Pemberian Obat
Pemberian Obat
Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Pasal 63 ayat (4) yang berbunyi
Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.Undang-undang proprientary or patent medicine act tahun 1908
Menetapkan standar untuk melindungi konsumen dari obat tanpa resep yang tidak aman
dan tidak efektif .Hal ini memberi arah bahwa siapapun tenaga kesehatan yang akan
menangani klien atau pasien harus mempunyai kompetensi yang cukup untuk dapat
memberikan asuhan sesuai dengan kewenangannya yang mungkin akan dapat
memberikan kenyamanan kepada pasien sebagai customer dari pelayanan kesehatan.
( potter & pery edisi 4 dan edisi 7
Standar obat
Dokter , perawat dan ahli farmasi menggunakan standar ini untuk memastikan klien
menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif . Standar yang diterima
masyarakat harus memenuhi kriteria berikut :
1. Kemurnian
Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang
diperbolehkan dalam produk obat .
2. Potensi
Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat mempengaruhi kekuatan atau potensi obat
3. Biovailability
Kemampuan obat untuk terlepas dari bentuk dosisina dan melarut , diabsorbsi dan
diangkut tubuh ke tempat kerjanya disebut bioavailability .
4. Keamanan
Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut .
(Potter & pery edisi 4)
B. Nomenklatur Dan Bentuk Obat
Nomenklatur
Obat atau medikasi adalah zat yg digunakan dalam diagnosis, terapi, penyembuhan,
penurunan atau pencegahan penyakit. Sebuah Obat memiliki 4 Nama yang berbeda :
1. Nama Kimia
Ex : Asetilsalisilat Aspirin
2. Nama Generik
3. Nama resmi
Bentuk Obat
1. Tablet
bentuk dosis padat untuk pemberian oral, bentuk seperti kapsul dan bersalut sehingga
mudah ditelan
2. Kapsul
bentuk dosis padat untuk pemberian oral, obat dalam bentuk bubuk, cairan, atau
minyak dan dibungkus oleh selongsong gelatin, kapsul diwarnai untuk membantu
identifikasi produk
3. Eliksir
cairan jernih berisi air dan/atau alcohol, dirancang untuk penggunaan oral, biasanya
ditambah pemanis
tablet untuk pemberian oral yang dilapisi bahan yang tidak larut dalam lambung,
lapisan larut di dalam usus, tempat obat diabsorpsi
5. Ekstrak
bentuk obat pekat yang dibuat dengan memindahkan bagian aktif obat dari komponen
lain obat tersebut (misalnya, ekstrak cairan adalah obat yang dibuat menjadi larutan
dari sumber sayur sayuran)
6. Gliseril
larutan obat yang dikombinasi dengan gliserin untuk penggunaan luar, berisi
sekurang kurangnya 50% gliserin
preparat biasanya mengandung alcohol, minyak atau pelembut sabun yang dioles
pada kulit
8. Losion
obat dalam cairan, suspensi yang dioles pada kulit untuk melindunginya
Agar suatu obat dapat menyembuhkan tubuh klien untuk diserap dan di distribusikan
ke sel dan jaringan aau organ secara sfesifik . dan mempengaruhi fungsi fisiologi .
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana obat masuk kedalam tubuh
mencapai tempat kerja , dimetabolisme dan keluar dari tubuh .
1. Absorbsi
Adalah perjalanan molekul obat dari tempat pemberian sampai kedarah . faktor-faktor
yang mempengaruhi absorbsi obat adalah jalur pemberian , kemampuan obat untuk
larut , aliran darah ketempat pemberian obat , luas permukaan tubuh dan kelarutan
obat dalam lemak
Setiap jalur pemberian obat memiliki laju absorbsi masing-masing . obat yang
diberikan pada membran mukosa dan saluran nafas akan lebih cepat diserap karena
jaringan ini memiliki banyak pembulu darah . Injeksi intravena merupakan jalur
pemberian yang memiliki jalur absorbsi paling cepatkarena obat langsung memasuki
sirkulasi sistemik .
Kemampuan untuk melarut tergantung pada bentuk atau sediaan obat . Tubuh
menyerap lebih cepat obat dalam bentuk larutan dan suspensi yang sudah ada dalam
bentuk cairan dibandingkan dalam bentuk tablet atau kapsul .
Pada saat diberikan pada permukaan tubuh yang luas maka laju penyerapan obat akan
lebih cepat .
