Anda di halaman 1dari 12

Etiam placerat

Pengamatan Kromosom Raksasa Drosophila melanogaster

undefined undefined

Pengamatan Kromosom Raksasa Drosophila melanogaster

Read article below in English [Baca artikel berikut dalam bahasa Inggris]
Berikut ini adalah artikel yang membahas tentang prosedur pengamatan kromosom raksasa
pada lalat buah, artikel ini saya modifikasi dari kegiatan praktikum MK Genetika yang saya
ikuti di S1 Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang (UM).

Daftar Isi:

1. Pendahuluan

2. Alat-Bahan

3. Prosedur Kerja

4. Hasil Pengamatan

5. Sumber-sumber

Pendahuluan
Kromosom merupakan molekul asam nukleat yang tersusun dari molekul DNA (mengandung
sejumlah gen) yang tergabung dengan protein tertentu (bukan histon, pada makhluk hidup
prokariot) atau bergabung dengan protein histon (pada makhluk hidup eukariot) dan memiliki
kemampuan untuk melakukan replikasi sendiri. (Corebima, 1994). Pada sel-sel eukariot,
selain ditemukan di dalam inti, kromosom juga ditemukan di dalam organel tertentu,
misalnya kloroplas (tumbuhan) dan mitokondria. Struktur kromosom di dalam mitokondria
makhluk hidup apapun berupa molekul DNA unting ganda yang melilit dan tidak berasosiasi
dengan protein-protein semacam histon atau berupa molekul DNA unting DNA yang
telanjang (Corebima, 1994). Berbeda dengan kromosom di dalam mitokondria, kromosom di
dalam inti sel eukariot merupakan nucleoprotein yang terdiri dari DNA unting ganda yang
berasosiasi dengan protein histon, protein non histon bahkan RNA (Gardner, 1991).

Beberapa sel dari larva insekta tetentu mempunyai kromosom raksasa. Contoh insekta yang
memiliki kromosom raksasa adalah Drosophila melanogaster [lalat buah].
Koromosom raksasa ini terdapat dalam sel kelenjar ludahnya (Kimball, 1990). Kromosom ini
disebut kromosom raksasa karena sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase
yang memiliki ukuran lebih panjang daripada kromosom metaphase sehingga kromosom ini
dapat dilihat (pada fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua kromosom lain tidak
terlihat. Kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu replikasi yang
menghasilkan banyak kromosom yang tidak terpisah satu dengan yang lain. Struktur
kromosom raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap. Pita terang mengandung
eukromatin dengan lilitan yang renggang sedangkan pita gelap mengandung heterokromatin
dengan lilitan yang padat, mengalami kondensasi, dan berperan aktif dalam pembelahan.
DNA umumnya terdapat pada pita-pita yang gelap (Kimball, 1990). Kromosom raksasa ini
merupakan hasil duplikasi berulang-ulang dari kromosom tanpa disertai pembelahan sel.
Duplikat-duplikat homolog ini baik paternal maupun maternal, terletak berdampingan secara
sempurna, sehingga menghasilkan bentukan menyerupai kabel yang berserabut banyak. Pada
kelenjar ludah Drosophila melanogaster setiap kromosom raksasa merupakan hasil sembilan
siklus replikasi. Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah Drosophila
melanogaster ini umumnya menyerupai kromosom raksasa dalam jaringan lainnya tetapi
memiliki lokasi gembungan yang berbeda-beda.
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui struktur kromosom raksasa pada Drosopila
melanogaster .

