Anda di halaman 1dari 10

Kecelakaan Motor yang Mengakibatkan Fraktur Antebrachii Dextra

Melinda Loto Patandianan

102014023

melinda_patandianan@yahoo.com

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

Pendahuluan

Terdapat berbagai macam kelainan yang dapat menyerang muskuloskeletal, salah


satunya adalah fraktur. Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umunya diakibatkan
karena trauma. Fraktur juga terdiri dari berbagai jenis fraktur yang dibedakan sesuai dengan
arah garis fraktur.

Saat ini, sudah banyak hal-hal yang dapat dilakukan untuk membantu pengobatan
pada kejadian fraktur baik dengan tindakan pembedahan maupun edukasi yang dapat
membantu dalam proses penyembuhan fraktur. Dalam pembahasan kali ini, akan dibahas
tentang fraktur yang terjadi pada regio antebrachii dextra1/3 tengah dan merupakan fraktur
tertutup.

Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien/


keluarganya/ orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk verbal dan non-verbal mengenai riwayat penyakit pasien.

Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang
bersangkutan. Dari kasus ini, anamnesis yang dapat digunakan adalah jenis aloanamnesis di
mana di sini seorang dokter bisa mendapatkan informasi tentang pasien bersangkutan dari
keluarganya atau orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien. Informasi yang

1
dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu
tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter-pasien yang profesional
dan optimal.

Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:

1. Identitas pasien,
2. Keluhan utama,
3. Keluhan penyerta,
4. Riwayat penyakit sekarang,
5. Riwayat penyakit dahulu,
6. Riwayat kesehatan keluarga,
7. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya.

Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik1
- Cedera pembuluh darah. Tekanan langsung merupakan pilihan pertama untuk
mengendalikan perdarahan. Pada fraktur, imobilisasi akan membantu
mengendalikan perdarahan. Untuk ekstremitas, pemompaan manset pengukur
tekanan di atas sistolik dapat membantu inspeksi dan perbaikan luka tetapi hati-
hati jangan sampai menimbulkan cedera iskemik di ekstermitas.
- Tendon. Dapat dievaluasi dengan inspeksi, tetapi masing-masing otot juga harus
diuji untuk rentang gerakan penuh dan kekuatan penuh.
- Tulang. Periksa adanya fraktur terbuka atau fraktur-fraktur terkait. Lakukan
pemeriksaan foto sinar-X jika ragu-ragu. Fraktur terbuka merupakan indikasi
dilakukannya debridemen dan perbaikan bedah.
- Benda asing. Lakukan inspeksi dan foto sinar-X di daerah yang terluka. Ingat
bahwa kayu atau kaca yang tidak terlalu gelap mungkin tidak terlihat pada
radiografi. Penanda pada luka dapat digunakan selama pemeriksaan radiografi,
dan foto dalam dua arah dapat membantu menentukan lokasi luka untuk
penyembuhannya. Kaca dapat menembus dengan membentuk sudut dan dapat
terbenam lebih dalam dari yang tampak. Ultrasonografi sangat sensitif untuk
menemukan benda asing jika dengan radiograf meragukan atau terdapat
kecurigaan klinis yang kuat.
2. Pemeriksaan Penunjang3
X-Ray pada dua bidang (cara lusensi dan diskontinuitas pada korteks tulang)

Rules of two terdiri dari :

2
- 2 posisi anteroposterior dan lateral
- 2 sendi pada sendi atas dan bawah pada tulang yang patah
- 2 ekstremitas kanan dan kiri, khususnya pada anak-anak dimana masih mempunyai
lempeng pertumbuhan agar diagnosis tidak tertukar dengan celah lempeng
pertumbuhan.
- 2 kali (untuk memastikan fraktur tidak berubah dalam 1 minggu)

Pada pemeriksaan radiologis perlu diperhatikan adanya luksasi sendi radioulnar


proksimal atau distal yang lebih dicurigai apabila ditemukan fraktur hanya pada salah
satu tulang disertai dislokasi.

MRI:
memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
Arteriogram
dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
Hitung Darah Lengkap
hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan; peningkatan
leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
Kretinin
trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal

Definisi dan Klasifikasi Fraktur

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang yang umumnya disebabkan karena


trauma.2 Fraktur dapat berbentuk transversa, oblik, ataupun spiral. Beberapa klasifikasi
fraktur:3

- Fraktur patahan dahan (greenstick), hanya satu sisi tulang yang mengalami fraktur,
sisi lainnya menekuk (biasanya pada tulang yang imatur).
- Fraktur kominutif, terdapat dua atau lebih fragmen tulang.
- Fraktur komplikata, beberapa struktur organ juga rusak (misalnya saraf atau
pembuluh darah).
- Fraktur compound (fraktur terbuka), terdapat robekan kulit di atasnya dengan potensi
kontaminasi pada ujung tulang.
- Fraktur simple (fraktur tertutup), fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit.
- Fraktur patologis, merupakan fraktur yang terjadi karena kelemahan tulang oleh suatu
penyakit, misalnya suatu metastasis.

