Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI DENGAN TIM KESEHATAN LAIN

A. Konsep Umum Komunikasi


1. Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Sedangkan komunikasi
terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan
terencana mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien namun
direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesional. (Potter & Perry,
2009).Stuart,G.W., & Laraia, 2005 mengatakan bahwa dalam hubungan
komunikasi terapeutik perawat dan klien menjadi penting dalam
mengeksplorasi kebutuhan klien.
2. Komunikasi dalam kelompok
Kozier.,et all (2010) menyampaikan bahwa kelompok adalah dua atau
lebih individu yang berbagi kebutuhan dan tujuan berama, melibatkan satu
sama lain ke dalam tindakan yang mereka lakukan, dan akhirnya bersatu
padu serta memisahkan diri dari pihak lain demi kebaikan interaksi yang
mereka lakukan. Kelompok hadir untuk membantu manusia mencapai tujuan
yang tidak dapat dicapai dengan kemampuan individu.

a. Dinamika kelompok
Komunikasi yang berlangsung antar anggota kelompok dikenal
dengan dinamika kelompok. Tata cara komunikasi ini akan ditentukan oleh
sejumlah variabel dan faktor yang saling terkait. Setiap anggota kelompok
akan memberikan pengaruh pada dinamika kelompok, didasarkan pada
motivasi mereka dalam berpartisipasi, kesamaan mereka dengan anggota
kelompok yang lain, kedewasaan anggota kelompok dalam mengespresikan
perasaan mereka dan tujuan kelompok tersebut.

b. Tipe kelompok layanan kesehatan


Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak ragam
kelompok, dari dua hingga organisasi profesional yang besar. Sebagai
partisipan kelompok, perawat mungkin diharuskan menjalani peran yang
berbeda baik menjadi anggota atau pemimpin, pemberi saran atau penerima
saran sesuai dengan kapasitasnya. Tipe kelompok layanan kesehatan yang
umum meliputi kelompok kerja, kelompok penyuluhan, kelompok swabantu,
kelompok terapi, dan kelompok pendukung sosial terkait kerja. Kerja
profesional dalam kelompok bergantung pada gaya kepemimpinan,
tanggung jawab anggota, tanggung jawab kepemimpinan, dan identifikasi
tugas dalam fase grup berbeda.
TABEL 1.1 Perbandingan kelompok yang efektif dan tidak efektif.
(Kozier,.et all.,2010).

Faktor Kelompok efektif Kelompok tidak efektif


Suasana Nyaman dan rileks, suasana Tegang, kurangnya privasi
kerja tempat orang dan komitmen sukarela
mendemonstrasikan peran terhadap kelompok.
Tujuan serta mereka
Tujuan tidak jelas, disalah
Tujuan, tugas, dan hasil lebih mengerti dan dipaksakan
mudah dipahami, dimengerti,
dan dimodifikasi agar
anggota kelompok dapat
berkomitmen terhadap Otoriter : pemimpin
tujuan melalui kerjasama. mendominasi kelompok
atau anggota terlalu
Kepemimpina Kepemimpinan demokratis. tunduk. Partisipasi
n dan Pergantian kepemimpinan anggota tidak seimbang,
partisipasi dilakukan berdasarkan didominasi oleh beberapa
anggota pengetahuan dan orang
pengalaman yang dimiliki.
Tertutup: hanya upaya
untuk menhasilkan ide
Terbuka, ide-ide dan yang mendapatkan
pemikiran pendapat dukungan. Perasaan
Komunikasi
dukungan diabaikan. Anggota dapat
memiliki tujuan yang
bertolakbelakang dengan
tujuan kelompok

Dilakukan oleh kelompok Dilakukan oleh otoritas


Pengambilan
keputusan meskipun berbagai prosedur tertinggi dalam kelompok
berdasarkan situasi yang dengan keterlibatan yang
ada. minimal dari anggota
kelompok yang lain.

