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaNO2 SEBAGAI INHIBITOR


TERHADAP LAJU KOROSI BESI DALAM MEDIA AIR LAUT
Suratmin Utomo1,*
1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 27, Jakarta Pusat 10510
*Email: utomosuratmin@yahoo.co.id

Diterima: 6 April 2015 Direvisi: 12 Juni 2015 Disetujui: 1 Juli 2015

ABSTRAK

Inhibitor digunakan untuk menghambat proses korosif terhadap logam oleh karena itu pemakaian bahan
inhibitor merupakan upaya mengurangi laju korosif terhdap logam. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari
konsentrasi inhibitor yang baik untuk mendapatkan persentase inhibisi terhadap logam besi yang dikontakkan
dengan inhibitor larutan NaNO2. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah logam besi karbon rendah
sebagai media yang terkorosi dan NaNO2 bentuk larutan dalam air laut. Metode dalam penelitian ini yaitu,
perendaman terhadap logam besi dengan menggunakan larutan inhibitor dalam waktu 10 hari dan dilakukan
beberapa kali dengan variabel konsentrasi inhibitor. Setiap hasil percoban dianalis untuk mendapatkan nilai
persentasi inhibisi terhadap logam besi sebagai dari perendaman dengan perubahan konsentrasi larutan
inhibitor dalam ppm. Dari beberapa percobaan pada perendaman logam besi dengan larutan inhibitor
diperoleh bahwa dengan konsentrasi 5000 ppm mengasilkan persen inhibisi yang baik yaitu sebesar 148,2%.
Adapun hubungan antara konsentrasi inhibitor sebagai variabel bebas (x) dengan persentase inhibisi sebagai
variabel terikat (y) sebagai berikut: y = -3E-06x2 + 0.025x + 102.0 dengan R2 =0.903.

Kata kunci: inhibitor, pengaruh konsentrasi, laju korosi, air laut

ABSTRACT

Inhibitors is used to reduce the rate of corrosive process. The purpose of this research is to find a good inhibitor
concentration to obtain the percentage of inhibition against the iron metal contacted with a solution of NaNO 2
inhibitor. The sample used in the study was low carbon ferrous metal as a corroded medium and NaNO2
solution in seawater. Method of this research, is the immersion of the ferrous metal using a solution of inhibitor
within 10 days for several times with inhibitor concentrations variable. Each experiment result was analyzed to
obtain the value of the percentage inhibition of ferrous metals as of immersion with changes inhibitor
concentration in ppm. From several experiments on immersion of ferrous metals with a solution inhibitor, the
results showed that the percent concentration of 5000 ppm gave good inhibition percentage equal to 148.2%.
The relationship between the concentration of inhibitor as an independent variable (x) by the percentage of
inhibition as the dependent variable (y) showed to equation: y = -3E-06x2 + 0.025x + 102.0 with R2 = 0.903.
.
Keywords: inhibitor, the effect of the concentration, the rate of corrosion, sea water

PENDAHULUAN terjadinya penurunan mutu logam tersebut,


Logam pada umumnya mudah misalnya logam akan menjadi rapuh, kasar dan
mengalami oksidasi sehingga peralatan yang mudah hancur. Korosi logam disebabkan oleh
terbuat dari logam akan lebih cepat mengalami uap air, asam, garam dan suhu lingkungan
korosi (kerusakan). Korosi terjadi sebagai yang tinggi. Air laut mengandung garam akan
akibat reaksi elektrokimia antara logam menyebabkan korosi menjadi lebih cepat,
dengan lingkungannya yang mengakibatkan karena memiliki sifat elektrolit yang akan
Jurnal Teknologi Volume 7 No. 2 Juli 2015 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

