Anda di halaman 1dari 7

a.

Metode Tukey
Prisip uji ini adalah membandingkan selisih masing-masing rata-rata dengan sebuah
nilai kritis (w). jika harga mutlak selisih rata-rata yang dibandingkan lebih dari atau
sama dengan nilai kritisnya, maka dapat dikatakn bahwa kedua rata-rata tersebut
berbeda nyata (signifikan). Formulasi perhitungan nilai kritis uji Tukey HSD adalah
sebagai berikut.
w = q(p,dfe)se
Se =
Untuk nilai r yang berbeda, Se dapat dihitung dengan rumus:
Se=
Keterangan:
w: nilai kritis uji Tukey HSD.
q: nilai wilayah studentized range untuk Tukey HSD pada , p dan dfe.
p: jumlah seluruh rata-rata yang dibandingkan.
dfe: derajat bebas error.
Se: standard error.
MSe: kuadrat tengah error.
r: banyaknya data untuk menghasilkan satu nilai rata-rata.

Berikut disajikan data hasil pengamatan pemakaian bahan bakar dalam liter dengan
tiga merk yang berbeda. Tentukanlah alat mana yang paling irit.
Tabel 1. Pemakaian Bahan Bakar Tiga Merk Alat
Pemakaian Bahan Bakar (dalam liter)
Pengamatan
Merk A Merk B Merk C
1 0.45 0.30 0.12
2 0.52 0.15 0.09
3 0.51 0.24 0.17
4 0.48 0.11 0.14
5 0.58 0.22 0.66
6 0.62 0.16 0.57
7 0.49 0.13 0.44
8 0.47 0.24 0.37
Rata-rata ( ) 0.52 0.19 0.32

Penyelesaian:
1. Susun tabel Anova dengan langkah one way anova seperti berikut ini.
Tabel 2. Tabel Anova Contoh Kasus Tukey
Sumber
SS df MS F F tabel
Variasi
Merk Alat 0.471 2 0.236 14.267 3.403
Error 0.397 24 0.017
Total 0.868 26
2. Dari tabel tersebut diketahui nilai Mse = 0.017, dfe = 36, r = 8 dan p = 3 tentukan
nilai Se.
Se = = = 0.046
3. Tentukan nilai q menggunakan table dengan =0.05, p=3 dan dfe=24 adalah
sebesar 3.530.
4. Hitung nilai w.
w = q (p, dfe)
Se =3.530*0.046 = 0.160
5. Urutkan nilai rata-rata dari terkecil ke terbesar dan hitung nilai mutlak selisihnya |
xMC-xMB| = |0.32-0.19| = 0.13
|xMA-xMB| = |0.52-0.19| = 0.33
|xMA-xMC| = |0.52-0.32| = 0.20
Tabel 3. Selisih rata-rata contoh kasus Tukey

Rata-rata Merk B Merk C Merk A


Merk B 0 0.13 0.33
Merk C 0 0.20
Merk A 0
6. Bandingkan selisih rata-rata tersebut dengan nilai w. Jika nilai | - | w, maka
kedua rata-rata yang dibandingkan adalah berbeda nyata 9 (signifikan). Demikian
sebaliknya, jika - | < w maka kedua rata-rata yang dibandingkan adalah tidak
berbeda nyata.
7. Dari kasus diatas diketahui bahwa merk B dan merk C memiliki nilai selisih rata-
rata kurang dari w, sedangkan merk A dengan merk C dan merk B memiliki selisih
lebih dari w. Dengan demikian merk B dan merk C memiliki rata-rata yang tidak
berbeda nyata namun keduanya berbeda nyata dengan merk A, jadi Ha dari anova
tersebut adalah Ha : A B = C dan Ha : A = C = B.
8. Untuk mempermudah pembacaan, maka hasil analisis dapat ditulis sebagai berikut
Tabel 4. Penyajian Hasil Akhir Contoh Kasus Tukey
Rata-rata Pemakaian Rata-rata Pemakaian
Jenis Alat
Bahan Bakar Bahan Bakar
Merk B 0.19
Merk C 0.32
Merk A 0.20

Keterangan: Nilai rata-rata yang ditulis pada kolom yang sama menyatakan tidak
berbeda nyata sedangkan yang ditulis pada kolom yang berbeda menyatakan berbeda
nyata.
(http://yycrisspy4.blogspot.com/2012/06/uji-duncan-uji-tukey.html)

b. The Fisher Least Significant Difference Method


Uji BNT merupakan prosedur pengujian perbedaan diantara rata-rata perlakuan yang
paling sederhana dan paling umum digunakan. Metode ini diperkenalkan oleh Fisher
(1935), sehingga dikenal pula dengan Metoda Fishers LSD [Least Significant
Difference]. Untuk menggunakan uji BNT, atribut yang kita perlukan adalah nilai
kuadrat tengah galat (KTG), taraf nyata, derajat bebas (db) galat, dan tabel t-student
untuk menentukan nilai kritis uji perbandingan.
Formula untuk menghitung nilai LSD adalah sebagai berikut:

