Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
an
PT PLN (PERSERO
)
Jl Trunojoyo Blok M I/13
5
JAKARTA
NOMOR : PDM/PGI/06:2014
DOKUMEN Lampiran Surat Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO)
Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun
2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014)
Tanggal 27 Mei 2014
1. Jemjem Kurnaen
2. Sugiartho
3. Yulian Tamsir
4. Eko Yudo Pramono
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
DAFTAR ISI
i
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
DAFTAR GAMBAR
ii
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
DAFTAR TABEL
iii
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
DAFTAR LAMPIRAN
iv
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
PRAKATA
PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi
kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan
aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk
kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan
manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.
Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor
pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan
beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.
Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25
buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah
ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010.
Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan
pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan
perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus
disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.
Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang
terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana,
pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para
pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan
pemeliharaan di PLN.
Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan
stakeholder serta masyarakat Indonesia.
DIREKTUR UTAMA
NUR PAMUDJI
v
STATIC VAR COMPENSATOR
1 PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
StaticVAR Compensator (atau disebut SVC) adalah peralatan listrik untuk menyediakan
kompensasi fast-acting reactive power pada jaringan transmisi listrik tegangan tinggi. SVC
adalah bagian dari sistem peralatan AC transmisi yang fleksibel, pengatur tegangan dan
menstabilkan sistem. Istilah staticberdasarkan pada kenyataannya bahwa pada saat
beroperasi atau melakukan perubahan kompensasi tidak ada bagian (part) SVC yang
bergerak, karena proses komensasi sepenuhnya dikontrol oleh sistem elektronika daya.
Jika power sistem beban reaktif kapasitif (leading), SVC akan menaikkan daya reaktor
untuk mengurangi VAR dari sistem sehingga tegangan sistem turun. Pada kondisi reaktif
induktif(lagging), SVC akan mengurangi daya reaktor untuk menaikkan VAR dari sistem
sehingga tegangan sistem akan naik.
Pada SVC pengaturan besarnya VAR dan tegangan dilakukan dengan mengatur
besarnya kompensasi daya reaktif induktif pada reaktor, sedangkan kapasitor bank
bersifat statis.
1
1.2 Fungsi
Kebutuhan daya reaktif pada sistem dapat dipasok oleh unit pembangkit, sistem transmisi,
reaktor dan kapasitor.
Karena kebutuhan daya reaktif pada sistem bervariasi yang disebabkan oleh perubahan
beban, komposisi unit pembangkit yang beroperasi, perubahan konfigurasi jaringan, hal
ini berdampak pada bervariasinya level tegangan pada gardu induk. Pada umumnya
gardu-gardu induk yang berada jauh dari pembangkit akan mengalami penurunan level
tegangan yang paling besar, oleh sebab itu diperlukan sistem kompensasi daya reaktif
yang dapat mengikuti perubahan tegangan tersebut.
SVC dapat dengan cepat memberikan supply daya reaktif yang diperlukan dari sistem
sehingga besarnya tegangan pada gardu induk dapat dipertahankan sesuai dengan
standar yang diizinkan. Kestabilan tegangan pada gardu induk akan meningkatkan
kualitas tegangan yang sampai kekonsumen, mengurangi losses dan juga dapat
meningkatkan kemampuan penghantar untuk mengalirkan arus.
SVC yang ada di Gardu Induk Jember terdiri dari empat bank fix kapasitor per-phasa
yang diparalel dengan sebuah reaktor utama yang dikendalikan oleh thyristor. Pada SVC
tersebut juga terpasang tiga buah reaktor yang dipasang secara seri dengan bank
kapasitor yang berfungsi sebagai filter harmonik.
Jenis reaktor yang terpasang adalah air core dan jenis kapasitor yang terpasang adalah
jenis elektrolit.