memberikan suasana yang baik untuk kesetimbangan secara spontan dengan


terjadinya reaksi oksidasi-reduksi. Sejalan lingkungannya (Denny Jones, 1992).
dengan menurunnya persediaan air tanah, air Lingkungan atau medium yang dimaksud
laut merupakan alternatif yang dapat dapat berupa air, udara, larutan asam, dan lain-
digunakan oleh industri untuk sistem lain, yang berinteraksi dengan logam adalah
pendingin bagi industri yang berlokasi di faktor utama yang memicu terjadinya korosi.
pantai atau sekitar pantai laut, sehingga perlu Semua logam menunjukkan kecenderungan
dicari cara untuk menghambat terjadinya untuk mengalami oksidasi, beberapa logam
proses korosi logam akibat penggunaan air lebih mudah teroksidasi dari logam yang lain.
laut. Namun proses korosi dapat diminimalisir dan
Korosi dapat diperlambat lajunya salah dikendalikan atau diperlambat lajunya
satu cara yang dikembangkan yaitu dengan sehingga memperlambat proses perusakannya
penambahan inhibitor pada lingkungannya (Fontana G., 1986).
merupakan cara penghambatan korosi yang Menurut Manganon, Pat L., (1999),
relatif murah dan mudah untuk dilakukan. penyebab korosi antara lain karena:
Pemakaian inhibitor disesuaikan dengan 1) Adanya katoda,
lingkungan dan jenis logam yang digunakan Yaitu suatu material yang mengalami
seperti besi, tembaga, aluminium dan seng. reaksi reduksi karena memiliki potensial yang
Bahan yang memilliki potensial untuk lebih positif jika diukur dengan perhitungan
dikembangkan sebagai inhibitor sangat potensial. Reaksi katodik pada korosi logam
banyak, tetapi di industri masih tetap antara lain :
menggunakan inhibitor sintesis, karena a. Reduksi oksigen (asam)
memiliki kemampuan untuk melindungi korosi O2 + 4H+ + 2e- 2H2O
yang baik dan mudah untuk memperolehnya. b. Reduksi oksigen (basa)
Salah satu inhibitor sintetis adalah natrium O2 + 2H2O + 4e- 4OH-
nitrit (NaNO2). c. Evolusi hidrogen (asam)
Penelitian ini bertujuan untuk: 2H+ + 2e- H2
a. Mengukur sejauh mana d. Evolusi hydrogen (basa)
kemampuan inhibisi natrium 2H2O + 2e- H2 + 2OH-
nitrit sebagai inhibitor e. Deposisi logam: M2+ + 2e- M
terhadap laju korosi pada plat f. Reduksi ion logam: M3+ + e- M2+
besi dalam lingkungan air laut
dengan konsentrasi larutan 2) Adanya anoda,
natrium nitrit. yaitu suatu material yang mengalami
b. Mengetahui pengaruh variasi reaksi oksidasi dan mengalami kehilangan
konsentrasi NaNO2 sebagai material
inhibitor terhadap hasil
perolehan persen inhibisi (material loss) karena memiliki potensial yang
korosi terhadap plat besi. lebih negative jika diukur dengan
c. Memperoleh kondisi terbaik penghitungan potensial. Reaksi anodik pada
variasi konsentrasi inhibitor korosi antara lain :
pada plat besi yang terkorosi a. Korosi logam: M Mn++ ne-
oleh air laut. b. Oksidasi ion ferrous: Fe2+ Fe3+ + e -
c. Evolusi oksigen
TINJAUAN PUSTAKA 2H2O O2 + 4H+ + 4e-
1. Korosi
Dalam keteknikan korosi atau 3) Media elektrolit (ionic), sebagai media
perkaratan merupakan suatu penyakit yang penghantar arus listrik.
berdampak pada kerusakan suatu bahan 4) Adanya arus listrik antara anoda dan
logam. Ada beberapa macam-macam definisi katoda.
tentang korosi namun secara umum dapat
didefinisikan sebagai proses degradasi atau Korosi pada keramik atau plastik yang
perusakan logam yang terjadi karena reaksi disebabkan oleh pelarutan oleh material
secara elektrokimia dalam mencapai lainsedangkan korosi pada logam merupakan

94
Suratmin Utomo : Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor Terhadap Laju Korosi Besi Dalam Media Air
Laut
Jurnal Teknologi 7 (2) pp 93 - 103 2015

fenomena kimia pada bahan-bahan logam sering terjadi pada bermacam-macam alloy,
yang terjadi pada berbagai macam kondisi namun jarang ditemui pada logam murni.
lingkungan.
Penyelidikan tentang sistem
elektrokimia telah banyak membantu
menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi
kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di
sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain
yang ada di dalam matrik logam itu sendiri.
Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi
pada dasarnya merupakan reaksi logam
menjadi ion pada permukaan logam yang
kontak langsung dengan lingkungan berair dan
oksigen. Korosi terbagi dalam beberapa jenis
yaitu:
Gambar 2. Korosi Intergranular
1) Uniform Corrosion (korosi merata)
Korosi jenis ini terjadi merata pada seluruh 4) Atmospheric corrosion
permukaan logam, sehingga terjadi Korosi terjadi karena adanya suatu
pengurangan ukuran yang relatif besar per elektrolit. Lapisan tipis elektrolit tak terlihat
satuan waktu. Akibat korosi merata secara dapat terbentuk pada permukaan sebuah logam
langsung berupa kehilangan material dibawah kondisi atmospheric corrosion ketika
level kristis humidity-nya tercapai. Untuk besi,
konstruksi, keselamatan kerja dan akibat
angka kelembaban kritisnya adalah sekitar
produk korosi berupa bentuk senyawa yang 60%. Reaksi sebagai berikut:
mencemarkan lingkungan sedangkan kerugian pada anode: 2 M 2 M2+ + 4e-
tidak langsung, antara lain berupa penurunan pada katode: O2 + 2 H2O + 4e- 4 OH-
kapasitas dan peningkatan biaya perawatan
(preventive maintenance).

Gambar 3. Mekanisme Reaksi Korosi


Atmosferik

5) Erosion Corrosion
Korosi erosi adalah korosi yang terjadi
pada permukaan logam disebabkan oleh aliran
fluida yang sangat cepat sehingga merusak
Gambar 1. Korosi Menyeluruh permukaan logam dan terjadi lapisan film
2) Concentration Cell Corrosion pelindung. Korosi erosi juga dapat terjadi
Concentration cell corrosion terjadi karena efek-efek mekanik yang terjadi pada
jika dua atau lebih area pada permukaan logam permukaan logam, misalnya : pengausan,
kontak akibat suatu larutan dengan konsentrasi abrasi dan gesekan. Logam yang mengalami
yang berbeda beda. Korosi jenis ini dibagi korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian
menjadi 3 kelompok yaitu: (i) metal ion yang kasar dan tajam. Korosi ini disebabkan
concentration cells (ii) oxygen concentration karena terlepasnya sebagian zat di permukaan
cells dan (iii) active-passive cell logam akibat cuaca dan abrasi.

