Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUTORIAL

BLOK XII NEUROLOGI

SKENARIO 1

KELOMPOK A7

ADIAJI AKBAR G0015005


HAFIZH NUR SANTOSO G0015099
MUHAMMAD ZAKI WISNUMURTI G0015161
STEVEN IRVING G0015217
ALIFIA RAMADHANI HERIDA G0015015
CANTIKA DEWI G0015045
ERLYN TUSARA PUTRI H. G0015069
FRANSISKA NATASHA WIBOWO G0015091
ISMI CAHYA DHELIMA G0015117
MARGARETH HILDARIA M. G0015149
NUR KALIH DIAH PUSPITORINI G0015191
SIWI HESTI UTAMI G0015215
TUTOR :

Desy Kurniawati Tandiyo, dr., SpRM

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2016

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO 1

Penurunan Kesadaran

Seorang laki-laki, berusia 55 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD


RSUD Dr Moewardi karena tidak sadarkan diri. Penurunan kesadaran yang
dialami oleh pasien terjadi secara perlahan sejak 5 hari yang lalu, mulanya terlihat
seperti mengantuk kemudian berangsur-angsur hingga tidak sadar sama sekali.
Pasien menurut keluarganya tidak mengalami demam. Sebelumnya pasien sering
mengeluh nyeri kepala sejak 2 bulan terakhir, dan sejak 2 minggu terakhir sering
muntah tiba-tiba dan seperti menyemprot keluar, terutama pada pagi hari. Dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan GCS 1.1.2, reflex fisiologis meningkat pada
kedua ekstremitas kanan, reflex patologis positif pada ekstremitas kanan, motorik
kesan lateralisasi ke kanan.
BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Seven Jump

1. Langkah I: Klarifikasi istilah


Dalam skenario ini kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut:
Refleks : Respon involunter terhadap suatu
stimulus yang berkaitan dengan organ reseptor, neuron
aferen, neuron eferen, dan organ efektor. Refleks terjadi
secara spontan dan tanpa disadari.
Lateralisasi : Gerakan ke arah luar tubuh atau
menyamping.
GCS 1.1.2 : Penilaian kesadaran kuantitatif,
respon buka mata, verbal, dan motorik.
Nyeri kepala : Rasa tidak nyaman yang menyerang
daerah tengkorak dan leher.
Refleks fisiologis : Respon yang terjadi karena
stimulus dan dapat terjadi pada semua orang.
Refleks patologis : Refleks yang seharusnya tidak
terjadi pada orang normal. Pemeriksaan ini untuk
menunjukkan adanya lesi pada UMN (Upper Motor
Neuron).
2. Langkah II: Menentukan atau mendefinisikan permasalahan
Permasalahan pada skenario ini, sebagai berikut

1. Apa penyebab penurunan kesadaran pasien?


2. Bagaimana fisiologi kesadaran orang normal?
3. Bagaimana hubungan demam dengan penurunan kesadaran?
4. Bagaimana patofisiologi muntah?
5. Bagaimana penilaian skala GCS?
6. Bagaimana jenis dan klasifikasi dari interpretasi GCS?
7. Apa saja macam-macam refleks fisiologis dan patologis?
8. Mengapa pasien muntah tiba-tiba pada pagi hari?
9. Apa hubungan antara penurunan kesadaran dengan nyeri kepala?
10. Apa saja penyebab nyeri kepala?
11. Apa saja macam-macam muntah?
12. Bagaimana mekanisme kesan lateralisasi motorik ke kanan?
13. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
14. Apa saja klasifikasi nyeri kepala?
15. Mengapa pasien awalnya mengantuk kemudian tidak sadarkan
diri?
16. Apa saja faktor risiko yang mempengaruhi penurunan kesadaran?
17. Bagaimana anatomi, histologi, fisiologi dari organ terkait
skenario?
18. Bagaimana diagnosis banding dari kasus pada skenario?
19. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kasus pada skenario?
20. Apa saja tatalaksana awal yang dapat dilakukan dokter?

Langkah III : Mencurahkan pendapat

1, Apa penyebab penurunan kesadaran pasien?

