Tinjauan Pustaka (Metil)
Tinjauan Pustaka (Metil)
Listerine
Listerine atau obat kumur dimaksudkan sebagai bahan yang dapat membantu memberi
kesegaran mulut dan nafas serta menghilangkan dan membersihkan mulut dari organisme
penyebab yang dianggap sebagai pencetus kelainan atau penyakit didalam mulut. Beberapa
jenis listerine dapat memberikan kesembuhan akibat infeksi, bila bahan tersebut digunakan
sesuai dengan indikasi dan aturan pakainya.
Bahan dasar yang terdapat dalam sebuah listerine diantaranya adalah air, alkohol, zat
pemberi rasa dan bahan pewarna. Kandungan lain dapat mengandung berupa humektam,
astringen, zat pengemulsi, bahan-bahan terapeutik, dan bahan-bahan antimikrobial. Bahan
aktif dalam sebuah listerine biasanya adalah bahan antimikroba yang memiliki efek
pengurangan terhadap sejumlah mikroorganisme.
a. Alkohol
Kebanyakan listerine mengandung alkohol, yang berfungsi sebagai pengawet dan
bahan semi-aktif. Banyaknya kandungan alkohol dalam sebuah listerine bervariasi pada
setiap produk (Anonymous, 2005). Selain itu bahan ini merupakan pelarut yang baik, alkohol
terutama berperan untuk meningkatkan kelarutan minyak-minyak esensial dan campuran lain
yang kelarutannya rendah di dalam air (Amtha, 1997). Juga dapat meningkatkan aktivitas
antiseptik lain seperti klorheksidin, yodium, iodofor, dan heksaklorofen bila diberikan dalam
kombinasi (Amtha, 1997; Arif & Sjamsudin, 1995). Alkohol yang terdapat dalam listerine
bervariasi yaitu 14% hingga 28%. Cara kerja alkohol adalah sebagai antiseptik dengan
mendenaturasi protein dinding sel bakteri.
b. Bahan Antimikrobial
Bahan aktif dalam sebuah listerine adalah bahan antimikrobial yang memiliki efek
pengurangan terhadap pengurangan terhadap sejumlah mikroorganisme di dalam
rongga mulut (Gagari dan Kabani, 1995). Listerine yang mengandung bahan
antimikrobial mempunyai efek pada flora supragingival sehingga dapat mengurangi
keberadaan plak dan mencegah akumulasi plak.
Beberapa bahan antimkrobial yang digunakan dalam listerine atau obat kumur.
- Senyawa Amonium Kuartener
Bahan ini mempunyai kemampuan berinteraksi dengan membran sel bakteri dan
berpengaruh terhadap permeabilitasnya. Senyawa ini bersifat bakterisidal terhadap
bakteri gram positif dan negatif (Wibowo dan Melani, 1993).
- Bisguanida
Bisguanida bersifat bakteriostatik terhadap gram positif dan bakteri gram negatif,
indeks bahan terapeutik obat ini sangat tinggi dan toksisitasnya rendah (Amtha,
1997; Arif dan Sjamsudin, 1995). Golongan bisguanida yang paling dikenal
adalah klorheksidin glukonat, yang dapat memhambat pembentukan plak dan
sangat potensial untuk mengatasi bakteri aerob dan anaerob.
- Antibiotika
Pengunaan obat kumur yang mengandung antibiotika mempunyai rentang
kegunaan yang sempit. Ada beberapa jenis antibiotika yang digunakan/menjadi
subyek studi klinis melawan plak dan gingivitis yaitu nidamisin, vankomisin,
eritromisin dan kanamisin. Nidamisin dan vankomisin adalah antibiotika yang
efektif melawan bakteri gram positif. Vankomisin penghambat polipetida sintesis
dinding sel bakteri sedangkan kanamisin merupakan aminoglikosida yang
menghambat sintesis protein bakteri dan memiliki aktivitas antibakteri
berspektrum luas.
- Bahan oksigenase
Bahan ini bekerja melepaskan oksigen (O2), dimana proses oksida dapat
menimbulkan efek bakterisidal. Contoh bahan oksigenase yang digunakan sebagai
bahan obat kumur adalah larutan hidrogen peroksida 3%, kalium peklorat serta
natrium perborat 2% (Arif dan Sjamsudin, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth, GC and Austwick P.K.C. 1973. Fungal Disease of Animals. CAB Farnham Royal,
Slough, England
Amtha R. 1997. Kelainan mukosa mulut akibat penggunaan obat kumur. M I Kedokteran
Gigi FKG Usakti 1997; 35: 71-7
Arif A, Sjamsudin U. 1995. Obat lokal. Dalam: Ganiswarna SG, ed. Farmakologi dan terapi.
Ed ke-4. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI, 1995: 517-22
Frazer, A and J.T. Stamp. 1989. Sheep Husbandry and Diseases. BSP Profesional Books.
Melbourne, Australia.
Wibowo A, Melani A. 1993. Efek obat kumur yang mengandung anti-mikrobial terhadap
akumulasi plak dan atau gingivitis. M I Kedokt Gigi FKG Usakti 1993; 2: 680-7