Difasilitasi melalui Pemimpin mengklaim


Kohesi penghargaan terhadap berjasa dalam pencapaian,
anggota kelompok yang lain, komentar bersifat kritis da
ekspresi perasaan yang berfokus pada
terbuka, percaya dan karakteristik personal.
dukungan
Rendah: kritik tidak
Pemecahan Tinggi: kritik yang mebangun membangun, muncul
masalah sering dilontarkan. Jujur, dalam bentuk serangn
relatif nyaman, dan pribadi yang terang
diorientasikan untuk terangan atau
pemecahan masalah. tersembunyi.

Mendapatkan dukungan Tidak memperoleh


Kreativitas
dukungan

B. Komunikasi dengan Tim kesehatan lain


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan
berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk
hubungan perawat klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat,
yang berfokus pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan
mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini berfokus pada pembentukan
tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi,
kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan
komunikasi, termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan
masalah kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan.
Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan
interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan
meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan interpribadi akan
penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta
perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan
dorongan dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan
dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat
dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk


sangat berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat
kerja akan memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan
klien pribadi. Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan
kesehatan adalah salah satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk
kolaborasi dalam hubungan kerja dengan para profesional lain membantu
mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan
kelompok bergantung pada hubungan baik diantara tim, terutama pemimpin
tim dengan anggota tim yang lain. Untuk mendorong terjadinya komunikasi,
pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip komunikasi menurut WHO,
1999 :
Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan
pandangan mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan
dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti
Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan
yang dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian
pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah
efek yang diharapkan terjadi.
Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar
manusia, hal ini sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil
yang konstruktif.

Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan


mengatur ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya
sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah
menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota.
(WHO, 1999. )

Selalu ingat bahwa :


Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh
orang, semua orang dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian,
sebuah kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.
Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya,
atau cara benda tersebut ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka
disingkirkan. Hindarkan meja berbentuk huruf U
Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud
pertemuan atau kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk
mempermudah komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud dan tujuan
tersebut. Sesuaikan pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan
tujuan menyesuaikan dengan pengaturan tempat duduk.

1. KONSEP UMUM
1. Delegasi
Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan
kegiatan atau tugas dan memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi
bermanfaat untuk memperbaiki efisiensi, meningkatkan produktivitas, dan
mengembangkan staf lainnya. Sebagai seorang perawat, harus
bertanggungjawab terhadap penyelengaraan perawatan klien dan akan
mendelegasikan kegiatan perawat kepada asisten. Karena langkah dari
proses keperawatan memerlukan perawat untuk pengambilan keputusan,
maka tahap ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten atau tenaga
kesehatan lain. Untuk mendukung lingkungan profesional yang baik, setiap
anggota tim kerja keperawatan bertanggungjawab untuk melaksanakan
komunikasi profesional yang bersifat terbuka. Jika dilakukan dengan benar,
delegasi dapat memperbaiki efisiensi kerja, produktivitas, dan peningkatan
kerja. Lima syarat dalam pendelegasian antar tim kesehatan : Tugas yang
tepat, kondisi yang tepat, orang yang tepat, komunikasi/petunjuk yang
tepat, supervisi yang tepat.( Potter & Perry, 2009).
1. Konflik dalam berkomunikasi
Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah
untuk menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama.
Dalam banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui
penggunaan teknik komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis
sebagai suatu proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan
mengikuti langkah :
Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan
tentang isu-isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk
masalah perawatan kesehatan.
Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa
masalah mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan
informasi penting tentang pendekatan interpersonal yang terbaik untuk
digunakan.
Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya
bertemu secara berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan
klien.

2. Komunikasi antara perawat-dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi
yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.
Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat
mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan
bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan
perawat bertindak lebih mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan
dokter.Contoh : Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja
didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama
mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di
rumah.Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk
saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan
data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan
data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat
berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis,
disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak
terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan
dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan
baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah
kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara
pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada
pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.

Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:


1. Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama
dan posisi, mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-orang
lain yang terlibat dalam masalah dengan nama.
2. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah),
3. Menyatakan tujuan ,
4. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan
praktek klinik,
5. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab
untuk pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan
telepon, menentukan kerangka waktu pelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).

3. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi
antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting.
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah,
sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan
atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.Hubungan perawat
dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab
yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural
merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur
masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang
dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat
primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang
kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural.Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi
dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan
tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

4. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi.


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat
bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-
sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan
klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk
perawatan lebih jauh. Contoh : Perawat merawat seseorang yang
mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli
terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot
lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan
jalan nafas.
5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin
untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat
bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat
memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang
benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan
tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus
selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek
smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak
tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah
sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi
tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat
diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat
dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang
diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis
bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi
dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang
bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi
merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang
mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli
farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat
dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.

6. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi
di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai
pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat
terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat
absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang
baik antara kedua belah pihak.

7. Komunikasi terkait kasus pemicu


Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan
hubungan interpersonal dalam tim kesehatan. Northouse (1998)
mengungkapkan ada 3 area permasalahan yang dimiliki dalam hubungan
interprofesional yaitu:
1) Stres Peranan (Role Stress)
2) Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal
understanding)
3) Otonomi yang keras (autonomy struggle)

Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak
mudah. Pekerjaan profesional kesehatan secara konstan menempatkan
mereka dalam kontak dengan pasien yang sedang bergelut dengan kondisi
kritis dalam hidupnya dan mereka sedang mencoba mengatasi emosi atau
penyakit yang serius. Sumber masalah role stress yang dialami para
professional kesehatan berhubungan dengan penyelesaian peran
professional itu sendiri. Jenis role stress dibagi dua jenis yaitu role conflict
dan role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah satunya dengan
reality shock.

Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan


bahwa stress dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan
antara lingkungan pendidikan dengan pelayanan. Hal itu biasanya dialami
oleh lulusan perawat baru. Perawat Yanti sebagai perawat baru yang bekerja
di sebuah Rumah Sakit merasakan bahwa pendidikan yang ia tempuh selama
ini ternyata belum cukup untuk mempersiapkan dirinya dalam lingkungan
kerja. Perawat Yanti akhirnya mengalami reality shock yang menyebabkan
terhambatnya komunikasi terapeutik antara perawat dan klien. Karena baru
pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan kesulitan
berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan
suatu forum tim kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat dan
profesi lain pun harus terpelihara dengan baik. Hubungan tersebut dapat
diwujudkan dengan meningkatkan pemahaman interpersonal mengenai
peran masing-masing individu atau profesi.

Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat


dan berusaha tidak memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga
tidak memicu konflik internal tim kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti
dengan perawat atau tim kesehatan lain dapat terwujud jika hubungan
interpersonal perawat Yanti berjalan dengan baik. Area-area rentang konflik
seperti yang digambarkan di atas merupakan hal yang perlu diwaspadai,
terutama dalam menjalin kolaborasi antar anggota tim kesehatan atau
interprofesional. Untuk mempertahankan hubungan yang harmonis serta
mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya para professional
kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana
sharing atau berdiskusi tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan
kerja. Pertemuan tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case
conference.

Rapat Tim Kesehatan


Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan
(rapat multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang untuk membicarakan
hal-hal yang terkait dengan manajerial.Tujuan rapat tim keehatan yaitu
menyamakan persepsi terhadap informasi yang didapat dari masalah yang
ditemukan (khususnya masalah manajerial), meningkatkan kesinambungan
pemberian pelayanan kesehatan, mengurangi kesalahan informasi, dan
meningkatkan koordinasi antara anggota tim kesehatan.