Karena membran sel memiliki lapisan lemak . maka obat akan mudah larut dalam
lemak akan mudah melewati membran sehingga penyerapan lebih cepat
1. Distribusi
Setelah obat diserap obat akan disebarkan kejaringan dan organ tubuh dan terutama
kedaerah spesifik ketempat obat tersebut berkerja . laju dan luasnya distribusi
tergantung pada sifat fisik dan kimia obat serta fisiologi orang yang mengkomsumsi
obat tersebut .
2. Metabolisme
Setelah obat mencapai tempat kerjanya , obat tersebut akan dimetabolisme kedalam
bentuk yang kurang atau tidak aktif sehingga lebih mudah untuk dibuang .
3. Eksreksi
Setelah obat dimetabolisme obat akan keluar dari tubuh melalui ginjal , hati , usus ,
paru-paru dan kelenjar endokrin . komposisi kimia obat akan menentukan organ mana
yang akan mengeluarkannya
Memiliki hubungan langsung antara jumlah obat yang diberikan dan jumlah
jaringan tubuh tempat obat di distribusikan .Kebanyakan obat diberikan berdasarkan
berat dan komposisi tubuh dewasa . Perubahan komposisi tubuh dapat memengaruhi
distribusi obat secara bermakna . Semakin kecil berat badan klien , semakin besar
konsentrasi obat di dalam jaringan tubuhnya . Dan efek obat dihasilkan makin kuat .
E. Dinamika Sirkulasi
Obat lebih mudah keluar dari ruang interstisial kedalam ruang intravaskular
daripada diantara kompatemer tubuh . Pembulu darah dapat ditembus oleh kebanyakan
zat yang dapat larut , kecuali pada paertikel obat yang besar . Konsentrasi sebuah obat
pda suatu tempat tertentu bergantung pada jumlah pembulu darah dalam sebuah jaringan .
Tingkat vasodilatasi dan vasokonriksi lokal , dan kecepata aliran darah kesebuah jaringan
. Latihan fisik , udara yang hangat dan badan yang mengigil mengubah sirkulasi lokal .Ex
: Saaklien melakukan kompres hangat pada tempat suntikan intramuskular , akan terjadi
vasodilatasi yang meningkatkan distribusi obat .
Obat menjadi salah satu yang dapat mempengaruhi kerja obat dan dosis dapat
memberi pengaruh yang berbeda pada masing-masing klien .
1. Faktor perkembangan
Seseorang memiliki dosis yang berbeda dan memiliki respon yang berbeda .
Khususnya perkembangan tubuh dan fungsi tubuh seseorang .
Wanita hamil harus berhati-hati dalam memilih obat karna akan meningkatkan resiko
kehamilan .
Bayi memerlukan dosis kecil karna ukuran tubuh dan orga-organnya belum matur .
Bayi memerlukan dosis yang berbeda dari orang dewasa .
Klien lanjut usia memiliki respon yang berbeda terhadap obat akibat perubahan
fisiologi yang menyertai penuaan
Jenis kelamin
Wanita dan pria memiliki respon yang berbeda terhadap obat terutama berhubungan
dengan perbedaan distribusi lemak tubuh , cairan tubuh dan hormon.
Respon klien terhadap obat dipengaruhi usia , jenis kelamin , ukuran dan
komposisi tubuh . Faktor budaya dan praktik budaya ex: nilai dan kepercayaan dapat
mempengaruhi kerja obat seperti : obat-obat herbal dapat mempercepat atau
memperlambat metabolisme obat yang di programkan . Pemberian asuhan yang
kompeten sesuai budaya memberikan pedoman bagi perawat dalam merawat klien dari
budaya yang berbeda .
1. Diet
2. Lingkungan
Lingkungan klien dapat memberi efek terhadap kerja obat , terutama obat yang
digunakan untuk mengubah prilaku dan alam perasaan .
3. Faktor psikologik
Harapan klien tentang apa yang dpat obat lakukan dapat memengaruhi respon terhadap
obat . seperti : klien yang meyakini bahwa kodein tidak efektif untuk analgesik
mungkin tidak merasakan peredaan nyeri setelah obat diberikan .
Sakit dan proses penyakit dapat mempengaruhi kerja obat . seperti : aspirin yang dapat
membantu menurunkan suhu tubuh tetapi tidak memberikan dapatk apa-apa pada suhu
tubuh klien yang tidak mengalami demam
Waktu pemberian obat oral dapat mempengaruhi kecepatan relatif kerja obat . seperti :
obat oral yang dimakan 2 jam sebelum makan memiliki kerja obat lebih cepat
dibanding obat yang diberikan setelah makan . namun ada beberapa obat yang harus
dimakan setelah makan
Rute pemberian obat harus ditentukan saat obat di programkan . ketika pemberian obat , perawat
harus memastikan bahwa preparat obat sesuai dengan jalur yang ditentukan .
