PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,
pertambangan umum,yang menjadi isu yang menarik. Akan tetapi dalam melakukan
penambangan pemerintah harus mempunyai anggaran dana yang lebih besar hal itu
dikenal di kalangan rakyat Kepulauan Bangka Belitung. Ini merupakan sebutan untuk
penambangan yang lebih kecil lagi, biasanya disebut Tambang Rakyat (TR). TI
sebenarnya dimodali oleh rakyat dan dikerjakan oleh rakyat juga. Secara legal formal
penambangan (KP) PT. Tambang Timah dan kalau sudah habis mereka bisa pindah ke
tempat lain yang ditentukan oleh PT. Tambang Timah. Akan tetapi, setelah masuk di
era reformasi, dari tahun 1998 ke atas, masyarakat mulai mencari-cari lokasi di luar
Timah.
Kegiatan pertambangan inkonvensional timah di Pulau Bangka dalam setahun
pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri
lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah
dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan
asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan
harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan
Bangka Belitung.
3. Dapat menjelaskan Dampak pencemaran Lingkungan yang ada di dareeah
Bangka Belitung.
4. Dapat menjelaskan cara penanganan Pencemaran Lingkungan yang terjadi.
D. Manfaat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam,
sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas
kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Pada saat
ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana dengan laju yang sangat
cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan sudah semakin berat.
Pencemaran lingkungan yang terajdi di Bangaka belitung dapat dikategorikan menjadi:
menjadi:
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti
danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Pencemaran ini terajdi karena
aktivitas masyarakat yang sebagian besar bekraja TI. sehingga terajdilah penggalian tanah
dalam mencari biji timah. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa
bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak
dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan
berat berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dalam jangka panjang. Ketika air asam
tambang sudah terbentuk maka akan sangat sulit untuk menghentikannya karena sifat alamiah
dari reaksi yang terjadi pada batuan. Sebagai contoh, pertambangan timbal pada era kerajaan
Romawi masih memproduksi air asam tambang 2000 tahun setelahnya. Air asam tambang
melakukan monitoring jangka panjang bisa salah menganggap bahwa batuan limbahnya tidak
menimbulkan air asam tambang. Air asam tambang berpotensi mencemari air permukaan dan
air tanah. Sekali terkontaminasi terhadap air akan sulit melakukan tindakan penanganannya.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: bekas galian tambang yang digali tidak tertutup.
akiabat dari penggalian untuk lahan pertambangan akan merusak hutan sehinga kehidupan
ekosisitem akan terancam punah. Limbah dari pertambangan akan menghasilkan yang
dinamakan tailing . Tailing mengandung logam-logam berat dalam kadar yang cukup
mengkhawatirkan, seperti tembaga, timbal atau timah hitam, merkuri, seng, dan arsen.
Dengan adanya tailing maka unsur tanah akan terganggu. Ketika suatu zat berbahaya/beracun
telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk
ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan air permukaan
BELITUNG
sumber daya alam yang berlebihan tanpa mengindahkan keseimbangan ekosistem merupakan
salah satu pemicu kerusakan lingkungan di Bangka Belitung. Keadaan ini merupakan imbas
dari krisis ekonomi berkepanjangan yang berakibat pada krisis sosial. Selain itu pelaksanaan
otonomi daerah yang kurang siap mengakibatkan eksploitasi sumberdaya yang tidak
berkelanjutan. Pada akhirnya, aktifitas yang tidak lepas dari urusan ekosistem alam inipun
membuat imbas berupa kerusakan lingkungan tatanan ekosistem pulau Bangka khususnya
daerah yang mengalami degradasi kualitas dan kuantitas lahan yang telah mencakup luas ke
beberapa aspek ekosistem Bangka pada umumnya, yakni khususnya wilayah hutan di Bumi
Bangka belitung ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan TI di Pulau Bangka telah
memacu pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun, bukan hanya pertumbuhan ekonomi
yang dihasilkan TI. Aktivitas pertambangan yang dilakukan secara sporadis dan massal itu
hanya mengambil manfaat ekonomi dari sumberdaya timah. Perlahan kondisi lingkungan
provinsi pemasok 40 persen timah dunia ini mengalami kehancuran. Tambang timah ilegal
pun telah membuat bumi Bangka Belitung tercabik-cabik. Setidaknya 15 sungai besar di
wilayah ini telah rusak yang menyebabkan flora dan fauna berada di ambang kepunahan.
(mencegah erosi, abrasi) dan fungsi pemulihan/ecological recovery (menyerap emisi karbon).
