Grinding adalah istilah pemecahan dan penghalusan atau penghancuran (size reduction)
meliputi semua metode yang digunakan untuk mengolah zat padat menjadi ukuran yang lebih
kecil. Di dalam industri pengolahan, zat padat diperkecil dengan berbagai cara sesuai dengan
tujuan yang berbeda-beda. Bongkah-bongkah biji mentah dihancurkan menjadi ukuran yang
mudah ditangani, bahan kimia sintesis digiling menjadi tepung, lembaran-lembaran plastik
dipotong-potong menjadi kubus atau ketupat-ketupat kecil.
Produk-produk komersial biasanya harus memenuhi spesifikasi yang sangat ketat dalam
hal ukuran maupun bentuk partikel-partikelnya yang menyebabkan reaktifitas zat padat itu
meningkat. Pemecahan itu juga memungkinkan pemisahan komponen yang tak dikehendaki
dengan cara-cara mekanik, system ini juga dapat digunakan memperkecil bahan-bahan
berserat guna memudahkan proses penanganannya.
Pengayakan terutaman ditujukan untuk pemisahan campuran padat-padat. Sistem
pemisahan ini berdasar atas perbedaan ukuran. Ukuran besar lubang ayak (atau lubang kasa)
dari medium ayak dipilih sedemikian rupa sehingga bagian yang kasar tertinggal di atas
ayakan dan bagian-bagian yang lebih halus jatuh melalui lubang. Diusahakan untuk dapat
melakukan pemisahan yang diinginkan secepat mungkin. Untuk mencapai hal ini, bahan yang
diayak digerakkan terhadap permukaan ayakan. Pada umumnya, gerakan diperoleh dengan
gerakan berputar, bolak-balik, atau turun naik.
2.1 Grinding
Grinding adalah metode dalam menghaluskan suatu partikel kasar dan besar menjadi
partikel-partikel lebih halus. Operasi grinding sangat luas penggunaannya pada proses
bijih tambang dan industri semen. Sebagai contoh bijih tembaga, nikel, kobal dan besi
biasanya dilakukan proses grinding sebelum mengalami proses kimia. Limestone,
marble, gypsum, dan dolomite dihancurkan untuk penggunaan sebagai pengisi kertas,
cat dan kertas. Bahan baku untuk industri semen seperti lime, alumina dan silika
digiling dalam skala besar atau dalam jumlah besar.
Pada proses penggerusan dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri
dari:
Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls)
Batang-batang baja (steel rods)
Campuran bola-bola baja dan materialnya sendiri yang disebut semi autagenous mill
(SAG).
Tanpa media penggerus, hanya materialnya sendiri yang saling menggerus dan
disebut autogenous mill.
Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik
Rod mill dengan media penggerus berupa batang-batang baja.
dX = perubahan ukuran
E=
C 1
n1 X P[
n1
1
n1 =
XF
C 1
1,51 X P ]
1,51
1
[
1,51 =2C [ X0,5
XF
P XF ]
0,5
]
KB = 2C, maka : E=K B [ X P X F ]
0,5 0,5
E=K B
[ 1
1 kWh
X P X F Ton ] ..............................................................................( 2 )
ukuran sangat besar ( ) menjadi ukuran 100 m (80% lolos kumulatif), sehingga :
XF = dan XP = 100 m = 0,1 mm
E=K B
[ 1
1
0,1 ] E=K B
[ 1
0,1
0
] K B =E 0,1
Energi untuk reduksi ukuran dari ukuran sangat besar ( ) menjadi ukuran 100 m
(80% lolos) didifinisikan sebagai indek kerja material (Ei ) (kWh/Ton), sehingga
rumus Bond menjadi :
E= 0,1 Ei
[
1
1 kWh
X P X F Ton ] .................................................................( 3 )
Bila daya yang dibutuhkan P (kW) dan laju umpan T (Ton/jam), maka :
P
T
=E= 0,1 Ei
1
[ 1 kWh
]
X P X F Ton .............................................................( 4 )
Bila, XF dan XP dalam satuan m ( 1mm = 1000m ), maka :
P
T
=E= 0,1 x 1000 Ei
1
[
1 kWh
X P X F Ton ]
P
T
=E=10 Ei
[ 1
1 kWh
X P X F Ton ] ............................................................( 5 )
P
T
=E=1,46 Ei
[ 1
1
XP X F Ton
HP
/menit ] ....................................................( 7 )
2.2 Sizing
Setelah bahan atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh bermacam-
macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan berdasarkan ukuran
partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan
berikutnya.
