Anda di halaman 1dari 25

Analisa Waktu

Peristiwa, Kegiatan dan Lintasan Kritis

Tujuan pemakaian network planning dalam penyelenggaraan proyek antara lain adalah
agar proyek selesai pada saat yang telah ditentukan sesuai dengan network diagram yang
telah tertera. Hal ini tidaklah selalu mungkin,sehingga selalu ada kemungkinan keterlambatan
pelaksanaan. Ada beberapa kegiatan yang mempunyai batas toleransi keterlambatan, namun
ada pula kegiatan yang tidak mempunyai batas toleransi keterlambatan sehingga apabila
kegiatan tersebut terlambat satu hari saja maka akan mempengaruhi umur atau usia proyek.
Kegiatan yang tidak mempunyai batas toleransi keterlambatan disebut dengan kegiatan-
kegiatan kritis.

Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan kritis, perlu ditentukan dahulu peristiwa-peristiwa


kritis. Sedangkan lintasan kristis adalah lintasan yang dimulai dari peristiwa awal network
diagram sampai peristiwa akhir network diagram yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis,
peristiwa-peristiwa kritis, dan dummy (bila diperlukan).

1. Peristiwa kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa yang tidak mempunyai tenggang waktu atau saat
paling awalnya (SPA) sama dengan saat paling akhir (SPL)-nya. Atau SPL - SPA = 0.
Contoh :

1
Pada network diagram diatas yang merupakan peristiwa-peristiwa kritis adalah
peristiwa 1, 3, 5, 8 dimana Saat paling lambat (SPL) sama dengan Saat paling Awal (SPA).

2. Kegiataan Kritis
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga
bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak
terlambat, maka umur proyek tersebut akan mengalami keterlambatan selama satu hari.

Suatu kegiatan disebut sebagai kegiatan kritis bila :


a. Kegiatan tersebut terletak di antara dua peristiwa kritis.
b. Namun antara dua peristiwa kritis belum tentu terdapat kegiatan kritis.
c. Antara dua peristiwa kritis terdapat kegiatan kritis bila :
SPA i + L = SPA j atau SPA i + L = SPL j
d. Atau kegiatan tersebut mempunyai kelonggaran atau tenggang waktu nol (0). rumus
kelonggaran adalah K[ i,j ] = SPL j - L - SPA i

Contoh :

2
Untuk mencari kegiatan kristis pada network diagram di atas , maka kita hitung kelonggaran
masing-masing kegiatan :

KEGIATAN PERISTIWA KELONGGARAN


K[ i, j ] = SPL j - L - SPA i
A 1-2 K [ i, j ] = 5 - 2 - 0 = 3
B 2-5 K [ i, j ] = 8 - 3 - 2 = 3
C 5-8 K [ i, j ] = 20-12- 8 = 0 (kritis)
D 1-3 K [ i, j ] = 8 - 8 - 0 = 0 (kritis)
E 3-6 K [ i, j ] = 16-2 - 8 = 6
F 6-8 K [ i, j ] = 20-4 -10 = 6
G 3-7 K [ i, j ] = 15- 3 - 8 = 3
H 1-4 K [ i, j ] = 13 - 4 - 0 = 9
I 4-7 K [ i, j ] = 15- 2 - 4 = 3
J 7-8 K [ i, j ] = 20 -5 -11 = 4

kegiatan : D dan E adalah kegiatan kritis karena tidak mempunyai kelonggaran atau
tenggang waktu.

3. Lintasan kritis

3
Lintasan kritis adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan kritis, peristiwa kritis dan
Dummy (jika ada). Lintasan kritis ini dimulai dari peristiwa awal network diagram sampai
dengan akhir network diagram berbentuk lintasan. Mungkin saja terdapat lebih dari sebuah
lintasan kritis dalam sebuah network diagram.

Tujuan untuk mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui dengan cepat
kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat kepekaaannya paling tinggi terhadap
keterlambatan pelaksanaan, sehingga setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas
kebijaksanaan penyelenggaraan proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis dan hampir
kritis.

Berdasarkan prosedur dan rumus untuk menghitung umur proyek dan lintasan kritis,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek
2. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksanaannya dari semua lintasan
yang ada.

Contoh :

4
Pada network diagram di atas yang merupakan lintasan kritis adalah peristiwa nomor 1
dengan kegiatan D, peristiwa nomor 3, peristiwa nomor 5, kegiatan C , peristiwa nomor 8.
Dan di dalam network diagram dibedakan dengan simbol panah dua rangkap.

