Sasaran ini hanya akan tercapai bila semua proses secara rinci diketahui dan semua
peralatan dilengkapi dengan alat ukur yang lengkap sehingga akan mempermudah
pemasangan, pengaturan dan pemantauan parameter yang berperan selama proses
produksi. Secara rinci validasi mencakup:
a. Konstruksi dan rancang bangunan sarana
b. Peralatan, sarana penunjang dan layanan yang kritis
c. Prosedur analisis / metode analisis
d. Kalibrasi instrumen
e. Bahan baku dan bahan pengemas
f. Serah terima produksi dan atau peningkatan skala bets
g. Prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk
h. Prosedur pembersihan
i. Personalia
Jenis-Jenis Validasi
1. Validasi Proses
a. Validasi Prospektif
Validasi terhadap pembuatan yang diterapkan sebelum produk di release di pasaran
(pre market validation. Biasanya dibutuhkan minimal 3 batch (diluar trial batch) untuk
menunjukkan hasil yang diharapkan.
Data kurang lengkap
Uji in process control tidak seluruhnya dilakukan
Dilakukan sebelum proses produksi
Terdapat alat dan komponen baru
b. Validasi Concurrent
Validasi yang dilaksanakan sambil melaksanakan proses produksi rutin untuk dijual
dan sesuai dengan protokol yang telah disiapkan dan disetujui
Perubahan pabrik pembuat eksipien dengan spesifikasi sama
Perubahan mesin dengan spesifikasi sama
Hasil validasi prospektif kurang memuaskan
Produksi produk-produk yang jarang dibuat atau diproduksi 3 batch namun tidak
berturut-turut
c. Validasi Retrospektif
Validasi proses pembuatan produk yang telah dipasarkan. Dilakukan dengan cara
mengevaluasi dokumen batch yang telah disiapkan berdasar protokol dan telah
disetujui
Kehandalan proses (Process Capability) : bahwa hasil validasi menunjukkan suatu
proses yang terkendali dan handal. Nilai CPK hendaknya 1,33.
Apabila hasil validasi 10-30 batch tidak konsisten
2. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan
sudah tepat dan efektif menghilangkan sisa produk sebelumnya (termasuk melihat
cemaran mikroba) sehingga tidak terjadi Cross Contamination.
Sekarang ini prosedur pembersihan yang optimal telah dikembangkan, baik manual
atau otomatis-pertanyaannya tetap sama, apa yang harus kita perlihatkan dalam
validasi pembersihan? Secara ideal, prosedur pembersihan yang dirancang baik
akan menjadikan perlengkapan manufaktur terbebas dari residu produk sebelumnya
dan inspeksi visual akan mencukupi untuk menguji kebersihan perlengkapan. Telah
ditunjukkan, bagaimanapun juga, bahwa deteksi visual mempunyai keterbatasan
dan metode analitis sensitif yang cukup dapat mendeteksi residu di atas
kemampuan mata manusia. Untuk perlengkapan tertentu, di mana kontaminasi
silang bukan menjadi masalah, pemeriksaan visual setelah pembersihan dapat juga
digunakan sebagai kriteria validasi pembersihan tunggal. Namun, untuk komponen
multiguna, kita akan ingin menunjukkan bahwa tidak lebih dari jumlah residu yang
dapat diterima untuk tiap produk dapat ditemukan dalam jumlah tertentu dari tiap
produk lain, tanpa mempengaruhi keamanan pasien secara merugikan. Sehingga,
kita perlu memberikan definisi apa jumlah residu yang dapat diterima dari produk
kontaminan dan bagaimana hal ini dapat ditentukan, dan apa kuantitas tertentu dari
kontaminan produk. Residu agen pembersih perlu ditentukan untuk perlengkapan
tertentu, sama seperti perlengkapan multiguna.