Case conference
Konferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan
secara rutin (Regularly Scheduled Series or Conferences). Pertemuan
tersebut dilaksanakan harian, mingguan, atau bulanan untuk diskusi tentang
masalah-masalah manajemen pasien spesifik untuk meningkatkan
perawatan pasien dalam sebuah institusi. Case conference adalah diskusi
kelompok tim kesehatan tentang kasus asuhan keperawatan klien atau
keluarga. Setiap tim kesehatan memiliki jadwal case conference masing-
masing dan biasanya diadakan dua kali tiap bulannya. Peserta case
conference melibatkan tim kesehatan yang terkait seperti perawat, dokter,
atau anggota profesi lainnya jika diperlukan. Waktu pertemuan dua kali
dalam sebulan atau disesuaikan dengan kondisi atau tingkat urgensi kasus,
dan lamnya pertemuan tentatif.

Tujuan diadakannya case conference yaitu mengenal kasus dan


permasalahannya, mendiskusikan kasus untuk mencari alternatif
penyelesaian masalah asuhan keperawatan, meningkatkan koordinasi dalam
rencana pemberian asuhan keperawatan, dan meningkatkan pengetahuan
dan wawasan dalam mengangani kasus.Case conference juga digunakan
untuk mengembalikan konflik dalam kolaborasi (Arnold & Boggs, 2007), yaitu
dengan cara mengutarakan inisiatif untuk mendiskusikan masalah,
menggunakan keterampilan mendengar aktif, menyediakan dokumentasi
data yang relevan terhadap isu, mengajukan resolusi, menciptakan iklim
dimana para pertisipan memandang negosiasi sebagai sebuah usaha
kolaborasi, membuat ringkasan yang jelas terhadap hasil feedback, merekam
semua keputusan dalam sebuah catatan. Kegiatan case conference ini harus
melalui tahap persiapan sebelumnya. Perawat Dewi dapat memilih salah
satu topik yang akan disampaikan dalam case conference.

Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang tidak
ada perkembangan, kasus pasien pulang, kasus pasien yang meninggal, dan
kasus pasien dengan masalah yang jarang ditemukan. Pemilihan topik dapat
dilakukan dengan mengkaji terlebih dahulu data-data pasien yang selama ini
dipegang oleh perawat Yanti. Dengan data-data tersebut, perawat Yanti
dapat membuat suatu analisa permasalahan yang akan disampaikan saat
case conference.

Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses


kolaborasi antara tim kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks
yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi
tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kolaborasi dalam case
conference ini meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang
memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator tentang suatu
permasalahan dalam asuhan keperawatan. Efektifitas hubungan kolaborasi
profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan
yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan
usaha yang baik sebab dapat menghasilkan outcome yang lebih baik bagi
pasien.

Menangani masalah-masalah staf perawat


Langkah-langkah dalam pemecahan masalah antar kelompok petugas
kesehatan : Mengatur pelaksanaan untuk komunikasi kolaboratif, melakukan
pertemuan untuk menyatukan perspektif kelompok, mengidentifikasi
masalah utama, memiliki tujuan yang jelas dan relevan, saling menghormati
dan menghargai nilai-nilai dan martabat semua pihak, anggota kelompok
dapat bersikap tegas tapi tidak manipulatif, bersikap objektif, mendiskusikan
solusi dengan mengidentifikasi manfaat/kekurangan dari solusi, menghargai
alternatif solusi demi kepentingan klien, menghincari situasi konflik,
menghindari emosi, memutuskan untuk mengimplementasikan solusi
terbaik, menentukan orang yang bertanggung jawab untuk implementasi,
membangun garis waktu dan metode evaluasi.(Armold & Boogs, 2007).

Komunikasi interpersonal ditempat kerja yang multikultural meliputi


verbal, nonverbal, dan mendengar. Komuikasi nonverbal meliputi pengaturan
ruang, lingkungan, penampilan, kontak mata, postur tubuh, gerak, ekspresi,
waktu dan isayarat suara. Komunikasi verbal dengan prilaku asertif,
sedangkat komunikasi diam dengan menjadi pendengar yang baik dengan
menyadari pengalaman, sikap yang mepengaruhi dalam mempresepsikan
pesan.

