By Frisca Ay
***
Alvin mengantar Sivia pulang karena tadi di Rumah sakittepatnya di ruang rawat
Rio tengah terjadi pertengkaran kecil. Rio yang memeluk Ify lalu di pisahkan oleh Gabriel
selepas Ayahnya dan Dokter keluar meminta semua orang yang berada di dalam ruang
tersebut untuk pergi terkecuali Ify tentunya. Bahasa kasarnya Rio mengusir mereka semua
dan tentu membuat Alvin serta Cakka melotot kemudian terjadilah pertengkaran khas mereka
bertiga, walaupun Aren sebetulnya ingn sekali saat itu bergabung dengan sahabatnya tersebut.
Tapia apa yang bisa dia lakukan? Rio masih belum mau banyak berbicara padanya.
Sivia turun dari motor Alvin lalu memberikan helmnya. Lo langsung pulang, Kak?
Tanya Sivia lalu Alvin menggeleng setelah memperhatikan situasi Rumah Siviatepatnya
mobil Papa si doi ini. Jadi, anak mama yang pendiam dan kalem lagi deh nanti kalau ada
Papa Sivia. Sangar bro
Gue pulang aja, Dek. Jawab Alvin lalu menggantungkan helm yang di berikan oleh
Via.
Oh yaudah kalau gitu, hati-hati ya. Mendengar nada perhatian dari sang pujaan hati
membuat Alay Alvin mulai kumat setelah beberapa waktu hibernasi.
Dek Panggil Alvin ketika Sivia sudah mulai memasuki gerbang rumahnya. Alvin
beranjak dari motor lalu menghampiri si Doi. Keduanya hanya saling berhadap-hadapan
seperkian detik, Sivia mengkerutkan kening ketika melihat wajah Alvin yang mulai
berkeringat padahal sekarang cuacanya mendung banget.
Ada apa, Kak? Alvin menggaruk tengkuknya bingung ingin memulai dari mana.
Iya, elo kenapa? Ujar Sivia gemas ketika Alvin tak kunjung melanjutkan
ucapannya. Duhbilang, nggak, bilang, nggak. Batin Alvin mulai frustasi, Ia menghela
napasnya berat sembari menolehkan kepalanya kana dan kiri secara bergantian, merasa aman
Ia pun memejamkan mata lalu mengecup cepat pipi kiri Sivia lantas segera menuju motornya
dan menggas cepat meninggalkan Sivia yang diam mematung.
Sivia tidak bergerak bahkan hanya terdiam meraskan aliran darahnya berdesir hebat.
Hampir saja Sivia terhuyung jika tidak memegang pagar saat ini. Bukan. Bukan karena
kecupan kilat dari Alvin yang membuatnya seperti ini. Tapi dibalik itu, Alvin mengatakan
dengan cepat sebuah kalimat kecil yang membuatnya ingin terbang ke langit sana.
Gu juga sayang elo, Kak! Kenapa nggak nembak aja sih?! Ujar Sivia gregetan
sambil loncat-loncat tidak jelas. Bahkan Ia hampir saja menabrak pagar rumahnya.
***
Rio menupang dagu dengan posisi duduknya saat ini tepat mengarah pada cewek
mungil yang tengah menangis tiada henti sejak tadi. Satu alis Rio sengaja terangkat satu
merasa bingung harus melakukan hal apa agar gadis pujaannya ini menghentikan tangisnya
yang membuat Rio pening sendiri. Entah berapa kali helaan napas kasar yang Rio ciptakan
sejak tadi membuat dia ingin tidur saja.
Tetapi, setiap Rio ingin mencoba menutup matanya gadisnya itu justru menambah
volume tangisnya yang membuat Rio gregetan sendri. Jadilah sekarang mata Rio benar-benar
membulat total dan mengurungkan niatnya untuk memejamkan mata karena mengantuk.
Nih lihat deh, mata gue nggak merem kok. Gue ngak tidur lagi. Ujar Rio sembari
menghela dagu gadisnya lalu melototkan mata agar gadis ituIfy bisa melihatnya dan
menghentikan tangis. Namun, Ify tetap tidak menghentikan tangisnya justru menunduk
kembali dan masih terdengar sesegukan.
Rio nampak frustasi, bagaimana caranya menghentikan tangis Ify agar Ia bisa
mengobrol. Karena rasanya Ia sangat merindukan sosok mungil ini, selama tidur panjangnya
yang tidak Ia ketahui berapa lama, Rio terus bertemu Ify di alam mimpinya. Wajar Rio
merasa bosan dengan tangis Ify, sejak 2 jam lalu Ia mengerjai Ify di tengah-tengah semua
orang, dengan berpura-pura lupa hanya pada sosok mungil ini dan rasanya Rio ingin tertawa
melihat Ify yang bersiap menangis serta meninggalkan ruang ini.