Tenggang waktu kegiatan


Tenggang waktu kegiatan (activity float) adalah jangka waktu yang merupakan ukuran
batas toleransi keterlambatan kegiatan. Dengan ukuran ini dapat diketahui karakteristik
pengaruh keterlambatan terhadap penyelenggaraan proyek dan terhadap pola kebutuhan
sumber daya dan pola kebutuhan biaya.
Syarat menghitung tenggang waktu kegiatan antara lain :
1. Telah ada network diagram yang tepat
2. Lama kegiatan perkiraan masing-masing kegiatan telah ditentukan
3. Berdasarkan network diagram tersebut, telah dihitung saat paling awal (SPA) dan saat
paling lambat (SPL) semua peristiwa.

Terdapat tiga macam tenggang waktu kegiatan :


1. Total float (TF)
Jangka waktu antara saat paling lambat peristiwa akhir (SPL j) kegiatan yang
bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut
dimulai pada saat paling awal peristiwa awal (SPA i)
Rumus : TF = SPL j - L - SPA i

2. Free Float
Jangka waktu antara saat paling awal peristiwa akhir (SPA j) kegiatan yang bersangkutan
dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada
saat paling awal peristiwa awal (SPA i)
Rumus : TF = SPA j - L - SPA i
3. Independent float
Jangka waktu antara saat paling lambat peristiwa akhir (SPL j) kegiatan yang
bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut
dimulai pada saat paling lambat peristiwa awal (SPL i)
Rumus : TF = SPA j - L - SPL i

5
Contoh :

TF = SPL j - L - SPA i FF = SPA j - L - SPA i IF = SPA j - L - SPL i


= 12 - 5 - 3 =8-5-3 =8-5-4
=4 =0 = -1

Pengaruh keterlambatan sebuah kegiatan


Dalam penyelenggaraan sebuah proyek kemungkinan besar akan terjadi satu atau
beberapa kegiatan terlambat penyelesaiannya, dikarena tidak sesuai dengan waktu atau lama
kegiatan perkiraan yang telah ditentukan. Hal ini dapat menimbulkan masalah yaitu berapa
besar pengaruhnya terhadap penyelenggaraan proyek itu sendiri.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan terhadap pengaruh keterlambatan suatu
kegiatan tersebut antara lain:
1. Umur proyek
Merupakan ukuran lamanya waktu yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan suatu
proyek, dapat ditentukan dengan lintasan kritis.
2. Lintasan kritis
Lintasan kritis dalam suatu network diagram dapat menunjukkan umur proyek
Saat mulai kegiatan pengikut (sucessor)
3. Kegiatan yang mengikuti langsung kegiatan yang terlambat penyelesaiannya.
4. Pola kebutuhan sumber daya
Suatu gambaran yang menyatakan hubungan antara kebutuhan sumber daya dengan
waktu. Dimana dikenal ada dua macam pola kebutuhan sumber daya yaitu berupa
histogram dan kurva S.

Syarat yang harus dipenuhi agar dapat melakukan penilaian pengaruh keterlambatan
sebuah kegiatan terhadap penyelenggaraan proyek antara lain :

6
a. Network diagram yang tepat dan lengkap telah tersedia, dimana saat paling awal (SPA)
dan saat paling lambat (SPL) tiap peristiwa diketahui.
b. Semua tenggang waktu kegiatan : Total Float (TF), Free float (FF), Independent float (IF)
telah dihitung.
c. Besar keterlambatan kegiatan (T) diketahui.

Penilaian keterlambatan kegiatan

Berdasarkan network diagram di atas diketahui bahwa kegiatan I mempunyai :


- Total float (TF) = 15 - 2 - 4 = 9
- Free float (FF) = 11 - 2 - 4 = 5
- Indenpendent float = 11 - 2 - 13 = -4
Jika besarnya keterlambatan sebesar :
1. T < TF
Misalkan diketahui keterlambatan kegiatan I sebesar 7 hari (7 < 9) maka pengaruhnya
terhadap ke empat faktor di atas adalah :
- Umur proyek tetap = 20
- Lintasan kritis tetap = peristiwa 1, 3, 5, 8 dan kegiatan C, D
- Saat mulai kegiatan pengikut diundur , SPA =13

7
- Pola kebutuhan sumberdaya berubah.

2. T = TF
Berarti besarnya keterlambatan kegiatan I = 9 hari ( 9 = 9), maka
o Umur proyek tetap = 20
o Lintasan kritis tetap (bila kegiatan yang terlambat bermuara ke lintasan kritis yang ada ),
atau bertambah (bila kegiatan yang terlambat tidak bermura ke lintasan kritis yang ada).
Bila kegiatan pengikutnya mempunyai indenpendent float, maka lintasan yang
mengikutinya tidak akan menjadi kritis.
o Saat mulai kegiatan pengikut diundur , SPA =15
o Pola kebutuhan sumber daya berubah.

8
3. T > TF
Misalkan besarnya keterlambatan kegiatan I = 10 hari ( 10 > 9), maka
- Umur proyek bertambah = 21
- Lintasan kritis berubah = peristiwa 1, 4, 7, 8 dan kegiatan H, I, J
- Saat mulai kegiatan pengikut diundur , SPA =16
- Pola kebutuhan sumberdaya berubah.

