Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Turunnya Taurat

Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab
suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah
dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu mereka akan dapat
petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat
mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Firaun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar
diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa
selama tiga puluh hari penuh, yaitu semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan bermunajat dengan Tuhan
serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan
bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan
dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu kepadanya: Hai
Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap, padahal bau mulutmu
dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu itu, Allah memerintahkan
kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari.
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun
sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu. Pada saat yang telah ditentukan tibalah
Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan ketika ia ditanya oleh Allah: Mengapa engkau datang
seorang diri mendahului kaummu, hai Musa? Ia menjawab: Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu
untuk mencapai ridha-Mu.
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: Wahai Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu Allah berfirman:
Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cobalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka niscaya engkau
akan dapat melihat-Ku. Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang seketika itu juga dilihatnya
hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pingsan.
Setelah ia sadar kembali dari pingsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata:
Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu. Dalam
kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci Taurat berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut
sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang diredhai oleh
Allah.
Allah mengiring pemberian Taurat kepada Musa dengan firman-Nya: Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari manusia-
manusia yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku
telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan
berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa
Bani Israil ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Israil agar mematuhi
perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat-tempat orang-orang yang fasiq.
Isi Pokok Kitab Taurat
Kitab Taurat adalah kumpulan firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Musa as. Kitab ini berlaku hanya bagi Nabi Musa as. dan Bani Israil.
Kitab Taurat ini hanyalah salah satu bagian dari Kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblia/Al Kitab (terdiri dari Thora, Nabiin, dan Khetubiin). Di kemudian
hari orang Kristen menamainya Perjanjian Lama (Old Testament). Konon Taurat yang tertuang dalam Perjanjian Lama tersebut berasal dari Nabi Musa as. dan
dibagi menjadi lima kitab yaitu:
a. Kitab Kejadian (Genesis)
Kitab ini berisi kisah kejadian alam semesta, kejadian Adam dan Hawa serta dikeluarkannya mereka dari surga, dan turunnya Adam , dan sejumlah Nabi sampai
Yusuf as.
b. Kitab Keluaran (Exodus)
Kitab ini berisi kisah tentang keluarnya Bani Israil dari Mesir yang dipimpin Nabi Musa as. akibat penindasan Firaun, keberadaan Musa di Padang Tih,
Semenanjung Sinai selama 40 tahun, munajat Musa as. terhadap Yahwe (Allah SWT), sampai turunnya Sepuluh Perintah.
Sepuluh Firman atau Perintah yang mencakup asas-asas akidah (keyakinan) dan asas-asas syariat (kebaktian) itu termuat dalam kitab Keluaran pasal 20: 1-17
dan Kitab Ulangan pasal 5: 1-21.
1. Hormati dan cintai satu Allah.
2. Sebutlah nama Allah dengan hermat.
3. Kuduskanlah hari Tuhan (hari Sabat, yaitu hari ke-7 setelah bekerja selama enam hari dalam seminggu)
4. Hormatilah ibu dan bapakmu.
5. Jangan membunuh.
6. Jangan bercabul.
7. Jangan mencuri.
8. Jangan berdusta.
9. Jangan ingin berbuat cabul.
10. Jangan ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.
c. Kitab Imamat (Leviticus)
Kitab ini berisi berisi kumpulan hukum/syariat dalam agama Yahudi.
d. Kitab Bilangan (numbers)
Kitab ini menerangkan jumlah keturunan dua belas Bani Israil pada zaman Nabi Musa as.
e. Kitab Ulangan (Deuteronomy)
Kitab ini berisi pengulangan kisah kepergian Bani Israil dari Mesir dan pengulangan kumpulan peraturan.
epuluh firman tersebut ternyata mengandung aspek-aspek akidah,ibadah,syariah,hukum dan etika.
Dalil kebenaran adanya Kitab Taurat

1.Dalil kitab Taurat dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Al-Isra : 2