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri,
sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :
Satu ayakan tunggal hanya dapat memisahkan menjadi dua fraksi saja setiap kali
pemisahan, yaitu yang lolos dari ayakan dan yang tertahan diatas ayakan. Ayakan yang
dipakai pada praktikum ini yaitu Sieve Shaker.
Efisiensi Ayakan
Efisiensi Ayakan didifinisikan sebagai fraksi undersize umpan (Feed) yang benar-
benar lolos dibagi dengan fraksi undersize umpan(Feed) yang seharusnya lolos.
Fraksi undersize umpan (Feed) yang benar-benar lolos = fraksi undersize dalam
produk lolos ( B XB ). Fraksi undersize umpan (Feed) yang seharusnya lolos = F XF
Analisa Ayak
Partikel zat padat secara individu dikarakteristikan dengan ukuran, bentuk, dan
densitas. Partikel zat padat homogen mempunyai densitas yang sama dengan bahan
bongkahan. Partikel-partikel yang didapatkan dengan memecahkan zat padat campuran,
misalnya bijih yang mengandung logam, mempunyai berbagai densitas. Untuk partikel
yang bentuknya beraturan, misalnya bentuk bola dan kubus, ukuran dan bentuknya
dapat dinyatakan dengan mudah. Tetapi partikel yang bentuknya tidak beraturan seperti
butiran atau serpihan, ukuran dan bentuknya tidak begitu jelas dan harus dijelaskan
secara acak.
Bentuk Partikel
Bentuk setiap partikel dikarakteristikan dengan sperisitas (sphericity) S, yang tidak
tergantung pada ukuran partikel. Untuk partikel bentuk bola dengan diameter DP,
S =1, untuk partikel bukan bola didifinisikan oleh hubungan :
6 vP
S =
DP S P
Diameter ekivalen didifinisikan sebagai diameter bola yang volumenya sama dengan
volume partikel itu. Tetapi bahan-bahan berbentuk granular, volume maupun luas
permukaannya tidak mudah ditentukan secara eksak, sehingga D P biasanya diambil dari
ukuran nominal atas dasar analisa ayak. Luas permukaan diperoleh dari pengukuran
didalam hamparan partikel. Untuk kebanyakan bahan pecahan harga S antara 0,6-0,8,
untuk partikel yang telah membulat karena abrasi S bisa sampai 0,95.
BAB III
METODOLOGI
Alat Bahan
Stopwatch
Timbangan
Wadah material
A. Grinding
pasang instalasi ayakan dengan ukuran ayakan besar duatas , ukuran paling kecil paling bawah
secara berurutan
timbang masing-masing material yang ada di atas ayakan (yg tertahan di ayakan) dan yang ada
dipenampung paling bawah (pan)
buat table penyajian / pelaporan dari analisa ayak , buatg grafik analisa ayak , ukuran lolos (sb x) vs
% lolos kumulatir (sumbu y)
tetntukan 80% lolos kumulatif , tank horizonta l sampai memotong grafik , dari titik potong tarik
vertikal kebawah sampai memotong sumbu x , baca ukuran 80% kumulatif untuk menentukan
ukuran umpan 80%lolos kumulatf (xf)
masuka material pasir tersebut kedalam ball mill dan jalankan selama 1 jam dengan kecepatan
putara 1/2 kecepatan putaran maksimum
keluarkan produk ball mill dan lakukan prosedur kerja diatas untuk menentukan ukuran 80% lolos
kumulatif
ulangi dengan material yang sama dengan kecepatan putaran ball mill 1/4 kecepatan maksimum
B. Sizing
Susun peralatan ayakan secara seri dari atas ke bawah , mulai dari ukuruan lubang ayakan terbesar
sampai terkecil
Matikan & ambil material pasir yang berada di atas ayakan termasuk yang ada di pan dan
timbang masing-masing , buat tabel analisa ayak
Buat grafik hasil pengayakan untuk ukuran yang loos dari ayakan vs yang lolos secara kumulatif
Jika tidak ada ukuran yang loos 80% secara kumulatif , maka ulang percobaan tersebut dengan
terlebih dahulu meresukdi ukuran material tsb dengan mengggrinding , kemudian lakukan
prosedur diatas
apabila sudah ada ukuran yang lolos 80% seccara kumulatif , mka
lanjutkan prosedur berikut
PEMBAHASAN
4.1 PEMBAHASAN
Praktikum pada tanggal 20 September 2016 yang bertempat di TKA berjudul Grinding and
Sizing. Sizing adalah mengurangi ukuran partikel/material dari yang berukuran besar menjadi
ukuran yang diinginkan. Dalam melakukan sizing, dalam praktikum ini digunakan ayakan
sieve shaker.