3) Intergranular Corrosion 6) Fretting Corrosion


Korosi yang terjadi pada batas-batas Fretting corrosion merupakan suatu
kristal (grain-boundaries) suatu material dan korosi pada permukan yang terkena kontak.
Kerusakan ini terjadi di bawah suatu beban

95
Jurnal Teknologi Volume 7 No. 2 Juli 2015 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

kontak dan pergerakan permukaan yang /bubbles pada material logam, misalnya pada
berulang. rumah pompa, dll.

11. Microbiological Corrosion


Adalah korosi yang terjadi akibat
mikroba. Mikroba-mikroba yang dapat
menyebabkan korosi antara lain adalah
kelompok algae, zoogloea sp., bakteri
pengoksidasi besi, dan lain-lain.

Gambar 4. Korosi Jenis Fretting 12. Galvanic Corrosion


Corrosion Korosi galvanik terjadi apabila dua
logam yang berbeda dihubungkan dan berada
7) Dealloying di lingkungan korosif saat terjadi kontak atau
Dealloying atau juga disebut sebagai terdapat secara listrik kedua logam yang
selective corrosive menyerang satu atau lebih berbeda potensial tersebut akan menimbulkan
unsur pembentuk alloy logam. Sebagai contoh, aliran elektron/listrik diantara kedua logam.
pada kuningan, unsur penyusunan adalah seng Sehingga salah satu dari logam tersebut akan
dan tembaga. mengalami korosi, sedangkan logam lainnya
akan terlindungi dari serangan korosi. Logam
8) Formicary Corrosion yang mengalami korosi adalah logam yang
Formicary corrosion menyerang memiliki potensial lebih rendah dan logam
tabung/pipa tembaga, ditemukan pada yang tidak mengalami korosi adalah logam
beberapa heating-coil dan merupakan salah yang memiliki potensial yang lebih tinggi.
satu tipe korosi yang paling sulit didiagnosa Contoh korosi galvanik, misalnya pada seng
dan diperbaiki. Pada umumnya membentuk terjadi akibat perbedaan potensial local yang
suatu lubang yang membujur dan membentuk dimilikinya. Perbedaan potensial tersebut
suatu terowongan mikroskopik yang dapat berasal dari fasa-fasa, batas-batas butir,
berhubungan. impurity dan bagian-bagian lain. Dengan
demikian akan terbentuk suatu anoda dan
9) Pitting Corrosion Crevice Corrosion katoda lokal pada permukaan logam tersebut.
Pitting corrosion adalah jenis korosi Selanjutnya terjadi aliran elektron dari anoda
yang sangat terlokalisasi dan menimbulkan ke katoda yang dimiliki oleh oksidasi dari
lubang pada permukaan logam. Jika material anoda lokal. Pada keadaan tertentu, misalnya
terkena korosi jenis ini, penetrasi yang terjadi seng tercelup dalam larutan asam klorida
akan terus meningkat dan mengacaukan data pekat, Zn akan terkorosi maka terus sampai
umur alat (equipment life). Pitting corrosion habis. Korosi galvanik dipengaruhi antara lain
dapat terjadi karena variasi dari keadaan oleh lingkungan, jarak, dan area/luas.
lingkungan. (J. Chamberlain dan K.R. Trethewey, 1991)
2. Faktor Korosi
Faktor yang berpengaruh terhadap
korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
yang berasal dari bahan dan lingkungan.
Factor bahan meliputi: kemurnian, struktur,
bentuk Kristal dan unsur-unsur kelumit dalam
bahan serta teknik pencampuran bahan. Besi
karbon rendah adalah besi dengan kadar
karbon sekitar 0,05-1%. Penambahan elemen
Gambar 5. Korosi Jenis Pitting Corrosion paduan pada baja (besikarbon) rendah seperti
Cu, Ni dan Cr dapat meningkatkan ketahanan
10. Cavitation Corrosion terhadap korosi. Sedangkan penambahan unsur
Jenis korosi ini sebagai akibat seperti Si, Ti, S, Se, dan C akan menurunkan
terbentuknya gelembung-gelembung udara ketahanan korosi. Besi yang mengalami korosi

96
Suratmin Utomo : Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor Terhadap Laju Korosi Besi Dalam Media Air
Laut
Jurnal Teknologi 7 (2) pp 93 - 103 2015

