PENDAHULUAN
Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat
khususnya dalam bidang industri. Oleh karena itu, dunia industri dituntut
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam menyeimbangkan
kemajuan teknologi, khususnya dalam bidang industri. Seseorang harus memiliki
suatu keahlian dalam bidang tertentu, agar seseorang bisa menempatkan diri dan
berguna. Selain itu, kemajuan teknologi juga sangat berpengaruh terhadap
produksi.
1.3 Tujuan
Mengetahui pengaruh parameter proses pengerolan.
Memahami perubahan sifat mekanik dan struktur mikro akibat
proses cold working dan rekristalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Dasar
Rolling dilakukan dalam dua tahap. Pertama dilakukan pada suhu yang
tinggi atau disebut hot rolling. Hot rolling dilakukan untuk mengurangi dimensi
bahan baku (ingot) secara besar-besaran. Setelah hot rolling selanjutnya dilakukan
cold rolling, yaitu pengerolan pada suhu ruang. Pada cold rolling pengurangan
dimensi tidak dilakukan secara besar-besaran karena proses ini memerlukan
tenaga yang sangat besar. Cold rolling dilaksanakan sebagai finishing untuk
mencapai dimensi yang sesuai, memperhalus permukaan benda kerja, dan
meningkatkan sifat mekanis benda kerja.
Hot Rolling
Hot rolling merupakan tahap awal dari proses pengerolan material. Hot
rolling dilakukan di atas suhu rekristalisasi. Material yang akan dirol biasanya
berupa ingot atau logam hasil penuangan (pengecoran). Material tuang memiliki
struktur yang kasar dan butir-butirnya tidak seragam. Karena struktur di dalamnya
kasar dan tidak seragam, material tuang memiliki sifat yang getas dan ada
kemungkinan memiliki lubang kecil (pori-pori). Dengan dilakukannya proses hot
rolling, struktur material tuang dapat dikonversi menjadi struktur material tempa
(wrought structure). Wrought structure memiliki butir-butir yang lebih halus dan
rapi. Kondisi butir tersebut menjadikan material bersifat lebih ductile. Di samping
itu proses hot rolling juga dapat menutup lubang-lubang kecil di dalam material.
Cold Rolling
Cold rolling atau pengerolan dingin merupakan proses akhir dari
rangkaian proses pengerolan. Cold rollingdilakukan pada suhu ruang. Karena
dilakukan pada suhu ruang, cold rolling memerlukan energi yang besar (karena
material dengan suhu ruang memiliki kekuatan yang lebih besar) dan akan
menghasilkan produk dengan sifat anisotropic.
Pada proses rolling terjadi perubahan deformasi dan perubahan butir dari butir
equiaxed menjadi butir yang terelongasi. Jumlah pengerjaan dingin yang dapat
dialami logam terghantung kepada kekuatannya, semakin ulet suatu logam, maka
makin besar pengerjaan dingin yang dapat dilakukan. Logam murni relatif lebih
mudah mengalami deformasi daripada paduan, karena penambahan unsur paduan
cenderung meningkatkan gejala pengerasan regangan.
Proses canai dingin dilakukan untuk mendapatkan lembaran strip dan lembaran
tipis dengan penyelesaian permukaan yang baik dan bertambahnya kekuatan
mekanis. Pada saat yang sama juga dilakukan pengendalian dimensi produk yang
ketat. Selain itu, canai dingin akan menghasilkan lembaran dan strip yang
memiliki kualitas permukaan akhir yang lebih baik serta kesalahan dimensional
yang lebih kecil dibandingkan apabila menggunakan proses canai panas.