Artinya : Dan kami berikan kepada Musa, kitab (Taurat) dan kami jadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), Janganlah kamu mengambil
(pelindung) selain Aku. (Q.s. Al-Isra : 2).
2. Surah Al-Araaf ayat 142-145
Dan Kami telah janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan
sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun:
Gantilah aku dalam (memimpin) kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan. Dan tatkala Musa
datang untuk (munajat) dengan (Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku
nampakkanlah (Zat Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah
ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu
menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu
dan aku orang yang pertama beriman. Allah berfirman: Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain (di masamu) untuk
membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu
termasuk orang-orang yang bersyukur. Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh (Taurat) segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami
berfirman: Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq.
INJIL
Kitab suci turun berturut-turut di bulan Ramadan. Mulai dari Taurat, Zabur, Injil hingga Alquran. Jika Taurat diwahyukan kepada Nabi Musa AS pada hari ke-6
Ramadan, Zabur turun kepada Nabi Daud AS di hari ke-12 Ramadan, Injil turun kepada Nabi Isa AS pada hari ke-13 Ramadan. Injil turun untuk
menyempurnakan kitab sebelumnya.
Injil diturunkan di Yerusalem (Ibukota Palestina) dengan Bahasa Qibti, diperuntukkan Bani Israil yang berlaku sejak abad ke-1 Masehi sampai 610 Masehi. Injil
berisi ajaran yang sama dengan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya, dan menghapus hukum-hukum dalam Taurat yang tidak sesuai pada zaman
itu.Turunnya injil diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam Al-Mu'jam Al Habir hadis nomor 1808. "Bahwasanya Rasulullah bersabda Shuhuf Ibrahim
diturunkan pada malam pertama bulan Ramadan, Taurat diturunkan setelah berlalunya enam hari di bulan Ramadan."
"Injil diturunkan setelah berlalunya tiga belas hari bulan Ramadan. Zabur diturunkan pada malam kesembilan delapan belas hari di bulan Ramadan, sedangkan
Alquran diturunkan setelah berlalunya dua puluh empat hari di bulan Ramadan."
Turunnya kitab Injil juga dituangkan dalam Alquran Surah Al-Maidah ayat 46, yang berisi, "Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putera
Maryam, membenarkan kitab sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan
kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat sebagai petunjuk serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa,"
Kata Injil semula berasal dari bahasa Yunani euangelion yang berarti kabar baik. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi Injil. Makna dari kabar
gembira yang dimaksud adalah karena Nabi Isa as. menggembirakan para umatnya dengan berita akan kedatangan Muhammad saw sebagai utusan Allah SWT
yang terakhir untuk seluruh alam. Nabi Isa as. mengajarkan Injil kepada para pengikutnya hanya selama tiga tahun. Tepatnya sejak usia 30 sampai usia 33 tahun.
Lalu Isa diangkat/diselamatkan oleh Allah SWT dari pengejaran kaum Yahudi yang ingin menyalibnya.
1. Q.S. Al-Maidah : 46
2. Q.S. As-Saff : 6
3. Q.S. As-Saff : 14

Suhuf Ibrahim
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Suhuf Ibrahim?
2. Media apa yang digunakan dalam penulisan Suhuf Ibrahim?
3. Dalil apa saja yang menyatakan tentang adanya Suhuf Ibrahim?
4. Kapan Suhuf Ibrahim diturunkan?
5. Untuk agama apakah Suhuf Ibrahim ini diperuntukan?
6. Berapa jumlah Suhuf Ibrahim?
7. Apa isi Suhuf Ibrahim?
8. Apa saja perumpamaan yang ada dalam Suhuf Ibrahim?
9. Nasihat apa saja yang ada pada Suhuf Ibrahim?

A. Jawaban
1. Suhuf-i-Ibrahim atau Suhuf Ibrahim adalah merupakan kitab-kitab kecil yang diturunkan Allah kepada Nabi Ibrahim a.s. yang disampaikan melalui
perantaraan Malaikat Jibril berisikan panduan dan ajaran-ajaran agama yang bersesuaian dengan keperluan zaman tersebut.
Dalam tafsir Al-Thabari, suhuf Ibrahim adalah risalah yang telah disampaikan oleh Ibrahim dan telah tertunaikan.

2. Suhuf Ibrahim dipercayai oleh sarjana Muslim mengandung beberapa wahyu yang diterima oleh Nabi Ibrahim, yang kemudian ditulis dalam bentuk tulisan di
atas lembar kain, kulit, pelepah, kulit kayu atau apa sahaja yang mungkin digunakan pada zaman itu memandangkan kertas seperti zaman sekarang masih belum
dicipta. Kandungan sebenar Suhuf tersebut juga tidak dikisahkan dalam al-Quran.
3. Dalam surat Al-Najm : 37. Allah SWT berfirman :

dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?.

Dan surat Al-Al : 19. Allah SWT berfirman :


"(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa.


4. Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan. Taurat diturunkan pada hari keenam Ramadhan. Injil diturunkan pada tanggal tiga belas
Ramadhan. Zabur diturunkan pada tanggal delapan belas Ramadhan. Dan Al Qur`an diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadhan.
Hadits ini diriwayatkan Imam Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad Ath Thabarani Al Lakhami rahimahullah (w. 360 H) dari Ali bin Abdil Aziz dari Abdullah bin
Raja` dari Imran Al Qaththan dari Qatadah bin Diamah dari Abul Malih bin Usamah dari Watsilah bin Al Asqa Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam.(Al Mujam Al Awsath, Bab Al Ain, Man Ismuhu Aliy, hadits nomor 3882). Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al
Ahadits Ash Shahihah
5. Dikatakan bahwa ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim ini dikenali dengan ajaran agama Hanif dan sebelum kedatangan Nabi Muhammad

6. Karena suhuf Ibrahim diwahyukan sebelum Taurat, maka satu-satunya keterangan adalah apa yang ada dalam surat Al-Al, yaitu tentang tazkiyyah al-nufs,
dzikir dan shalat, serta peringatan tentang kesementaraan dunia dan kekekalan akhirat. Shuhuf Ibrahim ini berisi syariat. Syariat yang termaktub dalam suhuf
Ibrahim, belum mengatur tata masyarakat dan memberikan tahap awal ajaran Tauhid yang diperlukan oleh tata masyarakat.
7. Dalam tafsir Al-Zamakhsyary, disebutkan bahwa suhuf Nabi Ibrahim terdiri dari 30 buah suhuf, sepuluh pokok tentang pertaubatan, sepuluh pokok tentang ciri-
ciri mukmin, dan sepuluh pokok lainnya tentang konsekwensi keimanan.
8. Abu Zar, seorang sahabat Nabi s.a.w yang zuhud pada suatu masa ingin tahu tentang apa yang terdapat dalam suhuf-suhuf terdahulu. Beliau mengemukakan
persoalanya itu kepada Rasulullah s.a.w dalam satu majlis dan berkata; Wahai Rasulullah! Apakah ajaran yang terdapat dalam suhuf (lembaran) yang
diturunkan kepada nabi Ibrahim?. Nabi Ibrahim telah dikaruniakan suhuf yang berupa lembaran yang diturunkan dari Allah. Didalam lembaran itu
terkandungan pengajaran yang disampaikan dalam bentuk perbandingan dan misalan.
Oleh kerana Rasul di berikan wahyu dan ilmu tentang peristiwa-peristiwa yang terdahulu baginda dapat menjawab persoalan Abu Zar dengan jelas sekali.
Beliau menjawab, Semua isinya adalah perumpamaan perumpamaan (amtsl). Di antaranya, (1)Wahai raja yang berkuasa, yang diuji, dan yang tertipu! Aku
tidak mengutusmu untuk menumpuk harta kekayaan, tapi untuk memenuhi permohonan orang yang terzalimi. Sebab, Aku takkan menolak permohonannya,
meskipun ia kafir. (2)Orang berakal, selama tidak dikuasai oleh akalnya, harus bisa membagi waktunya; waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu untuk
introspeksi diri,waktu untuk merenungkan ciptaan ciptaan Tuhan, dan waktu untuk bekerja mencari makan dan minum. (3)Orang berakal hendaknya tidak
bepergian kecuali dengan tiga tujuan; pergi untuk mencari bekal menuju akhirat, pergi untuk mencari bekal hidup di dunia, dan pergi untuk menikmati sesuatu
yang tidak haram. (4)Orang berakal hendaknya jeli melihat perkembangan zaman dan siap mengarunginya, serta senantiasa menjaga lisan. Barangsiapa
menganggap perkataan sebagai bagian dari amal, tentu hanya akan sedikit berbicara kecuali yang bermanfaat.
9. Al-Imam Abu Dzar pernah bertanya kepada baginda Rasulullah SAW, pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang sangat sulit sebab masalah yang ditanya adalah
sesuatu yang berada jauh sebelum Rasulullah SAW diturunkan. Al-imam abu Dzar berkata :
Wahai Rasul Apa isi yang terdapat di dalam kitab suhuf Nabi Ibrahim AS?
Rasulullah SAW yang merupakan Sayyidul Anbiya Wal Mursalin mendapatkan wahyu dari Allah SWT, beliau menjawab:
Wahai abu dzar, didalam kitab atau didalam suhuf Ibrahim AS banyak sekali perintah-perintah contoh-contoh, ibaroh-ibaroh, dan nasihat-nasihat, diantara isi
yang terdapat didalam suhuf Ibrahim AS, dan bagi orang yang mempunyai amal dan bagi mereka yang mempunyai hati hendaklah tidak mempunyai keinginan
yang menggebu-gebu kecuali pada keinginan tiga perkara.
Rasulullah SAW menjelaskan begitu banyak sekali isi yang berada pada suhuf Ibrahim AS namun disini hanya menyampaikan beberapa isi saja, yaitu nasihat
kepada umat Rasulullah yang berada pada saat itu dan sudah pasti juga kepada umat yang berada di zaman Rasulullah SAW yang sampai kepada kita.
Yang pertama adalah :
Mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk negeri yang abadi yaitu negeri akhirat.
Salah satu mempersiapkan ke negeri abadi bukan hanya dari kita sendiri tetapi mempersiapkan untuk menuju ke negeri abadi adalah dengan kita