Pengaturan daya reaktif dilakukan dengan mengontrol besarnya MVAR pada reaktor
melalui pengaturan sudut penyulutan pada thyristor. Besarnya sudut penyulutan ini
tergantung dari variasi tegangan pada gardu induk dengan kata lain makin besar MVAR
reaktif yang dibutuhkan maka sudut penyulutan akan semakin kecil. Karena kontrol sudut
penyulutan ini dilakukan secara eletronik maka pengaturan tegangan dapat dilakukan
secara lebih halus dan cepat.
Thyristor pada kondisi beroperasi akan menghasilkan panas sehingga diperlukan sistem
pendingin untuk mendinginkannya. Sistem pendinginan yang dipakai menggunakan
deionized water yang dikontrol konduktifitinya.
2
SVC Berdasarkan Kontrol Yang Digunakan
Fixed Capasitor bank terhubung ke sistem melalui step down transformator. Rating pada
reaktor dipilih yang lebih besar ratingnya dari kapasitor dengan jumlah yang diberikan
maksimum lagging vars yang akan diserap dari sistem. Dengan mengubah firing angle
o o
dari thyristor akan mengontrol reaktor dari 90 menjadi 180 , maka sifat kompensasi akan
berubah dari lagging ke leading.
Kerugian dari konfigurasi ini adalah harmonik yang dihasilkan karena besarnya partial
conduction dari reaktor dibawah kondisi operasi sinusoidal steady-state normal ketika
SVC menyerap zero MVAr.
Kompensator jenis ini berguna untuk mengurangi losses pada kondisi beroperasi dan
menjaga kinerja agar lebih baik saat gangguan sistem yang besar. Pada gambar 1-4,
3
menunjukkan pengaturan dari SVC dari satu TCR yang diparalel dengan beberapa bank
TSC sehingga akan mengurangi harmonik yang dihasilkan reaktor.
SVC ini terdiri dari satu inverter (sumber konverter tegangan dc misalnya VSC)
menggunakan gare turn-off (GTO) thyristor. Untuk inverter ini, sumber dc dapat berupa
batere atau kapasitor yang tegangan terminalnya dapat ditinggikan atau diturunkan oleh
pengontrol inverter.
Inverter ini dihubungkan ke system supply melalui reaktansi secara bergantian dan output
trafo. Ketiga tegangan inverter V1 sama dengan tegangan sistem, SVC akan floating.
Ketika V1 lebih besar dari tegangan sistem, SVC akan bertindak sebagai kapasitor, dan
jika V1 kurang dari tegangan sistem, SVC akan bertindak sebagai induktor. Dengan
menggunakan beberapa inverter dengan sudut phasa berbeda operasi yang diinginkan
dapat dicapai.
TCSR singkatan dari Thyristor Controlled Series Reactor yang dapat digunakan pada
jaringan transmisi yang membutuhkan pengurangan beban dengan cepat dan
pembatasan dari arus gangguan (fault). Alat ini dapat pula digunakan bersama TCSC
pada jaringan transmisi yang memerlukan kompensasi induktif seri yang tinggi.
Studi kasus pemasangan TCSC yang telah dilaksanakan oleh Electric Power Research
Institute (EPRI) pada satu jaringan transmisi menunjukkan bahwa TCSC berhasil
meningkatkan kuantitas aliran daya (dalam MW) sebanyak 30% dengan sekaligus
menjaga stabilitas sistim jaringan transmisi tersebut.
4
Gambar 1-6 Thyristor Controlled Series Capacitor (TCSC)
TCPR kependekan dari ThyristorControlled Phase Angle Regulator. Fungsi dari alat ini
tidak lain adalah sebagai pengendali selisih sudut fasa pada voltage dari kedua ujung
jaringan transmisi yang sama. Fungsi tersebut dimungkinkan dengan cara penyuntikan
voltase secara seri pada jaringan transmisi listrik.
Penambahan sudut fasa a pada voltase transmisi V dicapai dengan cara menambahkan
voltase Vq yang tegak lurus terhadap V. Voltase Vq sendiri dihasilkan dari voltase
sekunder dari transformer yang dihubungkan ke dua fasa dari sistim transmisi tiga fasa ini.