Pembandingan Terencana
Disini terdapat 6 perlakuan yang akan kita bandingkan, sehingga tidak tepat apabila
uji LSD digunakan untuk membandingkan semua pasangan kombinasi perlakuan (pair
wise comparisons).
Namun apabila kita ingin membandingkan semua rata-rata perlakuan dengan kontrol
(pembandingan terencana), uji LSD dapat digunakan meskipun lebih dari 3 perlakuan.
Pada kasus
ini, Gabungan dijadikan sebagai kontrol (pembanding) sehingga semua rata-rata
perlakuan hanya
dibandingkan dengan kontrol.
1. Hitung nilai LSD:
a. Tentukan nilai KTG dan derajat bebasnya yang diperoleh dari Tabel
Analisis Ragam.
KTG = 11.7887
db = 24
b. Tentukan nilai t-student.
Ada dua parameter yang dibutuhkan untuk menentukan nilai t-student, yaitu taraf
nyata () dan derajat bebas galat (db). Pada contoh ini, nilai db = 24 (lihat db galat
pada tabel Analisis Ragamnya) dan = 0.05. Selanjutnya, tentukan nilai t(0.05/2, 24)
Untuk mencari nilai t(0.05/2, 24) kita dapat melihatnya pada tabel Sebaran t-student
pada taraf nyata 0.05 dengan derajat bebas 24. Perhatikan gambar berikut untuk
menentukan t-tabel.
Dari tabel tersebut kita dapatkan nilai nilai t(0.05/2, 24) = 2.064
Hitung nilai LSD dengan menggunakan formula berikut:

2. Kriteria pengujian:
Bandingkan nilai mutlak selisih kedua rata-rata yang akan kita lihat
perbedaannya dengan nilai LSD dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Pada kasus ini, kita hanya membandingkan selisih antara kontrol (Gabungan) dengan ratarata
perlakuan lainnya.

https://smartstat.wordpress.com/2009/10/29/uji-lsd-bnt/

c. Dunnett Method
Pada beberapa kasus percobaan tertentu, mungkin kita hanya tertarik pada
perbandingan antara kontrol dengan perlakuan lainnya. Misalnya, membandingkan
suatu varietas lokal atau bahan kimia standar dengan yang baru. Untuk kasus tersebut,
kita dapat menggunakan uji Dunnet. Dunnet mengembangkan uji ini dan
mempopulerkannya pada tahun 1955. Uji Dunnet mempertahankan MEER pada level
yang tidak lebih dari taraf nyata yang ditentukan, misal = 0.05. Pada metode ini,
hanya membutuhkan satu nilai pembanding yang digunakan untuk membandingkan
antara kontrol dengan perlakuan lainnya. Formulanya mirip dengan LSD, namun pada
uji ini, nilai t yang digunakan bukan t-student yang digunakan pada uji LSD. Dunnet
menggunakan tabel t tersendiri, yang biasanya terlampir pada buku-buku perancangan
percobaan.
Formula untuk menghitung nilai DLSD adalah sebagai berikut:

dimana r adalah jumlah banyaknya ulangan, KTG = Kuadrat Tengah Galat yang
diperoleh dari analisis ragam, = taraf nyata, p = banyaknya perlakuan, tidak
termasuk kontrol (p = t-1), dfe = derajat bebas galat. Nilai t*adalah nilai yang
diperoleh dari tabel t-Dunnet pada taraf nyata dengan derajat bebas = dfe (Pada
tabel t-Dunnet biasanya telah ditentukan untuk pengujian dua arah, jadi dalam tabel
sebenarnya nilai /2).

Contoh Penggunaan Uji Dunnet


1. Hitung nilai DLSD:
a. Tentukan nilai KTG dan derajat bebasnya yang diperoleh dari Tabel Analisis
Ragam.
KTG = 11.7887
db = 24
b. Tentukan nilai t-Dunnet.
Ada tiga parameter yang dibutuhkan untuk menentukan nilai t-Dunnet, yaitu taraf
nyata (), banyaknya perlakuan yang akan dibandingkan, tidak termasuk kontrol (p),
dan derajat bebas galat (db). Pada contoh ini, nilai db = 24 (lihat db galat pada tabel
Analisis Ragamnya), p = t-1 = 6-1 = 5, dan = 0.05. Selanjutnya, tentukan nilai
t*(0.05/2, 24)
Untuk mencari nilai t*(0.05/2, 24) kita dapat melihatnya pada tabel Sebaran t-
Dunnet pada taraf nyata 0.05 dengan derajat bebas 24, dan p = 5. Perhatikan gambar
berikut untuk menentukan t-Dunnet.

Dari tabel tersebut kita dapatkan nilai nilai t(0.05/2, 5, 24) = 2.70
Hitung nilai DLSD dengan menggunakan formula berikut:

2. Kriteria pengujian:
Bandingkan nilai mutlak selisih kedua rata-rata yang akan kita lihat perbedaannya
dengan nilai LSD dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Pada kasus ini, kita hanya membandingkan selisih antara kontrol (Gabungan) dengan
ratarata perlakuan lainnya.
Hasilnya sebagai berikut:
https://smartstat.wordpress.com/2009/10/29/uji-dunnet/

Anda mungkin juga menyukai