Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan perkembangan zaman saat ini, kebutuhan akan listrik sudah
menjadi kebutuhan dasar manusia. .Energi listrik merupakan salah satu energi yang
banyak kegunaannya di dalam menunjang segi kehidupan manusia, khususnya pada
saat ini tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kegiatan pembangunan maupun industri yang berkembang sangat pesat. Hampir
setiap kegiatan industri dan rumah tangga menggunakan alat-alat listrik.

PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Balongan merupakan salah satu


industri perminyakan sangat mengandalkan tenaga listrik. Sehingga diperlukan
sistem pembangkit dan distribusi tenaga listrik yang andal dan memiliki kualitas
daya yang baik. Kebutuhan akan tenaga listrik dapat didapat melalui generator yang
berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan tenaga potensial
seperti air, angin, uap, diesel, nuklir, dan lain-lain.

Energi listrik sengat berperan dalam beroprasinya terminal BBM Balongan.


Sebagian besar kegiatan kilang menggunakan energi listrik seperti pada
penggunaan sistem kontrol produksi di control room, pemakaian motor-motor
listrik, penggunaan listrik di gedung utama, dan lain-lain. Pemakai terbesar energi
listrik di PT. Pertamina Terminal BBM Balongan terletak pada penggunaan motor-
motor listrik. Motor listrik digunakan sebagai pompa BBM.

Dalam pengoprasian motor listrik perlu dijaga maka keandalan serta


kontinuitasnya perlu diperhatikan, apabila terjadi kerusakan pada motor listrik
maka akan bisa merusak sistem tenaga listrik maupun proses operasi.

Oleh karena itu keandalan motor listrik dalam pengoprasiannya harus


dipantau terus menerus .Peralatan tersebut dibuat untuk dapat bekerja baik pada

1
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
kondisi normal maupun abnormal yang mungkin terjadi apabila terjadi gangguan
yang tidak diinginkan. Gangguan yang mungkin terjadi pada motor adalah Voltage
Unbalance, gangguan ini dapat menyebabkan berkurangnya kinerja dari motor
listrik. Sehingga diperlukan pengecekan seberapa besar Voltage Unbalance yang
terjadi pada motor, agar motor dapat bekerja pada keadaan yang maksimal.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan laporan kerja praktek ini bertujuan untuk :

Tujuan Umum :

1. Untuk memenuhi persyarat akademis Jurusan Teknik Elektro, Fakultas


Teknik Universitas Indonesia.
2. Memperluas wawasan tentang dunia kerja, sehingga menghasilkan Sarjana
Teknik Elektro yang dapat bekerja secara professional.
3. Menambah pengalaman dalam dunia kerja, baik secara teknis maupun non
teknis secara langsung saat kerja praktik di PT.Pertamina (Persero)
Terminal BBM Balongan.

Tujuan Khusus :

1. Dapat mengembangkan ilmu yang didapat pada bangku kuliah dan dapat
menerapkannya secara langsung.
2. Mempelajari lebih dalam tentang purifikasi minya trafo.
1.3 Batasan Masalah

Pada kerja praktik ini masalah yang dibahas seputar voltage unbalance pada
motor induksi

1.4 Metodologi

Dalam kerja praktik ini digunakan beberapa metodologi untuk memecahkan


masalah permasalahan ini adalah:

2
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
1. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan mengamati dan mempelajari secara
langsung dilokasi kerja praktik mengenai objek kerja praktik yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran serta data secara akurat.
2. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan dalam bentuk wawancara dengan pembimbing
atau teknisi yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi yang akurat.
3. Metode Studi Literatur
Metode ini dilakuan dengan mempelajari buku-buku yang ada dan
memepelajari dari internet yang berkaitan dengan kerja praktik ini.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam menyusun Laporan Kerja Praktik ini penulis sajikan beberapa bab yang
tersusun sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang, tujuan, batasan masalah, metodologi,
sistematika penulisan, dan waktu dan tempat kerja praktik.
Bab II. Orientasi umum
Bab ini meliputi sejarah singkat PT. Pertamina dan PT.Pertamina
Terminal BBM Balongan , tugas & fungsi, struktur organisasi di PT.
Pertamina (Persero) Terminal BBM Balongan, sarana dan fasilitas.
Bab III. Dasar Teori
Bab ini membahas trafo yang ada di PT. Pertamina Terminal BBM.
Bab IV. Orientasi Khusus
Bab ini membahas voltage unbalance pada motor induksi
Bab V. Penutup
Berisi Kesimpulan dan Saran.

3
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
1.6 Waktu dan Pelaksanaan Kerja Praktik
Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik:

Waktu : Januari-Februari

Tempat : PT. Pertamina (Persero) S&D Region III Terminal BBM Balongan

Jl. Raya Balongan KM.7 Indramayu, Jawa Barat

4
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero)

Berdasarkan UU No. 19 Tahun 1960 Tentang Pendirian Perusahaan Negara


dan UU No. 44 Tahun 1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, maka
pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor minyak dan gas bumi, PN
Pertamina dan PN Permina, yang bergerak dalam usaha eksplorasi, eksploitasi,
pengolahan, serta pemasaran. Pada tahun 1971 kemunculan UU No. 8 Tahun 1971
menetapkan penggabungan kedua perusahaan tersebut menjadi PN Pertamina,
sebagai pengelola tunggal dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi
negara.

PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis


Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum
& HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09
Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31
Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan
Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)".

Sesuai akta pendiriannya, maksud dari perusahaan perseroan adalah untuk


menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di
luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di
bidang minyak dan gas bumi tersebut. Adapun tujuan dari perusahaan perseroan
adalah untuk:

5
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perseroan secara efektif dan efisien.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk


kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan melaksanakan


kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan
dan turunannya.

2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat
pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang
telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan.

3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan


produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG

4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan


usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.

2.2 Visi, Misi, dan Organisasi Perusahaan

Visi : Menjadi perusahaan yang unggul, maju, dan terpandang

Misi :

1.Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia serta usaha lain yang
menunjang bisnis PERTAMINA.

2.Menjalankan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif dan


berorientasi laba.

3. Memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan
masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional

6
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2.1 Struktur Perusahaan

Dari Struktur Organisasi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Sekretaris membawahi: Kadiv Komunikasi, Legal Advisor, Kepala


Biro Direksi, Kadiv. Hub Kelembagaan.

B. Kepala Hukum Korporat membawahi: Manajer Kontrak &


Pertimbangan Hukum, Manajer Litigasi, Hukum Direktorat.

C. Kepala Bidang Usaha LNG membawahi: Manajer Pengembangan Pasar


LNG, Manajer Penjualan LNG, Manajer Transportasi LNG, Manajer
Operasi Kilang LNG.

D. Kepala Satuan Pengawasan Intern membawahi: Kadiv. SPI Bidang


Hulu, Kadiv. SPI Bidang Pengolahan, Pemasaran & Niaga, Kadiv. SPI

7
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Bidang Korporat, Kadiv. SPI Bidang Khusus, masing-masing Kadiv
membawahi manajer terkait di bidangnya, sementara untuk Manajer
Pullahta dan Rensisdur bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Satuan Pengawasan Intern.

E. Direktur Hulu membawahi: Deputi Direktur Perencanaan dan Evaluasi,


Deputi Direktur Pengembangan Usaha serta General Manajer terkait
kegiatan hulu, sementara untuk Legal Consultan dan Sekretariat
Direktorat Hulu bertanggung jawab langsung kepada Direktur Hulu.
Direktur Pengolahan membawahi: Kadiv Perencanaan, Kadiv Optimasi

F. Kilang, Manajer Penelitian & Laboratorium, Manajer Pusat Rekayasa


dan Deputi Direktur Operasi Pengolahan yang membawahi manajer
terkait serta General Manajer Unit Pengolahan 1 s/d 7.

G. Direktur Pemasaran dan Niaga membawahi: Deputi Direktur


Perkapalan, Deputi Direktur Distribusi, Deputi Direktur Pemasaran,
dimana masing masing Deputi membawahi Vice President (VP) terkait,
sementara untuk VP Layanan Umum, VP Perencanaan Strategis &
Bangus serta Kepala Perwakilan Asia Timur bertanggungn jawab
langsung kepada Direktur Pemasaran dan Niaga. Masing-masing VP
membawahi manajer terkait dan manajer region.

H. Direktur Umum dan SDM membawahi: Deputi Direktur


Pendayagunaan Aset & Teknologi Informasi, dan Deputi Direktur
Pengembangan SDM & Organisasi, masing-masing Deputi membawahi
General Manajer terkait.

