Anda di halaman 1dari 4

APLIKASI KAYU KELAPA PADA STRUKTUR RUMAH SUSUN

SEDERHANA

Tesis yang berjudul Aplikasi Kayu Kelapa Pada Struktur Rumah Susun
Sederhana ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
sarjana S-2. Tesis ini dibuat oleh Alfian Kamaldi, mahasiswa Program Studi
Teknik Sipil Jurusan Ilmu-ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada.
Kayu merupakan salah satu bahan bagunan tertua, yang dapat digunakan
baik untuk elemen structural maupun non structural. Kelebihan penggunaan kayu
sebagai bahan bagunan antara lain mudah diperoleh, harganya relative murah,
mudah dalam pelaksanaan, mudah untuk dipindahkan, ditinjau dari segi struktur
bagunan kayu lebih aman terhadap gempa, dan ditinjau dari segi arsitektur
bangunan kayu mempunyai nilai esterik yang tinggi.
Rumah susun sederhana merupakan salah satu solusi atas meningkatnya
kebutuhan sarana perumahan, pengoptimalan penggunaan lahan serta
pemakaian bahan bangunan yang murah dan mudah didapat. Kayu kelapa
(Jawa: Glugu) sebagai bahan bangunan telah banyak digunakan, terutama pada
daerah yang hutan alamnya sudah menipis seperti di pulau Jaya. Namun
pemanfaatannya belum maksimal dan terbatas sebagai bahan bangunan
penunjang.
Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengetahui sifat-sifat mekanik
kayu kelapa seperti kuat tekan, modulus tekan, kuat lentur, modulus lentur, serta
kuat geser kayu kelapa pada kondisi kayu kering udara. Tujuan lainnya adalah
mencari sistem sambungan yang efektif dan praktis untuk struktur rumah susun
sederhana dari kayu kelapa dengan baut sebagai alat sambung dan untuk
mengetahui kekuatan dan perilaku model sambungan structural rumah susun
sederhana tersebut.
Penelitian ini meliputi penyelidikan sifat fisik dan mekanik kayu, pengujian
Tarik sambungan kayu kelapa, serta pengujian model sambungan struktur dari
kayu kelapa dimana sebagai prototype adalah rumah susun sederhana. Sifat fisik
dan mekanik kayu kelapa diteliti pada semua posisi pohon, dalam arah radial dan
arah longitudinal. Pengujian tarik sambungan kayu kelapa berupa sambungan
tampang dua dengan alat sambung baut. Pengujian model sambungan dipilih
sambungan siku, sambungan balok-kolom luar dan sambungan balok-kolom
dalam.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sifat
mekanik kayu kelapa sangat bervariasi tergantung posisinya pada pohon. Pada
arah radial semakin dekat pada bagian tepi, terjadi kenaikan kekuatan dan pada
arah longitudinal menunjukkan makin keujung terjadi penurunan kekuatan. Untuk
bahan konstruksi dapat digunakan kayu dari bagian tepi dan antara dengan
ketinggian dari pangkal sampai setengah ketinggian pohon. Bagian ini dapat
digolongkan pada kayu kelas kuat II, dengan nilai rata-rata berat jenis 0,74
gr/cm3, kuat tekan 44,13 Mpa, modulus elastisitas tekan 8.000 Mpa, modulus
elastisitas lentur 10.000 Mpa dan kuat geser 4,62 Mpa.
Kekuatan maksimum sambungan kayu kelapa dengan alat sambung baut
hasil eksperimen lebih tinggi dari nilai teoritis dan kuat izin hasil eksperimen lebih
tinggi dari kekuatan yang diizinkan oleh PKKI 1961. Rata-rata tegangan
maksimum yang terjadi pada kayu adalah 39,74 Mpa dan rata-rata tegangan izin
13,22 Mpa. Kelemahan terbesar struktur kayu kelapa dan dapat membahayakan
adalah keruntuhannya yang terjadi secara tiba-tiba (getas) karena kuat gesernya
yang rendah. Dengan sistem sambungan yang tepat dan direncanakan dengan
baik berdasarkan nilai-nilai kekuatan sifat mekanik yang diperoleh, kayu kelapa
dapat dipakai sebagai bahan structural.
IMAGE DAN HIPEREALITAS PADA STUDI KASUS KOTA WISATA
CIBUBUR