Macam-macam Fraktur Antebrachii

3
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya
tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama
lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena
fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang.2

Ada empat macam fraktur yang khas:

Fraktur Colles

Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinnerfork deformity). Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/ supinasi).

Fraktur Smith

Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut
reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan
menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan
pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.

Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat
pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam
posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

Fraktur Montegia

Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna
proksimal. Terjadi karena trauma langsung.

Etiologi

Fraktur terjadi ketika tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau tekanan
yang sedang pada tulang yang terkena penyakit (fraktur patologis), misalnya osteoporosis.3
Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak dan
dewasa muda. Jatuh dan cedera olahraga adalah penyebab umum fraktur traumatik.4

4
Fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres tingkat rendah yang
berkepanjangan atau berulang. Fraktur stres, yang juga disebut fraktur keletihan (fatigue
fracture), biasanya menyertai peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet, atau permulaan
aktivitas fisik baru. Fraktur stres paling sering terjadi pada individu yang melakukan olahraga
daya tahan seperti pelari jarak jauh. Fraktur stres dapat terjadi pada tulang yang lemah
sebagai respons terhadap peningkatan level aktivitas yang hanya sedikit. Individu yang
mengalami fraktur stres harus didorong untuk mengikuti diet sehat-tulang dan diskrining
untuk mengetahui adanya penurunan denitas tulang.4

Patofisiologi

Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di
sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi
inflamasi yang intens terjadi setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast berakumulasi
sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area tersebut. Fagositosis dan
pembersihan debris sel mati dimulai. Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat
patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera
terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, yang disebut kalus. Bekuan fibrin segera
direabsorbsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami re-modeling untuk membentuk
tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi.4

Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur


pada anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila
hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang
baru rusak selama kalsifikasi den pengerasan.4

Gejala Klinis

- Nyeri biasanya menyertai patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak. Spasme
otot dapat terjadi setelah patah tulang dan menimbulkan nyeri. Pada fraktur stres,
nyeri biasanya menyertai aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Fraktur patoligis
mungkin tidak disertai nyeri.4
- Posisi tulang atau ekstremitas yang tidak alami mungkin tampak jelas.4
- Pembengkakan di sekitar tempat fraktur akan menyertai proses inflamasi.4
- Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi, yang menandakan kerusakan saraf.
Denyut nadi di bagian distal fraktur harus utuh dan sama dengan bagian nonfraktur.

5
Hilangnya denyut nadi di sebelah distal dapat menandakan sindrom kompartemen,
walapun adanya denyut nadi tidak menyingkirkan gangguan ini.4
- Krepitus (suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung
patahan tulang bergeser satu sama lain.4
- Adanya perubahan warna kulit dan terjadi memar.3

Penatalaksanaan

Tindakan pertama yang harus dilakukan pada orang yang mengalami fraktur:3

- Hilangkan rasa nyeri (opiat intravena, blok saraf, gips, traksi).


- Buat akses intravena dengan baik dan kirim golongan darah dan sampel untuk
dicocokkan.
- Pada fraktur terbuka (compound), membutuhkan debridement, antibiotik, dan
profilaksis tetanus.

Hal-hal lain juga yang harus dilakukan:4

- Fraktur harus segera diimobilisasi untuk memungkinkan pembentukan hematoma


fraktur dan meminimalkan kerusakan.
- Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar terjadi pemulihan
posisi yang normal dan rentang gerak. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa
intervensi bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan pembedahan untuk fiksasi
(reduksi terbuka), pin atau sekrup dapat dipasang untuk mempertahankan sambungan.
Traksi dapat diperlukan untuk mempertahankan reduksi dan menstimulasi
penyembuhan.
- Imobilisasi jangka panjang setelah reduksi penting dilakukan agar terjadi
pembentukan kalus dan tulang baru. Imobilisasi jangka panjang biasanya dilakukan
dengan pemasangan gips atau penggunaan bidai.

Fraktur Colles
Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan
gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan
tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian
posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar
ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 - 6
minggu.1

Fraktur Smith

6
Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan,
deviasi ulnar, dan supinasi maksimal (kebalikan posisi Colles). Lalu diimobilisasi
dengan gips di atas siku selama 4 - 6 minggu.1

Fraktur Galeazzi
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk
dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.1

Fraktur Montegia
Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan
tarikan lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Setelah itu,
dengan jari kepala radius dicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler
dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90 dan posisi lengan bawah supinasi
penuh. Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna
(plate-screw).1

Komplikasi

Komplikasi dini3
- Kehilangan darah,
- Infeksi,
- Emboli paru,
- Gagal ginjal,
- Sindrom kompartemen.
Komplikasi lanjut3,4
- Non-union, delay union, dan malunion menimbulkan deformitas atau
hilangnya fungsi.
- Pertumbuhan terhambat,
- Artritis,
- Distrofi simpatik (refleks) pascatrauma.

