3.1.1. Geomorfologi
Van bemelan (1949) membagi Tenggara Sulawesi menjadi 3(tiga) yaitu ujung
utara, bagian dan ujung selatan. Ujung utara dari Palopo sampai teluk Solo di bentuk
oleh batuan ofiolit. Bagian tengah merupakan bagian yang paling lebar yang
didominasi oleh batuan malihan dan batuan sedimen mesozoikum ujung selatan lengan
tenggara merupakan bagian yang relatif landai, batuan penyusunnya didominasi oleh
batuan sedimen tersier. Dibawah ini merupakan perian morfologi dan morfogenesa
lengan tenggara Sulawesi.
3.1.2. Sratigraf
Surono Dkk (1997) telah membahas secara rinci periode tektonik dan elemen
sturktur di lengan tenggara. Ada tiga periode tektonik yang secara signifikan di lengan
tenggara Sulawesi yaitu pra-tumbukan, tumbukan dan pasca tumbukan. Periode pra
tumbukan terekam dalam runtuhan stratigrafi dan pada sedimentologi trias-oligosen
awal dari kepingan Sulawesi tenggara. Periode tumbukan diidentifikasi dari kepungan
Sulawesi tenggara dan ofiolin dari ofiolit Sulawesi timur, sedangkan periode pasca
tumbukan direkam dan runtuhan Sulawesi.
Adapun sistem sesar pada daerah peneltian adalah sitem sesar lawanopo yang
termasuk sesar-sesar yang berarah utama barat laut-tenggara yang memanjang
sekitar 260 km dari utara Malili sampai tanjung toronipa. Ujung barat laut ini
menyambung dengan sesar matang. Sementara ujung tenggara bersambung dengan
sesar hamilion yang memotong sesar naik tolo. Sistem sesar ini diberi nama lawanopo
oleh hamilion (1979) berdasarkan dataran lawanopo yang di torehnya. Kenampakan
flaiografi sitem sesar lawanopo tergambar jelas lebih dari 50km pada inderaan jauh
termasuk lanosat danifsar. Jarak antara pergeseran pada dinding dengan jarak
pergeseran yang membesar semakin dekat dengan sesar yang bersangkutan yang
merupakan tanda sesar geser (Syivester 1988) adanya mata air panas di desa tinobu
serta pergeeran pada dinding rumah dan jalan sepanjang jalan sesar ini merupakan
bahwa sesar lawanopo ini masih aktif sampai sekarang
3.2. MINERALISASI
Pada dasarnya bentuk dan penyebaran endapan nikel dapat mengikuti prinsip-
prinsip genesanya, sehingga genesanya dapat membantu memperkecil area
penyelidikan, serta penentuan pola sumur bor uji dan cara pengamblan conto/sampel
yg prinsipil dalam pengerjaan ekplorasi.
Endapan laterit pada daerah ini mempunyai sifat yang berwarna coklat kemerahan
sampai hijau kecolatan. Hasil analisa alat X-Rav niton menunjukkan bahwa endapan
laterit yang berada pada daerah tersebut mempunyai kadar yang cukup baik.
Kualitas bahan galian nikel ditentukan berdasar oleh sifat kimia (komposisi kimia)
dari hasil analisa X-ray dan hasil analisa lab Sucocindo. Hasil analisa kimia dari sampel
batuan mineralisasi berdasarkan hasil ekplorasi sebagai berikut. Untuk limonit kadar
Ni>1.8 % dan Fe <20 %
3.2.3. Cadangan
Perhitungann cadangan yang akan diuraikan adalah perhitungan yang dapat dapat
di tambang (mineable reserve). Daerah yang akan dihitung terlebih dahulu dibagi
kedalam model blok-blok yang teratur, dimana parameter seluruh luasan/volume
Dalam kerangka model ini dikenal jenis penafsiran dengan jarak titik terdekat (rule
of nearest point), yaitu nilai penafsiran hanya dipengruhi oleh nilai conto titk terdekat
yang memberikan nilai pembobotan satu satu untuk titik yang ditafsir, sedangkan titik
yang jauh memiliki nilai pembobotan nol (tidak berpengaruh).
Q=V x t x SG
Keterangan:
t = Ketebalan (m)
1. Penetapan COG yang relative tinggi diatas rata rata asia pasifik 1,2%
merupakan garansi bahwa nikel laterit dapat dipasarkan (marketable);
2. Pengkategorian yang teliti memperoleh perbandingan cadangan in-situ dengan
ordinary deposit cukup tinggi menunjukkan sifat miniable sesungguhnya;
3. Angka apparent stripping ratio cukup memberikan harapan ke SR yang
sebenarnya pada kategori terukur.
Variabel cadangan ini selanjutnya akan menjadi komponen penting sebagai
dasar perhitungan keekonomian
Khusus untuk tanah penutup overburden lapisan tanah in-situ dengan
kandungan kadar nikel yang tidak ekonomis (jauh di bawah angka COG yang di
tetapkan), tanah ini dimanfaatkan untuk pengisian kembali lahan bekas penggalian
atau tanah urungan di kemudian hari.