membentuk karat dengan rumus Fe2O3 .xH2O. Sulphate 2,712 K+ Br-


Pada proses pengaratan, besi (Fe) bertindak (0,038) (0,0065)
sebagai pereduksi dan oksigen (O2) yang Magnesium 1,294 Sr2+ F-
terlarut dalam air bertindak sebagai
(0,001) (0,0001)
pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan
karat sebagai berikut: Calcium 0,413 Total :
Anode : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e- 1,262
Katode: O2(g) + 4H+(aq) + 4e- 2H2O(l) Potassium 0,387
Karat tersebut dapat mempercepat proses Bicarbonate 0,142
pengaratan berikutnya. Oleh sebab itu, karat Bromide 0,067
disebut juga dengan autokatalis. Mekanisme
terjadinya korosi adalah logam besi yang Strontium 0,008
letaknya jauh dari permukaan kontak Boron 0,004
dengan udara akan dioksidasi oleh ion Fe2+. Fluoride 0,001
Ion ini larut dalam tetesan air. Tempat Sumber: Scumacher, M.Seawater Corrosion
terjadinya reaksi oksidasi di salah satu ujung Handbook, Noyes Data Corp. New York.
tetesan air ini disebut anode. Elektron yang 1999.
terbentuk bergerak dari anode ke katode Air laut mengandung magnesium, potasium,
melalui logam dan elektron ini selanjutnya kalsium sulfat, dan sodium. Air laut memiliki
mereduksi oksigen dari udara dan khasiat yang baik bagi tubuh dan kecantikan
menghasilkan air. Ujung tetesan air tempat kulit. Saat berendam dalam air laut, ion dan
terjadinya reaksi reduksi ini disebut katode. mineral yang terkandung di dalamnya
Sebagian oksigen dari udara larut dalam memiliki manfaat, di antaranya: Melancarkan
tetesan air dan mengoksidasi Fe2+ menjadi sirkulasi darah, memperkuat otot jantung,
Fe3+ yang membentuk karat besi (Fe2O3.H2O). melancarkan sistem pernapasan, meningkatkan
Besi atau logam yang berkarat bersifat rapuh, produksi sel darah merah, menyehatkan dan
mudah larut, dan bercampur dengan logam menutrisi kulit tubuh sehingga lebih
lain, serta bersifat racun. Hal ini tentu bercahaya. Karena itulah, mulai dikenal terapi
berbahaya jika digunakan sebagai konstruksi air laut yang disebut thallasotherapy, yang
dan peralatan mekanik serta peralatan industri merangkum semua manfaat air laut dalam
obat dan makanan. Oleh sebab itu untuk bentuk relaksasi, revitalisasi tubuh, sekaligus
peralatan tersebut biasanya digunakan peremajaan kulit.
stainless yang antikarat. Air laut juga mengandung Nigarin
Faktor lingkungan, meliputi: adalah ekstrak air laut yang mengandung
keberadaan gas terlarut, temperatur, mineral mikro yang sangat dibtuhkan oleh
kelembaban, keberadaan zat kimia yang tubuh. Memiliki kandungan lebih dari 80 jenis
bersifat korosif, dan sebagainya. Bahan-bahan mineral, termasuk Magnesium, Kalium, Besi,
penyebab korosi adalah asam, basa, dan Kalsium, Boron, Selenium & Zinc. Merupakan
garam, baik dalam bentuk senyawa anorganik cairan isotonis yang dapat membantu menjaga
maupun organik. keseimbangan reaksi metabolisme di dalam
Lingkungan air laut merupakan salah tubuh. Sari air laut alias nigari memang
satu lingkungan dengan tingkat korosivitas multikhasiat. Selain menyehatkan jantung, ia
tinggi, disebabkan oleh kandungan yang juga memilki khasiat lain. Sifat kimia, fisika
terdapat dalam air laut, seperti: dan biologi air laut mempengruhi laju korosi.
Tabel 1. Kandungan zat di dalam air laut Sifat kimia, ditunjukkan karena adanya bahan
Constituent Water Cation Anion kimia dalam badan air laut seperti asam,
adanya anion penyebab korosif dan gas.
of (%) (%)
Derajat keasaman (pH).
Salinity Merupakan salah satu faktor yang
3,5 % berpengaruh terhadap laju korosi dari suatu
Chloride 19,353 Na+ Cl- besi. Hubungan antara nilai pH terhadap
(1,056) (1,898) ditunjukkan pada diagram Pourbaix berikut.
Sodium 10,76 Mg2+ SO4-
(0,127) (0,265)