1. Oral
Pemberian oral merupakan rute obat yang paling umum , tidak mahal , dan merupakan rute yang
paling cocok untuk kebanyakan klien dalam pemberian obat . tidak akan merusak kulit .
Kerugiannya mungkin rasanya tidak enak dari obat .
1. Sublingual
Pada rute Sublinguan , obat diletakan dibawah lidah tempat obat itu diabsorbsi . dalam waktu
relatif singkat obat diabsorbsi
1. Bukal
Pada rute bukal obat ditahan di dalam mulut terhadap membran mukosa sampai obat ersebut
larut
1. Parental
Rute pariental merupakan rute pemberian obat selain melalui saluran cerna atau saluran nafas ,
yaitu dengan jarum . berikut adalah rute yang digunakan :
Subcutan (Hipodermik)
Intramuscular
Intracutan
Intravena
1. Topikal
Pemberian obat terbatas hanya pada area permukaan tubuh . obat ini hanya akan meberikan efek
pada area pemberian . meliputi :
Terdapat 3 bagian :
1. Sistem metriks
Sistem metrik secara logika diorganisir kedalam unit sepuluhan , merupakan sistem desimal .
Unit dasar dapat dikalikan atau dibagi dengan 10 kedalam unit sekunder . Perkalian
dikalkulasikan dengan memindahkan koma desimal ke kanan dan pembagian harus diselesaikan
denga pemindahan koma desimal kekiri .
desi (1/10 atau 0,1) , senti (1/100 atau 0,01) dan mili (1/1000 atau 0,0001) . perkalian satuan
pengukuran diberi tanda sesuai dengan refiks yang berasal dari bahasa yunani :
1. Sistem apoteker
Sistem apoteker adalah grain(gr) disamakan dengan satuan grain gandum , dan satuan volume
adalah minim , volume air yang sama dengan berat satu grain kata minim berarti paling
sedikit . pada urutan naik, satuan berat lain adalah skrupel , dram , ons , dan pon. Saat ini
skruple (skr) sangat jarang digunakan . satuan volume dan urutan terkecil ke yang besar adalah
dram cairan , ons cairan , pint , quart dan galon .
Pengukuran rumah tangga mungkin digunakan ketika sistem pengukuran yang lebih akurat tidak
diperlukan termasuk dalam pengukuran rumah tangga adalah tetes , sendok makan , sendok the ,
sendok cangkir dan gelas .
Biasanya obat dikeluarkan dari apoteker dalam bentuk gram jika resep dituliskan dalam miligram
atau dikeluarkan dalam miligram melalui instruksi dalam grain .
Hanya tiga satuan metrik berat yang digunakan untuk dosis obat , yaitu gram (g) , miligram (mg)
dan mikrogram (mcg) : 1000 mg atau 1.000.000 mcg sama dengan 1 g . Ekuevalen didapatkan
dengan membagi atau mengalikan .
Volume Berat
Ribuan Kilogram
Liter
Satuan Hektogram
Desiliter
Puluhan Dekagram
Mililiter
1 unit
Persepuluh
Perseratus
Perseribu
Satuan metrik pengukuran volume dan berat
1. Konversi berat dan ukuran diantara sistem
Perawat perlu mengkonversi berat atau volume dari satu sistem ke sistem lain .
Perawat dapat membuat banyak konvensi . seperti : 15 minim = kira-kira 15 tetes (tts) ; sehingga
1 minim kira-kira sama dengan 1 tetes .
Satuan berat yang sering digunakan dalam praktik keperawatan adalah gram , miligram dan
kilogram , grain dan pon
Perhitunga dosis
Untuk mencegah kesalahan obat ikuti 6 benar pada pemberian obat secara konsisten , meliputi :
Perintah pemberian obat diperlukan setiap akan memberikan obat pada klien . terkadang rekam
medis memerintahkan pemberian obat dengan cara tulis tangan . saat obat pertamakali
diresepkan periksalah kembali informasi obat . saat meyiapkan obat ke kemasan bandingkan
label yang tercetak , saat mengambil jumlah obat dan mengembalikan obat ke tempat
penyimpanan
Sistem unit dosis dirancang untuk mengurangi kesalahan . saat menyiapkan obat dari volum yang
besar atau lebih kuat yang diiperlukan atau saat memberi resep memesan sistem pemberian yang
berbeda dengan kemasan dari apotek maka resikonya akan besar . setelah menghitung dosis
siapkan obat dengan alat ukur yang standar
Kesalahn pemberian obat akan sering terjadi karna klien mengkonsumsi obat yang diresepkan
untuk klien lain . maka langkah yang terpenting adalah pastikan bahwa perawat memberikan
obat pada klien yang tepat .