Kontaminan apa yang kita cari dalam validasi pembersihan ? Dalam kebanyakan
kasus, produk mengandung beberapa bahan aktif sebagai tambahan pada satu atau
lebih zat aktif. Prosedur pembersihan dapat mengandung informasi mengenai residu
terkait dengan prosedur pembersihan tersebut, seperti deterjen dan pelarut. Produk
degradasi dan pengotor dapat juga timbul pada proses pembersihan. Untuk
membuat usaha pembersihan dapat diatur dan praktis bagaimanapun, dianggap
logis dan dapat diterima untuk mengawasi residu zat aktif dan agen pembersih
dalam rangka menunjukkan efektifitas prosedur pembersihan. FDAs Guidance for
Industry, Manufacturing, Processing or Holding of Active Pharmaceutical Ingredients,
Draft for Discucccion (March, 1998) menyatakan bahwa batas residu (untuk APIs)
mencakup bahan-bahan baku, prekursor, produk degradasi, isomer dan agen
pembersih. Bagaimanapun juga, dari pembacaan FDA Guide to Inspections of
Validation of Cleaning Processes (July, 1993), tampaknya bahwa persyaratan untuk
produk degradasi tidak diterapkan pada bentuk sediaan farmasetik. Tidak seperti
produk farmasetik, dimana identitas kimia residu diketahui ( contohnya, deterjen aktif
dan inaktif ), proses penting dapat mempunyai reaktan parsial dan produk samping
yang tidak diinginkan yang boleh jadi belum pernah diidentifikasi secara kimia.
Untuk operasi melibatkan sejumlah kecil produk dengan jumlah terbatas bagian
perlengkapan, validasi pembersihan dapat dialamatkan dengan validasi prosedur
pembersihan untuk tiap bagian perlengkapan untuk tiap produk yang dibuat dalam
deretan perlengkapan. Untuk perlengkapan yang digunakan untuk sejumlah variasi
produk, pendekatan ini tidak mudah dikarenakan muatan analitik yang banyak dalam
perkembangan dan validasi metode analitis sensitif yang cukup. Sehingga,
pendekatan praktis diadopsi untuk mengembangkan program yang dapat diatur
berdasarkan asumsi yang cukup. Mempertimbangkan kasus terburuk dan
menggunakan aktor keamanan tambahan untuk memastikan, dengan derajat
kepercayaan yang lebih tinggi, bahwa baik keamanan pasien dan persyaratan
peraturan dipenuhi.
Dalam kondisi ketiadaan persyaratan yang jelas dan publikasi yang berwenang,
industri berjuang dalam rangka mendefinisikan pendekatan praktis untuk membuat
usaha validasi pembersihan dapat diatur, pencarian literatur yang luas menunjukkan
bahwa pendekatan berbeda telah digunakan oleh perusahaan yang berbeda,
bergantung pada kompleksitas operasi perusahaan-nama nomor produk yang dibuat
dan jumlah bagian perlengkapan yang terlibat dalam proses manufaktur (Laban et
al., 1997; Mendenhall, 1989; McCormick and Cullen, 1993; McArthur and Vasilevsky,
1995; Jenkins and Vanderwielen, 1994; Hwang et al., 1997; Nilsen, 1998; Forsyth
and Haynes, 1999; PDA Technical Report No 29 1998; LeBlanc, 1998; Shea et
al., 1996).
Sasaran validasi pembersihan adalah memperoleh bukti terdokumentasi yang
menyediakan derajat jaminan yang tinggi bahwa prosedur pembersihan dapat
secara efektif memindahkan residu suatu produk dan agen pembersih dari
perlengkapan manufaktur, pada level dimana tidak meningkatkan perhatian
keselamatan pasien.
Program validasi pembersihan, setelah ditetapkan, akan menutupi semua operasi
manufaktur untuk semua produk dan mencakup sistem penelusuran untuk
memungkinkan kinerja terkait waktu dari validasi pembersihan untuk produk yang
baru dikembangkan. Sehingga, perubahan sistem kontrol perlu untuk mengevakuasi
dampak perubahan pada formulasi produk, perlengkapan, dan atau prosedur
pembersihan, dalam rangka untuk menjaga status validasi pembersihan
perlengkapan.
Program validasi pembersihan ditampilkan dalam langkah langkah berikut :
a. Kebijakan
b. Batas Penerimaan Kontaminasi
c. Perencanaan dan Pelaksanaan
d. Pengawasan dan Pemeliharaan
Menggunakan program validasi pembersihan adalah komitmen utama dan aktivitas
yang menghabiskan waktu dan biaya dimana sumber daya yang penting perlu
dialokasikan. Sasarannya adalah program validasi pembersihan, yang menutupi
semua perlengkapan manufaktur dan dapat diatur dengan biaya yang efektif tanpa
mengkompromikan kualitas produk. Sehingga sebelum memulai program, kebijakan
perlu dijelaskan dalam manajemen lebih tinggi, disetujui dan diakui secara tertulis.
