Anda di halaman 1dari 3

2.

DIARE KRONIS PADA ANAK


2.1 Pengertian
Diare kronis adalah diare yang berlangsung > 14 hari.
2.2 Etiologi
Menurut WHO:
1. Kuman penyebab yang khusus
a. Lebih sering ditemukan pada diare kronik daripada diare akut
Enteroadherent e. coli
Enteropathogenic e. coli
Cryptosporidium
b. Sama dengan diare akut
Shigella
Nonthypoid salmonella
Campylobacter jejuni
Enterotoxigenic e. coli
Giardia lamblia
Entamoeba histolytica
Clostridium lamblia
2. Faktor host
a. Gizi buruuk : atrofi mukosa usus, regenerasi epitel usus berkurang, pembentukan
enzim serta penyerapannya terganggu
b. Defisiensi zat imunologis
c. Defisiensi enzim laktase
d. Alergi makanan

3. Faktor lain
- Penanangan diare yang tidak cocok/efektif
- Pengehentian ASI dan makanan
- Penggunaan obat-obat antimotilitas
2.3 Diagnosis
a. Anamnesis
Mengetahui sudah berapa lama diare
Mengetahui penyebab terjadinya diare kronik
Derajat beratnya malabsorbsi
Adanya penyakit yang mendasari diare kronik
Menentukan derajat malnutrisi
Penanganan yang telah dilaksanankan, termasuk obat-obat yang telah diberikan
Makanan yang diberikan sebelum dan selama diare serta reaksi pemberian makanan
tersebut
b. Pemeriksaan fisik
Menilai status gizi anak, dengan menilai kemampuan makan anak berdasarkan
riwayat makan sewaktu sehat dan riwayat makan selama sakit, keadaan umum serta
pengamatan, sehingga dapat kesimpulan cara dan bentuk pemberian makanan
Status hidrasi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin/sederhana

Pemeriksaan Indikasi Arti pemeriksaan dan apa


yang harus dicari
Makroskopis tinja Rutin Adanya darah
menunjukkan disentri,
biasanya Shigella *
Mikroskopis tinja Diare akut dan kronik Adanya trofozoit dan/atau
yang tidak bereaksi kista untuk mendiagnosis
terhadpa pemberian girdiasis dan amubiasis.
cairan dan makanan serta Adanya sel darah merah
pengobatan antimikroba sebagai buktu adanya
Anamnesis adanya kuman invasif, misalnya
infeksi cacing shigella
Adanya telur cacing
Biakan tinja dan Pengamatan etiologi Adanya bakteri penyebab,
sensitivitas diare kronik (terutama bersama=sama dengan
bila gizinya buruk) kepekaan terhadap
antibiotika
pH tinja dan zat reduksi Diare kronik yang Rendahnya Ph ditambah
berhubungan dengan nadnaya gula (tes
intoleransi terhadap Bennedict atau clinitest
karbohidrat tablet) menujukkan
Sewaktu diberi oralit, penyerapan karbohidrat
tinja yang keluar seperti laktosa, sukrosa
bertambah banyak dan glukosa yang buruk
**
Darah Rutin : analisis gas darah Adanya kelainan elektrolit
Gangguan fungsi ginjal

*: pemeriksaan mikroskopik tinja lebih sensitif daripada pemeriksaan


makroskopis, tetapi untuk infeksi Shigella, pemeriksaan mikroskopis tidak lebih
spesifik jika dibandingkan dengan pemeriksaan makroskopis
**: adanya zat reduksi tidaklah secara otomatis menunjukkan adanya intoleransi
secara klinis. Hal ini harus dibuktikan dengan reaksi penderita bila bahan=bahan
yang diduga sebagai penyebab intoleransi tersebut dihilangkan dari dietnya

2.4 Penatalaksanaan
a) Rehidrasi enteral/parenteral
1. Tanpa KEP
Rehidrasi oral/intravena (pemberian oralit)
2. Dengan KEP
Cairan yang digunakan untuk infusnya adalah DG 10 % (banyak mengandung K).
Banyaknya cairan yang diberikan 200 ml/kgBB/hari, diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam
b) Terapi nutrisi
1. Nutrisi enteral
Pada bayi yang mendapat ASI
Kalau ASI tidak ada, beri susu formula rendah/bebas laktosa. Kalau dengan
susu formula rendah / bebas laktosa tidak ada perbaikan, dapt diberikan susu
formula ksusus seperti pepti junior, nutrimigen, pregestimil
Pada anak-anal, makanan yang diberikan adalah Modisco I atau II.
Kalau keadaan membaik, berikan makanan cairlunakbiasa sesuai dengan
umur
2. Nutrisi parenteral total
Terdiri dari air, elektrolit, asam amin, emulsi leamk, mineral, vitamin dan trace
element.
c) Medikamentosa
1. Antibiotika
Umumnya tidak dianjurkan, bahkan berbahaya karena dapat mengubah/overgrowth
flora usus, sehingga diare bertambah buruk.
2. Obat antidiare
Pemberian obat pengeras tinja(kaolin, pektin, arang aktif, attapulgit dan smectite),
dan obat antidiare (difenoksilat dan loperamid) tidak dianjurkan.
3. Koletiramin
Kolestiramin (anion exchange resin) mengikat asam empedu yang toksis untuk usus
menjadi kompleks yang tidak larut dan dikeluarkan bersama tinja sehingga stimulasi
terhadap usus hilang. Dosis 4-20 gram cukup efektif dalam mengurangi jumlah tinja.
4. Bismut sub salisilat
Seperti kolestiramin, bismut juga megikat asam empedu.
d) Pengobatan lain
Mikronutrient seperti vit A, B12, asam folat, Zn dan Fe sangat berguna untuk regenerasi
mukosa dan reaksi imunologis
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah KEP dan failure to thrive, yang akan memudahkan
terjadinya infeksi sekunder
Daftar pustaka
Suraatmaja, S.2007. Kapita Selekta: Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagungseto

Anda mungkin juga menyukai