2.4 Bidang Usaha PT. Pertamina

8
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Lingkup usaha PERTAMINA terdiri atas sektor bisnis energi di hulu dan sektor
hilir. Sektor bisnis energi hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan
panas bumi yang dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Kegiatan usaha ini dilakukan melalui operasi sendiri oleh Perusahaan (own-
operation) dan melalui kemitraan dalam bentuk kerjasama secara JOB (Joint
Operation Body), TAC (Technical Assistance Contract), dan JOC (Joint Operating
Contract). Bisnis di sektor hilir meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah
(refinery), pemasaran dan niaga produk-produk hasil minyak dan petrokimia, dan
bisnis perkapalan terkait pendistribusian produk-produk Perusahaan. Produk-
produk yang dihasilkan oleh Perusahaan meliputi Bahan Bakar Minyak (BBM),
Non BBM, LPG, LNG, Petrokimia, dan Pelumas (Lube Base Oil).

Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usahanya di bidang Energi


dan Petrokimia, terbagi ke dalam dua sektor, yaitu Sektor Bisnis Hulu dan Hilir,
dan kegiatan bisnis yang dilakukan oleh Anak-anak Perusahaan dan Perusahaan
Patungan yang dimiliki oleh PERTAMINA saat ini.

2.4.1 Bisnis Sektor Hulu

Dengan berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun


2001, Pemerintah Indonesia sebagai pemegang Kuasa Pertambangan membentuk
Badan Pelaksana (BPMigas) dan Badan Pengatur (BPHMigas). Sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001, maka penyelenggaraan
kegiatan usaha minyak dan gas bumi lebih diarahkan kepada mekanisme persaingan
usaha yang wajar, sehat, dan transparan. BPMigas adalah suatu badan yang
dibentuk untuk melakukan pengendalian Kegiatan Bisnis Hulu di bidang Minyak
dan Gas Bumi dan pengawasan terhadap pelaksanaan Kontrak Kerja Sama
Kegiatan Bisnis Hulu Dengan terbentuknya Badan Pelaksana ini, maka pada saat
berubah bentuk menjadi Perseroan terbatas, PERTAMINA berkewajiban untuk
mengadakan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMigas dimaksud, dan status

9
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
PERTAMINA berubah dari Agen atau Wakil Pemerintah (regulator) menjadi
perusahaan Kontraktor Bagi Hasil (player).

Kegiatan Hulu di PERTAMINA meliputi kegiatan eksplorasi dan produksi


minyak, gas, dan panas bumi. Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas
dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di
dalam negeri dikerjakan melalui operasi sendiri (own operation) dan melalui
kerjasama operasi dengan mitra di dalam negeri, sedangkan untuk pengusahaan di
luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra kerja. Berbeda
dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan
produksi panas bumi masih dilakukan sepenuhnya di dalam negeri. Hal ini
disebabkan masih banyaknya potensi sumberdaya panas bumi di dalam negeri yang
dapat dikembangkan.

Untuk mendukung kegiatan bisnis dibidang eksplorasi dan produksi


tersebut, PERTAMINA juga mengembangkan usaha pendukung di sektor bisnis
hulu mencakup bisnis pemboran minyak, gas dan panas bumi. Kegiatan eksplorasi
di sektor bisnis hulu ditujukan untuk menemukan cadangan baru migas dan panas
bumi sebagai pengganti hidrokarbon dan panas bumi yang telah diproduksikan.
Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar kesinambungan produksi migas dan panas
bumi tersebut dapat terus dipertahankan, atau bahkan sumberdaya tersebut dapat
terus ditingkatkan.

Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas dilaksanakan dengan


Perusahaan Migas domestik dan internasional, dengan pola kerjasama berupa Joint
Operating Body for Enhanced Oil Recovery (JOB-EOR), Joint Operating Body for
Production Sharing Contract fJOB-PSC), Technical Assistance Contract (TAC),
Badan Operasi Bersama (BOB), penyertaan berupa Indonesian Participation (IP)
dan PERTAMINA Participating Interest (PPI), sedangkan pengusahaan di bisnis
panas bumi dilakukan dengan pola kerjasama berbentuk Joint Operating Contract
(JOC).

10
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Sejak terbentuknya Anak Perusahaan di sector bisnis hulu, yaitu PT
Pertamina EP, untuk pengusahaan minyak dan gas operasi sendiri yang dilakukan
di Wilayah Kerja EP diserahkan pengoperasiannya ke PT PERTAMINA EP.
Wilayah kerja PT Pertamina EP seluas 140.000 km2, yang dibagi ke dalam 3 (tiga)
Region, yaitu :

Region Sumatera meliputi Area Rantau, Pangkalan Susu, Jambi,


Lirik, Pendopo, Prabumulih dan Unit Bisnis Pertamina EP Jambi
dan Limau.

Region Jawa meliputi Area Operasi Timur Jawa Bagian Barat, Area
Operasi Barat Jawa Bagian Barat dan Area Operasi Jawa Bagian
Timur.

Region Kawasan Timur Indonesia (KTI) meliputi Area Bunyu,


Sangatta, Sorong dan Unit Bisnis Pertamina EP Tanjung.

Pengusahaan panas bumi yang pengoperasiannya dilakukan oleh PT Pertamina


Geothermal Energy (PGE) meliputi 3 (tiga) Area Geothermal, yaitu:

Area Geothermal Sibayak dengan kapasitas 2 MW di Sumatera


Utara

Area Geothermal Kamojang dengan kapasitas 140 MW di Jawa


Barat

Area Geothermal Lahendong dengan kapasitas 20 MW di Sulawesi


Utara

2.4.2 Bisnis Sektor Hilir

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001


tersebut, PERTAMINA tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang ditunjuk
Pemerintah untuk melakukan bisnis di bidang produksi dan pendistribusian BBM

11
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
di dalam negeri Public Service Obligation (PSO) Untuk itu pemerintah membentuk
Badan Pengatur (BPHMigas) yang merupakan suatu badan yang dibentuk untuk
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian
BBM dan gas bumi serta pengangkutan gas bumi melalui pipa pada Kegiatan Usaha
Hilir.

Dengan diarahkannya Kegiatan Usaha Hilir kepada mekanisme pasar,


maka pada masa yang akan datang, PERTAMINA bukan lagi sebagai satu-satunya
perusahaan yang ditunjuk sebagai penyedia BBM untuk kebutuhan BBM di dalam
negeri. Dengan demikian Penugasan Pemerintah kepada PERTAMINA untuk
menjamin penyediaan BBM di dalam negeri melalui mekanisme cost
reimbursement plus fee, mengalami perubahan dengan penetapan besaran
"Volume" BBM tertentu dan Harga MOPS + (margin) yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kegiatan Bisnis Hilir PERTAMINA meliputi Bisnis Pengolahan,
Pemasaran & Niaga, bisnis Perkapalan, dan bisnis pendistribusian produk-produk
hasil minyak dan Petrokimia yang diproduksi langsung dari kilang PERTAMINA
maupun diimpor langsung, baik ke pasar dalam maupun ke pasar luar negeri, dan
didukung oleh sarana distribusi dan transportasi melalui darat dan laut.

2.4.2.1 Bisnis Pengolahan

Bisnis Pengolahan PERTAMINA memiliki dan mengoperasikan 7 (tujuh)


buah unit Kilang dengan kapasitas total mencapai 1.051,70 Ribu Barrel yaitu:
Beberapa kilang minyak seperti kilang UP-III Plaju dan Kilang UP-IV Cilacap
terintegrasi dengan kilang Petrokimia, dan memproduksi produkproduk Petrokimia
yaitu Purified Terapthalic Acid (PTA) dan Paraxylene. Beberapa Kilang juga
menghasilkan produk LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap,
Balikpapan, Balongan dan Mundu. Kilang LPG P. Brandan dan Mundu merupakan
kilang LPG yang operasinya terpisah dari kilang minyak, dengan bahan baku
berupa gas alam. Sampai dengan saat ini, Kilang Minyak UP IV Cilacap adalah

12
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
satu-satunya Kilang PERTAMINA yang menghasilkan Lube Base Oil sebagai
bahan baku pelumas.

Di samping kilang minyak di atas, PERTAMINA memiliki 2 (dua)


Operating Company, PT Arun LNG yang mengoperasikan kilang LNG di Arun dan
PT Badak LNG yang mengoperasikan kilang LNG di Bontang. Kilang LNG Arun
dengan 6 (enam) buah train LNG memiliki total kapasitas mencapai 22,5 Juta Ton
per tahun.