Kebijakan perlu mencakup prinsip dasar menutupi semua aspek terkait validasi
pembersihan yang, ketika digabungkan, menghasilkan program validasi
pembersihan yang dapat diatur.
Kebijakan validasi pembersihan mencakup langkah berikut :
a. Memilih kasus terburuk terkait produk
b. Memilih kasus terburuk terkait perlengkapan
c. Memilih dasar ilmiah batas kontaminasi
d. Memilih metode sampling
e. Memilih metode analitis
3. Validasi Metode Analisis
Menurut SNI 19 - 17025 -2000 validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan
pengadaan bukti yang objektif. Tujuan validasi metode analisa adalah untuk
membuktikan bahwa semua metoda analisa (cara/prosedur pengujian) yang
digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus).
Pada validasi metode analisa yang diuji atau divalidasi adalah PROTAP (prosedur
tetap) pengujian yang bersangkutan. Validasi metode analisis umumnya dilakukan 4
tahapan:
a. uji identitas,
b. uji kuantitatif kemurnian kandungan,
c. uji batas impuritas,
d. uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen obat
tertentu.
Presisi (Ketelitian)
Merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk menunjukkan kedekatan dari
suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampel yang homogen.
Terdapat 3 kategori pengujian presisi, yaitu :
1. Keterulangan (repeatability), dinilai dengan menggunakan minimum penentuan
dalam rentang penggunaan metode analisis tersebut (misalnya 3 konsentrasi/3
replikasi).
2. Presisi Antara, yaitu perbedaan antar operator/analis dengan sumber reagensia dan
hari yang berbeda.
3. Reprodusibilitas, dengan menggunakan beberapa laboratorium untuk validasi
metode analisis, agar diketahui pengaruh lingkungan yang berbeda terhadap kinerja
metode analisis.
Akurasi (Ketepatan)
1. Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk memperoleh nilai yang
sebenarnya (ketepatan pengukuran).
2. Menurut ISO, akurasi adalah kesesuaian antara hasil analisis dengan nilai benar
analit.
3. Akurasi dapat ditentukan melalui berbagai cara:
Pemakaian CRM
Perbandingan dengan metode lain
Standar Adisi
Terdapat 5 metode penentuan akurasi untuk penetapan kadar bahan aktif obat
dalam bahan baku dan produk obat, yaitu :
1. Menggunakan metode analisis untuk menetapkan kadar analit dalam bahan baku
berkhasiat yang diketahui kemurniannya (misalnya bahan baku pembanding
sekunder).
2. Bahan baku berkhasiat atau cemaran dalam jumlah yang diketahui ditambahkan
kedalam plasebo. Metode analisis ini akan digunakan untuk penetapan kadar bahan
baku berkhasiat/cemaran dalam produk obat.
3. Bila plasebo tidak bisa diperoleh, verifikasi akurasi metode dapat dilakukan dengan
teknik standar adisi, yaitu dengan menambahkan sejumlah tertentu analit kedalam
produk obat yang telah diketahui kadarnya. Metode analisis ini digunakan untuk
penetapan kadar bahan baku berkhasiat/cemaran dalam produk obat.
4. Menambahkan cemaran dalam jumlah tertentu kedalam bahan baku
berkhasiat/produk obat. Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar
cemaran dalam bahan baku berkhasiat dan produk obat.
5. Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui ekivalensinya, yaitu
membandingkan hasil yang diperoleh dari metode analisis yang divalidasi terhadap
hasil yang diperoleh dari metode analisis yang valid (akurasi metode analisis yang
valid ini telah diketahui). Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar
bahan baku berkhasiat dalam bahan baku berkhasiat, produk obat dan penetapan
kadar cemaran.
Akurasi dinyatakan sebagai prosentase (%) perolehan kembali (recovery). Akurasi
dinilai dengan menggunakan sedikitnya 9 penentuan dengan sedikitnya 3 tingkat
konsentrasi dalam rentang pengujian metode analisis tersebut (misalnya 3
konsentrasi/3 replikasi untuk tiap prosedur analisis lengkap). Ketepatan metode
analisa dihitung dari besarnya rata-rata (mean, x) kadar yang diperoleh dari
serangkaian pengukuran dibandingkan dengan kadar sebenarnya.
