Halaman Judul . i
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan pemasangan gips ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur
tubuh tempat gips dipasang (Brunner & Suddart, 2002).
Gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh
dengan menggunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram,
1999).
4
2.5 Jenis-Jenis Gips
1. Gips lengan pendek
Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tangan
dan melingkar erat di dasar ibu jari
2. Gips lengan panjang
Gips ini dipasang memanjang dari setingglipat ketiak sampai di sebelah
proksimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya diimobilisasi dalam posisi
tegak lurus
3. Gips tungkai pendek
Gips ini dipasang memanjang dari bawah lutut sampai dasar jari kaki. Kaki
dalam sudut tegak lurus pada posisi netral
4. Gips tungkai panjang
Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai
dasar jari kaki. Lutut harus sedikit fleksi
5. Gips berjalan
Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai
telapak untuk berjalan
6. Gips tubuh
Gips ini melingkar di batang tubuh
7. Gips spika
Gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstrimitas (gips
spika tunggal atau ganda)
8. Gips spika bahu
Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
9. Gips spika pinggul
Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstrimitas bawah (gips spika
tunggal atau ganda)
(Brunner & Suddart, 2002)
5
eksodermis). Kristalisasi menghasilkan pembalutan yang kaku. Kekuatan
penuh baru tercapai setelah kering, memerlukan waktu 24-72 jam untuk
mengering (tergantung ketebalan dan kelembapan ruangan/lingkungan). Gips
yang kering berwarna putih mengkilap, berdenting, tidak berbau dan kaku.
Sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak,
teraba lembab dan berbau lembab.
2. Nonplester
Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang diaktivasi air
ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karena
lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah. Dibuat dari
bahan rajutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras
yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit
3. Nonplester berpori-pori
Gips ini tidak menjadi lunak jika terkena air, sehingga memungkinkan
hidroterapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut yang
disetel dingin. Pengeringan secara merata sangat penting agar tidak melukai
kulit, sehingga masalah kulit dapat diatasi
(Brunner & Suddart, 2002)
6
15. Padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)
(Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal, 2008)
7
2. Gips dirasa terasa terlalu sempit atau ketat
3. Gips menjadi longgar, patah atau retak
4. Timbul tekanan dan gesekan yang kuat di bawah gips
5. Timbul rasa dingin atau terjadi perubahan warna keputih-putihan atau kebiru-
biruan pada organ gerak yang digips
6. Anak merasakan nyeri, mati rasa atau kesemutan terus-menerus pada jari
tangan atau kaki yang dibalut
(Okezone.com, 2010)
8
2.11 Patofisiologi
1. Dislokasi sendi
2. Fraktur
3. Penyakit tulang spondilitis TBC
4. Pasca operasi
5. Skoliosis, dll.
9
Lanjutan bagan dari halaman sebelumnya
Keterbatasan pemenuhan kebutuhan diri Merangsang mediator kimia ; Perubahan perfusi jaringan perifer
bradikinin dan serotonin
Nyeri
10
2.12 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d terpasangnya gips
2. Kerusakan integritas kulit b/d adanya penekanan akibat pemasangan gips
3. Hambatan mobilitas fisik b/d pemasangan gips
4. Cemas b/d kurangnya pengetahuan tentang prosedur pemasangan gips
5. Keterbatasan pemenuhan kebutuhan diri b/d terpasangnya gips
6. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer b/d kompresi pembuluh
darah
(Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal, 2008)
11
Mencegah atau menyembuhkan abrasi kulit
Kriteria hasil :
Individu akan :
1. Mengidentifikasi faktor penyebab untuk ulkkus karena tekanan
2. Mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan pengobatan
3. Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dianjurkan untuk
meningkatkan penyembuhan luka
Intervensi :
1. Sebelum pemasangan gips, laserasi dan abrasi kulit harus dirawat dahulu
supaya cepat sembuh
2. Kulit harus dicuci dan dirawat sebelum pemasangan gips untuk
mencegah terjadinya iritasi sesudah dipasang gips
3. Observasi apakah pemasangan gips terlalu ketat, terlalu longgar atau
pinggirnya tajam karena hal ini dapat menyebabkan iritasi kulit
4. Gips harus tetap dalam keadaan kering dan bersih karena dapat
merangsang timbulnya iritasi kulit dan akhirnya infeksi
5. Kontrol keadaan kulit di sekitar yang terpasang gips, apakah ada
kemerahan, laserasi, gatal, dll.
6. Daerah kulit yang terpasang gips perlu diberi lotion atau krim untuk
menjaga elastisitas kulit, sehingga mencegah iritasi
7. Observasi adanya tanda infeksi, bau busuk dari gips dan cairan purulen
yang mengotori gips
8. Buat windowing pada pemasangan gips yang terdapat luka untuk
memudahkan dalam perawatan luka
9. Jika daerah pemasangan gips terdapat luka, ganti balutan luka sesuai
program terapi
10. Observasi tanda vital setiap 6 jam sekali
11. Laporkan dokter jika terdapat tanda infeksi
12
1. Memperlihatkan penggunaan alat-alat yang adaptif untuk meningkatkan
mobilitas
2. Menggunakan tindakan pengamanan untuk meminimalkan kemungkinan
terhadap cedera
3. Memperlihatkan tindakan untuk meningkatkan mobiltas
4. Melaporkan adanya peningkatan mobilitas
Intervensi :
1. Kaji tingkat mobilitas yang dapat dilakukan pasien setelah dipasang gips
2. Lakukan latihan ROM sesuai kisaran gerak yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan fungsi sendi
3. Jika pasien digips di tungkai, lakukan latihan pada jari-jari kaki yang
terpasang gips
4. Jika pasien dipasang pada lengan, lakukan latihan jari-jari tangan yang
terpasang gips
5. Dorong pasien agar berpartisipasi aktif dalam perawatan diri untuk
meningkatkan aktivitas pasien
6. Anjurkan pasien menggunakan alat bantu secara aman saat melakukan
aktivitas di luar tempat tidur
(Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal,
2008)
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur
tubuh tempat gips dipasang. Indikasi Pemasangan Gips adalah dislokasi sendi,
fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC, pasca operasi, skoliosis. Tujuan dari
pemasangan gips adalah Imobilisasi kasus dislokasi sendi, fiksasi fraktur yang
telah direduksi, koreksi cacat tulang (mis. skoliosis), immobilisasi pada kasus
penyakit tulang setelah dilakukan operasi (mis.spondilitis) dan mengoreksi
deformitas.
3.2 SARAN
Semoga makalah kami ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk
memperoleh informasi mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
pemasangan gips. Selain itu, saran dan kritik yang bersifat membangun selau
kami nantikan demi perbaikan makalah ini. Semoga untuk ke depannya kami
dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth, Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8,2002. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Carpenito, lynda juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. 2001, EGC, jakarta
Suratun, Seri Askep pada Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal, 2008. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
15