Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKENARIO 1
KELOMPOK A7
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 1
Penurunan Kesadaran
Seven Jump
PENURUNAN KESADARAN
Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan neurologi yang menjadi
petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai final common pathway dari
gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal
otak dengan akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran menjadi pertanda
disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh.
Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang digunakan di
klinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor, soporokoma dan koma.
Terminologi tersebut bersifat kualitatif. Sementara itu, penurunan kesadaran dapat pula
dinilai secara kuantitatif, dengan menggunakan skala koma Glasgow.
Klasifikasi Penurunan Kesadaran
1 Gangguan iskemik
2 Gangguan metabolik
3 Intoksikasi
4 Infeksi sistemis
5 Hipertermia
6 Epilepsi
2. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk
1 Perdarahan subarakhnoid
2 Radang selaput otak
3 Radang otak
3. Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal
1 Tumor otak
2 Perdarahan otak
3 Infark otak
4 Abses otak
Bahaya Penurunan Kesadaran
1 Koma supratentorial
1 Lesi mengakibatkan kerusakan difus kedua hemisfer serebri, sedangkan
batang otak tetap normal.
2 Lesi struktural supratentorial (hemisfer).
Adanya massa yang mengambil tempat di dalam kranium (hemisfer
serebri) beserta edema sekitarnya misalnya tumor otak, abses dan
hematom mengakibatkan dorongan dan pergeseran struktur di sekitarnya,
terjadilah herniasi girus singuli, herniasi transtentorial sentral dan
herniasi unkus.
c Herniasi unkus
Herniasi unkus terjadi bila lesi menempati sisi lateral fossa kranii
media atau lobus temporalis; lobus temporalis mendesak unkus dan
girus hipokampus ke arah garis tengah dan ke atas tepi bebas
tentorium yang akhirnya menekan mesensefalon.
2 Koma infratentorial
Ada dua macam lesi infratentorial yang menyebabkan koma.
1 Proses di dalam batang otak sendiri yang merusak ARAS atau/ serta
merusak pembuluh darah yang mendarahinya dengan akibat iskemi,
perdarahan dan nekrosis. Misalnya pada stroke, tumor, cedera kepala dan
sebagainya.
2 Proses di luar batang otak yang menekan ARAS
a Langsung menekan pons
b Herniasi ke atas dari serebelum dan mesensefalon melalui celah
tentorium dan menekan tegmentum mesensefalon.
c Herniasi ke bawah dari serebelum melalui foramen magnum dan
menekan medulla oblongata.
Dapat disebabkan oleh tumor serebelum, perdarahan serebelum dan
sebagainya.
1 Harsono. 2005. Koma dalam Buku Ajar Neurologi. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Eye / Mata
Verbal
5: Berorientasi baik
1: Tidak bersuara
Motorik
6: Menurut perintah
5: Dapat melokalisir rangsang nyeri
2: Ekstensi spontan
Kriteria :
Pada skenario, GCS menunjukkan GCS 1.1.2, hal ini berarti pasien koma karena
tidak membuka mata dengan rangsang apapun, tidak bersuara, dan hanya ada
ekstensi spontan.
Klasifikasi GCS:
1. Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
2. Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah
pada sendi siku.
3. Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os
symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi
lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.brachiradialis.
4. Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna,
posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi
tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.
5. Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon
: plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
6. Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar
fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
7. Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon :
kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
8. Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi
tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama
stimulus berlangsung.
9. Reflek kornea : Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif
bila mengedip (N IV & VII )
10. Reflek faring : Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi
muntahan ( N IX & X )
11. Reflek Abdominal : Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus,
hasil negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila
terdapat reaksi otot.
12. Reflek Kremaster : Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila
skrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
13. Reflek Anal : Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S
3-4-5 )
14. Reflek Bulbo Cavernosus : Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain
masukkan kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf
spinal )
15. Reflek Moro : Refleks memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
16. Reflek Babinski : Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki
mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa
abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi )
17. Sucking reflek : Reflek menghisap pada bayi
18. Grasping reflek : Reflek memegang pada bayi
19. Rooting reflek : Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi.
4. Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon :
tidak terjadi oposisi ibu jari.
1. Babinski : gores telapak kaki di lateral dari bawah ke atas ==> + bila
dorsofleksi ibu jari, dan abduksi ke lateral empat jari lain
3. Oppenheim : gores dengan dua sendi interfalang jari tengah dan jari
telunjung di sepanjang os tibia/cruris==> + sama dgn babinski
6. Gonda : fleksi-kan jari ke 4 secara maksimal, lalu lepas ==> + sama dengan
babinski
7. Bing : tusuk jari kaki ke lima pada metacarpal/ pangkal ==> + sama dengan
babinski
Penerimaan informasi yang luas, baik sumbernya yang berasal dari bagian
sensoris yang melalui saraf tulang belakang dan dari seluruh bagian sensoris di
batang otak, di kirim melalui bagian tepi dari formasio retikularis. Input yang
berasal dari hidung (olfactory) melalui sistem saraf hidung masuk kebagian otak
depan. Struktur yang berasal dari hipotalamus dan sistem limbic juga memberikan
input ke formasio retikularis, beberapa bagian dari fungsi viseral dan fungsi saraf
otonom, dan serebelum juga turut memberikan input ke bagian medial formasio
retikularis untuk diaturnya.
PENURUNAN
KESADARAN
Manifestasi Diagnosis
Pemeriksaan fisik Prognosis
klinis : banding
& pemeriksaan
-Nyeri kepala
penunjang
-Muntah
-GCS
-Refleks fisiologis
&refleks
patologis