Hasil analisis
Recovery = x 100%
Nilai sebenarnya
Linearitas
Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk menunjukkan hubungan secara
langsung atau proporsional antara respons detektor dengan perubahan konsentrasi
analit. Diuji secara statistik, yaitu Linear Regression (y = a + bx); dimana b adalah
kemiringan slope garis regresi dan a adalah perpotongan dengan sumbu y.
(x Xbar)(y- Ybar)
Koefisien korelasi (r) =
[ (x Xbar) (y- Ybar)]
Spesifitas/Selektifitas
Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk membedakan senyawa yang
diuji dengan derivat/metabolitnya. Adanya perbedaan nyata antara resolusi antara
dua puncak yang berdampingan dan kemurnian tiap puncak dalam kromatogram.
Metode yang selektif & spesifik akan dapat melakukan pengukuran dengan benar,
dengan adanya unsur pengganggu yang berasal dari:
Ketidakmurnian
Spesies senyawa kimia yang serupa
Komponen-komponen dari matriks sample
Selektifitas/Spesifisitas dapat ditingkatkan dengan jalan :
Sample cleanup
Pemisahan
Daya/kemampuan dari sistem deteksi
Ketegaran (robustness)
Merupakan kapasitas suatu metode analisis untuk tidak terpengaruh oleh variasi-
variasi kecil dalam parameter metode analisa. Contoh variasi kecil dalam metode
analisa secara HPLC, antara lain: pH fase gerak, suhu, tekanan, stabilitas, jumlah
pelarut organik yang dimodifikasi, konsentrasi buffer, konsentrasi additive, flow rate,
suhu kolom, dan lain-lain.
RE-VALIDASI
Revalidasi adalah konfirmasi bahwa validasi yang telah dilakukan terhadap fasilitas,
sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan secara berkala
dievaluasi masih absah.
Kategori 1
Kategori 2
Pengantar
Validasi Proses merupakan hal yang sangat vital bagi industri farmasi dalam hal penjaminan
mutu dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap mutu produk. Prinsip dasar dari
Sistem Pemastian Mutu adalah bahwa agar obat dibuat sesuai dengan tujuan penggunaannya,
maka tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang
lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu, khasiat dan
keamanan produk harus dirancang dan ditanamkan ke dalam produk. Di samping itu, tiap
langkah dalam proses pembuatan obat harus terkendali untuk memastikan obat yang dihasilkan
akan senantiasa memenuhi persyaratan. Hal-hal tersebut di atas dapat dipenuhi jika terdapat
program validasi yang terencana dengan baik, terpadu dan terintegrasi dengan Sistem
Manajemen Mutu perusahaan dengan baik.
Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku dan
digunakan dalam proses produksi (Batch Processing Record), senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan secara terus menerus.
Validasi Proses merupakan puncak dari pelaksanaan Kualifikasi dan validasi di industri farmasi,
sehingga sebelum dilakukan validasi proses, membutuhkan prasyarat, antara lain sebagai
berikut :
Prasyarat Process Validation
Secara Tradisional, pada umumnya validasi proses dilakukan dengan pendekatan sebagai
berikut :
Sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif).
Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga
dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren).
Validasi Prospektif adalah Validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari
produk yang akan dipasarkan.
1. Produk baru,
2. Modifikasi pada proses produksi yang dapat berdampak pada karakteristik produk
tersebut.Prasyarat lain adalah Laporan produk transfer dari bagian R&D ke bagian
Produksi.
Prasyarat lain : Adanya laporan Produk Transfer dari bagian R&D ke bagian Produksi.
Validasi Konkuren adalah Validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk
dijual.
2. Dapat juga dilakukan untuk produk yang : diproduksi sesekali (orphan drug atau produk
yang sangat jarang diproduksi), mempunyai kekuatan berbeda dari produk yang sudah
tervalidasi, perubahan bentuk tablet atau bilaprosesnya sudah dimengerti
4. Prasyarat dan persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama seperti validasi
prospektif.
Validasi Retrospektif adalah Validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah
dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets.
1. Bukan metoda pilihan untuk validasi proses, dan dipakai hanya untuk proses yang
wellestablished (mapan).
3. Jumlah data yang cukup untuk mendapatkan kesimpulanyang signifikan secara statistik
4. Biasanya memerlukan data dari 10 (sepuluh) sampai 30 (tiga puluh) bets berurutan untuk
menilai konsistensi proses.