Alat-Bahan
Alat:
1. Mikroskop cahaya
2. Gelas arloji
3. Objek glass
4. Cover glass
5. Pipet
6. Jarum pentul

Bahan:
1. larva Drosopila melanogaster
2. larutan NaCl 0,9%
3. Larutan FAA
4. Acetocarmin

Prosedur Kerja

1. Memilih larva Drosopila melanogaster instar 3

2. Meletakkan larva pada gelas arloji dan diberi larutan NaCl 0,9%

3. Menentukan bagian kepala, ekor, dan leher larva

4. Meletakkan larva pada kaca benda dan diamati dibawah mikroskop

5. Memisahkan bagian kepala dengan ekor, dengan cara meletakkan jarum pentul pada
bagian kepala dan leher kemudian menariknya hingga terputus

6. Mencari salivary glands (kelenjar ludah) yang memiliki bentukan seperti ginjal
dengan warna transparan

7. Memisahkan salivary glands yang telah ditemukan dari lemak-lemak yang menempel

8. Menetesi salivary glands yang sudah ditemukan dengan FAA secukupnya, sampai
warna salivary glands berubah menjadi keruh

9. Membersihkan sisa FAA dengan cara menghisapnya dengan kertas hisap, lalu ditetesi
dengan acetocarmin

10. Menutup preparat dengan kaca penutup, dan mengamati di bawah mikroskop

11. Mencari kromosom raksasa pada preparat yang sudah dibuat, dan menggambarnya

Hasil Pengamatan
Pengamatan kali ini bertujuan untuk mengamati kromosom raksasa pada Drosophila
melanogaster. Untuk mendapatkan kromosom raksasa ini perlu didapatkan terlebih dahulu
kelenjar ludah larva instar 3 Drosophila melanogaster. Kelenjar ludah ini terletak di daerah
antara kepala dengan leher. Warna kelenjar ludah adalah transparan dan akan berubah
menjadi keruh saat ditetesi larutan fiksatif FAA. Kelenjar ludah Drosophila melanogaster
berjumlah sepasang dengan bentuk seperti ginjal. Sebelum diamati, terlebih dahulu kelenjar
ludah yang telah didapatkan ditetesi dengan acetocarmin. Pemberian acetocarmin ini
bertujuan untuk memberikan pewarnaan pada kromosom sehingga kromosom lebih mudah
diamati. Kromosom raksasa yang ditemukan berwarna transparan dengan suatu ciri yang khas
yang mudah dikenali, yaitu terdapat garis-garis pita gelap dan terang berseling teratur.
Dengan perbesaran mikroskop lemah, kromosom ini sudah dapat diamati dengan cukup jelas.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kromosom raksasa yang ditemukan
pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster memiliki bentukan yang besar dan panjang.
Berbeda dengan kromosom biasa, kromosom raksasa ini dapat diamati pada mikroskop
dengan perbesaran lemah. Secara umum, kromosom raksasa ini sama dengan kromosom
biasa, salah satu perbedaan terletak pada proses terbentuknya. Menurut Gardner (1991),
kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster terbentuk
karena proses endomitosis dimana strand kromosom mereplikasi terus menerus tanpa terjadi
pembelahan inti. Proses endomitosis menghasilkan bentukan kromosom yang besar dan
panjang seperti pita, atau yang biasa disebut kromosom polytene. Dalam www.ceolas.org
disebutkan bahwa kromosom dalam kelenjar ludah Drosophila melanogaster membelah
beberapa kali tetapi masing-masing strand tidak membelah. Strand-strand tersebut tetap
menempel antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, kromosom raksasa ini memiliki
banyak copy gen yang tidak memisah antara satu dengan yang lain, sehingga di dalam satu
sel terdapat kopian informasi dari beberapa gen di dalam kromosom. Namun saat terjadi
endoreplikasi yang berulang-ulang pada kromosom, ada bagian yang tidak ikut membelah
dengan maksimal, yakni daerah sentromer. Sebagai hasilnya, sentromer kromosom tergabung
bersama-sama menjadi bentukan padat yang dinamakan sentrosenter.
Ciri khas dari kromosom raksasa adalah terdapat garis-garis pita gelap dan pita terang
yang tersusun teratur berselang-seling. Menurut Kimball (1990), pita terang pada kromosom
raksasa ini merupakan eukromatin dengan lilitan renggang. Sedangkan pita gelap merupakan
heterokromatin dengan lilitan yang padat dan dapat mengalami kondensasi. DNA umumnya
terdapat pada pita-pita yang gelap. Bagian yang berperan aktif dalam pembelahan adalah
bagian pada pita gelap. Jumlah pita pada kromosom raksasa dapat digolongkan menjadi 537
pita untuk kromosom X, 1032 pita pada kromosom kedua, 1047 pita pada kromosom ketiga,
dan 34 pita pada kromosom keempat. Sehingga total pita adalah 2650 untuk satu genome.
Pada beberapa penelitian lain disebutkan bahwa jumlah pitanya adalah 3286.
Kromosom raksasa biasanya ditemukan pada stadium larva. Hal ini dapat dimengerti
karena dengan adanya replikasi kromosom yang berulang-ulang (untuk membentuk
kromosom raksasa) ini akan menguntungkan bagi larva yang sedang tumbuh dengan cepat
daripada jika sel tersebut tetap diploid. Pembentukan kromosom raksasa tidak hanya terjadi
pada kelenjar ludah larva prepupa Drosophila melanogaster tetapi juga terjadi pada sel-sel
perawat pada ovarium, sel folikel yang mengelilingi oosit, sel-sel lemak, sel usus dan
histoblas abdominal. Jadi selain pada kelenjar ludah, kromosom raksasa juga ditemukan pada
sel-sel tersebut. Perbedaannya adalah pada letak penggembungan.
Seperti halnya kromosom biasa lainnya, kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk
mengatur kegiatan metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel
tersebut.