2.4.2.2 Bisnis Pemasaran dan Niaga

Bisnis Pemasaran & Niaga PERTAMINA memasarkan produk-produk


hasil minyak dan Petrokimia, yang mencakup produk Bahan Bakar Minyak (BBM),
Produk Bahan Bakar Khusus (BBK), Produk Bahan Bakar Nabati (Bio Fuel),
Produk Non BBM dan Petrokimia, Produk Gas Domestik, Produk Pelumas, dan
Produk Kilang Lainnya.

A. Produk Bahan Bakar Minyak

Bahan Bakar Minyak adalah hasil kilang yang berupa Premium, Kerosene,
Solar, Minyak Bakar dan Minyak Diesel. Dalam rangka memenuhi program
pemerintah, BBM ini digolongkan dalam BBM bersubsidi dan BBM tidak
bersubsidi. BBM bersubsidi biasa disebut BBM tertentu bersubsidi yang meliputi:
Premium, Kerosene, dan Solar, sedang untuk BBM tidak bersubsidi lebih dikenal
dengan sebutan BBM keekonomian.

B. Bahan Bakar Khusus (BBK)

BBK adalah bahan bakar pesawat terbang (Airliners) untuk mendukung


bisnis Aviasi, yang mencakup jenis produk Avtur dan Avgas. Disamping itu, BBK
juga digunakan untuk penggolongan produk gasoline dengan nilai octane tinggi
yaitu Pertamax, Pertamax Plus dan Pertamina Dex. Unit Bisnis Aviasi merupakan

13
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Unit Bisnis Perusahaan yang melayani suplai bahan bakar penerbangan di 53 DPPU
(Depot Pengisian Pesawat Udara) di seluruh wilayah Indonesia dan Timor Leste.

C. Produk Bahan Bakar Nabati ( BIOFUEL)

Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2006


tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Bio Fuel) sebagai
Bahan Bakar Alternatif dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, PERTAMINA perlu melakukan upaya
untuk mengembangkan bisnis Energi di luar minyak bumi, dan mengembangkan
sumber-sumber Energi alternatif yang dapat terbarukan.

Energi baru dimaksud adalah bentuk energy yang dihasilkan oleh teknologi
baru baik yang berasal dari energy terbarukan maupun energy tak terbarukan, antara
lain hydrogen, coal bed methane, batubara yang dicairkan (liquefied coal), batubara
yang digaskan (gasified coal) dan nuklir. Energi terbarukan adalah sumber energy
yang dihasilkan dari sumberdaya energy yang secara ilmiah tidak akan habis dan
dapat dihasilkan secara berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain: panas
bumi, bahan bakar nabati (biofuel), aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa,
biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut.

Biodiesel adalah senyawa organic yang dapat digunakan sebagai alternative


bahan bakar diesel, yang dihasilkan dari minyak nabati, lemak hewani, atau minyak
bekas, dengan menggunakan reaksi Transesterifikasi minyak-minyak ini
dikombinasikan dengan alkohol (ethanol/methanol) untuk membentuk senyawa
Fatty Acids Methyleste. Biosolar yang dikembangkan oleh PERTAMINA terdiri
dari campuran 95% Solar dan 5% Acid Methil Ester (FAME) atau Biosolar B-5.

14
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
D. Produk Non BBM dan Petrokimia

Produk Non BBM dan Petrokimia yang di produksi PERTAMINA dan


dipasarkan dan dijual oleh Unit Bisnis Niaga Non BBM dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis produk, adalah sebagai berikut:

Asphalt, antara lain: asphalt bulk dan asphalt dalam kemasan

Non BBM, antara lain: Solvent, Minarex, Paraffinic Oil, Lube Base
Oil, Slack Wax, Heavy Aromate

Petrokimia, antara lain: Wax, Green Coke, Sulfur, Paraxylene,


Benzene dll

E. Produk Gas Domestik


LPG

Untuk pemenuhan kebutuhan pasokan LPG di dalam negeri, PERTAMINA


memiliki tiga sumber pasokan, yaitu LPG yang diproduksi dari kilang-kilang
PERTAMINA sekitar 80%, dan bersumber dari LPG impor dan kilang swasta
sekitar 20%. Produk LPG PERTAMINA dengan merek "Elpiji" dijual melalui jalur
distribusi Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE)/APPEL, Agen,
dan Modern Retail Outlet yang terdiri dari kemasan 3 kg, 6 kg, 12 kg, 50 kg dan
skid tank. LPG 3 kg merupakan LPG PSO.

Selama tahun 2006, SPPBE yang dioperasikan mencapai sebanyak 46 unit


dibandingkan dengan jumlah SPPBE yang dioperasikan tahun 2005 sebanyak 43
unit, sehingga terjadi peningkatan sebesar 7%. Jumlah Keagenan Elpiji selama
tahun 2006 mencapai sebanyak 551 Agen, dibanding jumlah keagenan selama
tahun 2005 sebanyak 534 Agen, sehingga terjadi peningkatan sebesar 3,18%.
Jumlah APPEL pada tahun 2006 sebanyak 3 unit, dibanding tahun 2005 jumlah
APPEL hanya sebanyak 2 unit, sehingga terjadi peningkatan sekitar 50%.

15
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
BBG

Untuk pemenuhan Bahan Bakar Gas (BBG) yang telah diperkenalkan ke


masyarakat luas sejak tahun 1987, Unit Bisnis Gas Domestik memperoleh pasokan
bahan bakar gasnya dari BP (Beyond Petroleum) Muara Karang, untuk
didistribusikan ke 28 unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBBG).

Musicool

Produk Musicool (produk refrigerant), diproduksi oleh Kilang Unit Pengolahan III
Plaju, Sumatra Selatan, dan telah diproduksikan sebanyak 3 jenis spesifikasi, antara
lain MC 12, MC 134 dan MC 22, dengan kemasan produk Musicool terdiri dari
beberapa ukuran, antara lain dalam tabung 3 kg, 6 kg, 45 kg dan Skid Tank.
Musicool jenis MC12 dan MC134, diproduksi oleh Kilang UP III Plaju, sedangkan
untuk produk MC 22 diproduksi oleh Elpiji Filling Plant Tg Priok Jakarta.

Produk Pelumas

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar pelumas di dalam negeri, PERTAMINA


juga memproduksi dan memasarkan berbagai jenis pelumas untuk berbagai target
pasar berikut ini. Pelumas Otomotif dalam Pembungkus/ Kemasan (Lithos),
mencakup PCMO (Passenger Car Motor Oil), AGO (Automotive Gear Oil),
Automotive Grease, Small Engine Oil, dan HDDO (Heavy Duty Diesel O/l).
Pelumas Industri dalam Bulk(Curah) dan Pembungkus/Kemasan (Drum),
mencakup produk-produk HDDO (Heavy Duty Diesel Oil): Hydraulic Oil, Power
Shift Transmission & Hydraulic, Marine Diesel Oil, Industrial Gear Oil, Lokomotif
Diesel Oil, Circulating Oil, Refrigerating Oil, Heat Transfer Fluid, Steam Cylinder
Lubricant, Natural Gas Engine Oil, Turbine Oil & Industrial Grease

Produk Kilang Lainnya

PERTAMINA juga menghasilkan produk-produk kilang lainnya yaitu LOMC,


Naphtha, LSWR, HVGO, Decant oil, Lean Gas. Produk-produk Kilang ini pada

16
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
umumnya tidak dijual ke pasar tetapi diproses kembali menjadi finished product di
kilang, kecuali beberapa jenis produk yang telah mempunyai nilai pasar antara lain
LSWR, Naptha dan Decant oil.