mempersiapkan juga anak keturunan kita.
Yang kedua didalam shuhuf Ibrahim AS itu dijelaskan,
"Berbuat baiklah untuk kehidupan, disisi semakin banyak manusia, maka banyak tata tertib hukum yang kamu harus tunduk agar kamu menjadi manusia yang
terbaik, baik dihadapan makhluk juga baik dihadapan Allah SWT."
Yang ketiga adalah dalam kitab shuhuf Ibrahim AS juga dijelaskan bahwa:
"Kamu harus hidup yang enak, jangan kamu menjadi orang yang susah dan pahit serta miskin, tapi ingat jangan coba-coba kamu mencari kehidupan yang enak
dengan jalan haram, merupakan batasan diperintah kita untuk hidup enak, hidup makmur hidup nyaman dan penuh kenikmatan, tapi ingat kemakmuran
kenikmatan kenyamanan jangan kau campuri dengan barang-barang yang haram, jikalau begitu kau akan menjadi manusia yang baik dan terbaik, baik dihadapan
makhluk dan juga dihadapan Allah SWT"
Tahap-Tahapdan Proses Turunnya Al-Quran (Nuzulul Quran)
TahapanTurunnya Al-Quran
Ada pun tahap tahap turunya al-quran ada 3 tahap, yaitu[1]
1. Tahap pertama ( At-Tanazz ulul Awwalu ), Al-Quran diturunkan atau ditempatkan di Lauh Mahfudh, yakni suatu tempat di mana manusia tidak bisa
mengetahuinya secara pasti. Hal ini sebagai mana di isyaratkan dalam QS Al-Buruj : 21-22.
Artinya :Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
Penjelasan mengenai sejak kapan Al-Quran ditempatkan di Lauh Mahfudh, dan bagaimana caranya adalah merupakan hal-hal gaib yang menjadi bagian
keimanan dan tidak ada yang mampu mengetahuinya selain dari Allah swt.Dalam kontek sini Al-Quran diturunkan secara sekaligus maupun secara
keseluruhan.Hal ini di dasarkan padadua argumentasi.
Pertama: Karena lahirnya nash pada ayat 21-22 surah al-Buruj tersebut tidak menunjukkan arti berangsur-angsur. Kedua: karena rahasia/hikmah
diturunkannya Al-Quran secara berangsur-angsur tidak cocok untuk tanazul tahap pertama tersebut. Dengan demikian turunnnya Al-Quran pada tahap awal,
yaitu di Lauh Fahfudz dapat dikatakan secara sekaligus dan tidak berangsur-angsur.
2. Tahap kedua (At-TanazzuluAts-Tsani), Al-Quran turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul `Izzah di Sama al-Dunya (langit dunia), yakni setelah Al-Quran
berada di Lauh Mahfudh, kitab Al-Quran iturun keBaitul `Izzah di langit dunia atau langit terdekat dengan bumi ini. Banyak isyarat maupun penjelasan nya dari
ayat-ayat Al-Quran maupun hadits Nabi SAW. antara lain sebagai berikut dalam Surat Ad-Dukhanayat 1-6 :
Artinya: Ha-Mim. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkan nya pada suatumalam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-
lah yang member peringatan.Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami.Sesungguhnya Kami adalah
Yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dariTuhanmu.Sesungguh nya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Ad-Dukhan 1-6).
Hadis riwayat Hakim dari Sa`id Ibn Jubair dari Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad saw bersabda: Al-Quran itu dipisahkan dari pembuatannya lalu diletakkan di
Baitul Izzah dari langit dunia, kemudian mulailah Malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw.
Hadis riwayat al-Nasai, Hakim dan Baihaki dari Ibnu Abbas ra.Beliau berkata: Al-Quran itu diturunkan secara sekaligus kelangit dunia pada malam Qadar,
kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit selama dua puluh tahun.
3. Tahap ketiga (At-TanazzuluAts-tsaalistu), , Al-Quran turun dari Baitul-Izzah di langit dunia langsung kepada Nabi Muhammad SAW., yakni setelah wahyu
Kitab Al-Quran itu pertama kalinya di tempatkan di Lauh Mahfudh, lalu keduanya diturunkan ke Baitul Izzah di langit dunia, kemudian pada tahapketiga Al-
Quran disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad saw dengan melalui perantaraan MalaikatJibril. Dalam hal ini antara lain tersebut dalam QS Asy-
Syu`ara : 193-194, Al-Furqan :32 sebagaiberikut:
Artinya :Ia (Al-Quran) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh al-Amin (Jibril) kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang
yang member peringatan (Asy-Syu`ara: 193-194).
Artinya :Berkatalah orang-orang kafir, mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja. Demikianlah supaya Kami perbuat hatimu
dengannya dan Kami (menurunkan) dan membacakannya kelompok demi kelompok (Al-Furqan ayat 32).
Menurut As-Suythi berdasarkan tiga laporan dariAbdullh bin Abbs, dalam riwayat al-Hakim, al-Bayhaqidan an-Nasai, telah menyatakan, bahwa al-Quran
telah diturunkan melalui dua tahap[2]:

