Anda di halaman 1dari 3

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
REFLEKSI KASUS

KASUS
IDENTITAS
Nama : Sdri. M
Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dengkeng, Wukirsari Imogiri
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Sudah menikah
No. RM : xxx

Preceptor : dr. Warih Andan Puspitosari., Sp.KJ,M.Kes Ko-asisten: Sahanadia Kurnia Putri

A. Kasus
Seorang wanita usia 48 tahun datang ke poli umum puskesmas imogiri 1 dengan
keluhan sulit tidur, pusing, jantung sering berdebar-debar, leher terasa kaku, dan tangan beserta
kaki sering gemetar. Gejala seperti ini sudah pasien rasakan sejak 4 bulan yang lalu. Pasien
sudah memeriksakan diri ke puskesmas 2 bulan yang lalu tetapi keluhan masih sama dan
menetap. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Pasien juga
tidak mempunyai riwayat trauma kepala atau penyakit lain.
Pasien mengaku gejala tersebut muncul setelah pasien mengambil pinjaman di bank dan
koperasi. Sehingga membuat pasien kepikiran jika tidak dapat membayar pinjaman tersebut,
sedangkan pasien pernah meminjamkan uang ke sahabatnya dengan nilai yang cukup besar
tetapi sampai saat ini belum dikembalikan. Pasien mengaku belum menceritakan permasalah ini
kepada suami pasien karena takut jika suami akan marah dan meninggalkannya.
Disamping itu pasien juga sering memikirkan anak bungsu nya yang 4 bulan lalu
menikah dan tinggal bertetanggaan dengan psien. Pasien merasa khawatir jika anak perempuan
nya tidak dapat mandiri mengurus keluarganya dan pasien takut jika anaknya mengalami
kesulitan ekonomi pula. Pasien pun masih belum percaya kepada menantunya, karena pekerjaan
menantunya masih belum tetap. Pasien khawatir hal yang terjadi pada dirinya akan terjadi pada
anaknya. Tetapi pada kenyataannya yang dikhawatirkan pasien tidak terjadi. Pasien sudah
pernah mengkonsumsi Diazepam selama 5 hari tetapi keluhan tidak berkurang.

B. Permasalahan yang Diuji


Apakah diagnosis pasien? Bagaimanakah terapi yang bermanfaat bagi pasien tersebut?
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
REFLEKSI KASUS
C. Pembahasan
Kecemasan (anxietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Gangguan kecemasan adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran kecemasan
berlebihan pada alam perasaan, keadaan emosional saat menghadapi kenyataan atau kejadian
dalam hidupnya yang disertai respon perilaku, emosional, emosional dan fisiologis individu
yang mengalami gangguan anxietas.
Pasien memiliki gejala kekhawatiran terhadapa sesuatu yang tidak benar setelah dibuktikan
yaitu sejak 4 bulan yang lalu disertai dengan jantung sering berdebar-debar, susah tidur, tangan
dan kaki sering gemetaran, leher terasa kaku, pusing, badan terasa pegal dan munculnya rasa
khawatir yang berlebihan.
Menurut PPDGJ III, gejala pada pasien tersebut memenuhi gejala yang terdapat pada
pedoman diagnostik F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh. Pedoman diagnostik tersebut yaitu:
Gejala primer kecemasan harus berlangsung hampir setiap hari selama beberapa minggu,
bahkan biasanya sampai beberapa bulan, gejala tersebut meliputi :
1. Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan gelisah seperti di
ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dan lain-lain.)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran dan tidak dapat santai)
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa berat, berkeringat, takikardi, takikpne, keluhan
epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan lain-lain.)
4. Pada anak-anak : Adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta
keluhan-keluhan somatik berulang.
5. Pada beberapa penderita ditemui adanya gangguan tidur, seperti sulit untuk tidur, sulit
untuk terus tidur, atau tidur yang gelisah dan tidak memuaskan.
Sehingga pasien dapat didiagnosis menderita Gangguan cemas menyeluruh (F41.1). Terapi
terapi yang bisa digunakan dalam menangani F41.1, antara lain :
1. Terapi Psikoanalisis
Membantu menemukan sumber konflik dan menyadarkan bahwa kecemasan klien itu
merupakan simbolisasi dari konflik dalam (inner conflict).
2. Terapi Kognitif
Dapat dilakukan melalui cognitive restructuring (restrukturing kognitif). Terapi kognitif ini
dapat dikembangkan menjadi terapi kognitif behavioral dengan cara memadukan teknik
teknik behavioral seperti pemaparan dan teknik teknik kognitif seperti restrukturing
kognitif .
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
REFLEKSI KASUS
3. Terapi Biologis
Penggunaan obat obat penenang dosis ringan pada penderita. Salah satu caranya adalah
menggunakan SSRI dan obat obatan tertentu. SSRI (Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors) yang merupkan antidepresan yang mempengaruhi aktifitas kimiawi otak yang
menghambat reabsorbsi serotonin di dalam otak. SSRI yang umumnya diberikan pada
penderita gangguan cemas menyeluruh adalah : flouxetine, paroxetine dan ecitalopram.
Sedangkan untuk obat-obatan yang umumnya juga diberikan pada penderita gangguan
cemas menyeluruh adalah Benzodiazepine yaitu perangsang yang cepat bereaksi,
penggunaan obat jenis ini tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat
menyebabkan ketergantungan (habit-forming). Benzodiazepine yang umumnya diberikan
adalah : alprazolam, chlorodiazepoxide.

Anda mungkin juga menyukai