Diskusi tentang Kromosom Raksasa

Read article below in English [Baca artikel berikut dalam bahasa Inggris]
Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya tentang Pengamatan Kromosom
Raksasa pada Drosophila melanogaster.

Pada pembahasan kali ini dibahas mengenai beberapa pertanyaan yang mungkin muncul
setelah melakukan pengamatan kromosom raksasa pada lalat buah [Drosophila
melanogaster]. Berikut diskusinya, untuk diskusi lebih lanjut, silahkan di komentar. :)

1. Mengapa kromosom pada Drosopila melanogaster disebut kromosom raksasa?


Bagaimana proses terbentuknya?Kromosom ini disebut sebagai kromosom raksasa
atau giant cromosome karena ukuran fase interfase kromosom tersebut lebih panjang
daripada kromosom pada masa metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada
fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua kromosom lain tidak terlihat.

Kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu replikasi yang

menghasilkan banyak kromosom yang tidak terpisah satu dengan yang lain.

2. Pada instar keberapa Drosopila melanogaster yang digunakan? Kenapa?Drosopila


melanogaster yang digunakan berada dalam instar 3, karena pada instar ini kromosom
raksasa dapat diamati secara maksimal.

3. Bagaimana struktur kromosom raksasa? Lengkapi dengan gambar!Pada dasarnya


struktur kromosom raksasa tidak berbeda dengan kromosom biasa, perbedaannya
hanyalah pada ukurannya yang jauh lebuh besar. Hal ini dikarenakan peristiwa
endomitosis. Ciri khas dari kromosom raksasa adalah terdapat garis-garis pita gelap
dan pita terang yang tersusun teratur berselang-seling.

Sumber: http://www.ucsf.edu/sedat/polytene_chrom.ht

4. Apa makna pita gelap dan pita terang pada kromosom raksasa dipandang dari struktur
dan fungsinya?

Menurut Kimball (1990), pita terang pada kromosom raksasa ini merupakan

eukromatin dengan lilitan renggang. Sedangkan pita gelap merupakan heterokromatin

dengan lilitan yang padat dan dapat mengalami kondensasi.


5. Apa fungsi larutan NaCl 0.9% dalam prosedur pengamatan kromosom raksasa?
Larutan NaCl 0,9% berfungsi untuk menjaga keadaan preparat agar tetap segar,
sebagaimana kita ketahui bahwa larutan NaCl bersifat isotonis dengan cairan tubuh.

6. Apa fungsi larutan FAA dalam prosedur pengamatan kromosom raksasa?Larutan FAA
berfungsi untuk menghentikan aktifitas pembelahan dan mempertahankan keadaan sel
seperti saat membelah.

7. Apa fungsi larutan Acetocarmin dalam prosedur pengamatan kromosom raksasa?


Larutan Acetokarmin berfungsi sebagai pemberi warna pada kromosom, sehingga
kromosom dapat dengan mudah diamati.