PENURUNAN KESADARAN

Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan neurologi yang menjadi
petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai final common pathway dari
gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal
otak dengan akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran menjadi pertanda
disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh.
Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan di
klinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor, soporokoma dan koma.
Terminologi tersebut bersifat kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat pula
dinilai secara kuantitatif, dengan menggunakan skala koma Glasgow.
Klasifikasi Penurunan Kesadaran

Gangguan kesadaran dibagi 3, yaitu gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan


fokal/ lateralisasi dan tanpa disertai kaku kuduk; gangguan kesadaran tanpa disertai
kelainan fokal/ lateralisasi disertai dengan kaku kuduk; dan gangguan kesadaran disertai
dengan kelainan fokal.

1. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk

1 Gangguan iskemik
2 Gangguan metabolik
3 Intoksikasi
4 Infeksi sistemis
5 Hipertermia
6 Epilepsi
2. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk

1 Perdarahan subarakhnoid
2 Radang selaput otak
3 Radang otak
3. Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal

1 Tumor otak
2 Perdarahan otak
3 Infark otak
4 Abses otak
Bahaya Penurunan Kesadaran

Adapun kondisi yang segera mengancam kehidupan terdiri atas peninggian


tekanan intrakranial, herniasi dan kompresi otak dan meningoensefalitis/ ensefalitis.

Gangguan metabolik toksik

Fungsi dan metabolisme otak sangat bergantung pada tercukupinya


penyediaan oksigen. Adanya penurunan aliran darah otak (ADO), akan
menyebabkan terjadinya kompensasi dengan menaikkan ekstraksi oksigen (O 2)
dari aliran darah. Apabila ADO turun lebih rendah lagi, maka akan terjadi
penurunan konsumsi oksigen secara proporsional3.
Glukosa merupakan satu-satunya substrat yang digunakan otak dan
teroksidasi menjadi karbondioksida (CO 2) dan air. Untuk memelihara integritas
neuronal, diperlukan penyediaan ATP yang konstan untuk menjaga keseimbangan
elektrolit3.

O2 dan glukosa memegang peranan penting dalam memelihara keutuhan


kesadaran. Namun, penyediaan O2 dan glukosa tidak terganggu, kesadaran
individu dapat terganggu oleh adanya gangguan asam basa darah, elektrolit,
osmolalitas, ataupun defisiensi vitamin3.

Proses metabolik melibatkan batang otak dan kedua hemisfer serebri.


Koma disebabkan kegagalan difus dari metabolisme saraf.

1 Ensefalopati metabolik primer


Penyakit degenerasi serebri yang menyebabkan terganggunya metabolisme
sel saraf dan glia. Misalnya penyakit Alzheimer.

2 Ensefalopati metabolik sekunder


Koma terjadi bila penyakit ekstraserebral melibatkan metabolisme otak, yang
mengakibatkan kekurangan nutrisi, gangguan keseimbangan elektrolit
ataupun keracunan. Pada koma metabolik ini biasanya ditandai dengan
gangguan sistem motorik simetris dan tetap utuhnya refleks pupil (kecuali
pasien mempergunakan glutethmide atau atropin), juga utuhnya gerakan-
gerakan ekstraokuler (kecuali pasien mempergunakan barbiturat).

Tes darah biasanya abnormal, lesi otak unilateral tidak menyebabkan


stupor dan koma. Jika tidak ada kompresi ke sisi kontralateral batang otak lesi
setempat pada otak menimbulkan koma karena terputusnya ARAS. Sedangkan
koma pada gangguan metabolik terjadi karena pengaruh difus terhadap ARAS
dan korteks serebri2.

Tabel 1. Penyebab Metabolik atau Toksik pada Kasus Penurunan


Kesadaran5

No Penyebab metabolik atau Keterangan


sistemik

1 Elektrolit imbalans Hipo- atau hipernatremia, hiperkalsemia, gagal ginj


dan gagal hati.
2 Endokrin Hipoglikemia, ketoasidosis diabetik
3 Vaskular Ensefalopati hipertensif
4 Toksik Overdosis obat, gas karbonmonoksida (CO)
5 Nutrisi Defisiensi vitamin B12
6 Gangguan metabolik Asidosis laktat
7 Gagal organ Uremia, hipoksemia, ensefalopati hepatik

Gangguan Struktur Intrakranial

Penurunan kesadaran akibat gangguan fungsi atau lesi struktural


formasio retikularis di daerah mesensefalon dan diensefalon (pusat penggalak
kesadaran) disebut koma diensefalik. Secara anatomik, koma diensefalik dibagi
menjadi dua bagian utama, ialah koma akibat lesi supratentorial dan lesi
infratentorial.