9
Kesimpulan dari ketiga kasus tersebut di atas adalah :
1. Keterlambatan satu atau beberapa kegiatan :
a. Belum tentu merubah umur proyek.
b. Pasti mengubah pola kebutuhan sumber daya.

2. Perubahan pola kebutuhan sumber daya :


a. Pasti memperlambat satu atau beberapa kegiatan.
b. Belum tentu mengubah umur proyek.

3. Umur proyek bertambah bila ada satu atau beberapa kegiatan terlambat lebih besar dari
pada Total Float (TF)-nya.

Mempercepat Umur proyek


Di dalam penyelenggaraan proyek sering kali dihadapkan pada perbedaan antara umur
perkiraan (UPER) berdasarkan network diagram yang dibuat dengan umur rencana (UREN)
proyek yang ditentukan berdasarkan kebutuhan manajemen dan atau sebab lainnya.

10
Oleh karena itu perlu kiranya umur perkiraan (UPER) dan umur rencana (UREN)
harus disamakan. Umur rencana (UREN) biasanya selalu lebih kecil dari umur perkiraan
(UPER).
A. Syarat yang harus dipenuhi untuk mempercepat umur proyek agar sama antara umur
perkiraan dan umur rencana antara lain :
1. Telah ada network diagram yang tepat.
2. Lama kegiatan perkiraan masing-masing kegiatan telah ditentukan.
3. Telah dihitung saat paling awal (SPA) dan saat paling lambat (SPL) semua peristiwa.
4. Ditentukan umur rencana (UREN).

B. Prosedur mempercepat usia proyek :


1. Buat network diagram dengan nomor-nomor peristiwa sama seperti semula dengan lama
kegiatan perkiraan baru untuk langkah ulangan, dan sama dengan semula untuk langkah
siklus pertama.
2. Dengan dasar saat paling awal peristiwa awal, SPA 1 = 0, dihitung saat peristiwa lainnya.
Umur perkiraan proyek (UPER) = saat paling awal peristiwa akhir ( SPA m , dimana m
adalah nomor peristiwa akhir network diagram atau nomor maksimal peristiwa).
3. Dengan dasar saat paling lambat peristiwa akhir network diagram (SPL m) = umur
proyek yang direncanakan (UREN), dihitung saat paling lambat semua peristiwa.
4. Hitung total float (TF) semua kegiatan yang ada. Bila tidak ada total float (TF) yang
berharga negatif, proses perhitungan selesai. Bila masih ada total float (TF) berharga
negatif, lanjutkan ke langkah berikut :
5. Cari lintasan atau lintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang total floatnya
(TF) masing-masing sebesar :
Total float (TF) = UREN -UPER
= SPL m - SPA m
= SPL 1 - SPA 1

berharga negatif

6. Lama kegiatan dari kegiatan tersebut di atas adalah L n, n adalah nomor urut kegiatan
tersebut dalam satu lintasan, n = 1, 2, 3 , .............z.
7. Hitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut di atas (langkah ke 5 dan ke 6 ) dengan
menggunakan rumus :
L n (baru) = Ln (lama) + L n (lama) x (UREN - UPER )
Li

11
Keterangan :
L n (baru) = Lama kegiatan baru
L n (lama) = Lama kegiatan lama
Li = Jumlah lama kegiatan-kegiatan pada satu lintasan yang harus
dipercepat.
UREN = Umur rencana proyek
UPER = Umur perkiraan proyek
8. Kembali ke langkah 1

10.5 Probabilitas umur proyek


Di dalam pembahasan sebelumnya diketahui bahwa dikenal waktu atau umur perkiraan
proyek, dimana pada analisa waktu tersebut digunakan beberapa cara untuk menentukannya
antara lain : cara rata-tata, pembobotan dan lintasan kritis. Umur perkiraan proyek tersebut
berasal dari lama perkiraan waktu yang dapat dikatakan banyak mengandung kemungkinan-
kemungkinan akan berhasil atau tidaknya lama perkiraan tersebut.

Kemungkinan berhasil atau gagalnya lama perkiraan waktu tersebut mempunyai


perbandingan 50 % berhasil dan 50 % gagal. Untuk itu akan dicoba agar kemungkinan
berhasil lebih besar dari 80 % dan atau gagal lebih kecil dari 20 %. Oleh sebab itu diperlukan
beberapa syarat antara lain :
1. Telah ada network diagram yang tepat.
2. Data masing-masing kegiatan harus dapat dinyatakan dalam bentuk Lama kegiatan
pesimis (LP). lama kegiatan optimis(LO) dan lama kegiatan most likely (LM).
3. Tingkat probabilitas kemungkinan berhasil atau gagal yang diingini telah ditetapkan.