Rio tersenyum mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, jika saja Gabariel
sepupunya tidak mengganggu dengan memisahkan dirinya yang memeluk Ify begitu erat
mungkin sampai saat ini Ia ingin terus memeluk Ify. Seolah ingin menjadikan mimpinya itu
benar-benar nyata untuk menjadi kisah yang manis.
Tanpa Rio sadari, Ify mulai meredakan tangisnya dengan mendongak dan menatap
Rio yang kini tengah melamun sambil tersenyum tidak jelas dengan pandangan menerawang
ke atas. Ify menghapus air matanya lalu terdiam sejenak memperhatikan Rio.
Jangan pejamin mata lo. Gue nggak mau lo tinggal tidur lagi, Kak. Rio tersadar dan
menjatuhkan pandangannya lagi pada Ify yang kini menatapnya dengan bolamata yang
berkaca-kaca. Rio tersenyum manis lalu meraih pipi Ify sembari menghapus air mata gadis
pujaannya itu dengan lembut.
Senyum manis Rio berubah menjadi senyuman nakal yang mengejek bahkan Ia
memainkan alisnya. Kemarin nyuruh gue pergi, pas gue tinggal tidur doang malah di
tangisin. Mangkanya jangan jaim, tapi cewek jaim bikin greget sih. Mesti mati-matian di
perjuangin, hasilnya manis. Pukulan kecil mendarat pada lengan Rio, Ify menyipitkan
matanya.
Asyik loh main perang, Fy. Rio memulai kembali dengan jokes-nya yang selalu
membuat ify merindukan hal sederhana itu dari sosok jangkung tersebut. Rio memainkan
alisnya dan membuat Ify tertawa kecil tidak lagi jutek atau berdecak sebal seperti yang dulu
di lakukannya pada Rio. Perang dalam kamar Lanjutnya sehingga membuat Ify
menggelengkan kepala karena sudah tahu pasti lanjutannya akan seperti itu.
Setelah lo bangun, sarap lo malah lebih bermasalah. Ujar Ify membuat Rio terkekeh
pelan.
Walaupun gue bilang nggak, lo tetap maksa gue sampai ke titik ini.
Titik apa maksud lo? Ujar Rio pura-pura bloon padahal otak jeniusnya itu sudah
tahu apa maksud Ify.
Ya..ya..ya ke titik ini pokoknya. Jawab Ify gugup lalu membuang muka ke arah
lain, Rio tersenyum miring menatap Ify yang mulai gugup. Titik dimana mulai merasakan
hal yang sama, right? Ify tidak lagi membalas ucapan Rio tersebut, dia sendiri menjadi
bingung apakah mengelah atau mengiyakan. Diam, kunci yang terbaik untuknya saat ini.
***
Agni mengulurkan sebuah kaleng minuman dingin pada Cakka dan di sambut penuh
senyum oleh kembaran Alvin tersebut. Keduanya duduk menghadap danau buatan kecil yang
berada di timur taman inicukup dekat dengan Rumah mereka. Cakka kesulitan membuka
kaleng minumannya, Agni yang melihat itu pun tergelak lantas mengambil paksa kaleng
minuman Cakka lalu membukanya.
Cakka menatap Agni lalu berdehem kecil dan kembali mengambi kaleng minumannya
dari Agni.
Kadang cowok nggak semuanya bisa bersikap jadi cowok ya. Komentar Agni
seakan tahu maksud cewek di sampingnya ini, Cakka tertawa kecil lalu menjewer telinga
Agni.
Gue tadi nggak fokus, mungkin efek senang banget. Ujar Cakka sehingga Agni
segera menghentikan tegukannya.
Sahabat gue Rio, dia udah sadar dari komanya selama 2 minggu.
Dia koma karena apa? Tanya Agni penasara, Cakka hanya menghela napas berat
lalu menekuk lutunya.
Lo pasti tahu Debo. Agni mendengarkan penuh seksama lalu mengangguk. Iya,
gue tahu dia kok. Malah sekelas. Seketika mata Cakka melotot lalu menoleh pada Agni,
merasa di perhatikan seperti itu oleh Cakka membuat Agni mengkerutkan kening kemudian
mendorong kepala Cakka.