1 Koma supratentorial
1 Lesi mengakibatkan kerusakan difus kedua hemisfer serebri, sedangkan
batang otak tetap normal.
2 Lesi struktural supratentorial (hemisfer).
Adanya massa yang mengambil tempat di dalam kranium (hemisfer
serebri) beserta edema sekitarnya misalnya tumor otak, abses dan
hematom mengakibatkan dorongan dan pergeseran struktur di sekitarnya,
terjadilah herniasi girus singuli, herniasi transtentorial sentral dan
herniasi unkus.

a Herniasi girus singuli


Herniasi girus singuli di bawah falx serebri ke arah kontralateral
menyebabkan tekanan pada pembuluh darah serta jaringan otak,
mengakibatkan iskemi dan edema.

b Herniasi transtentorial/ sentral


Herniasi transtentorial atau sentral adalah hasil akhir dari proses
desak ruang rostrokaudal dari kedua hemisfer serebri dan nukli
basalis; secara berurutan menekan disensefalon, mesensefalon, pons
dan medulla oblongata melalui celah tentorium.

c Herniasi unkus
Herniasi unkus terjadi bila lesi menempati sisi lateral fossa kranii
media atau lobus temporalis; lobus temporalis mendesak unkus dan
girus hipokampus ke arah garis tengah dan ke atas tepi bebas
tentorium yang akhirnya menekan mesensefalon.

2 Koma infratentorial
Ada dua macam lesi infratentorial yang menyebabkan koma.

1 Proses di dalam batang otak sendiri yang merusak ARAS atau/ serta
merusak pembuluh darah yang mendarahinya dengan akibat iskemi,
perdarahan dan nekrosis. Misalnya pada stroke, tumor, cedera kepala dan
sebagainya.
2 Proses di luar batang otak yang menekan ARAS
a Langsung menekan pons
b Herniasi ke atas dari serebelum dan mesensefalon melalui celah
tentorium dan menekan tegmentum mesensefalon.
c Herniasi ke bawah dari serebelum melalui foramen magnum dan
menekan medulla oblongata.
Dapat disebabkan oleh tumor serebelum, perdarahan serebelum dan
sebagainya.

Ditentukan lateralisasi (pupil anisokor, hemiparesis) dan dibantu dengan


pemeriksaan penunjang.

Tabel 2. Penyebab Struktural pada Kasus Penurunan Kesadaran5

No Penyebab struktural Keterangan

1 Vaskular Perdarahan subarakhnoid, infark batang kortik


bilateral
2 Infeksi Abses, ensefalitis, meningitis
3 Neoplasma Primer atau metastasis
4 Trauma Hematoma, edema, kontusi hemoragik
5 Herniasi Herniasi sentral, herniasi unkus, herniasi singuli
6 Peningkatan tekanan Proses desak ruang
intrakranial
DAFTAR PUSTAKA

1 Harsono. 2005. Koma dalam Buku Ajar Neurologi. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.

5. Bagaimana penilaian skala GCS pada skenario?

Glasgow coma Scale sudah digunakan secara luas untuk menentukan

tingkat kesadaran penderita.Glasgow Coma Scale meliputi :

Eye / Mata

4: Spontan membuka mata

3: Membuka mata dengan perintah(suara)

2: Membuka mata dengan rangsang nyeri

1: Tidak membuka mata dengan rangsang apapun

Verbal

5: Berorientasi baik

4: Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau)

3: Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat

2: Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti

1: Tidak bersuara

Motorik

6: Menurut perintah
5: Dapat melokalisir rangsang nyeri

4: Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal)

3: Menjauhi rangsang nyeri

2: Ekstensi spontan

1: Tak ada gerakan

Kriteria :

kesadaran baik/normal : GCS 15

Koma : GCS < 7

Pada skenario, GCS menunjukkan GCS 1.1.2, hal ini berarti pasien koma karena
tidak membuka mata dengan rangsang apapun, tidak bersuara, dan hanya ada
ekstensi spontan.