5
transmisi akan menjadi lebih baik, tetapi juga akan menjadi lebih murah dan mudah dalam
pemeliharaan dan pengoperasiannya. Dengan kata lain, pemasangan satu UPFC akan
sama halnya dengan pemasangan alat TCSC, STATCON dan TCPR secara bersamaan.
Thyristor valve tower adalah bagain dari TCR yang berfungsi untuk mengatur sudut
penyulutan ketika tegangan dari transmisinya berada pada besaran kontrolnya.
6
1.4.2 Reaktor
Reaktor dapat merupakan peralatan utama atau berupa peralatan yang terintegrasi pada
suatu sistem distribusi maupun transmisi. Reaktor merupakan peralatan utama jika
pemasangannya tidak menjadi bagian dari paralatan lainnya, misalnya reaktor pembatas
arus (currentliminting reactors), reaktor paralel (shunt reactor/steady-statereactive
compensation) dan lain-lain. Reaktor merupakan peralatan terintegrasi jika reaktor
tersebut merupakan bagian dari suatu peralatan dengan unjuk kerja tertentu, misalnya
reaktor surja hubung kapasitor paralel (shunt-capacitor-switching reactor), reaktor peluah
kapasitor (capacitor discharge reactor), reaktor penyaring (filter reactor) dan lain-lain.
Aplikasi pemasangan reaktor dalam sistem tenaga listrik pada prinsipnya untuk
membentuk suatu reaktansi induktif dengan tujuan tertentu. Beberapa tujuan tersebut
diantaranya adalah membatasi arus gangguan (fault-current limiting), membatasi arus
magnetisasi (inrush-current limiting) pada motor dan kapasitor, menyaring harmonisa
(harmonic filtering), mengkompensasi VAR (var compensation), mengurangi arus ripple
(reduction of ripple currents), mencegah masuknya daya pembawa signal (blocking of
power-line carrier), pentanahan titik netral (neutral grounding reactor), peredam surja
transient (damping of switching transient), pengurang flicker (flicker reduction) pada
aplikasi tanur listrik, circuit detuning, penyeimbang beban (load balancing) dan power
conditioning. Untuk mempermudah identifikasi, pada umumnya penamaan reaktor
disesuaikan dengan tujuan pemasangannya atau lokasi dimana peralatan tersebut
terpasang.
1.4.3 Kapasitor
Bank kapasitor (capacitor banks) adalah peralatan yang digunakan untuk memperbaiki
kualitas pasokan energi listrik antara lain memperbaiki mutu tegangan di sisi beban,
memperbaiki faktor daya (cos ) dan mengurangi rugi-rugi transmisi. Kekurangan dari
pemakaian bank kapasitor adalah menimbulkan harmonisa pada proses switching dan
memerlukan desain khusus PMT atau switching controller.
7
Gambar 1-11 Kapasitor
Cooling system dibutuhkan untuk memindah panas dari thyristor dan resistor pada
rangkaian RC. Setiap thyristor mempunyai drop tegangan, oleh karena itu diperlukan
pendingin untuk menghilangkan panas dalam jumlah besar. 95% panas yang dihasilkan
dihilangkan oleh cooling system, sisanya 5% menyebar ke udara.
Proses kerja cooling system yaitu air yang dingin dipompa menuju valve tower ketika
terjadi panas tinggi. Dari valve tower, air panas mengalir ke dry type heat exchanger yang
dipasang pada bagian atas container. Di heat exchanger, air akan menjadi dingin karena
dikipas. Setelah keluar dari heat exchanger air yang telah dingin tadi kembali ke pompa
dan proses tersebut akan terjadi lagi.
