Anda di halaman 1dari 4

Beliau adalah salah satu tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi

banyak orang di Indonesia, dialah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin
Jusuf Habibie, dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni
1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan
Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang
menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai
dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie dilalui
bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas
berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak.

Beliau Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Ia menggantikan


Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei
1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih
sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan
menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun dan 5
bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden
Indonesia dengan masa jabatan terpendek.

Habibie mewarisi kondisi keadaan negara kacau balau pasca


pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru, sehingga menimbulkan
maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia.
Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk
sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan
dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor
untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan
politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan
organisasi.

Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan


landasan kukuh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau
UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting
adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah
gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan
akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanpa
adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib
sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.

Di bidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap


dollar masih berkisar antara Rp 10.000 Rp 15.000. Namun pada akhir
pemerintahannya, terutama setelah pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai
tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan
pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya. Selain itu, ia juga memulai
menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi
perekonomian.

Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini


dikenal sangat cerdas. Karena kecerdasannya, setelah tamat SMA di Bandung
tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung). Ia tidak sampai
selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman. Karena mengingat
pesan Bung Karno tentang pentingnya dirgantara dan penerbangan bagi
Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi
konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule
(RWTH).

Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang
harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa
libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-
temannya yang lain, mereka lebih banyak menggunakan waktu liburan musim
panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.

Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule,


Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-
rata 9,5. Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di
Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Kemudian Habibie menikah pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun Habibie yang
kemudian diboyong ke Jerman. Hidupnya makin keras, pagi-pagi sekali Habibie
terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk
menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari dan belajar
untuk kuliahnya.

Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat


pencucian umum untuk mencuci baju guna menghemat kebutuhan hidup
keluarga. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan
penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari
Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.

Sepenggal pidato beliau saat berkunjung ke Garuda Indonesia:

Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,

Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan
konsisten C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu
bersaing dengan produsen sejenis D itu Delivery, biasakan semua produksi
dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan
tepat waktu!Itu saja!

Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:

Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1


pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu. Dik,
organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa
menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda
semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik

Dik, saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk
menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi
Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak
pernah dipisahkan dengan Ainun, ibu Ainun istri saya. Ia ikuti kemana saja saya
pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.

Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas
dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya, saya mau kasih informasi......
Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya,
tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu.

Demikian kiranya beberapa hal yang membuat saya sangat kagum dan
hormat akan sosok BJ Habibie ini. Selain karena kecerdasannya, perjuangan
beliau saat menimba ilmu pun sangat patut untuk menjadi panutan. Betapa
malu rasanya di zaman serba modern sekarang ini prestasi yang kita peroleh
baru segini segini saja.

Beliau yang tidak pernah lupa akan tanah airnya. Setelah menuntut ilmu
di luar sana, beliau ingin kembali ke Indonesia mengamalkan ilmu yang telah
didapat. Namun sayangnya dedikasi beliau tidak disambut dengan baik di tanah
airnya sendiri. Namun segala perlakuan tersebut tidak mengurangi semangat
juang beliau dalam melahirkan prestasi-prestasi yang sangat luar biasa.

Untuk pendamping sejati beliau, Ibu Hasri Ainun, rasa kagum pun tak
kurang kepada beliau. Beliau yang dengan sabar mendampingi segala aktivitas
sang suami, tidak pernah memberatkan Pak Habibie, selalu mengutamakan
kepentingan Bapak dibanding dirinya sendiri. Beliau yang tidak mengeluh di
tengah sakit luar biasa yang dideritanya. Beliau melayani dengan segenap cinta
yang luar biasa.

Point terpenting dari sosok Bapak BJ Habibie dan Ibu Ainun ini adalah
dari segi emosi (psikis) beliau yang terkontrol dengan baik. Kecerdasan dan
pengetahuan dapat terus diasah dengan berbagai pendidikan, tetapi mengelola
emosi adalah sesuatu yang lain. Lihatlah bagaimana BJ Habibie dalam
menghadapi lawan politiknya, bagaimana sikap beliau dalam menjadi pemimpin
rumah tangganya, bagaimana sabar dan setianya ibu Ainun. Pelajaran
mengenai psikis ini adalah pelajaran dan latihan tanpa akhir.

Anda mungkin juga menyukai