6. Bagaimana jenis dan klasifikasi GCS?

Klasifikasi GCS:

ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,


dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)

(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) /


Delirium (GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

7. Apasaja macam-macam reflex fisiologi dan patologi?

Jenis Refleks fisiologis

1. Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
2. Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah
pada sendi siku.
3. Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os
symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi
lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.brachiradialis.
4. Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna,
posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi
tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.
5. Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon
: plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
6. Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar
fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
7. Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon :
kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
8. Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi
tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama
stimulus berlangsung.
9. Reflek kornea : Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif
bila mengedip (N IV & VII )
10. Reflek faring : Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi
muntahan ( N IX & X )
11. Reflek Abdominal : Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus,
hasil negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila
terdapat reaksi otot.
12. Reflek Kremaster : Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila
skrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
13. Reflek Anal : Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S
3-4-5 )
14. Reflek Bulbo Cavernosus : Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain
masukkan kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf
spinal )
15. Reflek Moro : Refleks memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
16. Reflek Babinski : Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki
mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa
abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi )
17. Sucking reflek : Reflek menghisap pada bayi
18. Grasping reflek : Reflek memegang pada bayi
19. Rooting reflek : Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi.

Jenis Refleks Patologis

Jenis Refleks Patologis Untuk Ekstremitas Superior adalah sebagai berikut :


1. Refleks Tromner

Cara: pada jari tengah gores pada bagian dalam

+ : bila fleksi empat jari yang lain


2. Refleks Hoffman
Cara : pada kuku jari tengah digoreskan
+ : bila fleksi empat jari yang lain

3. Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan


diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi
fleksi di sendi siku.

4. Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon :
tidak terjadi oposisi ibu jari.

Jenis RefleksPatologis Untuk Ekstremitas Inferior adalah sebagai berikut :

1. Babinski : gores telapak kaki di lateral dari bawah ke atas ==> + bila
dorsofleksi ibu jari, dan abduksi ke lateral empat jari lain

2. 2. Chaddok : gores bagian bawah malleolus medial ==> + sama dengan


babinski

3. Oppenheim : gores dengan dua sendi interfalang jari tengah dan jari
telunjung di sepanjang os tibia/cruris==> + sama dgn babinski

4. Gordon : pencet/ remas m.gastrocnemeus/ betis dengan keras==> + sama


dengan babinski

5. Schaeffer : pencet/ remas tendo achilles ==> + sama dengan babinski

6. Gonda : fleksi-kan jari ke 4 secara maksimal, lalu lepas ==> + sama dengan
babinski

7. Bing : tusuk jari kaki ke lima pada metacarpal/ pangkal ==> + sama dengan
babinski

8. Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.

9. Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs


pada sendi interfalangeal.

10. Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum.


Respon : seperti rossolimo.

8. Mengapa pasien muntah pada pagi hari?


Karena pada saat tidur malam hari, tekanan CO2 meningkat di dalam otak
sehingga pada saat bangun di pagi hari, tekanan belum sepenuhnya stabil dan
menyebabkan penekanan pada pusat muntah sehingga terjadilah muntah.

17. Bagaimana anatomi dan fisiologi orga terkait skenario?

Penerimaan informasi yang luas, baik sumbernya yang berasal dari bagian
sensoris yang melalui saraf tulang belakang dan dari seluruh bagian sensoris di
batang otak, di kirim melalui bagian tepi dari formasio retikularis. Input yang
berasal dari hidung (olfactory) melalui sistem saraf hidung masuk kebagian otak
depan. Struktur yang berasal dari hipotalamus dan sistem limbic juga memberikan
input ke formasio retikularis, beberapa bagian dari fungsi viseral dan fungsi saraf
otonom, dan serebelum juga turut memberikan input ke bagian medial formasio
retikularis untuk diaturnya.