2.5 Terminal Bahan Bakar Minyak Balongan PT Pertamina (Persero)

Terminal Bahan Bakar Minyak Balongan Group (TBBM Balongan Group)


merupakan tempat penimbunan dan penyaluran Bahan Bakar Minyak milik PT
Pertamina, dan dibawah naungan Departemen Pemasaran & Niaga atau Supply &
Distribution (S&D) Region 3. TBBM Balongan Group terletak di Desa Balongan,
Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu yang berjarak 47 km dari Cirebon
dan 7 km dari Indramayu. Luas area TBBM Balongan 62 ha. TBBM Balongan
Group terdiri dari Depot BBM dan Terminal Transit Utama BBM Balongan
terhitung mulai tanggal 01 Juli 2006. Depot TBBM Balongan dibangun pada tahun
1976 dan TTU Balongan dibangun tahun 1985. Jumlah Formasi Pekerja TBBM
alongan 32 orang, jumlah aktual 31 orang. Berikut ialah struktur organisasinya:

17
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Gambar 2.2 Struktur Organisasi

18
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
TBBM Balongan merupakan salah satu Terminal BBM yang ada di seluruh
Indonesia. Secara keseluruhan, alur supply TBBM di Pertamina Region III dapat
dijelaskan oleh diagram berikut:

Gambar 2.3 Alur Suply TBBM Balongan

Dimana S&D Region III akan memberikan laporan stock BBM dari masing-
masing TBBM yang ada di Region III. Lalu S&D bagian pusat akan mengirimkan
minyak yang bisa didapat dari kilang milik Pertamina ataupun impor dari asing
melalui kapal Tanker. Dan akan menyimpan BBM nya terlebih dahulu di Depot
penyimpanan BBM yang terintegrasi dengan Terminal BBM. Setelah itu barulah
dikirimkan kepada konsumen baik itu dari Industri maupun rumah tangga.

Untuk di TBBM Balongan sendiri, BBM didapatkan dari Unit Pengolahan


VI (Refinery) atau impor via tanker menggunakan SPM 150.000 DWT dan akan

19
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
ditimbun di 30 Tangki yang berbeda yang berisi 7 produk berbeda yaitu Premium,
Solar, Kerosene, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina DEX, dan IDF.

Setelah di timbun, dapat langsung dilakukan penyaluran ke SPBU atau


Industri dengan mobil tangki BBM, atau disalurkan ke TBBM Cikampek dan
TBBM Plumpang Jakarta melalui Pipa yang ada di bawah tanah, dan bisa juga
disalurkan ke TBBM lain di seluruh Indonesia dengan menggunakan Kapal Tanker

Gambar 2.4 Alur Distribusi TBBM Balongan

Dalam sistem penerimaan BBM melalui Refinery Unit VI, BBM dialirkan
melalui pipa yang sudah tersambung dari Refinery Unit VI ke TBBM Balongan.
Rata-rata penerimaan melalui pipa ini berjumlah kurang lebih 264.112 KL per
bulannya dan itu menyumbang 73% penerimaan BBM di TBBM Balongan.
Sedangkan penerimaan BBM melalui kapal tanker menyumbang 97.326 KL dan itu
merupakan 27% total penerimaan BBM di TBBM Balongan.

Untuk sistem penimbunan sendiri, TBBM Balongan memiliki tangki


timbun yang terbagi di dua tempat yaitu Depot Balongan dan TTU Balongan.

20
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Dimana keduanya memiliki tangki berjumlah 12 dan 18 buah dengan kapasitas tiap
tangki berkisar dari 500 hingga 66.000 KL. Tangki timbun BBM yang berada di
Depot Balongan akan disalurkan nantinya melalui Filling Shed, yaitu tempat
pengisian BBM dari tangki timbun ke mobil tangki. Sedangkan tangki timbun yang
ada di TTU Balongan merupakan tempat disalurkannya BBM dari Refinery Unit
VI dan akan mendistribusikan lagi BBMnya ke Cikampek dan Plumpang melalui
jalur pipa bawah tanah. Rincian peta denah dan tangki berserta isinya ialah sebagai
berikut

Depot
Balongan

TTU Balongan

Gambar 2.5 Peta TBBM Balongan

21
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
CD max
Product Tank Safe cap (kl)
(hari)

Premium 3 15.284 11

Kerosene 1 12.683 -

Solar 2 20.465 18

IDF 1 9.956 -

Pertamina Dex 1 9.956 262

Pertamax 2 11.926 384

Pertamax Plus 2 6.104 382

Total 12 86.374

Tabel 2.1 Kapasitas Depot Balongan

CD max
Prodct Tank Safe cap (kl)
(hari)

Premium 6 146.382 24

Solar 7 251.033 22

Pertamax 3 57.202 149

Pertamax Plus 1 19.108 143

Pertamina Dex 1 19.077 71

Total 18 492.082

Tabel 2.2 Tabel TTU Balongan

22
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Penyaluran BBM dari TBBM Balongan menggunakan mobil tangki
dilakukan di Filling Shed, dan TBBM Balongan sendiri memiliki 24 Filling Shed
yang secara rincian dari tiap Filling Shed akan dijelaskan di tabel berikut

Tabel 2.3 Sistem Penyaluran

Gambar 2.6 Depot TBBM Balongan

Penyaluran BBM melalui jalur pipa memiliki 2 jalur, dimana jalur 1 akan
mendistribusikan BBM dari TBBM Balongan ke TBBM Plumpang sejauh 210 km
dan memiliki flow rate 450 550 KL/Jam. Jalur 2 mendistribusikan BBM dari
TBBM Balongan ke TBBM Cikampek sejauh 125 km serta memiliki flow rate 500
KL/Jam. Penyaluran BBM melalui pipa menyumbang 83% dari total distribusi
yang dilakukan TBBM Balongan.

23
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Sedangkan penyaluran BBM dengan kapal tanker dari TBBM Balonagn
dilakukan untuk mengirimkan BBM ke daerah lain seperti STS Kota Baru, Bau-
Bau, Panjang, Tg. Gerem, Pengapon, Manggis, Wayame, dan wilayah lainnya.

Untuk penyaluran BBM dengan mobil 24ndust memiliki total daya angkut 2256
KL per hari melalui mobil 24ndust yang memiliki kapasitas 8, 16, dan 24 KL untuk
sekali angkut. Dimana untuk BBM tipe Premium diangkut 1233 KL/hari, Pertamax
131 KL/hari, Pertamax Plus 31 KL/hari, Solar 863 KL/hari, dan Pertamina Dex 8
KL/hari. Dan akan disalurkan ke tiap SPBU maupun 24ndust 24ndustry

Gambar 2.6 Distribusi Mobil Tangki

24
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Untuk Supply & Distribution BBM di seluruh Indonesia dapat dilihat di halaman
berikut:

Gambar 2.6 Peta Pola Supply

25
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Motor Listrik

3.1.1 Pendahuluan
Motor listrik adalah sebuah mesin yang dapat mengkonversi energi listrik
menjadi energi mekanik (putaran) dengan menggunakan prinsip elektromagnetic.
Motor Listrik dibagi menjadi motor listrik arus bolak-balik dan motor listrik arus
searah. Motor listrik arus bolak-balik dibagi menjadi motor sinkron dan motor
asinkron. Motor induksi (asinkron) merupakan motor AC yang paling sering
digunakan dalam industri baik satu fasa maupun tiga fasa karena mempunyai
konstruksi yang kuat dan perawatan yang relatif cukup mudah bahkan tidak
memerlukan perawatan khusus.

Gambar 3.1. Jenis-jenis motor

26
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Motor induksi adalah alat penggerak yang paling banyak digunakan dalam
dunia industri. Hal ini dikarenakan motor induksi mempunyai kontruksi yang lebih
sederhana, kokoh, harganya relatif murah serta perawatannya yang mudah,
Sehingga motor induksi mulai menggeser penggunaan motor DC pada industri.
Selain keunggulan di atas motor induksi juga memiliki kelemahan yaitu pengaturan
motor induksi lebih rumit dari motor DC. Hal ini disebabkan motor induksi
memiliki beberapa parameter yang bersifat non-linier, tertutama resistansi rotor,
yang memiliki nilai bervariasi untuk kondisi operasi yang berbeda.

Pada dasarnya motor induksi dioperasikan pada kecepatan yang konstan,


jika beban berubah maka kecepatan motor juga akan berubah. Karena itu untuk
mempertahankan agar kecepatan tetap konstan maka tegangan dan frekuensi harus
diatur. Namun untuk mengatur tegangan agar didapatkan unjuk kerja yang
diharapkan perlu mengatur ulang jumlah kutub stator dan cara lainnya adalah
dengan mengubah frekuensi jaringan yang men-supply motor tersebut .

Di industri banyak dipakai motor listrik jenis induksi rotor sangkar karena
mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan motor listrik jenis lain.
Kekurangannya arus start besar sekitar 3 sampai 5 kali dari arus nominal dan
putarannya relatif konstan atau sulit diatur dan juga dengan bertambahnya beban,
akan memperbesar kopel motor, yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus
induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotorpun
akan bertambah besar.

