Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan
pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana
perasaan, dan proses berfikir1. Disebut bipolar karena penyakit kejiwaan ini
didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah
tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.
Etiopatofisiologi
Faktor Biologi
Herediter
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar
(adanya episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun
kepada generasinya, berdasar etiologi biologik. 50% pasien bipolar
memiliki satu orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan afektif,
yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua mengidap
gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan
alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka
75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan.
Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar
berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada
anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%),
sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%2.
Genetik
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan
bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki
lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa
diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer,
18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini,
ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita
gangguan bipolar2.
Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan
penyakit ini yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic
factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi
plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak. BDNF
diduga ikut terlibat dalam pengaturan mood. Gen yang mengatur BDNF
terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu
hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif2.
Neurotransmitter
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala
bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan
gangguan bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin,
dan noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan neurotransmiter
tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine
oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-Ometiltransferase
(COMT), dan serotonin transporter (5HTT)2.
Kelainan otak
Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit
ini. Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan
penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI)
dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia
nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual.
Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun
menemukan volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks
prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang
terlibat dalam respon emosi (mood dan afek)2.
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin
berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit
menghasilkan membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu
mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit
berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan
lancar2.
Faktor Psikososial
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode kini Depresif Ringan atau Sedang
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1), dan
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya gejala
somatic dalam episode depresif yang sedang berlangsung.
F31.30 Tanpa gejala somatik
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat tanpa Gejala
Psikotik
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2), dan
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3), dan
b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik atau campuran di masa lampau.
Jika dikehendaki, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afeknya.
Episode Depresif
Walaupun banyak penelitian telah berusaha untuk menemukan perbedaan yang
dapat dipercaya antara episode depresif gangguan bipolar dan episode gangguan
depresif, perbedaan tersebut sulit ditemukan. Di dalam situasi klinis, hanya
riwayat penyakit pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan penyakit di masa
mendatang dapat membantu membedakan kedua kondisi tersebut5.
Pemeriksaan Fisik
Penampilan
Orang yang menunjukkan suatu periode depresi mungkin menunjukkan
sedikit sampai tidak ada kontak mata. Pakaian mereka mungkin tidak terawat,
kotor, berlubang, kumal, serta tidak cocok dengan ukuran badan. Bila seseorang
kehilangan berat badan secara signifikan, ukuran pakaiannya tidak akan cocok.
Kebersihan diri tercermin dari mood mereka yang rendah, yang ditunjukkan
dengan badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak membersihkan diri. Pada
wanita, kuku jari tangannya mungkin terdapat lapisan warna yang berbeda atau
sebagian warna yang rusak pada kuku mereka, bahkan cenderung kotor juga pada
tangannya. Rambut mereka juga tidak terurus. Bila orang ini bergerak, afek
depresi jelas terlihat. Mereka bergerak dengan lambat dan sangat sedikit yang
menunjukkan retardasi psikomotor. Mereka juga berbicara dengan suara yang
pelan atau suara yang monoton.
Afek/Suasana Perasaan
Afek depresi. Kesedihan mendominasi suasana hati seseorang dalam
episode depresi. Penderita merasa sedih, tertekan, kehilangan, kosong dan
terisolasi.
Pikiran
Penderita mempunyai pemikiran yang mencerminkan kesedihan mereka.
Gagasan yang negatif, perhatian nihilistik, dan mereka mempunyai suatu istilah
bahwa mereka bagaikan gelas yang separuh kosong. Pemikiran mereka lebih
berfokus tentang kematian dan tentang bunuh diri.
Persepsi
Terdapat 2 format dari tipe depresi yang dijelaskan. Dengan psikotik dan
tanpa psikotik. Dengan psikotik, penderita mempunyai khayalan dan halusinasi
yang sesuai atau tidak dengan suasana hati. Penderita merasa telah berdosa,
bersalah, dan merasakan penyesalan yang sangat dalam.
Bunuh Diri
Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi pada penderita depresi. Mereka
adalah individu yang mencoba dan berhasil dalam usaha bunuh diri.
Pembunuhan/Kekerasan
Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita biasanya diikuti dengan
bunuh diri. Pada beberapa penderita depresi biasanya merasa dunia sudah tidak
berguna lagi untuknya dan untuk orang terdekatnya/orang lain.
Tilikan/Insight
Depresi dapat mempengaruhi penilaian seseorang mengenai dirinya
sendiri. Penderita biasanya gagal dalam melakukan tindakan yang penting sebab
mereka sangat jatuh dan menurun dalam mengenali diri mereka sendiri. Meraka
memiliki sedikit pengertian terhadap diri mereka sendiri.