Ascending Reticular Activating system (ARAS) dari formasio retikularis


bertanggungjawab untuk kesadaran dan bangun. Perjalanan nya melalui nuclei tak
spesifik dari talamus hingga ke korteks otak; kerusakan pada bagian ini dapat
menyebabkan koma. Formasio Retikularis mengirimkan impuls kebagian
sensorik, motorik dan bagian autonom dari sistem saraf ditulang belakang yang
menerima masukan dari bagian sensoris yang ada disana, keluar dari masing-
masing preganglion saraf autonom, dan keluar dari sistem saraf motorik bagian
tepi (LMN). Formasio Reticularis mengirimkan secara luas hubungan dengan inti
yang ada dibatang otak (seperti nucleus tractus solitarius) dan pusat regulator
autonom dan nukleus yang memodulasi fungsi viseral. Proyeksi bagian Efferen
formasio retikularis ke hipotalamus, nukleus di septum dan area limbic di otak
depan membantu untuk memodulasi fungsi autonom bagian visceral, pengeluaran
sistem saraf endokrin dan bertanggungjawab pada emosi dan perilaku. Proyeksi
Bagian efferent formasio reticularis ke serebelum bersama dengan ganglia basalis
untuk memodulasi sistem motorik bagian atas (UMN) dan sistem motorik bagian
bawah (LMN) RAS terdiri dari beberapa sirkuit saraf yang menghubungkan otak
ke korteks. Jalur ini berasal di inti batang otak reticular bagian atas dan proyeksi
sirkuitnya melalui riley sinaptik dalam rostral intralaminar dan inti talamus ke
korteks serebri. Akibatnya, Individu dengan lesi/ kerusakan kedua belah inti
intralaminar talamus berakibat menjadi lesu atau mengantuk, bahkan dapat
menyebabkan penurunan kesadaran atau koma. Batas RAS ini tidak jelas dan
cenderung merupakan suatu kesatuan istilah fisiologi daripada anatomi. Beberapa
daerah yang termasuk dalam RAS adalah :

1 Formasio Reticularis di Otak tengah

2 Inti mesencephalon di Mesencephalon

3 Nukleus Intralaminar di talamus

4 Hipotalamus bagian belakang

5 Tegmentum Sirkuit saraf RAS dimodulasi oleh interaksi kompleks


neurotransmitter utama.

RAS mengandung komponen kolinergik dan adrenergik yang memperlihatkan


sinergi serta tindakan kompetitif untuk mengatur aktivitas talamus dan korteks
(talamokortikal) dan kondisi perilaku yang sesuai. Fungsi RAS RAS juga turut
mengatur perubahan fisiologi dari keadaan tidur nyenyak hingga terjaga dan
bersifat reversible untuk hal ini. Selama tidur, neuron di RAS akan memiliki
aktifitas yang jauh lebih rendah sebaliknya, RAS memiliki tingkat aktivitas yang
lebih tinggi selama keadaan sadar. Agar otak dapat tidur, harus ada pengurangan
aktivitas ascending aferen mencapai korteks dengan penekanan aktivitas RAS.
Sistem retikuler juga membantu mediasi transisi dari terjaga santai hingga periode
Perhatian tinggi. Ada peningkatan aliran daerah di daerah ini (menunjukan
peingkatan aktivitas saraf) dalam formasio retikularis otak tengah dan inti
intralaminar thalamic selama kegiatan yang memerlukan kewaspadan dan
perhatian. Mengingat pentingnya RAS untuk perubahan modulasi Korteks,
gangguan RAS menghasilkan perubahan dari siklus tidur-bangun dan ganguan
kesadaran. Beberapa kondisi patologi RAS dapat dikaitkan dengan usia, nampak
adanya penurunan reaktivitas dari RAS dari waktu ke waktu.

Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis


Anatomi, Histologi, Fisiologi Systema
Nervosum

PENURUNAN
KESADARAN

Definisi, Patofisiologi Faktor resiko Tatalaksan


etiologi, dan a
macam-macam

Manifestasi Diagnosis
Pemeriksaan fisik Prognosis
klinis : banding
& pemeriksaan
-Nyeri kepala
penunjang
-Muntah
-GCS
-Refleks fisiologis
&refleks
patologis

Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran


Adapun tujuan pembelajaran yang harus kami capai pada diskusi
tutorial sesi kedua, di mana pada diskusi tutorial sesi pertama masih
terdapat beberapa konsep yang belum kami ketahui, diantaranya:
1. Menjelaskan definisi dan etiologi penurunan kesadaran.
2. Menjelaskan manifestasi klinis penurunan kesadaran.
3. Menjelaskan patofisiologi penurunan kesadaran.
4. Menjelaskan faktor risiko penurunan kesadaran.
5. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
penurunan kesadaran.
6. Menjelaskan diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis
penurunan kesadaran.

Anda mungkin juga menyukai