Pada pemakaian motor listrik terkadang diinginkan putaran yang dapat


diubah-ubah sesuai kondisi beban, dengan pengaturan perpindahan putaran yang
halus dan range lebar, misalnya pada, exhaust fan penyegar udara pada
laboratorium gedung kimia dan lain-lain. Hal tersebut diperlukan dengan tujuan
antara lain untuk mengurangi besarnya arus start, meredam getaran dan hentakan
mekanis saat starting . Karena itu, banyak dilakukan penelitian tentang pengaturan
putaran motor induksi tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mengubah

27
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
frekuensi catu daya yang masuk ke motor, untuk mengatur kecepatan motor. Motor
induksi juga disebut mesin asinkron (mesin tak serempak), hal ini dikarenakan
putaran motor tidak sama dengan putaran fluks magnet stator. Dengan
kata lain, bahwa antara rotor dan fluks magnet stator terdapat selisih perputaran
yang disebut dengan slip.

Pada umumya motor dengan supply tegangan AC yang digunakan adalah


motor induksi, terutama motor induksi satu fasa yang paling banyak dipakai
di perindustrian. Motor induksi satu fasa sangat banyak dipakai sebagai
penggerak di perindustrian karena banyak memiliki keuntungan, tetapi juga
memiliki beberapa kelemahan. Keuntungan motor induksi :

1. Sangat sederhana dan daya tahan kuat


2. Harga relatif murah dan perawatan mudah.
3. Efisiensi tinggi. Pada kondisi berputar normal, tidak
dibutuhkan sikat dan karenanya rugi daya yang diakibatkannya
dapat dikurangi.
Kerugian motor induksi :
1. Kecepatan tidak dapat berubah tanpa pengorbanan efisiensi.
2. Kecepatannya menurun seiring dengan pertambahan beban.
3. Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal
Dari kelemahan yang ada maka dibutuhkan sebuah alat yang dapat
mengatur kecepatan putaran motor dan mampu mengurangi arus pada saat
starting 5 sampai 7 kali lebih besar dari arus nominalnya.
Secara umum konstruksi motor listrik terdiri dari rotor dan stator.
Rotor adalah bagian yang berputar, dan stator bagian yang tidak bergerak. Belitan
stator dihubungkan ke sumber tegangan secara langsung dan pada rotor tidak
dihubungkan secara listrik ke pencatu daya melainkan dengan prinsip induksi
elektromagnetic dari stator.

28
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Belitan stator yang dihubungkan ke sumber tegangan listrik tiga fasa akan
menghasilkan medan magnet yang berputar secara sinkron. Medan putar pada stator
itu akan memotong bahan batang konduktor pada rotor sehingga akan terjadi
induksi arus dan rotor akan bergerak mengikuti putaran medan putar stator.
Berdasarkan bentuk rotor, motor induksi tiga fasa dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu motor induksi rotor sangkar (squirrel cage rotor) dan rotor induksi
rotor tergulung (wound rotor).
Motor Rotor Sangkar (squirrel cage rotor) berarti motor induksi ini
mempunyai rotor dengan kumparan yang terdiri atas beberapa batang konduktor
yang disusun sedemikian rupa sehingga menyerupai sangkar bajing. Kontruksi
rotor jenis ini sangat sederhana bila dibandingkan dengan rotor motor listrik lain.
Motor jenis ini tidak diberi tahanan luar.
Motor Rotor Tergulung (wound rotor) berarti motor jenis ini mempunyai
rotor dengan belitan kumparan tiga fasa sama seperti kumparan stator. Kumparan
stator dan rotor juga mempunyai jumlah kutub yang sama . Motor jenis ini terdapat
tahanan luar yang dapat diatur, yang dihubungkan ke rotor melalui slip ring. Fungsi
tahanan luar ini adalah untuk menghasilkan kopel awal yang besar dan membatasi
arus start yang besar.
3.1.2 Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa Tipe Squirrel Cage Rotor
Motor induksi 3 fasa terdiri dari 3 bagian utama yakni stator, rotor, dan tutup
samping. Stator atau bagian yang diam (statis) merupakan bagian dimana terdapat
gulungan yang langsung dihubungkan dengan sumber tegangan 3 fasa. Rotor atau
bagian yang berputar, merupakan bagian dimana terdapat batang-batang yang
dihubung pendek di kedua ujung-ujungnya. Tutup samping dimana bagian ini
berada pada kedua sisi yang berfungsi sebagai tumpuan rotor menggunakan bearing
agar dapat berputar pada porosnya.

Motor induksi 3 fasa jenis Squirrel Cage Induction Motor (SCIM)


mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain:

29
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
a. Konstruksinya yang kuat.
b. Bentuknya yang sederhana.
c. Mudah untuk dioperasikan.
d. Tidak terdapat komutator sehingga tidak memercikkan bunga api.
Dari kelebihan-kelebihan tersebut maka motor induksi jenis SCIM paling banyak
digunakan untuk operasi kilang minyak.
3.1.2.1 Stator
Stator adalah bagian dari motor yang tidak bergerak atau bagian yang statis.
Stator terdiri dari rumah stator dan kumparan stator. Stator dibuat dari sejumlah
stampings dengan slot untuk membawa gulungan tiga fasa. Gulungan ini
dilingkarkan untuk sejumlah kutub tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar
120 derajat.

Gambar 3.2. Stator

Berikut adalah bagian dari stator


a. Rumah Stator
Rumah stator terbuat dari besi baja lunak yang berlapis-lapis dengan ketebalan 2-3
milimeter yang berfungsi untuk mengurangi terjadinya arus pusar (eddy current).
Fungsi dari inti besi adalah untuk jalannya arus magnet dan dibuat dengan
menggunakan bahan yang nilai hambatan magnet yang rendah. Di sekeliling bagian
dalamnya dibuat alur-alur tempat meletakkan kumpatan stator.

30
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
b. Kumparan stator
Kumparan stator adalah kumparan yang digunakan utuk mengubah arus listrik
menjadi medan magnet putar. Karena ada arus listrik tiga fasa maka diperlukan tiga
kumparan stator dimana masing-masing kumparan diletakkan pada alur-alur yang
berbeda dengan sudut sebesar 120 derajat. Ketiga kumparan tersebut dapat
dihubungkan dalam dua kemungkinan yakni hubungan bintang ataupun hubungan
delta.
Hubungan pada motor tersebut harus disesuaikan dengan tegangan listrik yang akan
digunakan agar tidak terjadi kerusakan dan motor dapat bekerja secara optimal.
3.1.2.2 Rotor
Rotor adalah bagian motor yang bergerak, berfungsi untuk merubah daya
listrik menjadi daya mekanik yang berupa putaran. Bagian rotor terdiri dari poros,
lilitan, dan komutator. Ada dua macam rotor yakni rotor sarang tupai dan rotor lilit.
Rotor lilit digunakan pada motor yang memerlukan pengontrolan kecepatan
untuk mendapat torsi starting yang tinggi. Susunan kumparan ini sama dengan
kumparan stator. Ketiga ujung awal kumparan dihubung bintang sedang ketiga
kumparan di ujung akhir dihubung ke slip ring. Pada slip ring terdapat sikat arang
yang dihubungkan dengan tahanan luar sebagai pengontrol motor tersebut. Selain
untuk memperoleh kopel mula yang besar, tahanan luar tadi dibutuhkan untuk
membatasi arus mula yang besar saat start. Dengan menggubah-ubah tahanan luar
maka kecepatan motor dapat diatur. Semakin besar tahanan pada rangkaian rotor
maka motor berputar semakin lambat. Namun bila semua tahanan dilepas dari
rangkaian rotor maka motor akan beruptar dengan kecepatan penuh.
Kumparan rotor sangkar berupa batang-batang tembaga atau alumunium.
Batang-batang tersebut dapat berupa batangan yang dimasukkan ke dalam alur-alur.
Ujung-ujung batang konduktor dihubungkan menjadi satu dengan menggunakan ring
plat yang tebal dari alumunium atau tembaga. Batang konduktor yang dipasang
sedemikian rupa sehingga menyerupai sangkar tupai. Konstruksi seperti ini lebih
sederhana bila dibandingkan dengan rotor mesin listrik lainnya.

31
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Kedua jenis rotor itu memiliki inti besi yang berlapis-lapis dan beralur-alur
tempat memasang batang konduktor atau kumparan rotor. Perbedaaannya terletak
pada bagaimana cara konduktor tersebut dipasang. Agar pada rotor ada arus yang
mengalir akibat induksi antara tegangan dengan medan magnet pada stator maka
antar penghantar rotor dihubung singkat, sedang untuk mengurangi kebisingan
maka penghantar dibuat miring.