KEPASTIAN DAN KETIDAKPASTIAN


Kepastian berarti tidak ada kebimbangan atau keragu-raguan. Kepastian menjamin
keadaan yang tidak mempunyai kebimbangan atau keadaan yang bebas dari
kebimbangan.
Keadaan yang pasti (certainty) terjadi jika hanya hanya ada satu kemungkinan hasil
atau akibat dari suatu keputusan dan hasil itu diketahui dengan pasti dan peluang
terjadinya adalah satu.

12
Ketidakpastian berarti adanya kebimbangan atau keragu-raguan untuk memperkirakan hasil
dari tindakan yang sedang dilakukan.
KEPUTUSAN BERISIKO DAN KETIDAKPASTIAN
Keputusan manajerial bisa dibuat dalam keadaan (a) pasti, (b) mengandung risiko, dan
(c) ketidakpastian
a. Keadaan yang pasti (certainty) terjadi jika hanya hanya ada satu kemungkinan hasil
atau akibat dari suatu keputusan dan hasil itu diketahui dengan pasti dan peluang
terjadinya adalah satu.
b. Keputusan yang mengandung risiko (risk) berarti terdapat situasi di mana
kemungkinan hasil dari suatu keputusan lebih dari satu dan peluang tiap hasil itu
dapat diketahui atau dapat ditaksir. Bisa juga dikatakan bahwa risiko adalah potensi
timbulnya keragaman dalam hasil suatu tindakan.
c. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian adalah keadaan di mana bisa terdapat lebih
dari satu hasil dari suatu keputusan dan peluang dari tiap hasil itu tidak diketahui.
JENIS RISIKO
a. Sungkan Risiko (Risk Averse)
Menyukai sejumlah uang tertentu dengan nilai yang pasti ketimbang prospek berisiko
dengan sejumlah uang yang akan diterima dengan risiko itu.
b. Suka Risiko (Risk Loving)
Menyukai suatu prospek berisiko dengan sejumlah uang dengan risiko itu
keseimbangan sejumlah uang dengan nilai yang pasti.
c. Netral terhadap Risiko (Risk Neutral)
Menerima salah satu dari pilihan antara sejumlah uang tertentu dengan nilai yang
pasti ketimbang prospek berisiko dengan sejumlah uang yang akan diterima dengan
risiko itu.

RISIKO SISTEMIK AND RISIKO NIRSISTEMIK


Risiko sistemik dan risiko nirsistemik umumnya terdapat dalam pasar bursa efek.
a. Risiko total dalam pasar bursa efek adalah risiko sistemik dan risiko nirsistemik .
b. Risiko sistemik adalah kerentanan perolehan saham terhadap faktor-faktor
pengaruhnya secara umum.
c. Risiko nirsistemik adalah kerentanan perolehan saham tertentu terhadap faktor-faktor
pengaruhnya.

13
RISIKO MURNI DAN SPEKULATIF
a. Risiko murni terjadi jika terjadi hanya kerugian dan tidak ada peluang perolehan
hasil.
b. Risiko spekulatif terjadi jika ada baik peluang kerugian maupun peluang perolehan
hasil.
DIVERSIFIKASI RISIKO
1. Risiko tertentu bisa berdampak terhadap semua orang pada saat yang sama, misalnya
risiko resesi dunia.
2. Risiko bisa juga hanya berdampak kepada orang perseorangan seperti risiko
kecelakaan kendaraan bermotor, risiko kebakaran, atau risiko kecurian barang
berharga.
3. Risiko disebut dapat didiversifikasi jika ada kemungkinan mengurangi risiko dengan
melakukan pooling atau perjanjian menanggung risiko bersama (risk-sharing
agreement)
4. Risiko disebut tidak dapat didiversifikasi jika tidak ada kemungkinan bagi peserta
pooling untuk mengurangi risiko melalui pooling atau perjanjian menanggung risiko
bersama (risk-sharing agreement).

TINGKATAN KETIDAKPASTIAN
TINGKAT
KARAKTERISTIK CONTOH
KETIDAKPASTIAN
TIDAK ADA (PASTI)
Hasil dapat diperkirakan dengan Dalil fisika, ilmu pasti
pasti.
TINGKAT I
Hasil dapat diciri dan peluangnya Dadu, lotere, kartu, undian
(KETIDAKPASTIAN OBJEKTIF) diketahui
TINGKAT II
Hasil dapat diciri dan peluangnya Kebakaran, kecelakaan ranmor,
(KETIDAKPASTIAN SUBJEKTIF) tidak diketahui investasi umumnya

TINGKAT III
Hasil tidak dapat diciri sepenuhnya Eksplorasi ruang angkasa, riset
dan peluangnya tidak diketahui genetika, bencana alam