Hambatan lain dalam berkomuniksi dengan Tim Kesehatan Lain


meliputi: menjadi emosional daripada berfokus pada masalah, menyalahkan
orang lain, tertutup dan tidak menghargai serta memahami perspektif orang
lain. ( Arnold & Boggs, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Arnold,E.C,&Boggs.K.U.(2007).Interpersonal Relationship: Professional


Communication skills for Nurses.(5 th ed.). St Louis : Elseiver.
Kozier,Barbara.(2004).Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and
practice (7 th ed.). New Jersey : Pearson
Kramer, Marlene.(2008).Reality Shock : why nurses leave nursing. St Louis :
MOSBY
Northouse, Peter Guy.(2010).Leadership : Theory and Practice.(5 th ed.). USA :
SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina
&marina, penerjemah). Jakarta : Salemba Medika.
Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles and Practice Of psychiatric
nursing.(8 th ed.).St Louis : MOSBY
WHO(1999).Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.(2 th ed). (dr.Popy
Kumalasari, Penerjemah).Jakarta : EGC
CopperandCo.(Maret, 2013).Komunikasi Perawat Dengan Tenaga Kesehatan.
Komunikasi Perawat dengan Tenaga Kesehatan

MAR 18

Posted by ChopperandCo

Komunikasi Keperawatan
Komunikasi Perawat dengan Tenaga Kesehatan

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada penyusun, shalawat serta
salam semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan
segenap sahabat sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telahmemberikan bantuan, dorongan dan doa, semoga Allah membalas
amal baik yang telah dilakukan umat-Nya atassesama.Amin
Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah ini sangat
penyusun harapkan demi penyempurnaan makalah ini, karena penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Akhirnya hanya kepada-Nyalah kita memohon semoga Allah SWT menjadikan
berbagai amalan kita ikhlas karena-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Magelang,31 Desember 2012

Penyusun

PENDAHULUAN
Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut
juga mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter,
bidan, ahli gizi, kesehatan masyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi,
analis kesehatan, dan perawat. Semua profesi tadi diwajibkan salaing
bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas profesinya masing-masing.
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada. Semua
profesi kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya
pelayanan kesehatan yang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat
tidak sendirian. Perawat ditemani oleh dokter, analis kesehatan, tim
kesehatan masyarakat, analis kesehatan, ahli gizi, radiologi dan lainnya.
Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan
dapat berjalan secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi
maksimal? Kolaborasi pendidikan dan praktik antar profesi kesehatan
tentunya sangat dibutuhkan. Semua jenis profesi harus mempunyai
keinginan untuk berkolaborasi. Perawat, bidan, dokter, dan semua profesi
lain merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku
pelajar. Ketergantungan antar profesi pun dapat tetap ada asalakan dalam
batas-batas lingkup praktek yang sesuai dengan aturan yang ada.

KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN TENAGA KESEHATAN

1.Komunikasi antara Perawat dengan Dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin
bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung
pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti
standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak
lebih mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan
dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa
diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan
klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat
visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data
pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data
penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa
secara pasti mengenai penyakit pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan
istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah
medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan
komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah
kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara
pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada
pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.

2.Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting.
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah,
sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan
atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan
struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama
dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan
atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas
berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien
kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada
kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang
dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh
hubungan struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam
hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak
membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

3.Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.
Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi.
Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan
dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien
secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang
melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke
fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.
Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat
dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar
latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana
menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
4.Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja
hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan
setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat
dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini
tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula
rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat
diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat
dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang
diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis
bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi
dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang
bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi
merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam rencana
persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang
mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli
farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat
dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.
5.Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi
di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai
pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat
terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat
absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang
baik antara

KESIMPULAN

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa


berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah
dokter, ahli gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai
tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat
saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan
baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki
untuk:
1.Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat
dan dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
2.Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.
3.Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya
yang tak bisa dipisah pisahkan dan disendirikan.
Referensi :
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (Volume I), Penulis:
Potter & Perry, Penerbit: EGC

Anda mungkin juga menyukai