Cooling system membutuhkan pemeliharaan regular untuk menjaga agar tidak terjadi
masalah. Seminggu sekali visual dan audible inspection harus dilakukan (dengan
menggunakan lembar pemeliharaan). Harus diperiksa telah terjadi kebocoran atau tidak
(air pada lantai) pada cooling system tersebut. Level air pada pemuaian tank harus
dikontrol.
8
1.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA merupakan suatu metode untuk menganalisa penyebab kegagalan pada suatu
peralatan. Pada buku pedoman pemeliharaan ini FMEA menjadi dasar untuk menentukan
komponen-komponen yang akan diperiksa dan dipeliharaan.
Definisi: peralatan dan/atau komponen yang bersama-sama membentuk satu fungsi. Dari
fungsinya Subsistem berupa unit yang berdiri sendiri dalam suatu sistem.
Functional Failure adalah ketidakmampuan suatu asset untuk dapat bekerja sesuai
fungsinya berdasarkan standar unjuk kerja yang dapat diterima pemakai.
Didalam FMEA SVC terdiri dari subsistem SVC, Functional Failure, Failure Mode pada
SVC.
9
2 PEDOMAN PEMELIHARAAN
Cooling System
B. Demin Unit
Thermovisi
Metode thermography pada SVC bertujuan untuk memantau kondisi SVC saat beroperasi.
Pola temperatur akan terlihat pada bagian-bagian SVC yang di monitor. Dari pola
temperatur tersebut, akan dilihat bagian mana pada subsistem SVC tersebut yang
mengalami overheat atau penyimpangan lainnya. Dari hasil tersebut akan dievaluasi
10
kembali apa permasalahan yang terjadi pada bagian tersebut, sehingga kerusakan yang
fatal dapat dihindarkan.
Kapasitor
Cooling system
Bagian Peralatan
No. Cara Pemeliharaan Standart Hasil
Yang Diperiksa
o
Uji Fungsi dan Temp max 50 C; 40-46 Fan
1. TemperaturRelay
Kalibrasi peralatan operate; 48 Alarm & 50 trip.
11
2.4 Shutdown Treatment
A. Cooling System
1. Pompa air
3. Filter Air
4. Resin
- Memeriksa instalasi kabel sumber daya listrik untuk motor fan, perbaiki
sambungan kabel jika terindikasi lost kontak
- Memeriksa kondisi exhost fan, ganti bearing jika terindikasi aus pada
bearing
- Mengecat ulang body fan dan ruang heat exchanger jika terindikasi
berkarat
12
Tabel 2-2 Cooling System
Bagian
Peralatan
No. Cara Pemeliharaan Standart Hasil
Yang
Diperiksa
A.
13
Bagian
Peralatan
No. Cara Pemeliharaan Standart Hasil
Yang
Diperiksa
fan, perbaiki sambungan kabel motor tidak terbalik.
jika terindikasi lost kontak
o
7. Uji Fungsi - Temp max 50 C; 40-46 Fan
operate; 48 Alarm & 50 trip.
14
2. Isolator Support perangkat Thyristor antar phasa dan ke body
Bagian Peralatan
No. Cara Pemeliharaan Standart Hasil
Yang Diperiksa
B. ThyristorValve
Tower
15
Bagian Peralatan
No. Cara Pemeliharaan Standart Hasil
Yang Diperiksa
kabel kabel apakah terindikasi kendor/lost terikat dengan baik
kontak dan terminal kabel
tidak terindikasi
bekas hot-spot
In Service Inspection yang dipakai pada buku pedoman ini berdasarkan SVC yang ada di
Jember.
o
1. Temperatur Input THY < 48 C Normal
o
> 48 C Periksa sistem pendingin apakah ada
yang tersumbat.
Normal Normal
16
No. Item Inspeksi Hasil Inspeksi Rekomendasi
17
3.2 In Service Measurement
Pengukuran Thermovisi
Tabel 3-3 In Service Measurement Pengukuran Thermovisi
2
(Imax/Ibeban) x (suhu 10 sd 24,9 Ukur 1 bulan lagi
klem-suhu kawat)
25 sd 39,9 Rencanakan perbaikan
70 sd 100 Darurat
Meter Temp max 50 oC; 40-46 Fan Bila melebihi standard lakukan
1.
Temperatur operate; 48 Alarm & 50 trip. kalibrasi dan re-setting ulang.
18
No. Item Inspeksi Hasil Inspeksi Rekomendasi
- Flow 175 l/m; 165 l/m Alarm; Bila melebihi standard lakukan
3. Meter flow
162 l/m trip. kalibrasi dan re-setting ulang.
A. Cooling System
Overheat
Kencangkan kabel
Kendor terminal.
2. Kabel terminal
Perbaiki isolasi
kabel.
Isolasi terkelupas
Cat ulang
Ganti seal
3. Body pompa Berkarat
Bocor
Kencangkan
19
No. Subsistem Sub Subsistem Hasil Inspeksi Rekomendasi
2. Kondisi pipa
Berkarat Cat ulang
4. heat exchanger
Berkarat / Bocor
Bersihkan, perbaiki
20
No. Subsistem Sub Subsistem Hasil Inspeksi Rekomendasi
kebocoran
B. Thyristor Valve
Tower
21
4 URAIAN KEGIATAN PEMELIHARAAN
Tabel 4-1 Uraian Kegiatan Pemeliharaan SVC
22
Jenis Pemeliharaan Jenis Inspeksi/Pengujian Periode Alat Uji
23
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
Harian
Mingguan
1 Tahunan
2 Tahunan
Kondisional
Bulanan
3 Bulanan
5 Tahunan
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keteranga
n
6 SVC
6.1 Inspeksi
Inspeksi Level 1 (in
6.1.1
service
inspection) Mencatat nilai temperatur pada
6.1.1.1.1 Cooling System
indikator
meter input
Mencatat thyristor
nilai conductivity 1 pada
6.1.1.1.2
indikator meter
Mencatat nilai conductivity 2 pada
6.1.1.1.3
indikator meter
6.1.1.1.4 Mencatat temperatur output
thyristor
6.1.1.1.5 Memeriksa level tanki consevator
6.1.1.1.6 Mencatat nilai Pressure
6.1.1.1.7 Mencatat nilai flow water
6.1.1.1.8 Mencatat status motor pompa
6.1.1.1.9 Memeriksa kebocoran instalasi
existing
6.1.1.2.1 Demin Unit Mencatat nilai conductivity
Mencatat nilai record
6.1.1.2.2
demint/deionising
eneble/make up (haur)
24
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
Harian
Mingguan
1 Tahunan
2 Tahunan
Kondisional
Bulanan
3 Bulanan
5 Tahunan
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keteranga
n
Memeriksa kebocoran
6.1.1.2.3
instalasi air pendingin
Inspeksi Level 2 (in
6.1.2
service
6.1.2.1.1 measurement)
Reaktor Thermovisi Body, Klem atau
Jumperan
6.1.2.2.1 Kapasitor Thermovisi Body, Klem atau
Jumperan
6.1.2.3.2 Thyristor Valve Tower Thermovisi
Jumper/Sambungan/Klem
6.1.2.4.1 Sambungan/Jumper/Kl Thermovisi
em
Inspeksi Level 3 Jumper/Sambungan/Klem
6.1.3
(shutdown
6.1.3.1.1 measurement)
Cooling System Uji fungsi dan kalibrasi Meter
Temperatur
6.1.3.1.2 Uji fungsi dan kalibrasi Meter
Tekanan
6.1.3.1.3 Uji fungsi dan kalibrasi Meter Flow
6.2 Shutdown
Treatment
6.2.1.1 Cooling System Memeriksa kondisi bearing pompa
6.2.1.2 Memeriksa terminal kabel motor
pompa
6.2.1.3 Mengecat ulang body pompa
Memeriksa kekuatan
6.2.1.4
ikatan baut dudukan
pompa
25
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
Harian
Mingguan
1 Tahunan
2 Tahunan
Kondisional
Bulanan
3 Bulanan
5 Tahunan
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keteranga
n
Memeriksa kondisi
6.2.1.5
sambungan- sambungan
6.2.1.6 antar pipa kondisi filter air
Memeriksa
6.2.1.7 Memeriksa kualitas air pendingin
Memeriksa instalasi kabel
6.2.1.8
sumber daya listrik untuk motor
6.2.1.9 fan
Memeriksa kondisi exhost fan
Mengecat ulang body fan dan
6.2.1.10
ruang heat
exchanger kabel wiring meter-
Memeriksa
6.2.1.11
meter
6.2.2.1 Relay dan Meter instrumen
Uji fungsi Rele Temperatur
6.2.2.2 Kalibrasi Rele Temperatur
6.2.2.3 Uji fungsi Rele Pressure
6.2.2.4 Kalibrasi Rele Pressure
6.2.2.5 Uji fungsi Flow meter
6.2.2.6 Kalibrasi Flow meter
26
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
Sebagai pem isah antara bagian yang Kegagalan isolasi Isolator pecah Term inal leleh Overheating Loss contact
Bushing berbeda tegangan dan m enyalurkan arus
kapasitansi Klem longgar Klem retak Overheating Loss Contact
Tidak bisa m enyalurkan arus
Konduktor putus Overheating Arus lebih
1 Kem am puan fuse
Kapasitor Fuse (cut out)
Sebagai pengam an peralatan terhadap Tidak bisa mengamankan Tidak putus
lebih
Material tidak standar
arus lebih peralatan
Putus korosi
Frekuensi
Gagal mengkompensasi Perubahan Hotspot Partial discharge
Capacitance unit Sebagai kom pensasi tegangan rendah swithing tinggi
penurunan kapasitansi
Kem bung Arus lebih / overvoltage
Perubahan nilai
Isolasi (kertas dan Sebagai pem isah antara yang kumparan Kerusakan isolasi Karbonisasi Hum idity tinggi
Reaktor reaktansi
2
Tidak bisa kompensasi tegangan Perubahan nilai Terjadi pergeseran
Belitan Sebagai kom pensasi tegangan tinggi Gem pa bumi
tinggu reaktansi belitan
Konduktiviti air
diatas
Instrumen Meter, standard
tekanan, meter Tyristor rusak Overheating
Mempertahankan unjuk kerja Tidak dapat
aliran, meter cooling system mempertahankan unjuk
konduktiviti dan kerja cooling system Aliran air pendingin
meter temperatur. tidak
mencukupi
Sistem Overpressure /
pendingin underpressure
27
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
REGION :
UPT
:
GIS :
NAMA BAY :
TANGGAL INSPEKSI :
JAM INSPEKSI :
PELAKSANA :
NO KOMPONEN YANG DIPERIKSA KONDISI PERALATAN
Merk :
Tipe :
A RUANG COOLING SYSTEM
0 0
1 F1 = TEMPERATUR INPUT THY C < 48 C > 48 C
2 F2 = CONDUCTIVITY 1
< 0,5 S/cm > 0,7 S/cm
3 F3 = CONDUCTIVITY 1
< 0,5 S/cm > 0,7 S/cm
4 F4 = LEVEL TANKI CONSERVATOR kurang Normal
KEBOCORAN INSTALASI
9 Iya Tidak
EXIXSTING
B DEMIN UNIT
1 F12 = CONDUCTIVITY
< 0,5 S/cm > 0,7 S/cm
28
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
DAFTAR ISTILAH
29
KOMPENSASI DAYA REAKTIF STATIK
DAFTAR PUSTAKA
3. PT PLN (Persero) P3B JB RJTB UJT Malang. Instruksi Kerja Pemeliharaan SVC
150/7,5 kV. 2004. Malang.
30