Apasih lo, biasa aja dong lihatnya. Sebetulnya Agni grogi dilihat seperti itu oleh
Cakka, seumur-umur dia kan tidak pernah sedekat ini dengan lawan jenis yang sepantaran
kalau pun Ia cuma dengan Septian dia seperti itu, tapi tidak begitu dekat seolah memberikan
status special seperti ini.
Kok muka lo merah gitu gue deketin tadi. Cakka tertwa geli melihat wajah Agni
yang semerah tomat. Lanjut cerita lo cepetan, udah sore nih. Kesal Agni sehingga membuat
Cakka kembali melanjutkan ceritanya. Ia menceritakan bagaimana kronologis permusuhan
antara sahabatnya dengan Debo hingga aksi brutal yang di lakukan oleh Debo sehingga
membuat Rio seperti ini, selama Cakka menjelaskan Agni hanya mengangguk dan menyimak
dengan baik tanpa berkomentar.
Pantasan 2 minggu yang lalu ada berita Debo masuk rumah rehabilitasi dan di
keluarin dari Sekolah tapi pihak Sekolah kayak yang nyembunyiin gitu penyebabnya. Oh,
jadi ini masalahnya. Akhirnya Agni berkomentar setelah Cakka selesai menceritakan
semuanya dengan jelas, singkat sampai tuntas.
Gue juga tahu kalau Rio di kroyok pas datang disini, eh tahu-tahu dia koma aja
selama 2 minggu. Ujar Cakka yang merasa kesal kenapa Alvin tidak menghubunginya kalau
Rio di kroyok seperti ini.
Ya udahlah, sekarang dia juga udah sadar, kan? Agni melempar kaleng minumannya
pada tong sampah yang cukup dekat dengan mereka dan masuk. Cakka menoleh lalu
mengangguk kemudian pandangannya beralih pada benda yang terus bersilauan dekat kaki
Agni. Seketika Ia tersenyum kecil lantas berdehem.
Alhamdulillah, gelang kaki kado gue di pakai. Agni melotot mendengar suara
Cakka yang sengaja ditinggikan oleh cowok disampingnya tersebut. Ia meninju lengan Cakka
karena malu juga kesal.
Turunin gue, woy! Lo apaan sih. Agni benar-benar kesal lalu memukul punggung
Cakka, tapi tidak dihiraukan oleh cowok itu. Cakka bahkan tidak merasa kesakitan ketika
Agni terus memukulnya.
Pukul aja sesuka lo, gue udah bebal. Asal jangan pukul hati gue, disitu letak
sensitifnya. Agni memutar kedua bolamatanya.
***
Ify masih setia menunggu Rio dengan di temani sebuah novel, IFy melirik Rio yang
berbaring karena merasa tengkuknya mulai terasa sakit, Ia berdehem agar Ify sadar dari
keterlmunannya. Alis Rio terangkat satu saat melihat secarik kertas yang sejak gadis mungil
ini datang tidak pernah Ia lepaskan dari genggamannya itukertas yang di dalamnya berisi
tulisan Ify ketika di ruang musik. Ify mengkerutkan kening melihat gelagat Rio yang aneh.
Rio tersenyum licik, ketika melihat kesempatan Ia langsung mengambil secarik kertas
milik Ify lantas membukanya dan segera membaca. Ify melototkan matanya saat Rio
mengambil kertas miliknya, Ia berusaha mengambil kembali kertas itu dari Rio.
Kak Rio balikin! Itu punya gue, lo apaan sih. Rajuk Ify berharap Rio mau
mengembalikannya. Bukan Rio namanya yang mau mengalah begitu asja, Ia justru
menjulurkan lidahnya pada Ify. Pelit banget lo, gue mau tahu isinya apa.
Nggak perlu, siniin! Ify terus mencoba mengambilnya karena tangan Rio terlalu
panjang dan Ify juga susah untuk meraihnya di kala Rio terus menjunjungkan ke atas.
Keseimbangan Ify mulai goyah saat Rio mulai menggelitiki pinggangnya dengan salah satu
tangan yang masih bebas. Memang dasar Rio anak ajaib, baru saja sadar sudah seperti orang
sakit biasa, padahal tengkuknya saat ini saja tengah dikenakan busa khusus lalu bagian jidat
di perban kecil dan juga di bagian atas pipi kiri, belum lagi lebam di sudut bibir.
Rio tertawa geli melihat Ify yang terus berusaha mengambil kertasnya walaupun Rio
terus menyerah dengan menggelitiki pinggang si gadis mungilnya itu.