Tesis yang berjudul Image dan Hiperealitas pada Studi Kasus Kota Wisata
Cibubur ini dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi magister
teknik. Tesis ini dibuat oleh Peter Yogan Gandakusuma, mahasiswa Universitas
Indonesia Program Studi Teknik Arsitektur Program Pascasarjana BIT-UI.
Banyak pegembang real estate menawarkan image arsitektur dengan
nama-nama tertentu seperti Nobel, Washington Street, Belgium, Orlando, dsb
yang dipasarkan melalui media iklan dan promosi pameran perumahan yang
turut serta memberi andil maraknya khasanah arsitektural di Jakarta akhir-akhir
ini. Peran pengembang saat menciptakan realitas pada sebuah perencanaan
real estate berdasarkan image tertentu tersebut, menyebabkan seakan-akan
image itu memang dibutuhkan oleh masyarakat. Image yang muncul melalui
promosi diberbagai media jadi tampak lebih penting berperan dibandingkan
esensi tinggal dan berhuni sendiri di sebuah ruang pengembangan lahan yang
tercipta.
Penelitian ini memfokuskan diri pada studi tentang kemunculan image
arsitektur pada real estate yang memiliki nama berkonotasi tertentu dengan studi
kasus Kota Wisata Cibubur. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan tujuan
memahami mengapa pengembang real estate tersebut memakai nama-nama
tersebut sebagai ide perencanaan dan pengembangan lahannya. Berangkat dari
pengamatan image yang muncul pada media cetak harian Kompas, brosur, studi
banding melalui image lainnya, dan pengamatan ke Kota Wisata Cibubur penulis
menemukan bahwa bentuk arsitektur tersebut adalah penanda bagi kehadiran
suatu image real estate si pengembang itu sendiri. Pengembang terlibat sebagai
produsen realitas imitasi yang muncul melalui image duplikasi bentuk tampak
hunian dan lewat nama-nama yang dipersepsikan sebagai image arsitektur yang
dianggap lazim dan benar melalui iklan pemasaran pada media cetak.
Pada fenomena real estate yang dibahas dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa image mewujudkan dirinya dalam bentuk dan tampak pada
bangunannya. Sedangkan dari temuan pada berbagai image iklan dan studi
kasus ini juga bisa disimpulkan bahwa ada pergeseran moralitas perencanaan
dan pengembangan dunia property, dari peningkatan dan pengembangan
property berlandaskan ide tertinggal yang layak secara social-cultural kepada
peningkatan dan pengembangan citra berlandaskan melulu pada ekonomi.
Mengacu pada ide hiperealitas, temuan penelitian menunjukkan
kecenderungan pengembangan property semacam ini disebut sebagai hyperreal
real estate. Hyperreal real estate adalah kondisi dimana sebuah real estate
mengembangkan bentuk dan image khayal, menebar pesona tampak, memuja
bentuk-bentuk ikonik, dimana image itu muncul dalam bentuk arsitektur dan para
pelakunya, mulai dari developer hingga konsumen ada bersama-sama di alam
realitas arsitektur yang mereka kembangkan.
Temuan menunjukkan bila bentuk being sebuah rumah adalah penanda
dari sosok penghuni, maka tampak hunian adalah kemasannya. Ketika image
real estate mewujud dalam bentuk arsitektur, maka pesan sebuah penanda siap
diserap oleh calon konsumennya. Rumah bukan lagi sarana pengembang untuk
mempromosikan hasil pengembangannya, melainkan alat untuk menyampaikan
pesan citra pengembang yang mengajarkan konsumennya untuk tinggal dalam
image pengembang yang sama, mimpi yang sama, dan bentuk yang seragam
seperti sebuah rangkaian produksi barang yang bersifat massal.

Anda mungkin juga menyukai