8. Apakah fungsi kromosom raksasa sama dengan fungsi kromosom biasa? Secara
umum fungsi dari kromosom raksasa tetap sama dengan kromosom pada umumnya,
yang membedakan antara keduanya hanyalah strukturnya yang disebabkan oleh
proses pembenukannya.

9. Selain pada kelenjar ludah pada jaringan mana saja dapat ditemukan kromosom
raksasa?Selain pada kelenjar ludah Drosopila melanogaster kita juga dapat
menemukan kromosom raksasa ini pada sel-sel perawat pada ovarium, sel folikel
yang mengelilingi oosit, sel-sel lemak, sel usus dan histoblas abdominal.

Sumber-sumber:

Anonim. Tanpa tahun. Polytene Chromosome, (Online),


(www.ucsf.edu/sedat/polytene_chrom.html, diakses tanggal 10 Maret 2007). Anonim.
Tanpa tahun. Polytene Chromosome, (Online),
(http://en.wikipedia.org/wiki/Polytene_chromosome, diakses tanggal 10 Maret
2007)Anonim. Tanpa tahun. Polytene Chromosome, Endoreplication and Puffing,
(Online), (http://www.sdbonline.org/fly/aimorph/puffing.htm, diakses tanggal 10
Maret 2007)Anonim. 1994. Polytene Chromosomes from Salivary Glands, (Online),
(http://www.woodrow.org/teachers/bi/1994/polytene_chromosomes.html, diakses
tanggal 10 Maret 2007).

Corebima, A.D. 1994. Genetika. Malang: UM


Gardner, E.J, dkk. 1991. Principles of Genetics. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Kimball, W, John. 1990. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga

Manning, Gerard. 2006. A Quick and Simple Introduction to Drosophila melanogaster,


(Online), (www.ceolas.org/fly/intro.html, diakses tanggal 10 Maret 2007)
Transcript