97
Jurnal Teknologi Volume 7 No. 2 Juli 2015 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

Anion penyebab korosi diantaranya Cl-, CO32-


dan SO42-.
Klorida menyerang lapisan mild steel dan
lapisan stainless steel. Padatan ini
menyebabkan terjadinya pitting, crevice
corrosion, dan juga menyebabkan pecahnya
alloys. Klorida biasanya ditemukan pada
campuran minyak-air dalam konsentrasi tinggi
yang akan menyebabkan proses korosi. Proses
korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan
konduktiviti larutan garam, dimana larutan
Gambar 6. Diagram Pourbaix Fe pada 25oC garam yang lebih konduktif, laju korosinya juga
(Corrosion Mechanisms in Theory and akan lebih tinggi. Pada media korosif HCl,
Practice Handbook) beberapa jenis korosi logam yang dapat timbul
antara lain:
Diagram Pourbaix adalah diagram yang a. Korosi seragam, ditandai dengan
menggambarkan keadaan suatu bahan dengan reaksi elektrokimia (dengan HCl)
potensial tertentu dalam derajat keasaman yang merata di sepanjang permukaan
(pH) tertentu. Kegunaan diagram Pourbaix logam sehingga permukaan terkikis
terutama adalah untuk memperkirakan arah dan logam menjadi tipis.
reaksi spontan, komposisi produk korosi, dan b. Korosi pitting, yaitu serangan korosi
perubahan lingkungan yang akan mencegah terllokalisasi yang menghasilkan pit
atau menurunkan laju serangan korosi. (daerah tertentu).
Dari gambar di atas terlihat bahwa ada c. Hydrogen damage, yang dapat terjadi
dua faktor penting yang mempengaruhi proses akibat difusi atom hidrogen ke batas
korosi pada besi yaitu pH dan potensial (volt). butir logam dan dapat mengakibatkan
Terlihat bahwa semakin rendah pH (pH <4), hydrogen blistering, hydrogeninduce
maka kemungkinan logam tersebut untuk cracking, dan mengurangi keuletan
terkorosi semakin besar, karena daerah logam ditinjau dari aspek metalurgi.
terurai menjadi ion logam yang berada pada Ion Karbonat (CO32-) sering digunakan sebagai
lingkungan asam. Pada daerah asam, deposit pengontrol korosi dimana film karbonat
besi oksida terlarut, pH akan menurun ketika diendapkan sebagai lapisan pelindung
besi kontak langsung dengan larutan. Larutan permukaan metal, tetapi dalam produksi
yang lebih asam dengan pH < 4 (ada oksigen minyak hal ini cenderung menimbulkan
terlarut), oksida akan terlarut dan laju korosi masalah kerak. Sedangkan ion sulfat (SO42-)
akan meningkat, mengarah pada reduksi H+, biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air,
reaksinya sebagai berikut : ion sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi
2H+ + 2e- H2 yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan,
Kekurangan deposit di permukaan metal dapat dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi
meningkatkan akses pelarutan oksigen, sulfida yang korosif. (ASTM Handbook vol.
sehingga menyebabkan laju korosi besi 13A, 2003).
meningkat. Pelarutan oksigen merupakan Adapun gas-gas penyebab korosi
reaksi reduksi katodik dalam asam dengan diantaranya oksigen dan karbon dioksida.
penambahan oksigen terlarut berdasarkan Dalam air biasanya terlarut oksigen 25 45
reaksi : ppm dna adanya oksigen yang terlarut dalam
O2 + 4H+ + 4e- 2H2O akan menyebabkan korosi pada metal seperti
Daerah pH 4-10, laju korosi baja tidak laju korosi pada mild steel alloys akan
tergantung dari pH, namun tergantung dari bertambah dengan meningkatnya kandungan
cepat lambatnya difusi oksigen ke permukaan oksigen. Secara umum reaksi korosi pada besi
logam. Sedangkan pada pH di atas 10, laju karena adanya kelarutan oksigen adalah
korsi akan berkurang sebab besi membentuk sebagai berikut :
lapisan pasif di permukaannya (Fontana G, Reaksi Anoda : Fe Fe2- + 2e-
1986). Reaksi katoda : O2 + 2H2O + 4e- 4 OH-

98
Suratmin Utomo : Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor Terhadap Laju Korosi Besi Dalam Media Air
Laut
Jurnal Teknologi 7 (2) pp 93 - 103 2015

Selain oksigen, karbondioksida (CO2) 4. Inhibitor


juga mudah larut dalam air maka akan Secara khusus, inhibitor korosi
terbentuk asam karbonat (H2CO3) yang dapat merupakan suatu zat kimia yang bila
menurunkan pH air dan meningkatkan ditambahkan ke dalam suatu lingkungan
korosifitas, biasanya bentuk korosinya berupa tertentu dapat menurunkan laju korosi
pitting yang secara umum reaksinya adalah: terhadap sautu logam. Mekanisme kerja
CO2 + H2O H2CO3 inhibitor dapat digambarkan sebagai berikut
Fe + H2CO3FeCO3 + H2 (Dalimunthe, Indra Surya, 2004) : inhibitor
FeCO3 merupakan produk korosi yang dikenal mula-mula membentuk lapisan tipis pada
sebagai sweet corrosion. permukaan logam dan oleh karena pengaruh
(ASTM Handbook vol. 13A, 2003). lingkungan (missal pH) membentuk karat dan
merupakan lapisan pasif di permukaan logam
Sifat fisika, yang mempengaruhi korosi sehinga melindungi logam di bawah lapisan.
meliputi tempera dan kecepatan aliran fluida. Dengan demikian inhibitor akan
Peningkatan temperatur temperatur umumnya memperlambat korosi dengan cara antara lain:
menambah laju korosi walaupun kenyataannya Meningkatkan sifat polarisasi katodik dan
kelarutan oksigen berkurang dengan anodik material
meningkatnya temperatur. Apabila metal pada Mereduksi pergerakan atau difusi ion ke
temperatur yang tidak uniform, maka akan permukaan logam
besar kemungkinan terbentuk korosi. Meningkatkan tahanan listrik pada
Sifat biologis, adanya bakteri pereduksi sulfat permukaan logam
akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S
yang mana jika gas tersebut kontak dengan Ada beberapa jenis inhoibitor Jenis-jenis
besi akan menyebabkan terjadinya korosi. Inhibitor
a. Inhibitor Anodik
3. Pencegahan korosi Inhibitor jenis ini bekerja dengan
Secara umum terdapat 4 metode dasar mengubah sifat permukaan logam menjadi
untuk pencegahan korosi (Roberge, Pierre R., pasif. Cara kerja inhibitor ini ada dua cara
2000), yaitu : yaitu (1) membetuk perlindungan tanpa
1) Pemilihan material dan desain (material membutuhkan oksigen dan inhibitor ini
selection and design) berbasis nitrat, nitrit dan kromat dan (2)
Dengan melakukan pemilihan material membentuk perlindungan dengan
yang sesuai dengan keadaan lingkungan membutuhkan oksigen dan berbasis posfat
kerja sehingga proses korosi dapat (PO4-3), tungstat (Wo4-2) dan molibdat (MoO4-
meminimalisir. Selain itu pemilihan desain- 2). Inhibitor jenis ini biasa digunakan pada
desain yang sesuai dengan aplikasi recirculation-cooling systems, rectrifier dan
dilapangan. cooling tower.
2) Pelapisan (Coating)
Pencegahan dengan menutup permukaan b. Inhibitor Katodik
logam dari kontak langsung dengan Inhibitor katodik bekerja dengan
lingkungannya, sehinggga proses korosi menghambat reaksi katodik suatu logam dan
dapat diminimalisir. membentuk presipitat di wilayah katoda yang
3) Proteksi Katodik (Cathodic Protection) dapat meningkatkan impedasi permukaan
Proteksi korosi dengan proses melindungi sekaligus membatasi difusi pereduksi untuk
anodanya dengan cara memperlakukannya melindungi logam tersebut.
sebagai katoda. Proteksi ini meliputi Reaksi yang terjadi:
metode anoda korban dan pemberian arus +
searah (DC). Pembentukan H2: 2 H + 2 e H2
+
4) Inhibitor Reduksi gas O2: O2 + 4 H + 4 e 2 H2O
Inhibitor adalah proses pengendalian korosi Karena bagi suatu sel korosi terjadi reaksi
dengan penambahan zat kimia baik secara reduksi dan reaksi oksidasi dengan kecepatan
kontinu maupun periodik pada elektrolitnya yang sama, maka apabila reaksi reduksi (pada
sehingga akan mengubah lingkungan kerja katoda) dihambat akan menghambat pula
menjadi tidak korosif. reaksi oksidasi (pada anoda). Inilah yang