Reduksi total yang dapat dengan pengerolan dingin, biasanya beragam dari 50%
sampai 90%. Pada umumnya reduksi terkecil terdapat pada tahap akhir agar
diperolah pengerolan yang lebih baik. Parameter-parameter utama dalam proses
canai adalah
1. Dimater roll
4. Adanya tegangan tarik ke depan dan atau tegangan tarik ke belakang pada
bidang lembaran
Peralatan untuk melakukan proses canai tersebut pada dasarnya terdiri dari
sebagian-sebagian seperti:
1.Roll
Menurut jumlah dan susunan roll, maka rolling mill dapat dibedakan menjadi:
Two high mill, merupakan pengerol logam dua tingkat dan jenis yang
paling sederhana
Three high mill, merupakan pengerol logam tiga tingkat. Roll ini
mengeliminasi kelemahan dari roll dua tingkat , namun diperlukan
perangkat tambahan untuk menaikkan atau menurunkan material, yaitu
digunakan manipulator mekanis untuk memutar atau menggeser material.
Gambar 2.5 Three high mill
Four high mill, merupakan pengerol logam empat tingkat. Roll diameter
lebih kecil menghasilkan panjang kontak yang lebih pendek untuk
pereduksian yang sama, sehingga diperlukan gaya yang lebih kecil dan
energi yang lebih sedikit. Penampang lebih kecil mengurangi kekakuan,
dan roll cenderung melengkung sehingga perlu ditopang dengan roll
diameter besar
2.Bantalan (bearing)
4.Pengendali, untuk mengatur catu daya untuk roll dan untuk mengendalikan
kecepatannya
1.Cacat Cetakan
Cacat cetakan ini diakibatkan oleh terjadinya pertambahan panjang pada lateral
dan kemudian dihambat oleh gaya-gaya gesek transversal. Kemudian karena
adanya bukit gesekan, maka gaya gesekan mengarah ke pusat lembaran. Hal ini
mengakibatkan terjadinya penyebaran yang lebih sempit daripada tepinya.
Lembaran mengalami pertambahan panjang sementara itu pengurangan tebal tepi
akan menyebar ke arah lateral, sehingga lembaran dapat mengalami sedikit
pembulatan pada ujung-ujungnya. Dari hubungan kontinuitas antara tepi dengan
pusat, maka pinggiran mengalami regangan, suatu kondisi yang menimbulkan
retak tepi.
2.Cacat Kerataan
Cacat pengerolan ini terjadi karena pelat tidak rata pada saat dilakukan proses
canai. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan perpanjangan pada tempat
tertentu dimana lembaran tipis dan pelat menjadi berombak.
Terjadinya karena ada ikatan lemabran akibat salah satu bagian roll lebih tinggi
atau lebih rendah dibandingkan dengan celah roll.
Cacat ini terjadinya karena adanya perbedaan ketinggian celah roll, akibatnya
ketebalan lembaran hasil roll tidak sama ketebalannya pada masing-masing sisi
dan pada salah satu sisi lembaran akan menjadi lebih panjang daripada sisi yang
lain, akibatnya pelat menjadi melengkung.
Cacat jenis ini terjadi karena adanya deformasi elastis pada roll. Produk pelat
lebih tebal dibagian tengah daripada dibagian pinggir.
6.Cacat-cacat lain
Pelumasan
Pada hot rolling biasanya tidak menggunakan pelumasan. Hot
rolling menggunakan larutan berbasis air untuk mendinginkan rol dan memecah
kerak pada benda kerja. Pada logam non ferro biasanya diberi tambahan
minyak,emulsion, dan fatty acid. Sedangkan pada cold rolling biasanya
menggunakan campuran minyak dan air, atau pelumas dengan kekentalan rendah
seperti paraffin, fatty oil, dan emulsion.
Gambar2.4 TabelKekerasanpaduanZrNbMoGe
hasilperlakuanpengerolandan penempaan
Pengambilan pola difraksi dilakukan dengan spesifikasi alat uji X-ray
Diffraction dengan parameter pengukuran sebagai berikut:
Jangkauan pengukuran dari sudut 2 = 100 hingga 750, langkah
pencacahan 2 = 0,050. Pengolahan data difraksi sampel zirkonium dan
paduan ZrNbMoGe untuk mengetahui jenis fasa dan presipitat yang terbentuk
dalam paduan, dilakukan menggunakan software Rietveld Analysis (RIETAN).