KROMOSOM RAKSASA KELENJAR LUDAH Drosophila melanogaster LAPORAN


PRAKTIKUM Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika 1 yang dibimbing
olehProf. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd Oleh Putri Dhamira (100341404624) Rizky Alfarizy
(120341421984) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2014 A. Tujuan Tujuan praktikum pengamatan kromosom politen Drosophila
melanogaster adalah untuk mengetahui dan memahami struktur kromosom politen
Drosophila melanogaster, mengetahui dan memahami bagian-bagian kromosom politen
Drosophila melanogaster, serta mengetahui dan memahami perbedaan kromosom politen
dengan kromosom biasa. B. Dasar Teori Kromatin adalah penyusun kromosom yang terdiri
dari kompleks DNA yang berasosiasi dengan protein histon. Kromatin berbentuk panjang,
tipis, dan terurai sehingga tidak terlihat di bawah mikroskop cahaya (Campbell dkk. 2010:
245). Kromosom adalah struktur pembawa materi genetik yang tersusun atas kromatin yang
memendek dan menebal (Rittner & McCabe 2004: 65). Kromosom terkondensasi disuatu
bagian dan tidak terkondensasi di bagian lainnya. Bagian yang terkondensasi memiliki
banyak salinan sekuen DNA, namun karena berada dalam kondisi terpadatkan, salinan
sekuen DNA ini tidak ikut bertanggung jawab untuk mengekspresikan informasi genetik,
bagian ini disebut dengan heterokromatin. Heterokromatin tidak mengandung gen-gen yang
aktif sehingga tidak melakukan transkripsi (Klug & Cummings 1994: 321). Bagian yang
tidak terkondensasi dan berwarna terang akibat tidak mengalami pemadatan disebut dengan
eukromatin. Eukromatin mengandung gen-gen yang aktif dan hampir mengandung semua
gen yang ditranskripsi, sehingga bagian tersebut menjadi bagian yang aktif melakukan
replikasi (Passarge 2007: 280). Kromosom secara umum terdiri dari dua bagian utama yaitu
sentromer dan lengan kromosom. Sentromer merupakan bagian yang berfungsi untuk
menghubungkan lengan-lengan kromosom (Fairbanks & Andersen 1999: 309). Berdasarkan
letak sentromer, kromosom dibedakan menjadi empat macam, yaitu metasentris,
submetasentris, akrosentris, dan telosentris. Metasentris adalah kromosom dengan posisi
sentromer tepat ditengah-tengah, sehingga dua lengan terlihat sama panjang. Submetasentris
adalah kromosom yang letak sentromernya sedikit menjauhi salah satu lengan kromosom.
Akrosentris adalah kromosom yang letak sentromernya berada pada bagian subterminal (di
dekat ujung kromosom), sehingga salah satu lengan kromosom terlihat sangat pendek
sedangkan lengan yang lain sangat panjang. Telosentris adalah kromosom dengan posisi
sentromer pada ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri dari satu lengan (Suryo
1994: 10). Drosophila melanogaster adalah organisme yang memiliki jumlah kromosom
sedikit, yaitu hanya empat pasang kromosom. Kromosom-kromosom tersebut terdiri dari tiga
pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom gonosom (kromosom seks).
Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang ukurannya mencapai 100 kali kromosom
biasa pada tubuh Drosophila melanogaster atau sekitar 200-600 mikron. Panjang kromosom
politen bisa mencapai 2000 mikron, karena ukurannya yang besar kromosom politen dapat
langsung diamati di bawah mikroskop cahaya (Wolfe 1993: 727). Kromosom politen
merupakan hasil dari proses endomitosis dan endoreduplikasi. Endomitosis merupakan
replikasi yang menghasilkan banyak kromosom yang bergabung, tidak terpisah satu sama
lain. Endoreduplikasi merupakan suatu keadaan duplikasi kromosom terus menerus tanpa
disertai pembelahan sel pada fase mitotic (Hartl & Jones 2005: 272--273). Siklus sel normal
berlangsung melalui fase G1, S, G2, dan fase mitosis. Fase G1 merupakan fase pertumbuhan.
Fase S merupakan fase replikasi DNA. Fase G2 merupakan fase persiapan menuju fase
mitotic (Campbell dkk. 2010: 247). Terjadi pengecualian pada siklus sel kromosom politen
yaitu fase mitotic tidak dilalui setelah fase S, sehingga menyebabkan terjadinya replikasi
DNA secara terus menerus. Hal tersebut menyebabkan penggandaan rantai untai kromosom
homolog yang saling bersinapsis dan membentuk kromosom politen dengan ukuran yang
sangat besar disertai lengan kromosom yang banyak (Wilkins dkk. 1993: 736). Kromosom
politen memiliki lima lengan panjang dan satu lengan pendek. Lengan tersebut terdiri atas
lengan terpanjang yaitu kromosom X, sepasang lengan 2, sepasang lengan 3, dan satu lengan
4. Lengan 2 diberi notasi 2R (right arm) dan 2L (left arm). Lengan 3 diberi notasi 3R (right
arm) dan 3L (left arm). Kromosom X, 2R, 2L, 3R, dan 3L mengalami duplikasi sebanyak 20
kali. Kromosom 4 sulit dibedakan karena ukurannya sangat kecil (Suryo 1995: 90--91).
Kromosom politen memiliki bagian-bagian khusus, yaitu band, interband, puff,