PENGUKURAN RISIKO DENGAN DISTRIBUSI PELUANG

14
Peluang adalah adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa atau kejadian (event)
misalnya peluang kondisi membaiknya keadaan ekonomi adalah 1 dari 4 yang berarti
peluangnya adalah atau 0,25. Daftar dari semua peristiwa yang akan terjadi dan peluang
yang dilekatkan pada peristiwa itu disebut distribusi peluang (probability distribution).
Contoh : dari semua mahasiswa yang hadir dalam suatu kelas (misalnya 40 orang),
10 orang mengatakan bahwa pada tahun 2006 perekonomian yang membaik, 20 orang
mengatakan perekonomian biasa saja, dan 10 orang mengatakan bahwa perekonomian
akan tetap resesi.
Tabulasi dari hasil itu dapat dilihat dalam daftar berikut
Perekonomian Pendapat Subjektif Peluang Terjadi
Membaik 10 10/40 = 0,25
Biasa 20 20/40 = 0,50
Resesi 10 10/40 = 0,25
Jumlah 40 1,00
LABA YANG DIHARAPKAN (EXPECTED PROFIT)
Laba yang diharapkan adalah laba yang telah memperhitungkan distribusi peluang
tiap kejadian.
Jadi laba yang diharapkan, E(i) = i Pi
E(i) = Laba yang diharapkan, p = peluang kejadian

Perhitungan Laba Yang Diharapkan


Proyek Keadaan Peluang Laba Nilai Harapan
Ekonomi ( p) () (E()
A Membaik 0,25 6.000 1.500
Biasa 0,50 5.000 2.500
Resesi 0,25 4.000 1.000
Laba yang diharapkan 5.000
B Membaik 0,25 8.000 2.000
Biasa 0,50 5.000 2.500
Resesi 0,25 2.000 500
Laba yang diharapkan 5.000
Proyek mana yang lebih berisiko?

15
Distribusi peluang laba yang diharapkan E() dapat dilihat pada grafik di bawah ini

DISTRIBUSI TEMERUS (CONTINUOUS PROBABILITY


Gambar sebelumnya menunjukkan peluang diskrit dalam artian gambar yang terkotak-kotak
segi empat dan belum menunjukkan gambar yang mulus (smooth) yang mencerminkan
peluang kejadiannya secara terus menerus (continuous).

PENGUKURAN RISIKO
Ilustrasi terdahulu memberikan gambaran secara umum tentang distribusi peluang akan
tetapi belum dapat dibuat kesimpulan tentang peringkat proyek. Dua cara sederhana untuk
mengukur risiko dan membuat peringkat proyek adalah ragam dan simpangan baku serta
koefisien variasi.

16
1. Deviasi di = Xi X
2. Ragam = 2 = (X X)2. Pi
3. Simpangan baku = = (X X)2. Pi

PERHITUNGAN 2 DAN PROYEK A DAN PROYEK B

PENAFSIRAN HASIL
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Ragam (500.000) dan Simpangan Baku
(707,11) Proyek A lebih rendah daripada Proyek B Ragam ((2.250.000)) dan Simpangan
Baku (2.121,32). Dengan demikian Proyek A lebih rendah risikonya daripada Proyek B.
Berdasarkan hasil tersebut, Proyek A lebih layak daripada Proyek B dengan anggapan
bahwa manajemen menganut prinsip penghindar risiko (risk averter).
KOEFISIEN VARIASI
Koefisien Variasi merupakan perhitungan relatif untuk mengukur risiko.
RUMUS CV = simpangan baku/rata-rata
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa untuk
Proyek A
CVA = 866,025/5.000 = 0,1732
Proyek B
CVB = 2.121,32/5.000 = 0,4243
Hasil itu juga menunjukkan bahwa Proyek B lebih bervariasi daripada Proyek A.