Hal ini terjadi oleh sebab setelah proses pengerolan dan penempaan panas
tersebut, bahan semakin tipis dan selama itu pula terjadi proses pendingin cepat
(quenching) atau artificial ageing yang mengakibatkan tumbuhnya presipitat Zr-
Ge dan Zr-Mo di sekitar batas butir. Fenomena presipitasi ini dapat menghambat
pergerakan dislokasi (slip plane) oleh karena semakin banyaknya batas butir
setelah proses pengerolan panas maupun proses penempaan panas. Kedua proses
ini mampu menumbuhkan presipitat di sekitar batas butir (grain boundary), secara
fisis metalurgi akan memper-banyak/menambah batas butir, yang meng-halangi
pergerakan dislokasi dalam bahan.
Tiga puncak utama pertama fasa dominan adalah puncak bidang (100),
(0002) dan (101) terlihat berturutan pada sudut 2 = 32,080, 34,840 dan 36,650.
Intensitas tertinggi sebesar 2.010 counts/second (cps) terlihat pada bidang (101)
yang dimiliki oleh fasa zirkonium. Pola difraksi memperlihatkan ada dua fasa
yang dominan yang terbentuk sebelum diperlakukan pengerolan dan penempaan,
yaitu: fasa zirkonium (Zr) yang berstruktur heksagonal dan fasa Zr3Ge yang
berstruktur tetragonal. Sedang fasa ZrGe yang berstruktur ortorombik dan fasa
ZrMo2 yang berstruktur kubik.
Hasil analisis difraksi ini sesuai dengan hasil pengamatan struktur mikro,
dimana dari pola isotropik pada bahan awal. Setelah perlakuan pengerolan, butir
kristalinitas terorientasi teratur dan semakin bertambah ke suatu arah tertentu saat
mengalami forging. Demikian pula hasil EDS yang mem-perlihatkan menurunnya
persentase berat unsur bahan, akibat daerah pengukuran berubah membesar, dan
ada bagian yang tidak terkungkung titik spot pengamatan lagi.
Gambar 2.8 a. Bahan baku (raw materials), b. Single Arc Melting Furnace,
dan c. Hasil peleburan paduan ZrNbMoGe (ingot)
Gambar 2.9Tabel Komposisi kimia spesimen uji
1. Uji Tarik
Gambar 2.11 Hasil uji tarik spesimen paduan 97,5% Zr 1%Mo 1%Nb 1,5% Ge: (a)
rol 650 oC (b) rol 850 oC.
2. Uji Kekerasan
Gambar dibawah memperlihatkan kurva kekerasan bahan dengan variasi
komposisi Ge. Kekerasan zirconium murni adalah 92,31 VHN; tetapi setelah
dipadu dengan unsur Mo-Nb-Ge dengan Ge yangbervariasi, kekerasan meningkat
tajam seperti tercantum pada Tabel dibawah. Pengukuran ini menunjukkan bahwa
kekerasan paduan ZrNbMoGe, mula-mula naik sampai titik tertinggi dengan
komposisi Ge sekitar 3,0%wt kemudian turun kembali dengan naiknya komposisi
unsur Ge.
Hal ini diduga karena presipitat sudah terlalu banyak dan saling menyatu,
melebur diri dengan ukuran yang semakin besar,dan mengakibatkan proses
pergerakan dislokasi relatif kurang terhambat.
Gambar 2.12 Hasil uji kekerasan spesimen paduan ZrNbMoGe
Dari data kekerasan pada bahan dengan kandungan 1,5 %wt Ge (Z2)
dengan nilai kekerasan adalah 231,64 VHN, dan bahan menuju kekerasan optimal
sebelum melewati titik maksimal sekitar301,2 VHN. Bahan ini sangat rapuh/getas
saat uji tarik dilakukan. Diduga bahwa, di dalam bahan banyak terbentuk batas
butir yang menghalangi pergerakan dislokasi, juga banyak terbentuk presipitat
Zr3Ge dan ZrMo2 saat proses pendinginanalamiah berlangsung.