kromonemata, dan kromosenter. Bagian yang berbentuk pita spiral dinamakan kromonemata.
Kromonemata merupakan untaian DNA dengan RNA korespondennya serta protein histon
(Suryo 1994: 80). Kromosenter adalah tempat bersatunya lima lengan panjang. Bagian yang
terlihat menggembung dan tidak menggulung adalah daerah yang aktif melakukan transkripsi
disebut dengan puff. Band merupakan bagian yang disebut pita gelap, mengandung
heterokromatin, sedikit mengandung gen, dan tidak aktif melakukan transkripsi. Interband
merupakan bagian yang disebut pita terang, mengandung eukromatin, banyak mengandung
gen, dan aktif melakukan transkripsi (Wolfe 1993: 737). Kromosom politen dapat ditemukan
pada larva serangga diptera contohnya Drosophila melanogaster, yaitu pada bagian kelenjar
saliva, pertengahan lambung, proventrikulus, tubulus malphigi, dan rektum. Tumbuhan
tertentu juga memiliki kromosom politen, seperti Pisum sativum (Klug & Cummings 1994:
41). Beberapa lalat dewasa juga memiliki kromosom politen pada sel-sel di telapak kakinya.
Dua kelompok serangga seperti Collembola dan jangkrik memiliki sel yang mengandung
kromosom dengan ukuran besar seperti kromosom politen. Kromosom dengan penampilan
serupa juga terjadi pada tahap pengembangan makronukleus protozoa dan di embrio tangkai
pada tanaman berbunga (Wolfe 1993: 736). Drosophila melanogaster memiliki kromosom
politen untuk memenuhi kebetuhan sel pada larva yang membutuhkan banyak protein
(Fairbanks & Andersen 1999: 308). Protein tersebut digunakan untuk melanjutkan
pertumbuhan Drosophila melanogaster menjadi lalat dewasa (Suryo 1995: 78). Kromosom
politen mengandung banyak sekali salinan molekul DNA yang telah direplikasi beberapa kali
sehingga memberikan salinan tambahan DNA untuk transkripsi dan produksi protein semakin
banyak (Fairbanks & Andersen 1999: 308). Kromosom politen digunakan sebagai model
dalam berbagai penelitian kromosom. Kromosom politen juga dapat diaplikasikan untuk
mengidentifikasi perubahan struktur kromosom, mengetahui perbedaan evolusi antar spesies,
mengetahui peristiwa transkripsi akibat adanya ekspresi gen, dan mengetahui perubahan
lingkungan terhadap kromosom (Klug & Cummings 1994: 41). C. Alat dan Bahan 1. Alat a.
Kaca benda b. Kaca penutup c. Mikroskop cahaya d. Mikroskop stereo e. Jarum pentul 2.
Bahan a. Larva Drosophila melanogaster instar 3 b. Larutan NaCl 0,9 % c. Larutan FAA
d. Acetokarmin D. Prosedur KerjaMengambil larva Drosophila melanogaster instar 3,
kemudian meletakkannya di atas kaca benda, setelah itu menetesinya dengan larutan
fisiologis NaCl 0,9 %. Memisahkan kepala dan badan Drosophila melanogaster
menggunakan dua jarum pentul. Apabila badan dan kepala Drosophila melanogaster sudah
terpisah dilanjutkan dengan mencari kelenjar ludah pada bagian kepala, kelenjar ludah ini
berbentuk seperti ginjal transparan, sedangkan bagian badannya dibuang. Apabila badan dan
kepala Drosophila melanogaster sudah terpisah dilanjutkan dengan mencari kelenjar ludah
pada bagian kepala, kelenjar ludah ini berbentuk seperti ginjal transparan, sedangkan bagian
badannya dibuang. Memisahkan kelenjar ludah dengan lemak-lemak disekitarnya, kemudian
menetesinya dengan larutan FAA, sampai kelenjar ludah tadi berwarna putih, setelah itu
menetesinya dengan acetokarmin lalu menutup dengan kaca penutup dan mengamati di
bawah mikroskop untuk menemukan kromosom raksasa. E. Hasil Pengamatan Giant
chromosome Gambar. Kromosom raksasa pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster strain
N. Perbesaran: 40x10 F. Pembahasan Kelenjar saliva atau kelenjar ludah Drosophila
melanogaster digunakan dalam praktikum pengamatan kromosom politen karena
mengandung seribu kali DNA lebih banyak dari kromosom biasa dan setiap kromosom
politen dibuat dari banyak untai DNA. Tidak semua DNA bereplikasi bersamaan saat
pembentukan kromosom politen, beberapa masih tetap pada tahap diploid. Kromosom politen
pada kelenjar saliva mengalami replikasi sebanyak 10 kali, sedangkan pada tubulus malphigi
bereplikasi sebanyak 6 kali, dan pada lambung mengalami replikasi sebanyak 9 kali (Wolfe
1993: 736-737). Praktikum pengamatan kromosom politen menggunakan larva instar III
Drosophila melanogaster karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah tubuh larva instar III
Drosophila melanogaster transparan sehingga mudah untuk diisolasi. Alasan kedua organ
tubuh larva instar III Drosophila melanogaster telah lengkap. Alasan ketiga adalah larva
instar III Drosophila melanogaster memiliki banyak kromosom politen (Wilkins 1993: 85--
86). Berdasarkan literatur, kromosom politen terdiri dari 4 lengan yang sama panjang, 1
lengan pendek, kromosenter, band, interband, dan puff (Wolfe 1993: 737). Hasil yang