5. Bets yang dipilih seluruh bets yang dibuat selama periodepengamatan, termasuk yang
tidak memenuhi spesifikasi
6. Tidak bisa bila ada perubahan ( mis. peralatan, bahan awal, formula, proses, metode).
Validasi Proses tidak dianggap hanya satu kali kejadian/kegiatan saja. Suatu pendekatan siklus
hidup (Lifecycle approach) harus dilakukan yang akan menghubungkan pengembangan, produk
dan proses validasi bets komersial dan memelihara proses agar selalu terkendali selama
produksi rutin bets komersial.
Meskipun 3 bet berturut-turut sudah dianggap memadai, namun dalam banyak kasus, Regulator
(Badan POM Penulis) masih meminta lebih banyak dilakukan justifikasi secara ilmiah. Selain
itu, angka 3, bukan lagi merupakan angka sakti, karena sering kali terdapat data yang false
atau meragukan. Untuk itu, ICH Q10 mengenalkan paradigma baru dalam pelaksanaan
Validasi Proses, yaitu Pendekatan Lifecycle (Siklus Hidup).
Angka 3 bukan lagi angka sakti, dalam Validasi Proses
Sebelum membahas lebih jauh mengenai pendekatan baru dalam pelaksanaan validasi proses,
ada baiknya kita ulas sedikit mengenai ICH Q10 Pharmaceutical Quality System yang menjadi
dasar pelaksanaan validasi proses dengan pendekatan siklus hidup ini.
ICH Q10 Pharmaceutical Quality System (PQS) merupakan salah satu sistem manajemen mutu
yang secara khusus disusun oleh FDA sebagai pelengkap dari Sistem Manajemen Mutu
sebelumnya, yaitu ICH Q8 Pharmaceutical Development dan ICH Q9 Quality Risk
Management. ICH Q10 merupakan model Sistem Manajemen Mutu di industri farmasi
(Pharmaceutical quality system) yang dapat diterapkan terhadap seluruh siklus hidup obat, dari
mulai Proses Pengembangan, Transfer teknologi, produksi skala komersial hingga product
discontinue.
ICH Q10 Diagram
Validasi Proses dengan pendekatan lifecycle dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Tujuan : mendesain proses yang cocok untuk proses produksi komersial rutin yang akan
secara konsisten menghasilkan produk yangmemenuhi atribut mutu yang ditetapkan.
Menentukan proses manufaktur bets komersial yang nantinya akan tertuang pada
dokumen induk produksi dan strategi kontrol proses.
Membangun pengertian tentang target untuk profil mutu produk yang akan dihasilkan
(Quality Target Product Profie/QTPP) dan atribut kritis (spesifikasi) produk
(Critical Quality Attribute/CQA), atribut material (Material Quality Attribute/MQA) yang
akan dipakai, tahapan produksi
Desain dari :
Fasilitas yang diperlukan, apakah diperlukan persyaratan khusus?
Karakterisasi peralatan yang diperlukan
Pengawasan dalam proses
Pengawasan mutu bahan dan produk
Pertimbangan :
Produksi skala komersial dan pengawasan serta pencatatan
Batasan operasional
Batasan regulatori
Buat RIV
Teknik sampling
Tidak menyebabkan variasi pada hasil
Handal
Metode analisis :
Tervalidasi
Handal mampu mendeteksi variabilitas proses
Process Validation : New Lifecycle Approach
2 Unsur utama, yaitu : Desain dari fasilitas dan kualifikasi peralatan danfasilitas
penunjang dan Kualifikasi Kinerja Proses (Process Performance Qualification/PPQ)
Eksekusi dari semua yang sudah ditentukan padaTahap I, yaitu : Bukti bahwa proses
dapat dijalankan untuk produksi rutin, Pengujian ekstensive misal kombinasi sampel
untuk pengujian QC dan pengawasan dalamproses yang intensif lebih yang biasa
dilakukan. Proses dapat dijalankan untuk produksi rutin. Bukti keterulangan
Pendekatan PPQ berdasar pengertian tentang produk dan proses secara menyeluruh.
Industri farmasi melakukan justifikasi apakah sudah cukup mendapatkan pengertian
tentang produk dan proses yang akan memberikan jaminan yang tinggi bahwa proses
akan menghasilkan produk yang layak untuk didistribusikan.