99
Jurnal Teknologi Volume 7 No. 2 Juli 2015 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

menjadi pedoman pertama di dalam usaha tinggi. Namun untuk perlindungan yang lebih
menghambat korosi logam dalam medium air lambat namun untuk jangka panjang
atau medium asam. dibutuhkan inhibitor yang mampu uapnya
rendah.
c. Inhibitor Ohmik dan Inhibitor Pengendapan (R. Rosliza, WB. Wan Nik, 2009).
Jenis inhibitor pengendapan yang banyak
digunakan adalah natrium silikat dan berbagai 5. Faktor yang mempengaruhi inhibisi dari
senyawa fosfat yang pada umumnya baik inhibitor
digunakan untuk melindungi baja keduanya Untuk mendapatkan hasil dari
cukup efektif bila kondisi pH mendekati 7 persentase inhibisi dengan menggunakan salah
-
dengan kadar Cl yang rendah. Dalam hal ini satu jenis inhibitor, dipengaruhi oleh waktu
natrium silikat bertindak sebagai inhibitor perendaman dan konsentrasi inhibitor
mempasifkan anoda. (1) Pengaruh waktu Perendaman Besi
+
2 Na+ + H SiO Waktu perendaman logam dalam inhibitor
Na2SiO2 + H 2 3 merupakan proses pembentukan lapisan
H2SiO3 SiO2. H20 inhibitor (inhibisi) pada permukaan besi
Asam silikat akan nampak sebagai larutan (logam). Waktu perendaman yang lama akan
koloid. memberikan persentase inhibisi yang lebih
baik dibandingkan dengan waktu yang cepat.
d. Inhibitor Organik Persentase yang dimaksud adalah persentase
Inhibitor organik bekerja dengan permukaan dengan ketebalan lapisan tertentu.
membentuk senyawa kompleks yang (2) Pengaruh konsentrasi inhibitor.
mengendap akibat adsobsi pada permukaan Hubungan antara konsentrasi inhibitor
logam sebagai lapisan pelindung yang bersifat dengan persentase inhibisi dianalogkan dengan
hidrofobik yang dapat menghambat reaksi hasil reaksi:
logam tersebut dengan lingkungannya dan aA + bB cC
dapat menetralisisasi konstituen korosif dan kecepatan reaksi, V = k (A)m (B)n
mengabsorbsi konstituen korosif tersebut. Bila Dari persamaan di atas Nampak bahwa jika
ditambahkan dengan konsentrasi yang tepat, nilai konsentras reaktan (A) dan (B) besar,
inhibitor dapat melindungi seluruh permukaan maka nilai V juga besar sebanding dengan
logam. reaktan. Demikian pula persentase inhibisi
akan akan meningkat sebanding dengan
e. Inhibitor Presipitasi konsentrasi inhibitor karena jika konsentrasi
Inhibitor presipitasi bekerja dengan inhibitor tinggi maka kecepatan inhibisi
membentuk presipitasi di seluruh permukaan meningkat dan menghasilkan persentase
suatu logam. Contoh yang umum dalam inhibisi semakin tinggi. Dengan demikian
inhibitor ini adalah silikat dan phospat. dapat diduga bahwa: makin tinggi besar
Namun, pemakaiannya sangat dipengaruhi konsentrasi inhibitor maka makin besar
oleh pH dan saturation index. Selain itu persentasi pelapisan permukaan logam
phospat membutuhkan oksigen untuk sehingga logam makin tahan terhadap korosi.
meningkatkan efektivitas kerjanya. Silikat dan
phospat sangat berguna pada sistem METODOLOGI PENELITIAN
lingkungan dimana aditif tdak beracun.
Bahan utama proses adalah besi, air laut,
bertindak sebagai media korosi, Natrium Nitrit
f. Inihibitor mudah menguap
(NaNO2) sebagai inhibitor dan bahan
Inhibitor jenis ini bekerja pada
pendukung : Aquadest, HCl pekat, dan aceton.
ruangan tertutup dengan cara meniupkan dari
Peralatan yang digunakan gelas ukur dan
penguapan menuju ke lingkungan yang
desikator serta alat-alat pendukung analisa.
korosif. Inhibitor ini setelah menyentuh
Cara kerja, mula-mula plat besi
permukaan logam yang akan dilindungi akan
dengan dicuci dan timbang untuk
terkondensasi menjadi garamnya dan
mendapatkan berat awal kemudian direndam
memberikan ion yang bisa melindungi logam
dalam larutan inhibitor dalam air laut dengan
dari korosi. Untuk perlindungan yang cepat
variable konsentrasi inhibitor selama 10 hari
diperlukan inhibitor yang kemampuan uapnya
(proses korosi). Setelah selesai masa