kelompok kami dapatkan adalah kami tidak menemukan kromosom politen. Hal tersebut
dikarenakan kekurangtelitian dalam melakukan isolasi kelenjar ludah. Pada gambar
kromosom politen yang ditemukan oleh kelompok 11, hanya bisa diamati band dan
interband saja. Bagian lain dari kromosom tidak bisa diamati dengan baik, hal ini bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya, kesalahan praktikan dalam membuat preparat.
Bagian yang banyak terkondensasi pada kromosom politen memiliki banyak salinan sekuen
DNA tetapi karena berada dalam kondisi terpadatkan, DNA tidak bisa diakses oleh sel yang
bertanggung jawab untuk mengekspresikan informasi genetik yang dikodekan dalam DNA,
bagian tersebut bernama heterokromatin. Heterokromatin berwarna gelap karena berada
dalam kondisi yang terpadatkan. Heterokromatin tidak aktif dalam melakukan transkripsi
karena tidak mengandung gen-gen yang aktif (Klug & Cummings, 1994: 321). Eukromatin
adalah bagian yang tidak terkondensasi dan terlihat berwarna terang. Hal tersebut terjadi
karena eukromatin tidak mengalami pemadatan. Eukromatin mengandung gen-gen yang aktif
dan hampir mengandung semua gen yang ditranskripsi sehingga menjadi bagian yang aktif
dalam melakukan replikasi (Wolfe 1993: 553). G. Diskusi Berikut adalah hasil diskusi dari
beberapa pertanyaan yang diajukan pada saat pengamatan. 1. Mengapa kromosom yang
diamati disebut sebagai kromosom raksasa? Jawab: Disebut kromosom raksasa karena ukuran
dari kromosom ini leboh besar bila dibandingkan dengan ukuran kromosom normal. Selain
itu, kromosom ini teramati pada fase interfase, dimana kromosom normal tak terlihat. Dan
dalam satu kromosom raksasa dapat terdiri dari 500 ikatan DNA atau lebih. 2. Bagaimana
bentuk kromosom raksasa tersebut? Jawab: Bentukan kromosom ini linear dengan pita gelap
terang saling berselingan. 3. Apakah makna pita gelap terang ditinjau dari struktur dan
fungsinya? Jawab: Kromosom raksasa ini terdiri dari dua daerah yaitu daerah pita yang gelap
dan pita terang (interband) yang terletak berselang-seling secara bergantian. Pada daerah pita
yang gelap terdapat banyak DNA. Pada daerah ini, kromatin mengalami kondensasi atau
pelipatan secara maksimal yang disebut sebagai heterokromatin yang berperan aktif pada saat
terjadi pembelahan. Heterokromatin adalah gen yang tidak terekspresi. Sedangkan pada
interband atau pita terang tidak terjadi kondensasi. Pada pita terang ini terdapat eukromatin
(gen yang tidak diaktifkan). 4. Mengapa ketika dalam praktikum dilakukan, seringkali
kromosom raksasa tidak teramati? Jelaskan! Jawab: Terdapat beberapa kemungkinan yang
dapat terjadi, diantaranya karena larva yang digunakan dalam pengamatan berusia di bawah
instar 3, sehingga masih terlalu kecil untuk diamati. Kedua, kromosom raksasa ini terlihat
saat fase interfase. Ada kemungkinan pada saat pengamatan, kromosom tidak saat mengalami
interfase, melainkan fase lainnya. H. Kesimpulan Kromosom politen adalah kromosom
raksasa yang ukurannya bisa mencapai 100 kali dari kromosom biasa. Berdasarkan hasil
praktikum kromosom politen ditemukan pada kelenjar ludah larva instar III Drosophila
melanogaster. Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan dari kelompok 11 struktur
kromosom politen Drosophila melanogaster hanya dapat diamati bagian band dan interband
saja. Bagian kromosom politen Drosophila melanogaster terdiri dari kromosenter, puff, band,
dan interband. Kromosenter adalah tempat bersatunya kelima lengan kromosom. Puff adalah
bagian pada kromosom politen yang tidak menggulung dan terlihat menggembung.
Perbedaan antara kromosom politen dan kromosom biasa terletak pada ukuran dan struktur
kromosom. I. Daftar Pustaka Campbell, N.A., J.B. Reece & L.A. Urry. 2010. Biologi. Ter.
dari Biology oleh Wulandari, D.T., Erlangga, Jakarta: xi + 486 hlm. Fairbanks, D.J. & W.R.
Andersen. 1999. Genetics: The Continuity of Life. Brooks/Cole Publishing Company,
California: xix + 820 hlm. Hartl, D.L., E.W. Jones. 2005. Genetics: Analysis of Gene and
Genomes, 6th ed. Jones and Bartlett Publishers, Inc., USA: xxv + 854 hlm. Klug, W.S. &
M.R. Cummings. 1994. Concepts of Genetics. 4th ed. Prentice Hall Inc., Engelwood
Cliffs: xvi + 779 hlm. Passarge, E. 2007. Color Atlas of Genetics. Appl Aprinta Inc.,
Germany: x + 497 hlm. Rittner, D. & McCabe, T. L. 2004. Encyclopedia of Biology. Facts
On File, Inc., New York: xiv + 400 hlm. Suryo, H. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta: xiv + 446 hlm. Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta: xvi + 446 hlm. Wilkins, Adam. 1993. Genetic Analysis of
Animal Development, 2nd ed. Willey-Liss, Inc., New York: xv + 546 hlm. Wolfe, S.L. 1993.
Molecular and Cellular Biology. Wadsworth, Inc., California: xviii + 1145 hlm.