1. Dari Lawh al-Mahfdlke Bayt al-Izzah (langit dunia yang paling rendah) secara keseluruhan dan turun sekaligus, yang terjadi pada malam Qadar
(Laylah al-Qadar).
2. Dari Bayt al-Izzah ke dalam hati Rasulullah saw. Secara bertahap selama 23 tahun kenabian Muhammad saw. Adapun yang pertama kali diturunkan
terjadi di bulan Ramadhan, melalui malaikat Jibril as
Proses Turunnya Al-Quran
Dalam proses pewahyuannya terdapat beberapa cara untuk menyampaikan wahyu yang dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, diantaranya[3] :
Pertama: Turunnya wahyu kepada beliau seperti suara lonceng (kesamaan dalam kerasnya suara-ed), dan cara ini adalah cara yang paling berat bagi Rasulullah
shallallahu 'alaihiwasallam. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah, dari Aisyahradhiyallahu 'anhabahwasanya al-
Harits bin Hisyamradhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam, iaberkata: WahaiRasulullah, bagaimana wahyu turun kepada
anda? Maka Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam menjawab:
Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng, dan itu adalah yang paling berat bagiku.Kemudian ia terhenti sedangkan aku sudah
memahami apa yang Jibril katakan.
Aisyahradhiyallahu 'anhaberkata:
Dan sungguh aku telah melihat wahyu itu turun kepada beliau (Nabishallallahu'alaihiwasallam) pada hari yang sangat dingin, lalu wahyu itu terhenti
sementara keringat telah mengalir di dahi beliau.
Kedua: Dan terkadang wahyu turun dalam bentuk seorang laki-laki yang menyampaikan Kalamullah kepada Nabishallallahu 'alaihiwasallam, sebagaimana
hadits yang lalu dalam shahih al-Bukhari. Nabishallallahu 'alaihiwasallam telah ditanya tentang tata cara turun wahyu, maka beliau menjawab:
Dan terkadang Malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu ia berbi cara kepadaku dan kemudian aku memahami apa yang diakatakan.
Karena sesungguhnya Malaikat telah menjelma menjadi sosok lelaki dalam bentuk yang beraneka macam, dan tidak ada yang terluput darinya apa yang dibawa
oleh Malaikat pembawa wahyu tersebut. Sebagaimana dalam kisah datangnya Malaikat dalam rupa Dihyah al-Kalbi, atau seorang Arab baduidan dalam bentuk
yang lainnya.Dan semuanya tercatat dalam kitab Shahih.
Ketiga: Dan terkadang wahyu turun dengan cara Allah berbicara langsung kepada Nabishallallahu 'alaihiwasallam dalam keadaan terjaga (tidak tidur),
sebagaimana dalam haditsIsra Miraj yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukahari, dan di dalamnya disebutkan:
Ketika aku lewat, ada penyeru yang berkata:Aku telah berlakukan kewajibanku dan telah aku ringankan atas hamba-hambaku.
Hal yang paling penting dalam pembahasan ini yang wajib diyakini dan di imani adalah bahwaJibril 'alaihissalam turun membawa al-Quran dengan lafazh al-
Quran dari awal surat al-Fatihah sampai akhir surat an-Naas, dan bahwa lafazh-lafazh tersebut adalahKalamullah (firman Allah), tidak ada campurtangan Jibril
'alaihissalam, dan juga tidak ada campurtangan Nabishallallahu 'alaihiwasallam dalam pembuatan dan penyusunannya, akan tetapi semuanya adalah dari sisi
Allah SubhanahuwaTa'ala. Sebagaiman afirman Allah SubhanahuwaTa'ala:
(inilah) suatukitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha
tahu. (QS. Hud: 1)
Maka semua lafazh al-Quran baik yang tertulis maupun yang dibaca semuanya dari sisi Allah SubhanahuwaTa'ala, dan peranJibril 'alaihissalam tidak lain
hanyalah sebagai pembawa wahyu saja kepada Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam. Dan tidak pula peran Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam melainkan
hanyalah memahami, menghafal dan menyampaikannya saja.Kemudian menjelaskan dan mengamalkannya.Allah SubhanahuwaTa'ala berfirman:
Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), kedalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (QS. Asy-Syuaraa: 192-194)
Maka yang berbicara adalah Allah, yang membawa (menyampaikan) adalah Jibril' alaihissalamdan yang menerima adalah Rasul Rabb semesta alam
SEJARAH AL QURAN Hingga Berbentuk MUSHAF
Al-Qur'an memberikan dorongan yang besaruntukmempelajarisejarahdengansecara adil, objektif dan tidak memihak. Dengan demikian tradisi sains Islam
sepenuhnya mengambil inspirasi dari Al-Qur'an, sehingga umat Muslim mampu membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekatil andasan
penanggalan astronomis.
Al-Qur'an tidak turun sekaligus.Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi
menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat
yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat
yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.
Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.
Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW. Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk
untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu SufyandanUbay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan
wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu,
pelana, potongan tulang belulang binatang.
Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
Pengumpulan Al-Qur'an di masa KhulafaurRasyidin
Pada masa pemerintahan Abu Bakar. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda)
yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatirakan
keadaan tersebut lantas memintakepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar
lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai coordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam
satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepadaUmar
sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi Muhammad SAW. Pada masa pemerintahanUtsman
bin Affan. Pada masa pemerintahankhalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh
adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil
kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.
Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini,
seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar).
Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam penulisan dan
pembacaan Al-Qur'an. Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:
Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik tentang Utsman.
Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapat mu tentangi
suqira'atini?
Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnyalebih baik dari qira'at orang lain. Ini hamper menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata,
'Bagaimana pendapatmu?'
Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.'
Kami berkata, 'Pendapat mu sangat baik'."
Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah
disepakati oleh para sahabat.
Demikianlah selanjutnyaUtsman mengirimutusan kepada Hafsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin
Tsabit Al-Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam.
Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish tersebut, hendaklah
ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek bahasa mereka.
Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah,
dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).
Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas
makna) dalam berbagai bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan usaha untuk menduplikasi atau menggantikan
teks yang asli dalam bahasa Arab. Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu sendiri.
Nama-nama lain Al-quran
Al-quran kitab suci agama Islam memiliki banyak nama. Nama-nama ini berasal dari ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur'an itu sendiri yang memakai istilah
tertentu untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri.
Nama-nama tersebut adalah:
Al-Kitab (buku) Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah [2]:2)
Al-Furqan (pembeda benar salah)Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)
Adz-Dzikr (pemberi peringatan) Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an), dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)
Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat)Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
Asy-Syifa' (obat/penyembuh)Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
Al-Hukm (peraturan/hukum) Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan
seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu
terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)
Al-Hikmah (kebijaksanaan)
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu
dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa' [17]:39)
Al-Huda (petunjuk)
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan
penguranganpahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)
At-Tanzil (yang diturunkan)
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy Syuaraa [26]:192)
Ar-Rahmat (karunia)
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An Naml [27]:77)
Ar-Ruh (ruh)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur'an) dan
tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara
hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)
Al-Bayan (penerang)
(Al-Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)
Al-Kalam (ucapan/firman)
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah,
kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)
Al-Busyra (kabar gembira)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan
menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl [16]:102
An-Nur (cahaya)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang. (Al-Qur'an). (QS. An Nisaa' [4]:174)
Al-Basha'ir (pedoman)
Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al Jaatsiyah [45]:20)
Al-Balagh (penyampaian/kabar)
(Al-Qur'an) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia
adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)
Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur'an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)

Anda mungkin juga menyukai