Gambar 3.3. Rotor


3.1.2.3 Tutup Samping
Tutup samping merupakan bagian motor yang berada pada kedua sisi motor.
Tempat ini berfungsi untuk menopang rotor dengan menggunakan bearing sebagai
pemegang poros rotor agar tetap berada di tengah-tengah. Bearing juga berfungsi
untuk menggurangi gesekan. Untuk mengurangi gesekan maka setiap bearing harus
diberi pelumas sesuai suhu operasinya.
3.1.3 Pengaturan Motor Induksi
Pengaturan motor induksi memerlukan teknik yang lebih rumit
dibandingkan dengan motor DC. Prinsip dasar pengaturan motor induksi dapat
dianalisa dari persamaan karakteristik torsi kecepatan yaitu:

Keterangan: Td : Torsi
Pd : Daya

32
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
: Kecepatan Sudut
Dimana Td dan Pd masing masing adalah Torsi dan Daya yang dihasilkan
motor induksi. Dengan menganalisa persamaan ini, satu hal dapat disimpulkan
bahwa kecepatan (atau slip s ) dapat diatur jika salah satu atau lebih
parameter dibawah ini divariasikan :
1. Resistansi rotor.
2. Induktansi rotor.
3. Besar tegangan terminal.
4. Frekuensi terminal.
Seperti telah diketahui bahwa teknik pengaturan motor induksi dengan
variable diatas adalah kurang efisien. Tetapi jika dikombinasikan maka akan
menjadi lebih efektif. Walaupun tidak dinyatakan secara langsung melalui
Rumus 2.1 ada beberapa teknik yang lebih efektif dalam pengaturan kecepatan
motor induksi yaitu :
1. Injeksi tegangan pada rotor.
2. Pengembalian energi slip ke sumber ( Slip Energy Recovery)
3. Pengaturan Tegangan dan Frekuensi (v/f control)
3.1.4 Cara Kerja Motor Induksi
Jika pada belitan stator diberi tegangan satu fasa, maka pada stator akan
dihasilkan arus , arus ini menghasilkan medan magnetik yang berputar dengan
kecepatan sinkron. Ketika medan melewati konduktor rotor, dalam konduktor
ini diinduksikan ggl yang sama seperti ggl yang diinduksikan dalam
belitan sekunder transformator oleh fluksi arus primer. Rangkaian rotor
merupakan rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung atau tahanan
luar, ggl induksi menyebabkan arus mengalir dalam konduktor rotor. Jadi arus
yang mengalir pada konduktor rotor dalam medan magnet yang dihasilkan
stator akan menghasilkan gaya (F) yang bekerja pada rotor. Gambar 2.5
menggambarkan penampang stator dan rotor motor induksi, dengan medan

33
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
magnet diumpamakan berputar searah jarum jam dan dengan statornya diam
seperti pada saat start

Gambar 3.4 Penampang rotor dan stator motor Induksi memperlihatkan


medan magnet dalam celah udara.

Untuk arah fluks dan gerak yang ditunjukkan Gambar 3.4, penggunaan
aturan tangan kanan fleming yaitu arah arus induksi dalam konduktor rotor
menuju pembaca. Pada kondisi seperti itu, dengan konduktor yang mengalirkan
arus berada dalam medan magnet seperti yang ditunjukkan, gaya pada konduktor
mengarah ke atas karena medan magnet di bawah konduktor lebih kuat dari pada
medan di atasnya. Agar sederhana, hanya satu konduktor rotor yang diperlihatkan.
Tetapi, konduktor konduktor rotor yang berdekatan lainnya dalam medan stator
juga mengalirkan arus dalam arah seperti pada konduktor yang ditunjukkan,
dan juga mempunyai suatu gaya ke arah atas yang dikerahkan pada mereka.
Pada setengah siklus berikutnya, arah medan stator dan arus rotor akan
dibalik, sehingga gaya pada rotor tetap ke atas. Demikian pula konduktor rotor
di bawah kutup kutup medan stator lain akan mempunyai gaya yang semuanya
cenderung memutarkan rotor searah jarum jam. Jika kopel yang dihasilkan cukup
besar untuk mengatasi kopel beban yang menahan, motor akan melakukan
percepatan searah jarum jam atau dalam arah yang sama dengan perputaran medan
magnet stator.

34
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Apabila belitan stator diberi tegangan dari sumber tegangan satu fasa, maka
akan timbul medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron

Keteraangan: ns = Kecepatan medan putar stator (rpm)


f = Frekuensi jaringan (Hz)
p = Jumlah kutub
Medan putar tersebut akan memotong konduktor rotor hingga terbangkit
tegangan induksi. Karena konduktor rotor dihubung singkat, maka akan mengalir
arus dalam konduktor rotor. Arus rotor ini berada dalam medan magnet dari stator
menurut hukum Lorenz akibatnya timbul gaya/torka. Bila gaya ini cukup untuk
menggerakkan rotor maka ia akan berputar dengan kecepatan:

Keterangan: = Kecepatan sudut rotor (rad/s)


S= Slip putaran

3.2 Voltage Unbalance

3.2.1 Pendahuluan
Seiring meningkatnya kebutuhan listrik pada pelanggan listrik khususnya di
industri-industri yang membutuhkan energi listrik dalam jumlah yang besar, faktor
kualitas daya listrik harus memadai guna menunjang proses produksi yang optimal.
Salah satu permasalahan kualitas daya listrik yang sering terjadi di industri yang
menggunakan sistem listrik tiga fasa yaitu terjadinya ketidakseimbangan tegangan
antar fasanya. Fenomena ketidakseimbangan tegangan ini sangat berpengaruh bagi
kinerja peralatan- peralatan yang disuplai oleh tegangan tiga fasa. Salah satu
peralatan industri yang keberadaannya sangat vital untuk proses produksi yaitu
motor listrik.

35
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Motor induksi merupakan salah satu mesin arus bolak-balik tenaga penggerak
yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dan sering digunakan
dalam dunia industri karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu konstruksi yang
kuat, sederhana, dan tidak membutuhkan perawatan yang begitu banyak. Sangat
banyak industri diseluruh dunia menggunakan motor induksi yang berfungsi
sebagai tenaga penggerak dari peralatan mekanis maupun dalam pemindahan
material dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Dalam pemakaiannya, motor harus mendapatkan tegangan yang konstan
atau stabil. Bila tegangan listrik tidak stabil maka akan terjadi gangguan
diantaranya adalah fluktuasi tegangan kerja yang cukup besar ataupun kecil.
Adanya sumber tegangan yang tidak seimbang akan menyebabkan arus.
3.2.2 Variasi dan Ketidakseimbangan Tegangan Sumber
Sebuah sistem tenaga listrik 3 fasa yang seimbang adalah sistem dimana
tegangan tiap fasanya yang diukur dari fasa ke netral memiliki besar magnitut yang
sama dan memiliki perbedaan sudut fasa sebesar 120 seperti pada Gambar 3.5
Sistem yang memiliki perbedaan pada besar magnitut dan sudut fasa yang tidak
berbeda 120 dapat dikatakan sebuah sistem yang tidak seimbang seperti pada
gambar

Ketidakseimbangan tegangan merupakan salah satu permasalahan kualitas


pada system tiga fasa yang umumnya terjadi di system distribusi karena
pembebanan fasa yang tidak merata sehingga menimbulkan drop tegangan yang
berbeda pada setiap fasa.

Gambar 3.5 Diagram Fasa

36
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Nilai persentase line voltage unbalance rate (LVUR) dari
ketidakseimbangan tegangan 3 fasa dapat dihitung dengan nilai selisih terbesar dari
nilai rata-rata tegangan fasa-fasa dib agi nilai rata-rata tegangan fasa-fasanya
dengan nilai sudut fasa diabaikan seperti pada persamaan .

Dalam standar NEMA Motor dan Generator MG1 part 14.36 memberikan
rekomend asi bahwa motor dapat dioperasikan se cara normal pada kapasitas rated
jika unbalance voltage tidak lebih dari 1%.

Voltage Unbalanced artinya voltage yang tersedia di ketiga phasenya tidak


sama, ini dapat terjadi di sistem distribusi dimana saja. Ini dapat menimbulkan
problem serios pada motor dan peralatan induksi. Memang balance secara
sempurna tidak akan pernah ada, namun harus diminimalkan. Kondisi unbalance
lebih sering disebabkan oleh variasi dari beban, juga akibat winding motor tidak
sama resistansinya nya di 3 phasenya. Ketika beban satu phase dengan phase lain
berbeda, maka saat itulah kondisi unbalance terjadi. Hal ini mungkin disebabkan
oleh impendansi, type beban, atau jumlah beban berbeda satu phase dengan phase
lain. Misal satu phase dengan beban motor satu phase, phase lain dengan heater dan
satunya dengan beban lampu atau kapasitor.