Selalu konsultasikan pada pemberi resep jika perintah tidak menyertakan jalur pemberian obat .
Perawat harus mengetahui mengapa obat diberikan pada waktu tertentu setiap harinya . dan
apakah mereka dapat merubah jadwal pemberiannya .
Sebelum memberikan obat pastikan telah mencantumkan nama lengkap klien , nama obat yang
diresepkan , waktu pemberian , dosis dan jalur pemberian dibuku dokumentasi .
J. Proses keperawatan dan pemberian obat
Pengkajian
Untuk menentukan kebutuhan dan respon potensial terhadap terapi , pengobatan . perawat harus
mengkaji banyak faktor . Lakukan pengkajian menyeluruh terhadap klien untuk membantu
memastikan pemberian obat yang aman .
Riwayat
Sebelum memberikan obat lihatlah riwayat kesehatan klien , yang akan memberikan indikasi dan
kontraindikasi untuk terapi pengobatan
Riwayat alergi
Informasikan pada tenaga kesehatan lain jika klien memiliki riwayat alergi obat dan makanan ,
Banyak obat mengandung zat yang terkadung pada makanan .
Data obat
Pelajari informasi mengenai tiap obat yang klien konsumsi termasuk lama pemakaian , dosisnya
dan akan mengalami efek samping atau tidak
Riwayat makan
Memperlihatkan pola makan normal dan pilihan makanan . Menjadwalkan pengobatan dan
mengajarkan klien untuk menghindari makanan yang dapat berinteraksi dengan obat .
Diagnosa keperawatan
Pengkajian menyediakan data mengenai kondisi klien , kemampuan untuk menggunakan obat
sendiri dan pola penggunaan obat yang menentukan apakah terdapat masalah aktual dan
potensial tentang terapi pengobatan .
Perencanaan
Susunkan aktivitas perawatan memastikan pemberian obat yang aman .
Menetapkan tujuan dan hasil yang diinginkan dapat membantu dalam merencanakan
penggunaan waktu secara bijak selama pemberian obat .
Menentukan prioritas
Gunakan informasi hasil analisis klien dalam menentukan obat mana yang diberikan terlebih
dahulu dan apakah obat perlu diberikan .
Pelayanan kolaboratif
Implementasi
Promosi kesehatan
Ajari klien dan keluarga tentang keuntungan dari obat dan pengetahuan bagaimana cara
menggunakan obat yang benar , dan menyusun jadwal rutin penggunaan obat yang sesuai dengan
kegiatan klien .
Berikan informasi mengenai tujuan pengobatan dan cara kerjanya serta efek samping , dan cara
menggunakan obat yang diresepkan
Evaluasi
Perawat mengawasi respon klien terhadap pengobatan secara terus menerus , mengobservasi
langsung terhadap prilaku dan respon obat
Pemberian Obat :
adalah pemberian obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus).
1. Mencuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan dalam
bak injeksi.
4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan)
5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6. Lakukan penyuntikan:
7. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang
dengan lutut sedikit fleksi.
8. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang
dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling banyak
dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf
besar.
9. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar
kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan
tungkai bawah.
10. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar lengan atas fleksi.
11. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
12. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam tekanlah
spuit hingga obat masuk secara berlahan-lahanhingga habis.
13. Setelah selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan dengan kapas
alcohol,kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.
14. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian
15. Cuci tangan
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat langsung masuk
ke dalam sistem sirkulasi darah.
Persiapan Alat
1. Handscon 1 pasang
2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau sesuai kebutuhan
3. Bak instrument
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Perlak dan pengalas
6. Bengkok
7. Obat injeksi dalam vial atau ampul
8. Daftar pemberian obat
9. Torniquet
10. Kikir ampul bila diperlukan
Prosedur kerja :
Yaitu memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang dilakukan pada lengan atas sebelah
luar .
Persiapan :
Prosedur Kerja :
memasukkan obat ke dalam jaringan kulit yang peka (lapisan kulit) injeksi secara IC
biasanya untuk skin test seperti screening tuberculin dan tes alergi.