Ketika dilakukan uji tarik pada bahan, matrik dalam bahan tidak mampu
mendelegasikan atau memindahkan sifat tangguh (terhadap beban luar) dan
mengalami diskontinuitas di batas butir sehingga memicu adanya awal patahan di
batas butir. Fenomena ini semakin kentara saat uji tarik dilakukan pada bahan
yang diberi proses rol pada temperatur 650 0C bahan langsung putus, tidak melalui
daerah plastis-elastis, yang diduga karena ukuran butiran tidak memiliki
kehomogenan yang cukup dibanding dengan bahan yang diberi proses rol pada
temperatur 850 0C (mendekati temperatur rekristalisasi bahan).Bukti adanya
presipitat pada batas butir dapat dilihat pada pola difraksi di atas dan
ScanningElectron Microscope-Energy Dispersive Spectrometer (SEM-EDS,
Philips LEO 420i) yangdisusun pada Tabel dan ditampilkan pada Gambar 2a dan
2b. Pengukuran SEM-EDS.
Baja
Baja adalah logam paduan antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana
besisebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan
karbon dalam baja berkisar antara 0,1% hingga 1,7% sesuai tingkatannya. Dalam
proses pembuatan baja akan terdapat unsur-unsur lain selain karbon yang akan
tertinggal di dalam baja seperti mangan (Mn), silikon (Si), kromium (Cr),
vanadium (V), dan unsur lainnya. Berdasarkan komposisi dalam prakteknya baja
terdiri dari beberapa macam yaitu: Baja Karbon ( Carbon Steel ), dan Baja Paduan
( Alloy Steel ).
Mekanisme Penguatan Logam
Penguatan logam yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik
dapat terjadi berbagai cara, antara lain dengan mekanisme pengerasan regangan
(strain hardening), larutpadat, fasa kedua, prespitasi, dispersi, penghalusan butir
dan tekstur:
1. Pengerasan regang (strainhardening) Penguatan melalui mekanisme pengerasan
regangan dapat terjadi terhadap semualogam akibat proses deformasi plastis yang
menyebapkan terjadinya peningkatan kerapatan dislokasi. Dislokasi yang semakin
rapat mengakibatkan dislokasi itu sendiri semakin sukar bergerak sehingga bahan
semakin kuat atau keras.
2. Larut padat Penguatan mekanisme larut padat terjadi akibat adanya atom-atom
asing yang larut padat baik secara subtitusi maupun interstisi. Atom asing yang
larut padat tersebut dapat berupa unsur pemadu dalam bentuk paduan maupun
inklusi berupa atom pengotor. Kelarutan atom-atom asing ini dalam bentuk larut
padat mengakibatkan timbulnya medan tegangan yang berdampak terhadap
pergerakan dislokasi. Pergerakan dislokasi semakin sukar dengan timbulnya
medan tegangan sehingga mengakibatkan logam menjadi lebih kuat atau keras.
Proses Deformasi
Deformasi yang diberikan dapat berupa aliran curah (bulk flow) dalam tiga
dimensi. Geser sederhana, tekuk sederhana dan gabungan ataupun kombinasi dari
beberapa jenis proses tersebut. Tegangan yang diperlukan untuk mendapatkan
deformasi tersebut dapat berupa tarikan (tension), tekan (compression), geseran
(shear) atau kombinasi dari beberapa jenis tegangan tersebut. Secara makroskopis,
deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan bentuk
yang terjadi dapat di bedakan atas deformasi elastis dan deformasi
plastis.Meskipun hakekat proses pembentukan logam adalah mengusahkan
deformasi plastis yang terkontrol, namun dalam berbagai hal pengaruh deformasi
elastis cukupbesar sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu perlu
dibahas lebih dahulu pengertian deformasi elastis dan deformasi plastis.