Contoh:
Misal phase : X = 380V Y= 400V Z= 390 V

Voltage rata2 = ( 380 + 400 + 390 ) : 3 = 390 Volt %

Unbalance = 100% x (400 390) : 390 = 2,56 %

NEMA memberikan rekomendasi : motor dapat dioperasikan secara normal


pada kapasitas rated jika unbalance voltage tidak lebih dari 1%. Karena lebih dari

37
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
1% , Maka contoh diatas tidak direkomendasikan untuk supply ke motor, sebab
motor akan cepat rusak. Kondisi Unbalance disebabkan antara lain oleh kondisi
beban secara keseluruhan system, dimana beban satu phase tidak sama dengan
phase yang lain, sehingga impedansi dari beban2 tsb. tidak sama phase satu sama
lain. Atau juga impedansi sebuah motor tidak sama phase satu dengan yang lain.

3.2.3 Penyebab Voltage Unbalance

Terjadi unbalance pada motor dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
lain :

-. Unbalance dari power supply

-. Taping di trafo tidak sama

-. Terdapat trafo single phase dalam system

-. Terdapat open phase di primer trafo distribusi

-. Terdapat fault atau ground di trafo power

-. Terdapat open delta di trafo-bank

-. Terdapat fuse-blown di 3 phase di capasitor bank ( capasitor untuk


perbaikan power factor)

-.Impedance dari konduktor power supply tidak sama.

-.Unbalance distribusi / single phase load ( lighting)

-.Heavy reactive single phase load. Misal : mesin welder dimana motor
tidak sama Z nya di tiga phasenya.

38
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
3.2.4 Akibat dari Unbalance Voltage

Kondisi unbalance merupakan yang paling umum mempunyai effek


merusak pada motor listrik. Efek ini juga dapat disebabkan oleh power supply
wiring, transformer dan generator. Unbalance voltage pada terminal motor
mengakibatkan unbalance arus phase sebesar 6 10 kali persen unbalance voltage
pada motor dengan beban penuh (full load)

Jika unbalance voltage sebesar 1% maka unbalance arus bisa mencapai


sekitar 6% s/d 10%. Dari contoh itu menimbulkan overcurrent atau arus berlebih
dan menimbulkan overheat, umur menjadi pendek dan kemudian bisa terbakar.
Akibat lain pada motor yaitu arus locked rotor di winding stator (yang sudah
relative tinggi) juga menjadi unbalance sebanding dengan unbalance-nya voltage,
putaran juga cenderung turun demikian juga torsi. Jika unbalance voltage cukup
tinggi maka putaran tsb sehingga motor tidak sesuai dengan pemakai , karena
putaran rated tidak dapat tercapai.

Jika motor hanya satu phase saja yang berfunsi pada motor 3 phase akan
berakibat motor overheating, karena arus menjadi sangat besar sedang
kemampuan output turun. Ketika motor beroperasi dibeban penuh sedangkan yang
berfungsi hanya 1 phase maka motor mengalami stall kemudian stop atau
mandeg. Dalam kondisi stall timbulah arus listrik yang sangat besar (overcurrent)
dan menghasilkan kenaikan panas yang besar dan cepat. Jika proteksi motor tidak
bekerja maka kerusakan stator dan rotor akan hangus (overheating).

Proteksi seharusnya dipasang disetiap phase agar lebih aman. Langkah


pertama test unbalance voltage yaitu dengan mengukur tegangan antar line di
terminal mesin. Juga ukurlah arus di tiap phase, karena arus unbalance bahkan dapat
mencapai 6 -10 kali lebih besar dari unbalance voltage. Ketika start gagal
kemungkinan besar karena arus listrik hanya berfungsi satu phase. Unbalance
voltage kebanyakan disebabkan oleh distribusi beban tidak sama satu phase dengan

39
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
phase lain, cara memperbaiki ialah dengan mengurangi beban phase yang
ketinggian dan menambahkan beban pada phase rendah, sehingga menghasilkan
beban yang sedapat mungkin balance. Beban yang paling umum pada satu phase
ialah dari beban penerangan (lighting) dan mesin las (welder). Juga perlu di periksa
fuse pada capasitor bank ( power factor improvement capasitor). Cara lain yang
merupakan keterpaksaan ialah derating motor atau harus menurunkan rated
motor. Ketika unbalance voltage melebihi 1% maka motor harus derating agar
motor dapat dioperasikan dengan baik.

NEMA memberi petunjuk dengan membuat kurva, terlihat bahwa


unbalance maximum 5% dan derating 75% dari Hp nameplate.

Gambar 3.6 Grafik Voltage Unbalance dengan Derating Motor

Didalam plan bisa terjadi kondisi voltage tidak balance. Menurut NEMA
MG-1 section II & IV bahwa kwalitas voltage merupakan fungsi tidak balance
voltage dan kerusakan. Sehingga agar motor dapat berumur panjang harus di
turunkan beban/derating. Contoh:

-.Kondisi unbalance 4%, beban harus diturunkan menjadi 82% Untuk motor 100Hp
maka harus diturunkan menjadi 82 Hp

-.Kondisi unbalance 5%, beban diturunkan menjadi 75%

40
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
3.2.5 Cara Mengatasi Voltage Unbalance

Automatic voltage regulator (AVR) dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi


undervoltage dan overvoltage, sama halnya dengan unbalance. Sebagai peralatan
active-device, AVR bekerja secara otomatis meperbaiki fluktuasi voltage. Alat ini
banyak digunakan untuk proteksi terhadap kondisi fluktuasi voltage.

41
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
BAB IV ORIENTASI KHUSUS
ANALISA VOLTAGE UNBALANCE MOTOR LISTRIK 3,3 KV
300 KW DI PT.PERTAMINA TERMINAL BBM BALONGAN

4.1 Pendahuluan
Dalam pengoprasian proses operasi pada Terminal BBM sangat penting
alat-alat yang bekerja pada kondisi yang optimal. Sehingga hasil operasi yang
dijalankan dapat berjalan dengan baik efisien. Terutama dalam pengoprasian motor
listrik, dimana motor listrik dalam proses operasi tersebut mempunyai peran yang
penting. Seringkali ada hal-hal yang kurang diperhatikan dalam pengoprasian
motor listrik. Seperti terjadinya voltage unbalance, yang dapat menurunnya kinerja
motor listrik dari rating seharusnya. Efek ini mungkin tidak terasa secara langsung,
tetapi jika dibiarkan terus menurus dapat mengakibatkan umur motor berkurang
dan kinerja motor yang buruk.
Pada praktiknya presentase voltage unbalance yang terjadi tidak mungkin
0%. Tetapi ada batas wajar yang ditetapkan oleh NEMA (National Electrical
Manufacturers Association) yaitu dibawah 1%. Oleh karena itu perlu adanya
pengecekan seberapa besar voltage unbalance yang terjadi pada motor yang
terdapat di Terminal BBM Balongan.
4.2 Spesifikasi Motor
Motor 45-P-11 yang ada di Terminal BBM Balongan mempunyai
spesifikasi sebagai berikut:

Tag No. = 45-P-11


Manufacture = ABB
HP = 300 KW
Volt = 3300 Volt
Synchronous Speed = 1500 Rpm

42
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Control Panel = ABB soft starter for MV motor
Starting Condition = Soft Starting

Motor ini digunakan sebagai pompa BBM yang mengalirkan dari tangki
penyimpanan ke main booster pump gas engine, yang nantinya akan disalurkan ke
Terminal BBM Cikampek.