Lucu deh lo Fy, goyang patah-patah gitu. Ujar Rio geli melihat gerak Ify yang
memang mirip seperti orang goyang patah-patah. Merasa kesal karena terus dikerjai oleh Rio,
berniat ingin menutup mulut Rio yang terus mengatainya Ia justru benar-benar hilang
keseimbangan dan jatuh kembali dalam pelukan cowok jangkung tersebut.
Untung saja Rio siaga dan memang taktiknya untuk kembali mengambil kesempatan.
Rio tersenyum manis sedangkan Ify salah tingkah dibuatnya. Ia berusaha untuk kembali ke
posisi semula tetapi Rio lebih mengeratkan pelukan itu.
Gue ngerasa lo jauh walaupun sekarang kita sedekat ini. Gue nggak akan banyak
ambil waktu lo, hanya sedikit dari sekian banyaknya. Pelukan itu perlahan mengendur dan
Ify pun kembali ke posisi semula. Ia menjadi lebih salah tingkah sembari menggaruk
tengkuknya yang tidak gatal dan bingung akan melakukan apa sedangkan Rio sendiri hanya
tersenyum melihat kelakuan Ify terkena syndrome grogi, ckck
Lo pasti udah tahu kehidupan keluarga gue Ify meneguk ludahnya lantas menatap
Rio yang kini juga menatapnya lebih dulu. Entah dari Aren atau si kembar koplak, gue
benar? Ify mengangguk ragu sambil menggigit bawah bibirnya. Terdengar Rio menghela
napasnya dengan berat.
Gue punya harapan dan mimpi. Ify menoleh lantas menatap Rio yang saat ini
memandangi langit ruangan sembari tersenyum.
Apa?
Gue punya harapan untuk mengembalikan lagi keluarga gue. Rio menoleh ke arah
Ify yang saat ini menatapnya. Kadang gue iri lihat lo. Bisa melakukan hal yang nggak
pernah bisa gue lakukan lagi bersama keluarga sendiri. Anak dari keluarga yang broken home
bisa apa selain berharap? Cowok jangkung itu tersenyum miris jika mengingat keluarganya
Dan mimpi gue Rio menggantungkan kalimatnya, menatap Ify dengan lembut
seolah mencoba membaca dari sorot mata gadis pujaannya itu sejenak. Membangun
keluarga kecil yang bahagia, menjaga dan melindungi anak dan isteri gue. Nggak akan gue
biarin mereka merasakan hal sama seperti yang gue rasakan saat ini. Nggak akan, Fy. Rio
bertutur begitu lembut ketika mengatakan mimpinya itu pada Ify, sempat membuat Ify
terharus mendengar mimpi Rio tersebut.
Serapuh itu seorang Rio? Tanya gadis tersebut sehingga Rio kembali terkekeh.
Jauh. Gue jauh lebih rapuh dari cewek kalau lo ingin tahu itu. Fisik dan sikap boleh
berbohong tapi disini Rio meletakkan telapak tangannya pada dada di sebelah kiri. Gue
berusaha mati-matian untuk bohongin hati walaupun berulang kali selalu gagal. Lelah, jadi
makanan sehari-hari buat gue untuk putus asa dengan semuanya. Ia memejamkan matan
sejenak lalu membuka kembali ketika merasakan tangannya saat ini tengah di genggam.
Boleh gue ikut ke dalam hidup lo? Rio tersenyum mendengar pertanyaan polos Ify.
Cukup modal nekat untuk masuk ke dalam hidup gue yang gelap.
Anggap gue sebagai cahaya, nggak perlu cahaya yang banyak. Cukup sebatang lilin
sebagai penerang lo. Rio menggeleng cepat. Jangan lilin. Lanjut Rio, Ia kembali
mengambil posisi duduk lalu menatap Ify penuh sungguh.
Gue rasa itu membantu lo dalam gelap. Rio membalas genggaman tangan Ify
bahkan lebir erat. Iya membantu, tapi teori lo salah.
Lilin punya dua keburukan untuk dirinya sendiri. Jawab Rio sehingga Ify pun
menyipitkan matanya lalu melepaskan genggaman itu dengan perlahan. Melihat itu, Rio
langsung mencegah tangan Ify yang ingin melepas dengan menggenggam lebih erat.
Lilin bisa mati entah karena lelehan atau angin, Lilin mengorbankan diri demi
memberikan cahaya sederhananya. Istilahnya, Gue yang beruntung dan lo buntung. Jelas
Rio dan kini Ify yang tertawa dibuatnya.