17
Risiko dalam proses estimasi biaya
Beberapa penelitian telah dikembangkan untuk mengatasi masalah analisa risiko dan
estimasi dari biaya tak terduga. Pendekatan yang dilakukan dalam menganalisa risiko dan
biaya tak terduga adalah secara deterministik probabilistik . Adapun beberapa pendekatan
lain yang diusulkan adalah sebagai berikut :
- Menggunakan perkiraan probabilitas dengan three points estimate yang subjektif untuk
kuantitas awal dalam setiap item. Deviasi standar dari total estimasi yang dihasilkan dapat
dipertimbangkan sebagai biaya tak terduga
- Mengembangkan suatu model dalam mengestimasi total biaya konstruksi dengan
menggunakan fuzzy sets theory
- Menggunakan metodologi analisa risiko untuk menentukan biaya tak terduga dalam
pelaksanaan proyek. Estimasi dengan menggunakan analisa risiko memperkirakan biaya tak
terduga dalam sebuah proyek dengan mengidentifikasi dan menghitung biaya risiko dalam
proyek
- Mengembangkan sebuah model untuk penilaian risiko konstruksi secara internasional.
Model menggunakan 73 indikator risiko untuk menilai risiko yang terlibat dalam suatu
pelaksanaan konstruksi
- Mengusulkan untuk menggunakan sistem skoring terhadap 25 faktor biaya tak terduga dan
menggunakan diagram untuk mengalokasikan prosentasi biaya tak terduga tersebut
Seorang estimator tidak dapat mengendalikan semua hal yang akan terjadi selama proses
estimasi berlangsung. Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan antisipasi sebanyak
mungkin selama proses estimasi sehingga risiko dapat diminimalkan. Adapun cara
meminimalkan risiko tersebut adalah:
1. Membuat asumsi-asumsi risiko yang mungkin terjadi saat membuat estimasi biaya
2. Melakukan proses estimasi biaya dengan metode yang telah ada
3. Mengambil keputusan yang terukur dan tepat
Dalam estimasi biaya terdapat 2 cara untuk mengidentifikasi ketidakpastian.
Yang pertama adalah cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi ketidakpastian yang
berkaitan dengan proyek dan yang kedua adalah cara untuk mengidentifikasi resiko yang
berhubungan dengan proses estimasi. Berikut ini adalah beberapa cara yang digunakan dalam
mengidentifikasi ketidakpastian yang berkaitan dengan proyek:
- Mempelajari semua dokumen yang berhubungan dengan proyek secara menyeluruh,
termasuk yang tertera dalam dokumen kontrak.

18
- Meninjau lokasi lapangan sebelum dilakukan penawaran.
- Membuat jadwal pelaksanaan konstruksi sebelum penawaran.
- Melakukan penyelidikan terhadap kemampuan finansial dan etika berbisnis dari pihak
owner.
- Mengidentifikasikan subkontraktor dan supplier yang layak dan dapat memenuhi kebutuhan
proyek.
- Menghadiri pertemuan yang biasanya dilakukan sebelum penawaran.
- Memastikan bahwa sumber daya akan tersedia sewaktu pelaksanaan proyek
- Mengembangkan laporan berdasarkan keadaan aktual di lokasi proyek
- Membuat strategi untuk mendapatkan proyek
- Menginvestigasikan reputasi dan etika berbisnis dari konsultan
- Mengidentifikasikan elemen-elemen dalam spesifikasi yang dapat menyebabkan timbulnya
risiko pada kontraktor
- Mengetahui tata cara perizinan yang dikeluarkan pemerintah serta persyaratan lainnya
- Mengidentifikasikan hambatan dari lingkungan sekitar yang berhubungan dengan proyek
- Mengidentifikasi kemungkinan adanya protes dari masyarakat akibat pelaksanaan proyek
- Mengetahui jumlah pekerja yang tersedia di sekitar proyek dan atau perserikatan pekerja
yang akan terlibat
- Melacak data historis mengenai cuaca di sekitar lokasi proyek
- Mengetahui lokasi pembuangan limbah
- Melakukan peninjauan ulang terhadap laporan yang menggambarkan kondisi tanah untuk
kondisi tanah yang tidak aman/baik.
- Melakukan peninjauan ulang terhadap metode pelaksanaan dan konstruksi dari proyek
untuk kondisi yang tidak biasa
- Melakukan peninjauan ulang terhadap metode konstruksi yang telah diajukan untuk
mengidentifikasi aktifitas-aktifitas yang membutuhkan sebagian kecil material yang akan
mempengaruhi turunnya produktifitas rata-rata dari pekerja
- Melakukan analisa pada setiap lokasi yang dilakukan oleh subkontraktor untuk memastikan
semua item dalam lingkup pekerjaan telah terlaksana
Dan cara yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko yang berhubungan dengan proses
estimasi adalah :
- Mengembangkan suatu prosedur yang dapat memeriksa kesalahan akibat perhitungan
matematis.