Embolus lemak dapat timbul setelah patah tulang, terutama tulang panjang. Embolus
lemak dapat timbul akibat pajanan sum-sum tulang, atau dapat terjadi akibat aktivasi
sistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas
setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering
tersangkut di sirkulasi paru dan dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas.4

7
skenario, didapatkan bahwa seorang pria berusia 18 tahun menderita fraktur regio antebrachii
dextra 1/3 distal. Dari hasil pemeriksaan fisiknya juga, diketahui bahwa fraktur yang dialami
adalah fraktur tertutup disertai dengan compartment syndrom.

Kompartemen Sindrom

Kompartemen sindrom adalah suatu kelainan yang potensial menimbulkan


kedaruratan, di mana terjadi peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah ruang tertutup. 5
Sindrom kompartemen ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah
yang disebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Dengan pembengkakan
interstitial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai daerah tersebut dapat
menyebabkan pembuluh darah tersebut kolaps. Hal ini akan menimbulkan hipoksia jaringan
dan dapat menyebabkan kematian saraf yang mempersarafi daerah tersebut dan biasanya
akan timbul nyeri hebat. Individu mungkin tidak dapat mengerakkan jari tangan atau jari
kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi pada ekstremitas yang memiliki restriksi
volume yang ketat, seperti lengan. Risiko terjadinya sindrom kompartemen paling besar
apabila terjadi trauma otot dengan patah tulang karena pembengkakan yang terjadi akan
hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas yang fraktur yang terlalu dini atau terlalu ketat
dapat menyebabkan peningkatan tekanan di kompartemen ekstremitas,dan hilangnya fungsi
secara permanen atau hilangnya ekstremitas dapat terjadi. Gips harus segera dilepas dan
kadang-kadang kulit ekstremitas harus dirobek. Untuk memeriksa sindrom kompartemen, hal
berikut ini dievaluasi dengan sering pada tulang yang cedera atau digips: nyeri, pucat,
parestesia, dan paralisis. Denyut nadi mungkin teraba atau mungkin tidak.4

Penatalaksanaan Kompartemen Sindrom

Medika Mentosa

Pada kompartemen sindrom, karena terdapat nyeri yang hebat, dapat diberi obat
golongan analgesik-opioid yang memiliki sifat seperti opium, diantaranya adalah morfin,
kodein, tebain, dan papaverin. Morfin dan opioid lain diindikasikan untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik nonopioid. Jika nyeri
lebih hebat, maka makin besar juga dosis yang diberikan. Efek samping dari pemberian obat
golongan ini adalah terjadinya mual, muntah, urtikaria, dermatitis kontak. Pemberian 10
mg/70 kgBB morfin subkutan dapat menimbulkan anelgesia pada pasien dengan nyeri yang

8
bersifat sedang hingga berat, misalnya nyeri pascabedah. Pemberian 60 mg morfin peroral
memberi efek analgetik sedikit lebih lemah dan masa kerja lebih panjang.6

Non Medika Mentosa

- Pemasangan Gips
Gips merupakan fiksasi eksternal yang sering dipakai, yang terbuat dari plaster of
paris, fiber glass, dan plastic yang disediakan dalam bentuk verban yang dipakai
untuk immobilisasi bagian-bagian tubuh yang dilaksanakan. Tujuan pemasangan gips
adalah untuk immobilisasi kasus dislokasi sendi atau patah tulang fiksasi,
immobilisasi kasus penyakit tulang, koreksi cacat tulang (misalnya patah tulang,
dislokasi, scoliosis), mencegah patah tulang, sebagai pembalut darurat, menyokong
jaringan cedera selama proses penyembuhan, memberikan tenaga traksi.

Prognosis

Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana
dari tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka
prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika
fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat
dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.
Bahkan jikalau parah, tindakan yang dapat diambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain
itu penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya dibanding
penderita dengan usia lanjut.

Kesimpulan

Salah satu gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi adalah fraktur. Fraktur ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Dari skenario, diketahui bahwa fraktur terjadi karena
pasien mengalami kecelakaan terjatuh dari sepeda motornya. Pasien datang dengan keluhan
nyeri pada lengan kanannya dan terasa baal. Dari pembahasan sebelumnya, telah diketahui
juga bahwa pasien mengalami fraktur pada regio antebrachii dextra 1/3 tengah dan jenis
frakturnya adalah fraktur tertutup.

Kompartemen sindrom terjadi karena peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah


ruang tertutup, pasien bisa merasa sangat nyeri bahkan tidak dapat menggerakkan jari tangan
maupun kakinya. Dalam penatalaksanaanya, dapat digunakan obat-obat analgesik ataupun

9
dengan cara memasang alat bantu pada bagian tubuh yang mengalami cedera yang akan
membantu mempercepat proses penyembuhan.

Daftar Pustaka

1. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Dokter keluarga. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006.p.405
2. Editor : Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. 2nd ed. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC; 2005.
3. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga;
2007.p.85
4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ketiga. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2007.p.335-9
5. Gruendemann BJ, Fernsebner B. keperawatan perioperatif. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2006.p.298
6. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI; 2011.p.210, 218
7. Gips. Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/124085507/Muskuloskeletal---
GIPS. 24 Maret 2013

10

Anda mungkin juga menyukai