Kognitif
Pada depresi dan manik yang berat, penderita dapat mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya.
Penatalaksanaan
1. Penentuan Kegawatdaruratan7
Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari
episodenya, seperti depresi atau manik, dan derajat keparahan fase tersebut.
Contoh, seseorang dengan depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh
diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat inap. Sebaliknya, seseorang
dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati sebagai pasien rawat
jalan.
a) Rawat Inap
c) Rawat jalan
Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama.
i. Mencari stressornya dan mencari cara untuk menanganinya. Stressor ini
dapat berasal dari keluarga atau pekerjaan, dan bila terkumpul dapat
mendorong penderita menjadi depresi. Hal ini merupakan bagian dari
psikoterapi.
ii. Memonitor dan mendukung pemberian obat. Pengobatan membuat
perubahan yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan
mencegah efek samping. Penderita memiliki rasa yang bertentangan
dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui bahwa obat membantu
dan mencegah mereka untuk dirawat inap, namun mereka juga
menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu untuk
mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau
melanjutkan pengobatan.
iii. Membangun sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu dari
banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita
tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang
yang peduli membantu mempertahankan gejala penderita dalam keadaan
minimum dan membantu penderita tinggal dan diterima di masyarakat.
iv. Edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga
tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap
bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu kekambuhan,
dan peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok bagi penderita
dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.
2. Terapi
a) Terapi Farmakologi8
Konsultasi
Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai
bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan
medikasi.
Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak
ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah
asupan garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum
menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat
meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.
Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas
fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan
jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun,
bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan respirasi dapat
meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.
Edukasi
Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan.
Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga
melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya
meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga
kualitas hidupnya.
o Penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini
mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan
yang adekuat.
o Memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit
terutama tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan
terhadap adanya perubahan memudahkan langkah-langkah
pencegahan yang baik.
o Membantu penderita mengidentifikasi dan mengatasi stressor di
dalam kehidupannya.
o Informasi tentang kemungkinan kekambuhan penyakitnya.
Prognosis
Prognosis pada penderita dengan gangguan bipolar I lebih buruk daripada
penderita dengan depresi berat. Dalam 2 tahun pertama setelah episode awal, 40
50 % penderita mengalami serangan manik lain.8
Hanya 50 60 % penderita gangguan bipolar I dapat dikontrol dengan
litium terhadap gejalanya.
Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 %
penderita mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang
menetap.
Seringkali perputaran episode depresif dan manik berhubungan dengan
usia.
Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain :
i. Riwayat pekerjaan yang buruk
ii. Penggunaan alkohol
iii. Gambaran psikotik
iv. Gambaran depresif diantara episode manik dan depresi
v. Adanya bukti keadaan depresif
vi. Jenis kelamin laki-laki
Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut :
i. Fase manik (dalam durasi pendek)
ii. Onset terjadi pada usia yang lanjut
iii. Pemikiran untuk bunuh diri yang sedikit
iv. Gambaran psikotik yang sedikit
v. Masalah kesehatan (organik) yang sedikit
Daftar Pustaka
1. NIMH. Bipolar disorder [Internet]. 2010 [diunduh 04 Desember 2011].
Diunduh dari: http://www.nimh.nih.gov/health/publications/bipolar-
disorder/complete-index.shtml
2. Membangun kesadaran - mengurangi resiko gangguan mental dan bunuh
diri [Internet]. 9 Maret 2007 [diunduh 04 Desember 2011]. Diunduh dari:
http://www.rsjlawang.com/artikel_070309a.html
3. Memahami kepribadian dua kutub. Majalah Farmacia [Internet]. Oktober
2006 [diunduh 04 Desember2011]; Diunduh dari: http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=314
4. Gangguan kejiwaan dan macamnya [Internet]. 2007 [diunduh 04
Desember 2011]. Diunduh dari: http://ikhwah.informe.com/gangguan-
kejiwaan-dan-macamnya-dt262.html
5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri [Widjaja K, alih
bahasa]. edisi 7 jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. Bab 15, Gangguan
Mood; hlm.777-833.
6. Rusdi M. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2001.
7. Roxanne DE. Bipolar disorder (mania) [Internet]. 2011 [diunduh 04
Desember2011]. Diunduh dari:
http://www.medicinenet.com/bipolar_disorder/article.htm
8. Soreff S. Bipolar affective disorder treatment & management [Internet].
2011. [diperbarui 11 Jan 2011; diunduh 04 Desember. Diunduh dari;
http://emedicine.medscape.com/article/286342-treatment