43
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
4.3 Perhitungan Voltage Unbalance
Data yang digunakan dalam perhitungan voltage unbalance adalah data data
tegangan fasa dengan netral pada setiap fasa. Data ini didapat dari data yang setiap
jamnya dicatat oleh operator, dimana data yang dicatat terdiri dari tempratur motor,
tegangan fasa dengan netral pada setiap fasanya, arus yang mengalir pada setiap
fasanya, tekanan hisap dan tekanan dorong.
Perhitungan voltage unbalance menggunakan rumus

Pada terminal BBM ini terdapat 3 motor 3,3 KV 300 KW. Motor yang akan
dihitung voltage unbalance-nya adalah motor yang bernomor 211. Data yang
digunakan data selama 7 hari. Berikut adalah data dan hasil perhitungan voltage
unbalance-nya:

44
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Senin 4 Januari 2016
Voltage (Volt)
Waktu Volatage Unbalance(%)
U V W
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 3341 3329 3317 0.3591739
11 3320 3278 3296 0.662650602
12
13 3315 3272 3291 0.67370538
14 3360 3317 3334 0.68452381
15 3378 3335 3352 0.680876258
16 3385 3341 3361 0.669620876
17 3357 3315 3330 0.685135538
18
19 3314 3271 3275 0.824783746
20 3360 3317 3322 0.803571429
21 3366 3324 3329 0.782333135
22 3358 3318 3320 0.774270399
23 3362 3321 3326 0.763434464
Rata-rata 0.697007
Tabel 4.1 Senin 4 Januari 2016

45
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Selasa 5 Januari 2016
Voltage (Volt)
Waktu Volatage Unbalance(%)
U V W
0 3378 3334 3346 0.749950661
1 3361 3319 3330 0.723990876
2 3349 3306 3321 0.706678611
3
4
5 3356 3312 3326 0.735001986
6 3363 3320 3333 0.723560313
7 3324 3283 3296 0.691937425
8 3308 3266 3280 0.705360742
9 3289 3245 3266 0.679031114
10 3321 3281 3302 0.592191107
11 3361 3318 3340 0.634731727
12
13 3359 3322 3337 0.585491714
14 3308 3269 3286 0.614671503
15 3310 3271 3291 0.58408862
16 3348 3304 3326 0.657108722
17 3362 3318 3338 0.674201864
18
19
20 3323 3280 3289 0.772394423
21 3331 3292 3295 0.750525368
22 3345 3300 3316 0.737419033
23 3356 3313 3325 0.735001986

Rata-Rata 0.687017779
Tabel 4.2 Selasa 5 Januari 2016

46
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Rabu 6 Januari 2016
Voltage (Volt)
Waktu Volatage Unbalance(%)
U V W
0 3392 3350 3361 0.717374214
1 3390 3345 3359 0.747295969
2 3360 3317 3328 0.744047619
3 3343 3298 3313 0.747831289
4 3361 3320 3332 0.694237826
5
6 3370 3327 3339 0.731948566
7 3377 3335 3350 0.68107788
8 3355 3315 3326 0.685543964
9 3342 3299 3318 0.668262517
10 3318 3279 3294 0.632911392
11 3330 3286 3307 0.670670671
12
13 3336 3293 3313 0.659472422
14 3359 3317 3336 0.645033244
15 3374 3331 3348 0.681683462
16 3384 3341 3357 0.689519307
17 3358 3315 3330 0.704784594
18
19 3343 3307 3303 0.757802373
20 3331 3288 3300 0.740518363
21 3345 3305 3313 0.717488789
22 3355 3311 3321 0.774962742
23 3387 3340 3353 0.797165633

Rata-Rata 0.709030135
Tabel 4.3 Rabu 6 Januari 2016

47
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Kamis 7 Januari 2016
Voltage (Volt)
Waktu Volatage Unbalance(%)
U V W
0 3317 3274 3286 0.743643855
1 3325 3280 3290 0.802005013
2 3345 3302 3312 0.757349278
3 3349 3303 3314 0.806210809
4
5 3331 3288 3299 0.750525368
6 3341 3294 3307 0.808141275
7 3334 3320 3328 0.199960008
8 3342 3326 3336 0.219429483
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Rata-Rata 0.635908136
Tabel 4.4 Kamis 7 Januari 2016

48
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Senin 11 Januari 2016
Voltage (Volt)
Waktu Volatage Unbalance(%)
U V W
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 3320 3281 3295 0.642570281
12 3300 3259 3274 0.676767677
13
14 3325 3282 3299 0.691729323
15 3333 3288 3306 0.720072007
16 3360 3315 3332 0.724206349
17 3363 3319 3336 0.703736743
18
19 3310 3269 3277 0.745216516
20 3312 3271 3269 0.845410628
21 3389 3342 3351 0.836038163
22 3385 3349 3353 0.669620876
23 3374 3347 3316 0.839754957
Rata-rata 0.771846
Tabel 4.5 Senin 11 Januari 2016

49
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Selasa 12 Januari 2016
Voltage (Volt)
Waktu Volatage Unbalance(%)
U V W
0 3395 3350 3361 0.775650466
1 3342 3303 3314 0.668262517
2 3335 3298 3303 0.689655172
3 3324 3280 3291 0.772162054
4
5 3345 3298 3314 0.777279522
6 3338 3290 3306 0.798881566
7 3369 3323 3340 0.742059958
8 3342 3303 3314 0.668262517
9
10 3348 3305 3327 0.637196336
11 3341 3298 3320 0.638531378
12
13 3329 3284 3304 0.700911185
14 3355 3311 3329 0.695479384
15 3307 3269 3288 0.574538857
16 3326 3285 3302 0.651433153
17 3357 3313 3330 0.704994539
18
19 3330 3284 3294 0.820820821
20 3342 3295 3309 0.797925394
21 3354 3307 3326 0.745378652
22 3368 3323 3337 0.752177356
23 3372 3326 3339 0.780941083
Rata-rata 0.719627
Tabel 4.6 Selasa 12 Januari 2016

50
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Rabu 13 Januari 2016
Voltage (Volt)
Waktu Volatage Unbalance(%)
U V W
0 3365 3322 3332 0.752847945
1 3354 3331 3316 0.606241304
2 3360 3318 3322 0.793650794
3 3343 3306 3310 0.69797587
4
5 3334 3290 3297 0.809838032
6 3340 3296 3301 0.828343313
7 3357 3313 3326 0.744712541
8 3354 3309 3318 0.805008945
9 3332 3290 3308 0.660264106
10 3318 3278 3292 0.66305003
11 3316 3274 3290 0.683554483
12
13 3314 3272 3287 0.694025347
14 3311 3274 3284 0.644316923
15 3346 3301 3320 0.707312214
16 3369 3326 3342 0.692589295
17 3347 3301 3315 0.776815058
18
19 3344 3303 3308 0.76754386
20
21
22
23
Rata-rata 0.725182
Tabel 4.7 Rabu 13 Januari 2016

51
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
4.4 Analisis Voltage Unbalance
Pada perhitungan yang dilakukan rata-rata total voltage unbalance pada 7
hari dibawah 0.706% dan tidak ada nilai yang melebihi 1%. Nilai ini dibawah batas
tertinggi yang ditetapkan oleh NEMA yaitu 1%. Hal ini berarti motor bekerja
dengan baik. Bekerja pada ratingnya.

52
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas yang telah penulis dapatkan selama melakukan

Kerja Praktik di PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Balongan dapat diambil

kesimpulan:

1. Motor induksi merupakan motor yang paling banyak digunakan pada

Terminal BBM Balongan, karena motor ini mempunyai konstruksi yang

kuat dan perwatan yang mudah.

2. Sistem starting yang digunakan untuk motor 3,3 KV 300 KW adalah soft

starter.

3. Rata-rata voltage unbalance yang terjadi pada motor 3,3 KV 300 KV

nomor 211 sebesar 0.706%. Nilai ini dibawah batas tertinggi yang

ditetapkan oleh NEMA.

5.2 Saran

1. Paramater voltage unbalance dimasukan kedalam parameter pengecekan

yang dilakukan pada setap jamnya

2. Usahkan memiliki manual book dari setiap alat, sehingga dapat diketahui

seperti apa performa alat seharusnya.

53
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN
Daftar Pustaka

Chapman Stephen J. 2002. Electrical Machinary and Power System Fundamental

New York. McGraw-Hill

Akbar. Chairil. 2015. Company Profile PT.Pertamina TBBM Balongan.

Balongan. PT.Pertamina.

Pillay P. Definition Voltage Unbalane 1 Februari 2016.

http://users.encs.concordia.ca/~pillay/16.pdf

Voltage Unbalance and Motor 2 Februari 2016.


http://www.pge.com/includes/docs/pdfs/mybusiness/customerservice/energystatus
/powerquality/voltage_unbalance_rev2.pdf

Binus Profil PT.Pertamina (Persero) 30 Januari 2016.


https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab%202_10-35.pdf

54
Laporan Kerja Praktik di PT. PERTAMINA S&D REGION III
TERMINAL BBM BALONGAN

Anda mungkin juga menyukai