Pan
Indikator ON/OFF
Timer
Pengatur Frekuensi
Prinsip kerja dari alat ini adalah memanfaatkan getaran yang terdapat dalam 1 detik
(frekuensi) yang dapat mengaduk material di dalam ayakan sehingga dapat memudahkan
partikel undersize untuk lolos dalam ayakan.
Penggunaan ayakan jenis sieve shaker ini dikarenakan alat ini terdiri dari beberapa ayakan
yang disusun berdasarkan ukuran meshnya. Dengan begitu, hasil ayakan akan memiliki
variasi ukuran dan dapat diketahui diameter efektif homogen dari partikel yang lolos tersebut.
Ayakan sieve shaker disusun dengan bagian paling atas merupakan ayakan dengan mesh kecil
dan ayakan yang paling dasar merupakan ayakan dengan mesh besar. Mesh menyatakan
jumlah lubang pada 1 inch linear ayakan. Misalnya, pada ayakan 48 mesh yang artinya
terdapat 48 lubang dalam 1 inch linear. Sehingga didapat diameter dari ukuran ayakan
tersebut adalah sebesar 0.297 mm. Jadi, penyusunan sieve shaker dengan menempatkan
ukuran mesh terbesar di paling atas dan terkecil di paling bawah merupakan menyusun
ayakan dengan ukuran diameter lubang terbesar ke diameter terkecil.
Dalam memilih material yang akan disaring, sebaiknya dipilih material yang tidak terlalu
besar sehingga tidak diperlukannya proses crushing dengan alu yang dapat mengurangi
efisiensi waktu dan tenaga dalam melakukan praktikum ini.
Pada praktikum sizing ini telah dilakukan penghitungan % lolos 80% kumulatif yang
bertujuan untuk mendapatkan ukuran diameter material yang efektif.
1.25 mm
Dari grafik tersebut, didapat ukuran diameter partikel efektif adalah sebesar 1.25 mm.
Kemudian, dilakukan praktikum untuk menentukan efisiensi dari tiap ayakan. Untuk
menentukan besarnya efisiensi dari tiap ayakan, digunakan rumus:
360
x 100
2 mm 1000 36%
480
x 100
1.4 mm 1000 48%
280
x 100
1 mm 1000 28%
140
x 100
0.2 mm 1000 14%
40
x 100
0.05 mm 1000 4%
Dalam melakukan pengayakan, terdapat variabel yang harus diperhatikan karena akan
mempengaruhi efisiensi dari ayakan tersebut. Variabel tersebut adalah waktu pengayakan.
Waktu pengayakan sangatlah berpengaruh dengan jumlah partikel undersize yang lolos.
Semakin lama waktu pengayakan, maka semakin banyak partikel undersize yang bisa lolos
ayakan. Namun sebaliknya, jika waktu pengayakan hanya sebentar maka ada kemungkinan
terdapat partikel undersize yang tertahan dalam ayakan. Tentu saja hal tersebut dapat
mempengaruhi nilai dari efisiensi alat.
Dalam praktikum ini, dilakukan waktu pengayakan yang tidak terlalu lama. Dikarenakan
waktu yang tidak cukup, yang mengharuskan dihentikannya praktikum. Sehingga hal tersebut
mempengaruhi nilai efisiensi yang telah dipaparkan di atas.
Selain itu, adanya inhibitor yang menyumbat ayakan juga sangat berpengaruh dalam
perhitungan efisiensi dari ayakan. Pada saat praktikum, ditemukan inhibitor-inhibitor berupa
batuan kecil hitam yang tersangkut pada ayakan. Batu kecil hitam tersebut berasal dari
kelompok/praktikan sebelummya yang tidak benar-benar membersihkan ayakan. Sehingga
inhibitor tersebut masih tetap tertahan dan menyumbat ayakan.
Ball Mill
Pengatur Kecepatan
sudut
Mill
Tombol ON/OFF
Bola-Bola Baja
Bola-Bola Baja
Dalam melakukam grinding digunakan kecepatan putaran ball mill sebesar setengah
kecepatan penuhnya. Jumlah bola-bola baja yang digunakan adalah sebanyak 35 buah.