100
Suratmin Utomo : Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor Terhadap Laju Korosi Besi Dalam Media Air
Laut
Jurnal Teknologi 7 (2) pp 93 - 103 2015

perendaman, plat besi dibersihkan dan Tabel 2. Hasil laju korosi besi dari proses
dikeringkan kemudian ditimbang untuk korosi tanpa inhibitor dengan media air laut 10
mendapatkan berat setelah besi mengalami ml, dengan waktu 5, 10, dan 15 hari.
krosi. Laju korosi (CR) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus: Konsentrasi
Waktu, t CRo
Natrium Nitrit
(hari) (gr/cm2.hari)
(ppm)
Dimana : 5 0.0526
Wo = berat awal besi (mg) 0 10 0.0420
Wf = berat akhir besi (mg)
A = luas permukaan yang terkorosi (cm2) 15 0.0507
t = waktu (hari)
Efisiensi inhibisi Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa
(%E) dapat dihitung dengan menggunakan waktu 10 hari memberikan laju korosi paling
rumus : lambat diantara waktu 5 hari dan 15 hari.
Dengan demikian percobaan dengan variabel
konsentrasi inhibitor dilakukan dengan waktu
10hari.
Dimana :
%E = Persen inhibisi (%), menunjukkan
seberapa besar larutan NaNO2
menghambat laju korosi
CRo= Laju korosi tanpa inhibitor
2
(mg/cm .hari)
CRi = Laju korosi dengan inhibitor
(mg/cm2.hari)

Gambar 7. Blok diagram alir

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mencari waktu terbaik perendaman
dilakukan perobaan dengan menggunakan air
laut tanpa inhibitor.

101
Jurnal Teknologi Volume 7 No. 2 Juli 2015 ISSN : 2085 1669
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/jurtek e-ISSN : 2460 0288

Tabel 3. Perhitungan hasil laju korosi besi (CR1), efisiensi inhibitor (%E) dengan CRo = 0,0420 dan
variabel konsentrasi inhibitor NaNO2
Kons.
Bobot Bobot CRl CRo %E
Natrium Waktu, Selisih A
awal akhir (mg/cm2 (mg/cm2 %E Rata-
Nitrit t (hari) (mg) (cm2)
(mg) (mg) hari) hari) rata
(ppm)
10,1 54544,0 54545,5 -1,5 19,9 -0,0075 0,0420 117,9%
1000 10,2 55094,8 55100,1 -5,3 25,6 -0,0207 0,0420 149,3% 124,8%
10,3 56640,2 56641,0 -0,8 27 -0,0030 0,0420 107,1%
10,1 55894,3 55900,8 -6,5 26 -0,0250 0,0420 159,5%
3000 10,2 55029,3 55034,1 -4,8 25,8 -0,0186 0,0420 144,3% 144,2%
10,3 57896,8 57900,0 -3,2 26,4 -0,0121 0,0420 128,9%
10,1 57213,9 57220,1 -6,2 25,8 -0,0240 0,0420 157,2%
5000 10,2 55326,5 55332,0 -5,5 25,4 -0,0217 0,0420 151,6% 148,2%
10,3 54983,0 54986,8 -3,8 25,3 -0,0150 0,0420 135,8%
10,1 54533,1 54537,8 -4,7 25,6 -0,0184 0,0420 143,7%
6000 10,2 52926,5 52931,5 -5,0 24,4 -0,0205 0,0420 148,8% 129,2%
10,3 54191,5 54191,0 0,5 24,6 0,0020 0,0420 95,2%