Persiapan :
1. Tutup pintu
2. Cuci tangan, pakai sarung tangan,
3. Pilih area yang akan dilakukan penusukan,
4. Pastikan ukuran jarum tepat,
5. Atur posisi yang nyaman bagi pasien,
6. Bersihkan area yang akan diinjeksi dengan kapas alkohol,
7. Pegang kapas alkohol dengan tangan yang tidak memegang spuit,
8. Pastikan jarum terpasang kuat pada spuit. Buka penutup jarum perlahan kemudian
keluarkan udara dari dalam spuit.
9. Sementara tangan yang tidak memegang spuit untuk meregangkan kulit area injeksi,
tangan kanan menusuk area injeksi secara halus dan cepat dengan sudut 5 o 15o, kemudian
masukkan melalui lapisan dermis sampai dengan 3 mm (1/2 inch),Jarum dapat terlihat dari
kulit,
10. Masukkan obat secara perlahan. Normalnya, gelembung obat akan nampak di permukaan
kulit. Jika tidak, berarti jarum terlalu dalam, rubahlah posisi jarum kemudian ulangi prosedur.
11. Setelah obat telah masuk semua, cabut jarum dengan cepat. Usap perlahan area
penusukan dengankapas alkohol (bila imunisasi, gunakan kapas hangat/steril. Jangan
gunakan kapas alkohol),
12. Jangan masase daerah injeksi,
13. Lingkari kulit dengan menggunakan bolpoin,
14. Kembalikan pasien ke posisi yang nyaman,
15. Buang spuit pada tempatnya dalam kondisi jarum tertutup,
16. Bereskan alat, buka sarung tangan, cuci tangan.
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada
membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.
Persiapan alat
a) Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
b) Buku obat
c) Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
d) Sarung tangan
e) Lidi kapas atau tongue spatel
f) Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
g) Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
Prosedur kerja
a) Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b) Cuci tangan
c) Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d) Tutup gorden atau pintu ruangan
e) Identifikasi klien secara tepat
f) Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g) Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h) Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j) Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k) Oleskan agen topical :
Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
(a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan
dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
(b) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan
bulu.
(c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara
memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Alat-alat
a. Obat-obatan yang akan diberikan
b. Mangkok atau sendok obat
c. Daftar pemberian obat
d. Air minum (air putih) dan -bila perlu- sedotan
e. Perlak dan alasnya, bila perlu.
f. Penggerus obat, bila perlu.
Pelaksanaan
Persiapan
1. Menjelaskan prosedur dan tujuan pemberian obat
2. Periksa kembali daftar obat pasien
3. Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil mencocokkan nama pada
tempat tidur dengan nama pada daftar obat.
4. Memanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar obat
5. Memberikan obat satu persatu pada pasien sambil menunggu pasien selesai minum obat,
dengan menjelaskan kegunaan obat dan cara memakan obat sesuai jenis obat, misalnya
pasien dianjurkan untuk langsung menelan obat atau obat dikunyah dulu, atau obat
dihisap pelan-pelan, setelah selesai beri pasien air minum, kalau perlu.
6. Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke tempatnya
7. Mengobservasi keadaan umum pasien
8. Mencuci tangan.
9. Membuat catatan keperawatan
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Persiapan alat
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue
Prosedur kerja
1. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
2. Siapkan klien
4. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jelly.
Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.
5. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan sfingter ani
f. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk masukkan
supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada
orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak anak
7. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
8. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil
dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau
ke kamar mandi
Yaitu memberikan pemberian obat berupa tetesan . (Telinga , hidung dan mata )
Untuk obat pada mata dengan obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur
internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot
lensa, serta penghilangan iritasi mata, untuk mengobati gangguan mata dan untuk meminyaki
kornea dan konjungtiva.
Prosedur Kerja :
1. Cuci Tangan.
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah
hidung. Apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di
atas tulang orbita.
7. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan.
9. Cuci tangan.
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk cair.
Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril
a) Buku obat
b) Cotton bud
c) Normal salin
d) Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus
diberikan.
2. Siapkan klien
5. Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan meatus
auditory
6. Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu
yang singkat
7. Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun), tarik
daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi)
8. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
10. Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
12. Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
Persiapan alat
a) Botol obat dengan penetes steril
b) Buku obat
c) Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus
diberikan.
2. Siapkan klien
3. Bersihkan lubang telinga
5. Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang
etmoidalis
6. Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit