PENDAHULUAN
ASI (Air Susu Ibu), merupakan jenis makanan awal terbaik bagi bayi, ASI tak
dapat digantikan oleh makanan ataupun minuman manapun, karena ASI
mengandung zat gizi yang paling tepat, lengkap dan selalu menyesuaikan
dengan kebutuhan bayi setiap saat (Eveline PN, 2010). ASI Eksklusif hanya
memberikan ASI saja tanpa tambahan cairan apaun, seperti susu formula,
jeruk, madu, air putih maupun makanan lain sampai usia 6 bulan (Nurhaeni A,
2009). Untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, pada tahun
1990 pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian
ASI (PP-ASI. Pada tahun 2004, sesuai dengan anjuran badan kesehatan dunia
(WHO), pemberian ASI Eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana
dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
450/MENKES/SK/VI/2004 tahun 2004 (Depkes, 2004).
1
untuk tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan, kecukupan gizi dan
dukungan keluarga (Depkes, 2005).
PemberianASIEksklusifselama6bulantelahterbuktibaikuntukkesehatan
salahsatunyadapatmengurangitingkatmorbiditasdanmortalitasbayiyang
disebabkankarenainfeksisaluranpencernaan,meningkatkanperkembangan
kognitif dan meningkatkan ketahanan hidup bayi (Krammer et al, 2008).
Sedangkan manfaat bagi ibu, pemberian ASI Eksklusif akan menurunkan
resiko perdarahan pasca melahirkan, resiko terkena kanker payudara, dan
menundakehamilan(sebagaialatkontrasepsialami)(KNPPRI,2010).
Tahun 1981 World Health Assembly (WHA) dan UNICEF menerbitkan sebuah
kode (international code) untuk mengatur penawaran produk makanan untuk
bayi. Kode yang disetujui 118 negara tersebut bertujuan untuk melindungi bayi
dan ibu dari tindakan pemasaran yang agresif produsen susu bayi. Di
Indonesia kode tersebut diatur didalam SK Menteri Kesehatan Nomor
273/1997 (sebelumnya SK No 240/1985) tentang Pemasaran Susu Pengganti
ASI (PASI) (Depkes, 2007).
2
saja sampai umur 6 bulan. Yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
menyusui adalah adanya dukungan dari petugas kesehatan, dukungan keluarga
dan budaya masyarakat dan promosi susu formula (Dinkes Jateng, 2008).
3
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dianggap perlu untuk meneliti
bagaimanakah pelaksanaan program ASI eksklusif oleh petugas kesehatan di
Desa Tegallalang, Kabupaten Gianyar
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari kegiatan maupun hasil
penelitian ini antara lain sebagai berikut :
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Di tingkat puskesmas, diperlukan rencana kerja, catatan harian,
keikutsertaan, dan pemetaan jumlah pustu dan poskesdes yang telah
menjalankan kegiatan pemantauan ASI eksklusif,
2. Pada tingkat kabupaten/kota madya: diperlukan gambaran puskesmas
berdasarkan pencapaian kegiatan pemantauan ASI eksklusif,
3. Pada tingkat provinsi, diperlukan gambaran tingkat kabupaten/kota madya
berdasarkan pencapaian program pemantauan ASI eksklusif.
Adapun dalam proses pelaksanaan konseling ASI eksklusif ini melibatkan hal-
hal berikut:
2. Pembiayaan (Money)
Biaya operasional untuk konseling ASI eksklusif seperti dana
pembinanaan petugas serta biaya transportasi untuk petugas atau sumber
biaya kesehatan secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yaitu
seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah dan sebagian ditanggung
oleh masyarakat.
3. Peralatan (Material)
Konseling ASI eksklusif harus ditunjang dengan sarana yang minimal
dapat menunjang pelaksaan prevensi primer dan secara bertahap akan
ditingkatkan sesuai dengan mutu pelayanan. Adapun beberapa hal yang
perlu dipersiapkan antara lain: tersedianya blangko pelaporan, dan alat
6
peraga seperti boneka, poster, lembar balik, flashcard buatan percetakan
maupun buatan sendiri, disesuaikan dan dikembangkan dengan kondisi
setempat.
4. Metode (Method)
Strategi dan prosedur pelaksanaan konseling ASI eksklusif sesuai dengan
kebijaksanaan yang sudah ada pada program gizi yang disesuaikan dengan
kemampuan dan sumber daya puskesmas. Adapun strategi tertulis tentang
pelaksanaan program ASI eksklusif dan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan menurut Buku Pedoman Gizi Puskesmas Tahun 2010 dengan
deskripsi tugas yakni:
a. Pemegang program dalam pelaksanaan konseling ASI eksklusif
Bagi pemegang program untuk pelaksanaan konseling ASI
eksklusif dalam hal ini merupakan tenaga kesehatan tingkat
puskesmas memiliki kegiatan berupa: 1)Menyusun kegiatan
pemantauan ASI eksklusif minimal sekali dalam setahun yang
terdiri dari mengumpulksan data ASI eksklusif serta penunjangnya
dalam rangka menyusun rencana dan pedoman kerja konseling ASI
eksklusif, mengumpulkan data pasangan usia subur (PUS), bumil,
dan buteki untuk penyusunan perencanaan, menyusun kebutuhan
sarana dan prasarana konseling ASI eksklusif, menyiapkan
pertemuan lintas program dan lintas sector, 2) Pengorganisasian
dan penggerakan tenaga pelaksana konseling ASI eksklusif dengan
kegiatan antara lain menyusun alur koordinasi dan pembagian
tugas sesuai dengan ketetapan dari kabupaten, mensosialisasikan
rencana konseling ASI eksklusif kepada seluruh tenaga pelaksana,
mensosialisasikan kebijakan-kebijakan mengenai kegiatan secara
berkesinambungan kepada tenaga pelaksana, melakukan
pengembangan dan pembinaan bagi tenaga pelaksana di lapangan,
melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral, 3)
Monitoring dan evaluasi dengan kegiatan yaitu mencatat dan
melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan konseling ASI eksklusif ke
Dinas Kapupaten Gianyar minimal dua kali dalam jangka waktu
satu tahun.
b. Pelaksana konseling ASI eksklusif
Bagi pelaksana konseling dalam hal ini petugas kesehatan setingkat
puskesmas pembantu, memiliki tugas pokok dan fungsi yakni: 1)
7
Merancang persiapan kegiatan konselimg ASI eksklusif seperti
mengumpulkan data PUS, bumil, buteki di wilayahnya;
menentukan sasaran penyuluhan, konseling, dan pemantauan;
2)Melaksanakan kegiatan konseling ASI eksklusif antara lain:
menentukan metode dan teknik penyuluhan dan konseling,
menyusun materi penyuluhan dan konseling, menentukan media
penyuluhan dan konseling, melaksanakan penyuluhan, konseling
dan pemantauan ASI eksklusif sesuai jadwal pelaksanaan yang
disepakati, melakukan koordinasi lintas program dan lintas
sektoral; 3) Mengevaluasi hasil kegiatan konseling ASI eksklusif
dengan kegiatan mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan
kegiatan kepada pemegang program.
5. Waktu (Minute)
Pelaksanaan konseling ASI eksklusif dilakukan secara berkesinambungan
dan disesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan masing-masing
daerah binaan. Dalam hal ini, penyuluhan dan konseling individu dapat
dilaksanakan sesuai dengan daerah binaan masing-masing. Kegiatan
konseling pemberian ASI eksklusif dilaksanakan 1 kali dalam jangka
waktu satu bulan. Dan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar
dilakukan minimal dua kali dalam jangka waktu satu tahun.
6. Sasaran (Market)
Sasaran konseling ASI eksklusif adalah pasangan usia subur (PUS), ibu
hamil, serta ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan yang berada di
wilayak kerja Puskesmas Tegallalang I.
Upaya Perbaikan Gizi (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu
golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta
usia lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan
penanggulangan kemiskinan secara nasional. UPGK perlu dilakukan secara
terpadu, lintas program dan lintas sektor agar lebih berdaya guna dan berhasil
guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara nyata dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan faktor epidemiologi, geografri, sosial ekonomi
8
dan budaya masyarakat setempat. Pemberian ASI secara eksklusif dapat
mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan
status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi
masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai
(Depkes, 1997).
1. Pengamatan situasi
Langkah-langkah kegiatan:
9
membuat grafik
Selain data teknis seperti pada butir (a) di atas, perlu juga diketahui
data latar belakang budaya setempat mengenai ASI Eksklusif. Data
yang dikumpulkan meliputi persepsi, kebiasaan, dan pola
pemberian makan bayi dari masyarakat setempat. Petugas
melakukan pengamatan tentang persepsi, kebiasaan dan pola
pemberian makan bayi dari masyarakat setempat. Data ini
diperoleh melalui wawancara secara insidentil terhadap beberapa
ibu balita atau lainnya yang sedang berkunjung ke posyandu, pada
saat petugas melakukan pembinaan. Jika dijumpai salah persepsi
dari masyarakat misalnya ibu tidak memberikan ASI Eksklusif, ibu
menghentikan ASI karena anak sakit, bayi diberi susu botol dsb.
maka petugas perlu memberikan penyuluhan dan pembinaan
tentang pentingnya ASI Eksklusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan balita.
d. Kelompok-kelompok potensial
10
Tenaga gizi Puskesmas harus mengatahui kelompok potensial yang
dapat digunakan sebagai sasaran yang strategis dalam memberikan
penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat. Kelompok ini
mempunyai potensi yang cukup besar dalam memsukseskan
program, oleh karena itu perlu diciptakan kerjasama yang baik
antara petugas puskesmas dan kelompok potensial yang ada di
kecamatan. Kelompok potensial di tingkat kecamatan antara lain
PKK, Kelompok Wanita Tani (KWT) Karang Taruna, Kelompok
Arisan dan Pengajian.
Data ASI Eksklusif, latar belakang budaya, sumberdaya dan sarana, dan
kelompok potensial diinformasikan kepada berbagai pihak baik lintas
program, lintas sektor terkait dalam pertemuan yang terpadu. Cara
penyajian hasil dengan menggunakan grafik, peta dan diagram. Dari
pertemuan tersebut diharapkan dapat dihasilkan kesepakatan tentang
berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap program/sektor atau
LSM, sehingga mereka dapat berpartisipasi untuk mempercepat
pencapaian tujuan program ASI Eksklusif di Puskesmas. Melalui
pertemuan tersebut juga dapat diketahui masalah yang ada dan cara
pemecahannya.
3. Kegiatan intervensi
11
Tujuan: Agar tokoh masyarakat mengetahui dan berperan aktif
dalam menggerakkan masyarakat sasaran melalui komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) sehingga pencapaian ASI Eksklusif
meningkat.
2. Orientasi
1. Pelatihan
12
Tujuan:
(1) meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas (tenaga
pelaksana gizi/TPG) dan bidan di desa dalam memantau
pemberian ASI Eksklusif, (2) melakukan penyuluhan yang
tepat dan efektif sesuai hasil pemantauan
o tanya jawab
Kader
Tujuan:
(1) meningkatkan pengetahuan kader dalam pemantauan
kecenderungan pemberian ASI Eksklusif, (2) melakukan
penyuluhan sederhana
13
2. Bimbingan teknis
c. Pemberdayaan masyarakat
1. Penyuluhan massal
2. Penyuluhan keluarga
3. Penyuluhan kelompok
14
Untuk penyuluhan kelompok dapat dilakukan pada: Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM); PKK; Organisasi Wanita, misalnya
Dharma Pertiwi; Dharma Wanita, dll; Kelompok khusus seperti,
arisan, pengajian, dll.
4. Penyuluhan perorangan
15
lakukan pemeriksaan terhadap kelainan payudara misalnya puting
datar dan puting tenggelam.
16
berpisahdenganbayinya.
3. Ibuinginmenyusuikembalisetelahbayidiberisusuformula(relaksasi)
Relaksasimerupakansuatukeadaanibuyangtelahberhentimenyusuiingi
memulaimenyusuikembali.Biasanyasetelahtidakmenyusubeberapalama
produksiASIakanberkurangdanbayiakanmalasmenyusudariibunya
apalagikalausudahdiberikansusubotol.
4. Bayiterlanjurmendapatkanprelaktealfeeding.
SeringkalisebelumASIkeluarbayisudahdiberiairputih,airgula,madu,
susuformuladengandot.Haliniakanmenyebabkanbayimalasmenyusui.
5. KelainanBayi.
Bayiyangmenderitasakitataudengankelainankongenitalmungkinakan
menggangguprosesmenyusu.Kelakelainaniniperluditatalaksanadengan
benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses
menyusui.(Partiwi&Purnawati,2008)
6. IbuBekerja
BekerjabukanalasanuntuktidakmemberikanASIEksklusif,karenawaktu
ibubekerja,bayidapatdiberiASIperahyangdiperahseharisebelumnya.
7. TakutDitinggalSuami
Dari sebuah survei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) pada tahun 1995 terhadap ibuibu seJabodetabek,
diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberikan ASI pada
anaknyakarenatakutditinggalsuaminya.Inikarenaadanyamitosnyayang
salahyaitumenyusuiakanmengubahbentukpayudaramenjadijelek.
8. AnggapanSusuFormulaLebihPraktis
Pendapatinitidakbenarkarenauntukmembuatsusuformuladiperlukanapi
ataulistrikuntukmemasakair,peralatanyangharussterildanperluwaktu
untuk mendinginkan susu yang baru dibuat. Sementara ASI siap pakai
dengansuhuyangtepatsetiapsaatsertatidakmemerlukanperlengkapan
apapun.
9. TakutBadanTetapGemuk
Pendapatbahwaibumenyusuiakansukarmenurunkanberatbadanadalah
tidak benar.Didapatkanbuktibahwamenyusuiakanmembantuibuibu
menurunkan berat badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui
secara eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan
dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak
menyusuiakanlebihsukaruntukmenghilangkanlemak.(Roesli,2000)
17
2.4. FaktoryangBerhubunganDenganPemberianASIEksklusif
1. Umur
Proses degenerasi payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli
mengalami regresi yang dimulai pada usia 30 tahun. Sehingga dengan
prosestersebutpayudaracenderungkurangmenghasilkan(Whorthington,
1993). Makin tua umur seseorang maka prosesproses perkembangan
mentalnyabertambahbaik,akantetapipadaumurtertentu,bertambahnya
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur
belasantahun.Ibuyangumurnyalebihmudalebihbanyakmemproduksi
ASI dibandingkan dengan ibuibu yang yang sudah tua. Hal ini terjadi
terjadi karena pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai dari
permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun (Suratmaja, 1989).
Penelitian Citra Br Aritonang (2011) menunjukkan tidak ada hubungan
yangbermaknaantaraumuribudenganperilakupemberianASIeksklusif.
BerbedadenganhasilpenelitianLutfi(2009),menyebutkanadahubungan
yangbermaknaantaraumurdenganpraktekpemberianASIeksklusifyaitu
ibuyangberumur30tahunberpeluang4,333kaliuntukmemberikanAsi
secaraeksklusifdibandingkandenganibuyangberumur30tahun.
2. Pendidikan
Berdasarkan GBHN, pendidikan adalah adalah usaha sadar untuk
mengembangkankepribadiandankemampuandidalamdandiluarsekolah
yang berlangsung seumur hidup. Sedangkan tingkat pendidikan adalah
jenjang sekolah formal yang ditamatkan oleh seseorang. Sementara
menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang
direncanakanuntukmempengaruhioranglainbaikindividu,kelompokatau
masyarakatsehinggamerekamelakukanapayangdiharapkanolehpelaku
pendidikan.Tingkatpendidikanseseorangakanmembantuorangtersebut
untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Mereka
yang berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang
berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah
memungkinkanialambatdalammengadopsipengetahuanbarukhususnya
18
halhal yang berhubungan dengan ASI eksklusif. Menurut Soetjiningsi
(2007)pendidikanorangtuayanglebihbaik,akanmemungkinkaniadapat
menerima segala informasi yang berkaitan dengan cara pengasuhan dan
perawatan anak termasuk didalamnya pemberian ASI. Hasil penelitian
Helmi (2010) manyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif yaitu ibu yang
berpendidikanrendahmempunyaipeluang5,5kaliuntuktidakmenyusui
secaraeksklusifdibandingkanIbuyangberpendidikantinggi.
3. Pekerjaan
BekerjaselaludijadikanalasantidakmemberikanASIeksklusifpadabayi
karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun
berkurang.Akantetapiseharusnyaseorangibuyangbekerjatetapmemberi
ASI secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan yang benar
tentangmenyusui,perlengkapanmemerahASI,dandukunganlingkungan
kerja(Soetjiningsih,1997).Statuspekerjaanberpeluangmempengaruhiibu
dalammemberikanASIeksklusif.Adanyakecenderunganparaibuyang
bekerja mencari nafkah menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI.
Meningkatnya partisipasi angkatan kerja perempuan yang antara lain
disebabkanolehtuntutanekonomi,menyebabkansebagiankeluargatidak
dapat mempertahankan kesejahteraannya hanya dari satu sumber
pendapatan. Masuknya perempuan dalam kerja sedikit banyak
mempengaruhi peran ibu dalam pengasuhan anak. Hasil penelitian
Nuryanto(2002)menyebutkanbahwaibuyangbekerjamempunyairesiko
1,16kaliuntukmenghentikanpemberianASIdibandingkanibuyangtidak
bekerja. Penelitian yang sama juga menyebutkan bahwa proporsi 18
pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang tidak bekerja lebih banyak
dibanding dengan ibu yang bekerja.
4. DukunganSosial
Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya
adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang
diberikankepadaibumenyusuidalammemberikanASI.Seorangibuyang
tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari
19
keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui
sendiri bayinya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2007)
menyebutkan ibu yang mendapat dukungan keluarga memiliki
kemungkinanmemberikanASIEksklusif6,533kalilebihbesardibanding
denganibuyangtidakmendapatdukungankeluarga.Penelitianlainjuga
mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga akan
meningkatkan resiko untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Menurut
Green(1980)dalamNotoatmodjo(2003)perilakuterbentukkarenafaktor
pendorongyangterwujuddalamsikapdanperilakupetugaskesehatan,atau
petugas yang lain, yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat.
Sebagaiseorangyangdipercayaiibuibudalammengatasimasalahbayi,
tenaga kesehatan hendaknya memberikan nasihat kepada seorang ibu
permulaan menyusui, agar dapat mengukuhkan kepercayaan dirinys atas
kesanggupan menyusui dan bersikap mendukung penilaian bahwa
menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang sempurna. Menurut
Soetjiningsih(1997)pemberianASIbelumsecaraoptimaldiberikanoleh
ibuibu disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan
petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai cara
pemberianASIyangbaikdanbenarkepadaibudankeluarga.Beberapa
penelitian membuktikan bahwa sikap petugas kesehatan sangat
mempengaruhipemilihanmakananbayiolehibunya.Pengaruhinidapat
berupa sikap negatif secara pasif, yang dinyatakan dengan tidak
menganjurkandantidakmembantubilaadakesulitanlaktasi.Sikapinibisa
pulasecaraaktifmisalnyabilaadakesulitanlaktasi,malahpetugassendiri
yangmenganjurkanuntukmemberikansusubotolkepadabayi.
20
BAB III
KERANGKA KONSEP
Keterangan:
Pada gambar 3.1 terdapat berbagai variabel yang saling berhubungan dalam konseling
ASI eksklusif. Variabel tersebut terdiri dari:
Proses adalah semua kegiatan pelaksanaan konseling ASI eksklusif itu sendiri, yaitu:
perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan konseling ASI eksklusif.
Pada penelitian ini, akan dilakukan analisis terhadap variabel proses dan hambatan
dari konseling ASI eksklusif.
BAB IV
METODE PENELITIAN
21
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini mementingkan penguraian
fenomena yang teramati dan konteks makna yang melingkupi suatu realitas. Peneliti
merupakan instrument utama, data-data yang dikumpulkan berupa data deskriptif.
22
4.5 Definisi Operasional Variabel
1. Proses program ASI eksklusif: proses perencanaan untuk merumuskan
bentuk program ASI eksklusif yang akan diterapkan, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis,
pengorganisasian program, penggerakan program serta pengawasan
program di dalam pelaksanaan program ASI eksklusif secara menyeluruh
yang digali dengan wawancara, observasi dan komunikasi.
2. Hambatan program ASI eksklusif: kendala-kendala di dalam pelaksanaan
program ASI eksklusif secara menyeluruh yang digali dengan wawancara.
23
BAB V
HASIL PENELITIAN
24
Responden dalam penelitian ini terdiri dari sasaran pelaksaan konseling asi
eksklusif, yaitu ibu hamil dan ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan,
serta petugas kesehatan yang mencakup penanggung jawab program gizi yaitu
Kepala Puskesmas Tegallalang I, pemegang program gizi, pelaksana kegiatan
seperti petugas gizi dan bidan di wilayah Desa Tegallalang, Kecamatan
Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
25
ASI secara
eksklusif
IAPA 37 tahun Sarjana Tidak 1 Tidak
ekonomi bekerja memberi
ASI secara
eksklusif
DS 20 tahun Sarjana Bekerja 1 Tidak
pendidikan memberi
ASI secara
eksklusif
Dari semua responden ibu menyusui, tiga orang bekerja dan satu orang tidak
bekerja. Rentang umur responden antara 20-37 tahun. Dari tingkat pendidikan,
3 orang lulusan sarjana strata 1 dan 1 orang lulusan SMA. Dari semua
responden, terdapat 3 orang yang memiliki satu anak balita, 1 orang memiliki
tiga orang anak balita.
5.2.1 Perencanaan
Perencanaan yang dibuat oleh Puskesmas Tegallalang I mengenai
program ASI eksklusif dilakukan satu kali dalam setahun yakni di awal
tahun bersamaan dengan beberapa perencanaan program lainnya yang
ada di puskesmas. perencanaan program terdiri dari diantaranya adalah
26
dari segi SDM, pembiayaan, peralatan, metode, waktu dan tempat
pelaksanaan, serta sasaran.
1. Sumber Daya Manusia
Perencanaan program ASI eksklusif melibatkan beberapa pihak
secara lintas program dan lintas sektoral. Hal ini sesuai dengan
pernyataan berikut:
Kepala puskesmas, kemudian petugas gizi, bidan
koordinator KIA, petugas pustu. Itu.. Promkes juga.. tugas
promkes.
Lintas program dan lintas sektoral.
2. Metode Penyelenggaraan
Untuk menjalankan konseling ASI eksklusif ini, pemegang dan
pelaksana program memerlukan landasan dalam pelaksanaannya.
Adapun yang menjadi landasan pelaksanaan edukasi ASI eksklusif
dan dijadikan sebagai Standar operasional prosedur (SOP) dalam
hal ini adalah Pedoman Gizi Puskesmas tahun 2010 dan Standar
pelayanan minimal (SPM) dari Depkes. Hal tersebut seperti dalam
pernyataan berikut ini:
hmm itu ada buku pedoman, buku pedoman tentang gizi.
Hmm kemudian ada SPM , standar pelayanan minimal dari
depkes. Mungkin itu ya..
juknis tentang program gizi di puskesmas, trus yang kedua
pemetaan sasaran, trus yang ketiga tentang penyiapan
personil, penyiapan logistic, pembuatan laporan, dan
pembuatan PWS
Kebijakan yang digunakan saat ini terdiri dari kebijakan nasional
yang mengatur garis-garis besar pelaksanaan program ASI
27
eksklusif sebagai bagian dari pelaksanaan program gizi, pedoman
Gizi Puskesmas tahun 2010 yang disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing puskesmas, sehingga dalam kenyataannya
kebijakan-kebijakan tersebutlah yang dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan program ASI eksklusif.
3. Peralatan
Pelaksanaan edukasi ASI eksklusif harus ditunjang oleh sarana dan
prasarana yang memadai. Menurut hasil wawancara di bawah ini
didapatkan bahwa peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
edukasi ASI eksklusif di Puskesmas Tegallalang I antara lain:
boneka/alat peraga, buku pedoman, form pemantauan ASI
eksklusif, leaflet, LCD dan proyektor, yang sesuai dengan hasil
wawancara dengan penanggung jawab dan pemegang serta
pelaksana program ASI eksklusif berikut ini:
Hmm yang pertama buku pedoman, yang kedua form-form
isian tentang pemantauan asi eksklusif tiap bulan.. itu masing-
masing desa, kemudian formulir laporan, sama alat peraga
untuk penyuluhan, baik itu yang cetak maupun elektronik.
Mungkin itu ya..
Bonekanay, alat peraga itu.. boneka, caranya memeras ASI
ada alatnya itu
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan
kegiatan program ASI eksklusif, pihak pemegang dan pelaksana
program memerlukan alat seperti boneka peraga.
4. Pembiayaan
5. Waktu
Waktu pelaksanaan penyuluhan disesuaikan dengan jadwal
posyandu dan jadwal kegiatan di daerah binaan masing-masing.
Selain itu, konseling yang juga termasuk dalam penyuluhan juga
dapat dilakukan sesering mungkin, karena dapat dilakukan kapan
saja secara langsung kepada sasaran penyuluhan. Pemantauan ASI
eksklusif dilaksanakan setiap bulan, dan sesuai dengan pernyataan
sebagai berikut:
perencanaan dilakukan setiap awal tahun.yang pertama ya
persiapan personel dulu dari puskesmas, dan siapa-siapa..
28
program-program apa yang terkait, yang kedua tentang
sasaran, kemudian yang ketiga tentang logistiknya.. termasuk
alat-alat peraga, termasuk alat tulis kantor, buku dan lain
sebagainya
Hal ini secara umum sudah sesuai dengan standar pelaksanaan
program ASI eksklusif di Puskesmas Tegallalang I dimana
penyuluhan seharusnya dilaksanakan sesuai jadwal posyandu
yakni minimal sebulan sekali.
Perencanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP) yaitu pertemuan berkala untuk
koordinasi perencanaan dilakukan satu kali dalam setahun.
6. Sasaran
Sasaran program ASI eksklusif di Puskesmas Tegallalang I yang
diketahui dari hasil wawancara adalah ibu hamil dan ibu yang
memiliki bayi berusia 0-6 bulan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Tegallalang I sesuai dengan pernyataan berikut:
Ibu bayi umur 0-6 bulan , ibu hamil. Kan dari hamil sudah
dikasi tahu kalau pas melahirkan biar anaknya mendapatkan
ASI saja sampai usia 6 bulan, ASI eksklusif.
5.2.2. Pengorganisasian
Konseling ASI eksklusif harus dilaksanakan dalam koordinasi
fungsional, yaitu berarti perencanaan, penggerakan dan pelaksanaan
dilaksanakan secara terpadu dengan unit penanggung jawab program
gizi puskesmas Tegallalang I. hal ini sesuai dengan pernyataan berikut
ini:
Lintas program dan lintas sektoral Kepala puskesmas,
kemudian petugas gizi, bidan koordinator KIA, petugas pustu.
Itu.. Promkes juga.. tugas promkes.
Ya kita mengadakan rapat lintas program, kemudian
penyuluhan lintas sektoral
29
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa program ASI
eksklusif merupakan suatu program pengembangan di bawah program
gizi, yang pada pelaksanaannya mengadakan koordinasi dengan
program lain seperti program PKM dan KIA.
Dalam kegiatan konseling ASI eksklusif ini tidak ada struktur
organisasi yang resmi, seperti dalam hasil wawancara berikut:
tidak ada struktur organisasinya. untuk system
pelaporannya seperti dalam pengawasan. Dari bidan desa
kepada petugas gizi, kepala puskesmas, kemudian kepala dinas
kesehatan.
5.2.3. Pelaksanaan
1. Sumber Daya Manusia
Pelaksanaan konseling ASI eksklusif melibatkan petugas gizi dan
bidan di wilayah Desa Tegallalang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan berikut:
pelaksananya ada saya sendiri sebagai petugas gizi dan
dibantu oleh bidan-bidan desa di masing-masing pustu. Untuk
konseling saat ANC dilakukan oleh petugas KIA.
2. Metode Penyelenggaraan
Metode konseling yang digunakan antara lain penyuluhan secara
kelompok dan perorangan pada pojok ASI di Posyandu atau
melalui kunjungan rumah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
berikut:
Kelompok, saat posyandu, dan perorangan juga saat kita
melakukan kunjungan rumah. DI psyandu sambil menunggu
kita kasih penjelasan, sambil menunggu anaknya ditimbang,
kan kadang-kadang ibunya datang Sambil anaknya
bermain Sekali penyuluhan kadang-kadang ada 8 orang
3. Peralatan
Dalam pelaksanaan edukasi ASI eksklusif, pelaksana konseling
tidak menggunakan alat peraga, media cetak maupun elektronik.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:
30
nggak pake alat, biasanya penyuluhan langsung. Ibunya
sendiri sudah punya buku KIA
4. Pembiayaan
Pelaksanaan konseling ASI eksklusif tidak menggunakan dana
yang dialokasikan pada program gizi. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan berikut:
konselingnya nggak mengeluarkan dana.
5. Waktu
Waktu pelaksanaan penyuluhan disesuaikan dengan jadwal
posyandu dan jadwal kegiatan di daerah binaan masing-masing.
Selain itu, konseling yang juga termasuk dalam penyuluhan juga
dapat dilakukan sesering mungkin, karena dapat dilakukan kapan
saja secara langsung kepada sasaran penyuluhan. Pemantauan ASI
eksklusif dilaksanakan setiap bulan, dan sesuai dengan pernyataan
sebagai berikut:
Dipantau itu kan mulai dari umur 0 bulan sampai 6 bulan, itu
dipantau setiap bulan.
Biasanya bidan desa itu, kalau sewaktu-waktu melakukan
kunjungan ke rumah ibu yang setelah bersalin itu kan kita
langsung memberi tahu harus memberikan ASI eksklusif tanpa
makanan tambahan kepada bayi sampai umur 6 bulan.
6. Sasaran
Sasaran program ASI eksklusif di Puskesmas Tegallalang I yang
diketahui dari hasil wawancara adalah ibu hamil dan ibu yang
memiliki bayi berusia 0-6 bulan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Tegallalang I sesuai dengan pernyataan berikut:
31
Ibu bayi umur 0-6 bulan , ibu hamil. Kan dari hamil sudah
dikasi tahu kalau pas melahirkan biar anaknya mendapatkan
ASI saja sampai usia 6 bulan, ASI eksklusif.
5.2.4. Pengawasan
Adanya pengawasan pada pelaksanaan program ASI eksklusif ini
bertujuan untuk memantau pelaksanaan program ASI eksklusif dalam
upaya meningkatkan pencapaian terhadap target.
hmm yang pertama ya pimpinan puskesmas, yang kedua ada
supervisi dari kabupaten, yang ketiga kita evaluasi dari hasil
laporan bulanan.
Sesuai dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengawasan program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Tegallalang I dilakukan oleh kepala puskesmas dan supervise dari
Dinas kesehatan.
hmm dari bidan desa, kemudian naik ke petugas gizi,
kemudian kepala puskesmas, kemudian dinas kesehatan.
Kan dipantau di posyandu, nah posyandunya itu melaporkan
ke masing-masing bidan desa, terus bidan desanya itu
melaporkan ke puskesmas
Sesuai dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa alur
pengawasan program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Tegallalang I diawali pemegang program gizi, kemudian kepala
puskesmas dan Dinas Kesehatan. Pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan tidak dilakukan secara langsung di lapangan,
melainkan dilakukan melalui pemantauan terhadap hasil laporan yang
ditujukan kepada Dinas kesehatan.
Menurut SOP, supervisi program terdiri dari pengawasan dan
pembinaan program yang dilakukan juga oleh Dinas Kesehatan terkait,
dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan terkait, dalam hal ini adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. Selama ini, hanya dilakukan
pemantauan terhadap laporan yang dibuat oleh pemegang program.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:
32
Tidak Kalau dari bidan belum cuma pengetahuan dari
kampus aja.
33
5.3.3. Hambatan waktu pelaporan
Hambatan dari segi sering terjadi saat pelaporan, dapat dilihat pada
hasil wawancara berikut:
hmm kadang-kadang pelaporan telat dari puskesmas
pembantu. Itu yang sering terlambat, sehingga rekap laporan
disini juga kadang terlambat. Mungkin ya setahun paling dua
kali, dua kali dalam setahun paling telat, ga sering sekali.
Dari segi pelaporan, dikatakan bahwa pelaksana program ASI eksklusif
di pustu merekap laporan tidak hanya mengenai gizi saja, sehingga
sering terjadi keterlambatan pengumpulan laporan dari pustu.
34
mimik ASI, selama 4 bulan itu saya kasih susu formula,
makanya yang pertama agak sakit-sakitan, yang kedua sampai
6 bulan eksklusif saya kasih, bayinya nggak sakit-sakitan kayak
kakaknya, lebih kuat daya tahan tubuhnya gitu Makanya
saya sekarang anak yang ketiga udah tahu, makanya saya
kasih ASI eksklusif aja, diusahain.
itu kan emang harus gitu lo, pake asi itu kan memang
kewajiban. Tapi ini gamau keluar, dia juga ga mau mau
bagaimana. Saya lebih parah lagi, kalau beli susu tu kan
mahal harganya, tapi dot gini kan ga mahal, cuma dikasi dot
gitu selesai.
terus saya coba.. waktu mau keluar dikit-dikit tu lo.. coba..
ini ga mau.. nangis dia terus.. mau dia mimic tapi nangis dia
terus.. uda dipaksain dibantuin saya sama bu deknya..
berbagai macam cara dilakukan.. gamau juga..
Karena ibunya kerja, kadang-kadang setelah anaknya umur
3 bulan sudah dah dia kerja, jadi anaknya diasuh oleh mertua,
ditampung sih kadang-kadang ASInya, tapi karena pagi cepat-
cepat dibantu dengan susu, kalau sudah datang dari kerja lagi
dikasih ASI malamnya.
Pengaruh susu formula terhadap program ini tidak dapat disisihkan,
seperti yang tercantum dalam hasil wawancara berikut ini:
hmm ini.. gencarnya iklan tentang produk susu.. kemudian
sales-sales dari proksi susu masuk ke bidan-bidan. Itu juga
sering mempengaruhi tingkat kelulusan asi eksklusif.
Dari hasil wawancara di atas didapatkan bahwa menurut kepala
Puskesmas tegallalang I saat ini susu formula memiliki pengaruh
dalam menghambat keberhasilan program ASI eksklusif. Saat ini susu
formula juga sangat mudah didapatkan, demikian pula dengan
pengiklanan susu formula yang begitu gencar, sehingga dapat
menyebabkan sasaran atau dalam hal ini ibu menyusui menganggap
bahwa ASI dapat digantikan dengan memberikan susu formula saja.
Padahal ASI memiliki berbagai manfaat yang tidak dapat digantikan
oleh susu formula. Hal ini juga menyebabkan pencapaian target yaitu
35
pemberian ASI eksklusif berada di bawah target yang ditetapkan,
meskipun konseling telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang
ada.
BAB VI
PEMBAHASAN
36
Perencanaan sebuah organisasi akan memiliki manfaat diantaranya
mengetahui tujuan yang ingin dicapai organisasi dan cara mencapainya,
mengetahui jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan, mengetahui jenis
dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya, mengetahui efektifitas
kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan, serta mengetahui bentuk
standar pengawasan yang akan dilakukan. Dengan sebuah perencanaan, maka
akan diperoleh beberapa keuntungan seperti perencanaan tersebut akan
menyebabkan berbagai macam aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan
tertentu dan dapat dilakukan secara teratur, perencanaan akan mengurangi atau
menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif, dapat dipakai untuk
mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai karena dalam perencanaan
ditetapkan berbagai standar, serta perencanaan ditetapkan berbagai standar,
serta perencanaan memverikan satu landasan pokok manajemen lainnya,
terutama untuk fungsi pengawasan (Muninjaya, 2004).
37
termasuk program ASI eksklusif. Kepala puskesmas membawahi pemegang
program termasuk tenaga pelaksana program dan tenaga kesehatan di desa.
Puskesmas mempunyai perpanjangan tangan di desa untuk mengelola masalah
ASI eksklusif di suatu wilayah yang lebih kecil seperti Pustu dan Polkedes.
Formalisasi berkaitan dengan penggunaan standar yang ditetapkan. Dalam
menjalankan tugasnya seksi gizi di dinas kesehatan kabupaten dan tenaga
pelaksana gizi di Puskesmas mempunyai standar-standar dan target kerja dari
pusat serta Tupoksi yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah untuk
menjalankan program ASI eksklusif. Sentralisasi menyangkut kewenangan
untuk pengambilan keputusan. Kepala dinas mempunyai kewenangan untuk
mengatur prioritas program di kabupaten seperti penempatan SDM,
pendanaan, regulasi, kebijakan, hubungan lintas sektoral yang berkaitan
dengan program gizi dan sebagainya. Sedangkan kepala puskesmas
mempunyai kewenangan untuk mengatur prioritas program ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas, seperti penunjukan tenaga pelaksana program,
pembagian dana operasional, pengambilan keputusan, kebijakan program ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas. Pendanaan dan kebutuhan sarana di
Puskesmas bergantung pada dinas kesehatan. Desentralisasi berkaitan dengan
upaya mengurangi kemungkinan terjadinya beban informasi yang berlebihan,
memberi tanggapan yang cepat terhadap informasi yang baru, memberi
masukan dan mendorong terjadinya motivasi. Seksi gizi di dinas kesehatan
kabupaten mempunyai kewenangan untuk mengevaluasi kegiatannya dan
membuat perencanaan yang diusulkan kepada kepala bidang yankes,
selanjutnya ditentukan sebagai prioritas program bidang yankes, yang
diusulkan kepada kepala dinas. Seksi gizi juga mempunyai tugas untuk
membina tenaga pelaksana gizi termasuk ASI eksklusif untuk menyelesaikan
kasus-kasus yang dihadapi di Puskesmas. Sedangkan tenaga pelaksana ASI
eksklusif juga mempunyai kewenangan untuk mengevaluasi dan menyusun
perencanaan program ASI eksklusif di Puskesmas serta diusulkannya kepada
kepala Puskesmas dan seksi gizi. Tenaga pelaksana ASI eksklusif juga
mempunyai tugas untuk membina bidan desa dan kader posyandu agar target
kerja program ASI eksklusif tercapai.
38
Di Puskesmas Tegallalang I kegiatan konseling ASI eksklusif berada di bawah
program gizi dan merupakan salah satu pengembangan program gizi. Namun
tidak ada struktur organisasi khusus program pemantauan ASI eksklusif.
Pengorganisasian ini belum sesuai standar, karena dalam SOP terdapat
penanggung jawab pelaksanaan program pemantauan ASI eksklusif yang
seharusnya penanggung jawab tersebut terdapat pada setiap jenjang
administrasi kesehatan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu
wadah bina tunggal yang berfungsi dalam pembinaan, perencanaan,
pengorganisasian/koordinasi, pergerakan, pengawasan, dan pengendalian dan
diharapkan wadah ini terdapat pada setiap tingkatan administrasi kesehatan
baik di tingkat pusat, tingkat kabupaten/kota serta puskesmas.
Fungsi dari pelaksanaan ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerja
sama di antara staf pelaksana program, sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai secara efektif dan efisien (Muninjaya, 2004). Kierja program
pemantauan ASI eksklusif ditentukan oleh indikator yaitu cakupan pemberian
ASI eksklusif setiap tahun, yang menggunakan format pemantauan yang
diseragamkan oleh Dinas Kesehatan.
39
kelompok khusus seperti arisan dan pengajian; 4) dan penyuluhan perorangan
kepada ibu, tokoh-tokoh agama dan masyarakat, pamong, petugas, swasta dan
pengusaha. Sekain itu hal lain yang dapat dilakukan selama pemberian
penyuluhan pada ibu hamil dan menyusui adalah pemeriksaan terhadap
kelainan payudara misalnya puting datar dan puting tenggelam. Pemantauan
pemberian ASI eksklusif memiliki indicator dengan penggunaan kode
pemantauan khusus, dengan sasaran pemantauan adalah ibu-ibu yang
melahirkan bayi pada periode Januari-Desember setiap tahun (kohort tahunan)
yang dilaksanakan oleh petugas/puskesmas setiap bulan sesuai kegiatan
posyandu, untuk kemudian dilakukan rekapitulasi data dan disajikan dalam
bentuk diagram maupun peta pemberian ASI eksklusif di wilayah tertentu
dalam jangka waktu tertentu.
Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Tanpa pengawasan, atau
pengawasan yang lemah, berbagai penyalahgunaan wewenang akan mudah
terjadi. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf. Alat untuk
dapat membantu pimpinan melakukan pengawasan dengan baik adalah
rencana kerja operasional. Rencana kerja operasional telah disusun sebelum
kegiatan dimulai. Untuk itu, pengawasan kepada staf puskesmas dilakukan
dengan menggunakan jadwal kegiatan operasional hariannya. Kinerja staf
akan terus dinilai oleh pimpinan sebagai bahan pertimbangan untuk
40
memberikan reward kepada mereka yang dianggap mampu bekerja. Jika hal
tersebut dapat dilaksanakan, staf akan lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga pengawasan
akan dapat dilakukan dengan lebih objektif (Muninjaya, 2004).
41
poskesdes yang berada di wilayahnya. Pengawasan dari kabupaten/kota ke
kecamatan/puskesmas dan dari propinsi ke kabupaten/kota dilakukan hanya
melalui laporan yang diserahkan oleh pemegang program pemantauan ASI
eksklusif Puskesmas Tegallalang I dan tidak dilakukan pengawasan langsung.
42
Dari segi pelaksanaan, pelaksana program menyadari adanya hambatan untuk
memberikan konseling mengenai ASI eksklusif, yang bisa disebabkan oleh
beberapa hal. Pertama adalah faktor kesibukan masing-masing sasaran yang
berbeda-beda. Di samping itu, anggapan sasaran mengenai pentingnya materi
yang akan disampaikan dalam penyuluhan maupun konseling serta
pengetahuan sasaran mengenai hal tersebut juga dapat menjadi hambatan
untuk pelaksanaan program ini.
Meskipun ada kode etik internasional tentang pengganti ASI, pemasaran susu
formula saat ini ke BPS makin gencar dan sangat mengganggu keberhasilan
program ASI eksklusif. Bahkan para produsen susu berlomba-lomba
mengadakan seminar dan mengundang para bidan ke hotel berbintang untuk
mendengarkan penjelasan tentang produk mereka. Pelaku pelanggaran kode
etik ini bergeser dari perusahaan makanan bayi kepada petugas kesehatan atau
sarana pelayanan kesehatan. Kini rumah sakit atau rumah bersalin yang
membagi produk susu formula dalam bingkisan untuk ibu sehabis bersalin.
Selain itu diketahui pula ada sebagian petugas kesehatan yang secara halus
mendorong ibu untuk tidak memberikan ASI melainkan susu formula kepada
bayinya (Siswono, 2001)
43
promosi tentang ASI eksklusif kurang optimal. Selain program ASI eksklusif
bukan merupakan prioritas program puskesmas, yang menjadi perhatian utama
adalah penanggulangan gizi buruk (Diana Nur Afifah, 2007)
Kelemahan dalam penelitian ini antara lain adanya kesulitan dalam hal waktu
untuk bertemu dengan salah satu responden yakni ibu menyusui karena
terbentur dengan aktivitas ibu sehari-hari. Kelemahan penelitian yang lainnya
adalah karena masih kurangnya pelatihan wawancara serta masih minimnya
pengalaman peneliti untuk melakukan wawancara mendalam, sehingga untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan dibutuhkan waktu yang lebih lama
dan menyebabkan pengerjaan penelitian menjadi lebih lama.
44
BAB VI
6.1. Simpulan
6.2. Saran
45
Adapun saran yang dapat kami berikan sehubungan dengan pelaksanaan
konseling ASI eksklusif diantaranya:
46
DAFTAR PUSTAKA
A Nurhaeni. Panduan Ibu Cerdas - ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Yogyakarta.
2009.
Afifah,NA. 2007. Factor yang Berperan Dalam kegagalan Praktik Pemberian ASI
Eksklusif. Perinasia, 1994, melindungi, meningkatkan, dan Mendukung
Menyusui: Peran Khusus pada pelayanan kesehatan Ibu hamil dan Menyusui,
Pernyataan bersama WHO/UNICEF, terdapat di
http://nurafifah.wordpress.com (Akses: 2014, Agustus 20)
Aritonang, Citra Br, 2011. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
keluarga dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Bandar
Haluan kabupaten Simalungan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011. Skripsi
FKM UI
47
Secara Eksklusif. Jakarta. 2004.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Kebijakan ASI Eksklusif. Disajikan pada
Semi Loka Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif. 2008.
Krammer,MichaelSetal.(2008).BreastFeedingandChildCognitiveDevelopment.
ArchGenPsychiatry.2008;65(5):5785584.
(2003)InfantGrowthAndHealthOutcomesAssosiatedWith3Comparedwith6Mo
ofExclusifBreastfeeding,AmericanJournalofCliniccalNutrition.2003;78:
291.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan kesehatan dan Ilmu perilaku. Rineka Cipta,
Jakarta.
2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
2007. Promosi kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: PS. Rineka Cipta
2010. ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nuryanto. 2002. Hubungan factor ibu, factor pelayanan kesehatan dan pemberian
ASI Saja pada Anak Usia 0-11 bulan. Tesis FKM UI
Partiwi, A.N, &Purnawati, J. 2008. Kendala Pemberian ASI Eksklusif, Bedah ASI.
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Tribus Agriwidya, Anggota
IKAPI
Soetjiningsih. 1997. Seri Gizi Klinik, ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:
48
penerbit buku kedokteran EGC
Suraatmaja, Sudaryat. 1989. Aspek Gizi Air Susu Ibu dalam ASI Petunjuk Untuk
Tenaga kesehatan, Jakarta.
49