Bets PPQ diproduksi pada lingkungan CPOB oleh personil yang nantinya akan
melaksanakan proses secara rutin.
Dilakukan pada produksi rutin skala komersial dengan real time monitoring pada :
Parameter operasional dan proses kritis, menggunakan
perangkat statistik yang tepat, Karakteristik produk antaralain: stabilitas, spesifikasi,
Pelatihan dan kualifikasi personil, peralatan, fasilitas dan
strategi pengendalian perubahan, Investigasi deviasi , OOS dan OOT , root cause dan
CAPA
Informasi ke tahap desain bila terjadi perubahan signifikan pada produk dan/atau proses
Secara ringkas, pelaksanaan Process Validasi dengan pendekatan lifecycle dapat digambarkan
dalam bagan berikut :
Penentuan Quality Target Product Profile (QTPP), dan CQA (spesifikasi produk)
Dokumentasi pengembangan
Paket transfer
Gambar 1. Kualifikasi
Kalifikasi Proses
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi.
Kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di
industry farmasi ( Manajemen Industri Farmasi, 2007).
Kualifikasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang
dimodifikasi, mencakup:
Kalibrasi
Prosedur pengoperasian dan pembersihan
Pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif.
4. Kualifikasi Kinerja/ Performance Qualification (PQ)
Gambar 2. Validasi
Jenis-jenis validasi adalah sebagai berikut:
1. Validasi prospektif
Validasi prospektif hendaknya mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut :
Dalam hal tertentu, produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu menyelesaikan
program validasi. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren hendaknya
dujustifikasi, didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu.
3. Validasi retrospektif
Validasi ini hanya dapat dilakukan untuk proses yang telah mapan, namun tidak
berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau peralatan.
Validasi proses hendaklah didasarkan pada riwayat produk. Tahap validasi
memerlukan pembuatan protokol khusus dan laporan hasil kajian data untuk
mengambil kesimpulan dan rekomendasi. Sumber data hendaklah mencakup, tetapi
tidak terbatas pada catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets, rekaman
pengawasan proses, buku log perawatan alat, catatan penggantian personil, studi
kapabilitas proses, data produk jadi termasuk catatan data tren dan hasil uji
stabilitas.
4. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur
pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih
dan pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang
terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan
diverifiksi. Uji sampai bersih (last until clean) bukan merupakan satu-satunya
pilihan untuk melakukan validasi pembersihan.
5. Validasi ulang
Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan
hendaklah dievaluasi untuk kontimasi bahwa validasi masih absah. Jka tidak ada
perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang
menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan
untuk validasi ulang.
Tujuan validasi metode analisa adalah untuk mengetahui bahwa metode analisis
sesuai tujuan penggunaanya. Validasi metode analisis umumnya dilakukan terhadap
4 jenis :
Uji identifikasi
Uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity)
Uji batas impuritas, dan
Uji kuatitatif zat aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen tertentu
dalam obat.
Kriteria validasi yang umumnya perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Akurasi
Presisi
Ripitabilitas
Intermediate precision
Spesifisitas
Batas deteksi
Batas kuantitas
Linearitas, dan
Rentang
Langkah-langkah pelaksanaan validasi adalah sebagai berikut:
1. Membentuk komite validasi yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaanvalidasi di industri farmasi yang bersangkutan.
2. Menyusun Rencana Induk Validasi (RIV), yaitu dokumen yang menguraikan
secara garis besar pedoman pelaksanaan validasi.
3. Membuat dokumen validasi, yaitu prosedur tetap (protap), protokol
sertalaporan validasi
4. Pelaksanaan validasi
5. Melaksanakan peninjauan periodik,change control dan revalidasi
(Manajemen Industri Farmasi, 2007).
Kesimpulan
Kualifikasi terdiri dari empat tingkatan, yaitu Kualifikasi Desain/ Design
Qualification (DQ), Kualifikasi Instalasi/ Instalation Qualification (IQ),
Kualifikasi Operasional/ Operational Qualification (OQ),
Kualifikasi Kinerja/ Performance Qualification (PQ). Sedangkan untuk validasi
terbagi menjadi Validasi prospektif, Validasi konkuren, Validasi retrospektif,
Validasi pembersihan, Validasi ulang, Validasi metode analisa