Setelah melakukan grinding, untuk mendapatkan ukuran diameter lolos 80% kumulatif
umpan (feed) maka dilakukan pengayakan menggunakan sieve shaker. Berikut hasil dari
penentuan Xf:
Untuk menentukan ukuran diameter lolos 80% kumulatif produk dilakukan peng-grinding-an
kembali dan setelah itu dilakukan pengukuran diameter dengan menggunakan ayakan sieve
shaker kembali. Dari praktikum didapat data sebagai berikut:
% % lolos kumulatif
ukuran ayakan
berat p produk
0.05 41 0
0.2 29 70
1 10 80
1.4 15 95
2 5 100
Reduction ratio adalah rasio diameter rata-rata umpan dengan diameter rata-rata produk.
Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Semakin besar nilai reduction ratio, maka semakin jauh perbedaan diameter umpan dan
produk (partikel produk semakin halus). Menurut literatur:
Mesin penghancur ukuran halus atau grinder, mempunyai rasio s/d 100
1.1 mm
reductionratio ukuran 80 lolos kumulatif = =1.1
1 mm
Hal ini diakibatkan kurangnya waktu dalam melakukan grinding, sehingga partikel yang telah
tertumbuk halus dalam ball mill hanya sebagian. Yang menyebabkan kecilnya nilai dari
reduction ratio.
Energi yang dibutuhkan Ball Mill, merupakan energi listrik (kWh) yang dibutuhkan ball mill
untuk dapat melakukan grinding. Sebelum menentukan energi yang dibutuhkan, perlu
ditentukan Ei, yaitu indeks kerja material yang spesifik dimiliki tiap materi. Nilai E i bagi
zeolit tidak tersedia dalam tabel, sehingga digunakan Ei dari pasir yaitu sebesar
11.53 kWh /ton . Energi yang dibutuhkan ball mill dapat dirumuskan sebagai berikut:
E=10 E i
[ 1
]
1 kWh
X P X F Ton
1. Grinding merupakan proses penghancuran dan penghalusan suatu zat padat yang
memiliki ukuran partikel besar menjadi partikel yang lebih kecil
2. Sizing adalah proses pengayakan suatu partikel beragam untuk disaring berdasarkan
ukuran partikel yang diinginkan
3. Semakin banyak bola penggerus dan waktu tinngal yang lama dalam mesin grinding
maka hasilproduk akan semakin halus
4. Semakin besar ukuran ayakan , maka semakin banyak pula % kumulatif yang lolos
5. Semakin halus diameter bahan maka efektifitas ayakan pun semakin baik
6. Hasil daya yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah 3.39 x 10-4 kWh dan biaya
yang harus dibayar sebesar Rp 219.7,00
7. Dari praktikum ini didapatkan diameter efektif = 1,25 mm
8. Dari praktikum ini didapatkan Xfeed = 1 mm dan Xproduk = 1,1 mm
9. Dari praktikum ini didapatkan Reduction ratio = 1,1 mm
10. Dari praktikum ini didapatkan efisiensi ayakan 2mm sebesar 36 %, 1,4 mm sebesar 48
%, 1 mm sebesar 28 %, 0,2 sebesar 14 % ,dan 0,05 mm sebesar 4 % .
11. Faktor faktor yang mempengaruhi grinding meliputi : jenis media penggerus,
kecepatan putar ball mill, material yang akan di grinding , waktu penggerusan
( grinding) , dan banyaknya media penggerus
12. Faktor faktor yang mempengaruhi sizing : ukuran partikel, waktu tinggal
pengayakan , bentuk bahan yang diayak, jenis permukaan ayakan , dan jenis ayakan
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGOLHAN DATA
Penentuan diameter efektif
% lolos kumulatif
ukuran ayakan % berat f
feed
0.05 35 0
0.2 30 65
1 13 78
1.4 14 92
2 8 100
Lolos Kumulatif
Dari grafik tersebut, didapat ukuran diameter partikel efektif adalah sebesar 1.25 mm.
360
x 100
2 mm 1000 36%
480
x 100
1.4 mm 1000 48%
280
x 100
1 mm 1000 28%
140
x 100
0.2 mm 1000 14%
40
x 100
0.05 mm 1000 4%
Menentukan Xf
% lolos kumulatif
ukuran ayakan % berat f
feed
0.05 35 0
0.2 30 65
1 13 78
1.4 14 92
2 8 100
Menentukan Xp
% % lolos kumulatif
ukuran ayakan
berat p produk
0.05 41 0
0.2 29 70
1 10 80
1.4 15 95
2 5 100
1.1 mm
r eduction ratio ukuran 80 lolos kumulatif = =1.1
1 mm
B. Gambar
Ball Mill & Sieve Shker Mengatur kecepatan ayakan