19
- Melakukan peninjauan ulang terhadap tulisan tangan yang tidak terbaca.Melakukan
peninjauan ulang terhadap tenaga kerja, material, dan perlengkapan standar yang berasal dari
data historis untuk mengidentifikasi item-item yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ada.
- Melakukan peninjauan ulang terhadap penjabaran gambar dan spesifikasi ke subkontraktor
dan supplier. Hanya gambar dan spesifikasi yang lengkap yang boleh dizinkan.
- Melakukan peninjauan ulang terhadap sistem dalam penerimaan dan penyebaran addenda
- Melakukan peninjauan ulang terhadap hasil perhitungan
- Melakukan peninjauan ulang terhadap rounding off numbers
- Menghindari skala dalam menggambar
- Melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur pembuangan limbah tambahan
- Melakukan peninjauan ulang terhadap daftar kebutuhan dan memperbaharuinya setiap saat
agar dapat diketahui kebutuhan yang tidak tertera dalam dokumen proyek seperti biaya
transportasi, permintaan peralatan, dan biaya penyimpanan
- Memastikan bahwa semua item pekerjaan berdasarkan gambar yang sesuai dengan jenis
pekerjaannya
- Melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur penerimaan penawaran dari subkontraktor
dan supplier
- Melakukan peninjauan ulang terhadap pekerjaan perhitungan detail (detailed estimate)
- Hindari penggunaan persentasi dalam perhitungan
- Melakukan peninjauan ulang terhadap sistem yang mengatur sebelum penawaran dan
setelah penawaran
- Melakukan peninjauan ulang terhadap format lembaran standar perhitungan biaya untuk
meminimalkan masalah yang ditimbulkan akibat prosedur perhitungan, dan membuat format
lembaran standar perhitungan biaya bila tidak tersedia
- Melakukan peninjauan ulang secara detail terhadap seluruh sistem yang berhubungan
dengan perhitungan yang menggunakan komputer.
Menurut Gregory A. Garret, terdapat 6 sumber ketidakpastian dan risiko dalam estimasi
biaya:
1. Kelemahan kontraktor dalam memahami persyaratan yang diminta
2. Kekeliruan dalam menginterpretasikan bahasa dalam dokumen kontrak
3. Tidak konsisten terhadap isi kontrak, baik dari pihak owner maupun kontraktor.

20
4. Terlalu terburu-buru dalam proses kontrak sehingga banyak informasi penting tentang
proyek yang terlewatkan oleh masing-masing pihak.
5. Kecurangan dalam usaha memenangkan kontrak, pada akhirnya akan menimbulkan
masalah antara kedua belah pihak.
6. Estimasi biaya proyek yang kurang tepat akibat tidak memperhitungkan historikal data,
inflasi, tidak adanya tools dalam mengembangkan estimasi parametrik, kurangnya pendidikan
formal maupun training bagi para estimator.
Berdasarkan konsep manajemen resiko dan pendekatan yang dilakukan dalam
menganalisa resiko maka berikut ini dapat dilihat contoh pengelolaan risiko dalam proses
estimasi.
1. Identifikasi risiko dalam proses estimasi biaya
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas estimasi.
Teknik-teknik yang dapat digunakan adalah melalui brainstorming, survey, wawancara,
informasi historis, penulisan ilmiah dan lain-lain.
Seperti disebutkan diatas bahwa dalam tahap awal estimasi diperlukan pemahaman
terhadap lingkup pekerjaan proyek. Maka dalam mempelajari dokumen tender terdapat
beberapa risiko yang dapat mempengaruhi kinerja biaya seperti tidak validnya data dan
informasi proyek. Hal ini dapat disebabkan oleh kekurangan informasi tentang proyek
tersebut dari pihak owner itu sendiri serta kemampuan estimator dalam memahami proyek.
2. Analisa resiko
Dalam analisa risiko dapat dilihat seberapa besar dampak dan probabilitas
terjadinya risiko. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah
subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman.
Setelah mengumpulkan informasi, ternyata ketidakvalidan data dan informasi
proyek akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja biaya
dan hal ini cukup sering terjadi. Oleh karena itu proses estimasi ini dianggap
memiliki risiko yang signifikan.
3. Pengelolaan risiko atau respon terhadap risiko
Setelah mengetahui level risiko dari proses estimasi tersebut, maka diputuskan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko tersebut (risk reduction). Tindakan ini diambil
karena dianggap risiko ini masih dapat dikelola sendiri oleh pihak kontraktor dengan cara
berusaha mengumpulkan data dan informasi pendukung yang lengkap sebelum perhitungan
biaya estimasi baik itu pada saat survei ke lapangan maupun pada saat rapat penjelasan

21
tender. Estimator akan diberikan training yang sesuai untuk lebih mengembangkan
kemampuannya dalam menyusun suatu estimasi biaya.
4. Monitoring dan kontrol
Setelah ditentukan respon yang diberikan terhadap suatu risiko, maka sangatlah penting
untuk memonitor proses pengelolaan risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah
dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah.