Dari Tabel 3, data disederhanakan menjadi Dari grafik di atas diketahui bahwa
data variable konsentrasi dan efisiensi variasi konsentrasi NaNO2 yang bertindak
sebagaimana tabel berikut. sebagai inhibitor proses korosi dalam air laut
dapat mempengaruhi hasil persentase inhibisi
Tabel 4. Pengaruh konsentrasi inhibitor dari besi yang terkorosi. Persentase inhibisi
NaNO2 terhadap laju korosi dengan media air menunjukkan kenaikan pada konsentrasi 3000
laut, 10 ml larutan, dengan waktu 10 hari. ppm dengan persentase sebesar 144.2%,
peningkatan persentase inhibisi tertinggi
Konsentrasi terjadi pada penambahan konsentrasi 5000
CRo CRl %
Natrium
(gr/cm2.hari) (gr/cm2.hari) Inhibisi ppm dengan inhibisi sebesar 148.2%, yang
Nitrit (ppm)
kemudian mengalami penurunan pada
konsentrasi 6000 ppm dengan persentase
1000 0.0420 -0.0104 124.8 inhibisi 129.2%. Dari hasil tersebut belum
3000 0.0420 -0.0186 144.2 didapatkan konsentrasi dan hasil persentase
inhibisi yang optimum, namun hasil penelitian
5000 0.0420 -0.0202 148.2 ini mendapatkan hasil konsentrasi yang terbaik
6000 0.0420 -0.0123 129.2 untuk inhibitor NaNO2 adalah sebesar 5000
ppm dengan persentase inhibisi sebesar
Dari Tabel 4 dapat dibuat plot hubungan 148.2%.
antara pengaruh konsentrasi inhibitor terhadap Pengaruh variabel konsentrasi (x)
nilai % imbibisi berikut. terhadap % inbibisi dinyatakan dengan
persamaan:
y = -3x10-6x2 + 0.0252x + 102.06 dengan R =
0.9035. Dari fenomena ini nampak bahwa
pada konsentrasi larutan inhibitor 5000 ppm
memberikan % inhibisi terbaik 148%, hal
dimungkinkan pada konsentrasi 5000 ppm
inhibitor membentuk lapisan tipis pada
permukaan besi selama waktu perendaman 10
hari dan ketika konsentrasi dinaikkan akan
terjadi reaksi penguraian kembali terhadap
lapisan inhibitor karena melewati kejenuhan
Gambar 8. Hubungan antara konsentrasiNaNO2 pada lapisan inhibitor.
dengan % inhibisi

102
Suratmin Utomo : Pengaruh Konsentrasi Larutan NaNO2 Sebagai Inhibitor Terhadap Laju Korosi Besi Dalam Media Air
Laut
Jurnal Teknologi 7 (2) pp 93 - 103 2015

Scumacher, M., Seawater Corrosion


Handbook, Noyes Data Corp, New
York 1999.
Manganon, Pat L., The Principles of Material
Selection for Engineering Design,
Prentice Hall, Florida 1999.
Revie, R. Winston, Uhligs Corrosion
Handbook 2nd ed, John Willey & Sons
Inc., New York 2000.
Zuas, Oman, Inhibisi Korosi besi dengan
Gambar 9. Sampel logam besi inhibitor Natium Nitrit dalam air laut
pengaruh konsentrasi dan pH, Jurnal
Kesimpulan dan Saran Widyariset, Vol. 4 tahun 2000.
Kesimpulan Laque, Francis L., Marine Corrosion, John
a. Laju korosi logam besi dalam air laut tanta Willey & Sons Inc. Kanada 1975.
inhibitor rata-rata adalah 0,0420 mg cm- ASTM Handbook, Corrosion: Fundamentals,
2
hari-1 tetapi dengan memberikan inhibitor Testing and Protection, Vol. 3, USA:
ke dalam air laut (sampel) laju korosi bias ASTM International 2003.
dihambat menjdi -0.0202 mg cm-2hari-1. ASTM International, ASTM G31-72: Standar
b. Inhibitor Natrium nitrit mampu menahan Practice for Laboratory Immersion
laju korosi dengan dengan % inhibisi Corrosion of Metals, USA 2004.
148,2% terhadap air laut dengan Roberge, Piere R, Handbook of Corrosion
konsentrasi 5000 ppm, dengan waktu Engineering, McGraw-Hill, New York
percobaan perendaman 10 hari. 2000.

Saran
Penelitian hanya mencoba pengaruh laju
korosi logam besi dengan satu variabel
sedangkan variabel-variabel lain seperti
temperature, sampel air laut dan sangat
dimungkinkan dengan menggunakan logam
lain seperti tembaga atau logam paduan.
Dengan demikian maka perlu adanya
penelitian lanjutan sehingga dapat
menghasilkan kesimpulan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Widharto, Sri, Karat dan Pencegahannya,


Pradnya Paramita, Jakarta 1999.
Jones, Denny, Principles and Prevention of
Corrosion, MacMillan Publishing
Company, New York 1922
Marcus, Philippe, Corrosion Mechanisms in
Theory and Practice, Marcel Dekker
Inc., Paris 2002.
Fontana, G, Corrosion Engineering, McGraw-
Hill Book Company, New York 1986
Dalimunthe, Indra Surya, Kimia dari Inhibitor
Korosi, Prodi Teknik Kimia,
Universitas Sumatera Utara, 2004
J. Chamberlain and K.R. Trethewey, Korosi
untuk Mahasiswa dan Rekayasawan,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
1991.

103

Anda mungkin juga menyukai