Selama itu membantu, kenapa nggak? Rio berdecak sembari mengacak pelan
puncak kepala Ify dengan gemas. Karena gue nggak akan pernah rela, Fy.
Jam besuk pun habis hingga tidak terasa, terpaksa Ify harus pulang dan membiarkan
Rio istirahat walaupun sebenarnya Ia tidak relaterlalu takut kalau Rio akan koma lagi.
Awas lo kalau tidurnya lama, gue nangis sampai lo bangun! Rio terkekeh geli
mendengarnya lalu mengangguk.
Udah sana pulang lo, gue bosan tahu nggak liat lo mulu. Ujar Rio sehingga
membuat Ify menyipitkan matanya.
Maksud lo?
Yakali gue setan, rese lo. Gue pulang. Pamit Ify dan segera beranjak dari kursi,
lengannya pun kembali di cegah Rio. Ify lantas menoleh dan menatap Rio.
Gue cuma mau nanya. Gimana perasaan lo sama gue? Ify tertegun lalu mengalihkan
wajahnya sembari mengigit bawah bibirnya, Ia bahkan menarik lengannya dari genggaman
Rio dengan pelan.
Maaf, belum bisa gue jawab sekarang, lo istirahat gih. Jawab Ify merasa tidak enak
ketika perubahan wajah Rio, cowok jangkung itu pun berusaha tersenyum.
Lo boleh pulang. Ujar Rio dan mempersilahkan Ify untuk pergi dari ruangannya,
memastikan semuanya kembali seperti semula Ify akhirnya kembali melangkah untuk keluar
dari ruangan tersebut. Sebelum benar-benar pergi, Ia kembali menoleh ke arah Rio yang saat
ini memegang keningnya.
Fy Perlahan sakit itu mulai mereda tapi justru kedua mata Rio terasa berat hingga
akhirnya tertutup begitu saja. Kertas milik Ify yang tadi di genggamanya terlepas dan jatuh ke
lantai, Rio kembali tidak sadarkan diri.
Bersambung.
Bhak =))
Udah baca aja(?) jangan bilang pendek yak, ntar gue pendekin lagi nih.
Suka
Bagikan
Frisca Arda Yani, Yeyen Pratiwi dan 114 orang lainnya menyukai ini.
Intan Fatiha tambahhh bikinnnn greget aja ini cerbung tapi gueee sukaaaa!
55 menit Suka
Ginia Ariandini Chundory halahhhh udah gue dugaaaa bakal ada masalah lagi(?) wkwk
sipit emang kejem dah
40 menit Suka
Shofaria Annajah Qodir aduh duh, itu rio kenapa lagi sih.,?? Aisshh,. hangan tidur lagi
plisss
38 menit Suka
Dwi Inten Qur'aniyanti Rio butuh elo Fy... Rio butuh kepastian dri lo! Greget sama Ify :'v
Rio sian amat yaa nasibnya kok gtu mulu kapan senengnya.. wkwk
36 menit Suka
Hlmts Suada njirrr rio nya pingsan doang atau koma lagi sih ah gregetttt kak nexttt
cepetan yak *bhak
33 menit Suka
Nur Fitriani Huaaa kaFris itu Rio kenapaaah? Oemjeeh, pliis deh masa Rio mesti koma
lagii? Aelaahh jgn sad ending dong kaaak Ify masih belum ngaku jugaa? Duuh Fy, Rio butuh
kepastian lo tuh, lanjuut cepeek kaFris, ini panjang kok kak puaaanjaaanngg buangeeet
29 menit Suka
Shevina NK kak :') hobi banget ngegantung, kasihan tau... gak capek apa di gantung
mulu, bukan cinta doang yang harus sampe jelas,cerbung juga :') (?) lanjut yang cepet ya..
21 menit Suka
Hawkins Lisa kak fris kenapa loe bikin diri rio miris mulu...gak tega ngebyangin.y
16 menit Suka
Fauziah Puspa huaa. rio jan pngsan lg. greget sumveh. lnjutkak lnjut
13 menit Suka
Gebrina Damia Azizah udah gue duga. kafris gabakalan sebaik itu ngasih satu part
isinya so sweet semua
8 menit Suka
Tulis komentar...
Frisca Arda Yani
Semua Catatan
Sisipkan Kiriman
Laporkan
Permintaan Pertemanan
Lihat Semua
Permintaan Pertemanan
Ustadz Willy
1 teman yang sama
Ulfah
129 teman yang sama
Lihat Semua
Orang Yang Mungkin Anda Kenal
Muhammad Idris
Leesha Bonet
Abraham Er (giding)
Yeni Gusnita