Perubahan bentuk dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu deformasi elastis dan
defomasi plastis.
Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi bila ada gaya yang
berkerja, serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila beban
ditiadakan, maka benda akan kembali kebentuk dan ukuran semula. Di lain pihak,
defomasi plastis adalah perubahan bentuk yang permanent, meskipun bebannya di
hilangkan. Secara diagramatis menunjukan pengertian deformasi elastis dan
deformasi plastis pada suatu diagram tegangan-regangan. Bila suatu material
dibebani sampai daerah plastis, maka perubahan betuk yang saat itu terjadi adalah
gabungan antara deformasi elastis dengan deformasi plastis(penjumlahan ini
sering juga disebut deformasi total). Bila beban-beban ditiadakan, maka deformasi
elastis akan hilang pula, sehinga perubahaan bentuk yang ada hanyalah deformasi
plastis saja. Pengaruh temperatur terhadap proses-proses pembentukan adalah hal
mengubah sifat-sifat dan prilaku material.
Hal ini disebabkan karena sifat lunak dan sifat ulet, sehingga gaya
pembentukan yang dibutuhkan relative kecil, serta benda kerja mampu menerima
perubahaan bentuk yang besar tanpa retak. Karena itulah keuntungan proses
pengerjaan panas biasanya digunakan pada proses-proses pembentukan primer
yang dapat memberikan deformasi yang besar, misalnya: proses pengerolan panas,
tempa dan ekstrusi.Disamping itu, temperatur tinggi memacu proses difusi
sehingga hal ini dapat menghilangkan ketidak homogenan kimiawi, pori-pori
karena efek pengelasan dapat tertutup atau ukurannya berkurang selama
derformasi berlangsung serta struktur metalurgi dapat diubah sehingga diperoleh
sifat-sifat akhir yang lebih baik.
Pengujian Kekerasan
Kekerasan logam didefinisikan sebagai ketahanan terhadap penetrasi, dan
memberikan indikasi cepat mengenai perilaku deformasi. Alat uji kekerasan
menekankan bola kecil, piramida atau kerucut ke permukaan logam dengan beban
tertentu, dan bilangan kekerasan (Brinell atau piramida Vickers) diperoleh dari
diameter jejak. Kekerasan dapat dihubungkan dengan kekuatan luluh atau
kekuatan tarik logam, Karena sewaktu indentasi, material di sekitar jejak
mengalami deformasi plastis mencapai beberapa persen regangan tertentu.
Bilangan kekerasan Vickers (VPN) didefinisikan sebagai beban dibagi luas
permukaan jejak piramida dan dinyatakan dalamsatuan kgf/mm2 dan besarnya
sekitar tiga kali tegangan luluh untuk material yang tidak mengalami pengerasan
kerja yang berarti. Bilangan kekerasan Brinell (BHN) diberikan oleh persamaan
dimana bilangan Brinell didefinisikan sebagai tegangan P/A, dalam satuan
kgf/mm2, diamana Padalah beban dan A adalah luas permukaan kutub bola yang
membentuk indentasi. Jadi
D D2d2
BHN = D ..(1)
2P
Pengujian Ketangguhan
Pengujian ketangguhan merupakan ketahanan bahan terhadap beban
tumbukan atau kejutan. Ketangguhan juga dapat diartikan jumlah energi yang
diserap bahan sampai terjadi perpatahan. Pengujian impact adalah pengujian yang
berdasarkan pada prinsip hukum kekekalan energi, yang menyatakan bahwa
jumlah energy mekanik selalu konstan.
Gambar 2.14 Bentuk dan Dimensi Benda Uji Impact Berdasarkan ASTM
E23-56T
Tenaga untuk mematahkan benda uji atau besarnya tenaga yang diserap
oleh benda uji dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
E = GR ( cos cos ).(2)
Maka, HI (Harga Impact) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
HI = E/A.(3)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diameter Roll
3.2 Saran