Kinerja Biaya Proyek


Pada pelaksanaan proyek konstruksi banyak dijumpai proyek yang mengalami
pembengkakan biaya (cost overrun) maupun keterlambatan waktu. Cost overrun merupakan
kelebihan dalam pengeluaran biaya pada tahap pelaksanaan (actual) dibandingkan dengan
anggaran yang telah direncanakan Pembengkakan biaya menjadi topik pembahasan dalam
penulisan ini dan untuk pembahasan selanjutnya pembengkakan biaya disebut dengan cost
overrun. Cost overrun pada tahap pelaksanaan proyek sangat tergantung pada perencanaan,
koordinasi dan pengendalian dari kontraktor dan juga bergantung pada estimasi anggaran
biaya
Dalam suatu pelaksanaan proyek, biaya proyek terbagi atas 2 yaitu :
1. Biaya langsung (direct cost), merupakan seluruh biaya yang berkaitan langsung dengan fisik
proyek yaitu meliputi seluruh biaya dari kegiatan yang dilakukan di proyek (dari persiapan
hingga penyelesaian) dan biaya mendatangkan seluruh sumber daya yang diperlukan oleh
proyek tersebut.
Biaya langsung terdiri atas :
- Biaya bahan/material
- Biaya upah kerja (tenaga)
- Biaya alat
- Biaya subkontraktor
2. Biaya tidak langsung (indirect cost), merupakan biaya yang diperlukan untuk mendukung
penyelesaian pekerjaan/proyek. Biaya tidak langsung terdiri atas:
- Biaya lapangan (Site Expenses) seperti biaya operasional kantor lapangan,
keamanan.
- Biaya overhead kantor pusat
- Biaya asuransi (Construction All Risk, Third Party Liabilities, Asuransi Tenaga
Kerja)

22
- Biaya provisi bank (jaminan tender, jaminan pelaksanaan, jaminan uang muka,
jaminan masa pemeliharaan)
Dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya diperoleh beberapa faktor
yang menyebabkan adanya cost overrun dalam suatu pelaksanaan konstruksi. Dari data yang
dikumpulkan oleh peneliti diperoleh
faktor-faktor berikut yang dianggap mempengaruhi cost overrun :
- Estimasi biaya, akibat data dan informasi proyek yang kurang lengkap
- Pelaksanaan dan hubungan kerja dalam tim proyek, menyangkut kompetensi
- manajer proyek
- Adanya kenaikan harga material
- Kualitas tenaga kerja yang buruk
- Tingginya harga/sewa peralatan
- Aspek keuangan, menyangkut cara pembayaran yang tidak tepat waktu
- Waktu pelaksanaan, bila selalu terjadi penundaan pekerjaan
- Adanya kebijaksanaan keuangan dari pemerintah
Untuk menentukan besarnya keuntungan proyek pada tahap akhir sebuah proyek,
diperlukan data mengenai anggaran total awal (sesuai nilai kontrak) dan biaya akhir
proyek/biaya aktual. Pengukuran kinerja biaya dapat dilakukan dengan membandingkan
persentase besarnya keuntungan dibandingkan dengan target profit yang akan memberikan
indikasi bahwa proyek mengalami cost overrun maupun sebaliknya.

Terdapat 3 indikator dasar dalam melakukan pengukuran kinerja biaya, yaitu:


- BCWP : Budget Cost of Work Performance, yaitu nilai pekerjaan yang telah diselesaikan
- ACWP : Actual cost of Work Performance, yaitu biaya actual yang digunakan untuk
pelaksanaan proyek

23
- BCWS : Budget Cost of work Scheduled, anggaran untuk suatu paket pekerjaan tetapi
disusun dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan
Cost Variance (CV) dihitung =BCWP ACWP
CV bernilai negative, mengindikasikan terjadinya Cost Overrun
CV bernilai positif, mengindikasikan tidak terjadinya Cost Overrun
Cost performance Indeks (CPI) dihitung BCWP/ACWP
CPI < 1, mengindikasikan kinerja biaya yang buruk
CPI > 1 mengindikasikan kinerja biaya yang baik
Hubungan Antara Risiko Dalam Proses Estimasi Biaya Dengan Kinerja Biaya Proyek
Antisipasi risiko dalam proses estimasi biaya harus dilakukan untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam mengestimasi biaya proyek sehingga mengakibatkan kerugian
proyek pada proses pelaksanaan. Minimalisasi risiko dapat dilakukan dengan membuat
asumsi-asumsi risiko yang mungkin terjadi pada saat membuat estimasi biaya, melakukan
proses estimasi dengan metode yang telah ada, serta mengambil keputusan secara terukur dan
tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan subkontraktor yang lebih
ahli dalam melaksnakan bidang tertentu sehingga risiko dapat dihindari.
Dengan adanya antisipasi risiko dalam proses estimasi, diharapkan keakuratan dan
reliabilitas estimasi biaya menjadi lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat
menunjang kinerja biaya proyek menjadi lebih baik karena tidak terjadi cost overrun akibat
kesalahan dalam estimasi biaya.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://ariefharahap.blogspot.com/2011/11/manajemen-resiko.html
http://kuliah-manajemen.blogspot.com/2009/12/manajemen-
proyek.html
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/129191-T%2026784
Pebgelolaan%20RisikoTinjauan%20literatur.pdf
http://melinda-iriliani.blogspot.com/2011/03/manajemen-waktu-
proyek.html
http://stti.i-tech.ac.id/component/phocadownload/category/55-
manajemen-proyek-teknologi-informasi?download=327:modul-10-
analisa

25

Anda mungkin juga menyukai