C. Dasar Teori
Kromosom raksasa merupakan polytene chromosom yaitu kromosom raksasa
yang ditemukan pada bagian kelenjar ludah lalat buah (Drosophila
melanogaster). Kromosom raksasa tersebut ditemukan pada tahap larva instar 3.
Kromosom raksasa ditemukan pada sel yang aktif dengan baik, masing-masing
dari empat pasang kromosom Drosophila melanogaster mempunyai 10 tahap
replikasi DNA. Masing-masing kromosom tersusun atas sebuah sambungan yang
mengandung 2048 strands dari DNA(http://F:new/endoreplication.htm). Dalam
kromosom raksasa pada Drosophila melanogaster berisi sekitar 4,31010 dalton
dari keseluruhan DNA. Sedangkan pada gen manusia berisi sekitar 85 mm atau
8,5108 A dari DNA (Gardner.1991:136).
Struktur yang membedakan antara kromosom raksasa dengan kromosom
lainnya adalah pada kromosom raksasa bergandengan atau menyambung serta
adanya bagian gelap dan terang. Selain itu, kromosom raksasa berukuran besar
dan dapat dilihat pada tahap interfase walaupun dengan mikroskop perbesaran
lemah sedangkan pada kromosom lainnya tidak dapat dilihat pada tahap
interfase (http://F:new/endoreplication.htm). Untuk mendeteksi adanya
kromosom raksasa banyak peneliti melakukan berbagai eksperimen di antaranya
dengan menggunakan teknik dari autoradiografi. Autoradiografi digunakan untuk
mendeteksi kromosom raksasa dari sel eukariotik. Namun dalam pengujiannya
mengalami kesulitan yang besar yaitu hampir mustahil didapatkan semua
segmen dari molekul.(Gardner. 1991:136).

Anda mungkin juga menyukai