Ketika hutan dieksploitasi hingga habis maka seketika hutan tidak memilliki fungsi ekologi
dan akan mengakibatkan ketidak seimbangan dalam sistem alam dan berpotensi
pada kerusakan ekosistem. Sebab, obyek penambangan hampir mencakup ke segala aspek
ekosistem alam, yaitu wilayah darat dan laut Bangka. Objek penambangan terutama di dalam
ruang lingkup kerja wilayah hutan konservasi yang menjadi sasaran pertambangan warga
Bangka, membuat area hutan di pulau Bangka semakin terancam keberadaannya. Hilangnya
ekosistem hutan yang berganti menjadi area pertambangan telah menghilangkan fungsi
ekosistem hutan sebagai pertukaran energi (energy circuits), siklus hidrologi, rantai makanan
daur nutrien (nutrien cycles) dan pengendali ketika terjadi pencemaran (control/ cybernetics).
Akibatnya, Bangka Belitung mengalami kekeringan ketika musim kemarau, hasil pertanian
mereka pun menurun. Apalagi banyak petani yang beralih profesi menjadi penambang
beberapa kawasan tererosi dan sungai-sungai pun mengalami abrasi. Karena terjadi
sedimentasi yang tinggi, terkadang sungai meluap ketika musim hujan. Terlebih lagi, tailing
yang dibuang ke sungai mengakibatkan kerusakan ekosistem sungai dan kematian beberapa
biota perairan.
Hilangnya ekosistem hutan juga membawa dampak pada degradasi lahan, termasuk lahan
pertanian.Dampaknya, hasil pertanian, hasil kebun petani pun menurun. Jika hasil pertanian
yang dihasilkan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Bangka Belitung, mereka
terpaksa harus membelinya di luar. Lahan pertanian dan tanah-tanah lapang di Bangka
Belitung saat ini juga menjadi sangat tandus dan gersang. Membutuhkan biaya besar untuk
mereklamasi atau pun merevegetasi untuk menjadikan lahan tersebut kembali berproduksi.
Kekeringan, banjir, serta penurunan hasil pertanian adalah bagian dari dampak karena
pertamabangan akan mengurangi damapak dari pencemaran dan juga dengan melakukan
penanaman pohon akan memebantu untuk memperbaiki ekosistem. Memberikan sanksi yang
sesuai bagi pekerja pelaku penambangan liar, yang membuka lahan di kawasan hutan lindung
secukupnya.
1. Lubang Tambang (ni materi yang lain ti, sape tau di perlukan, masukin bae)
Sebagian besar pertambangan mineral di Indonesia dilakukan dengan cara terbuka.
Ketika selesai beroperasi, perusahaan meninggalkan lubang-lubang raksasa di bekas areal
pertambangannya. Lubang-lubang itu berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka
panjang, terutama berkaitan dengan kualitas dan kuantitas air. Air lubang tambang
mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat
mencemari air tanah sekitar.
Potensi bahaya akibat rembesan ke dalam air tanah seringkali tidak terpantau akibat
lemahnya sistem pemantauan perusahaan-perusahaan pertambangan tersebut. Di pulau
Bangka dan Belitung banyak di jumpai lubang-lubang bekas galian tambang timah (kolong)
yang berisi air bersifat asam dan sangat berbahaya.
3. Tailing
Tailing dihasilkan dari operasi pertambangan dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar
97 persen dari bijih yang diolah oleh pabrik pengolahan bijih akan berakhir sebagai tailing.
Tailing mengandung logam-logam berat dalam kadar yang cukup mengkhawatirkan, seperti
tembaga, timbal atau timah hitam, merkuri, seng, dan arsen. Ketika masuk kedalam tubuh
makhluk hidup logam-logam berat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh dan
dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan.
Akibat aktifitas liar ini, banyak program kehutanan dan pertanian tidak berjalan,
karena tidak jelasnya alokasi atau penetapan wilayah TI. Aktivitas TI juga mengakibatkan
pencemaran air permukaan dan perairan umum. Lahan menjadi tandus, kolong-kolong
(lubang eks-tambang) tidak terawat, tidak adanya upaya reklamasi/ rehabilitasi pada lahan
eks-tambang, terjadi abrasi pantai dan kerusakan cagar alam, yang untuk memulihkannya
perlu waktu setidaknya 150 tahun secara suksesi alami.
Pada akhirnya, aktifitas yang tidak lepas dari urusan ekosistem alam inipun membuat
imbas berupa kerusakan lingkungan tatanan ekosistem pulau Bangka khususnya daerah yang
mengalami degradasi kualitas dan kuantitas lahan yang telah mencakup luas ke beberapa
aspek ekosistem Bangka pada umumnya, yakni khususnya wilayah hutan di Bumi Serumpun
Sebalai ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan TI di Pulau Bangka telah memacu
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun, bukan hanya pertumbuhan ekonomi yang
dihasilkan TI.
Aktivitas pertambangan yang dilakukan secara sporadis dan massal itu juga
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang dahsyat. Sebagian besar penambang
menggunakan peralatan besar sehingga dengan mudah mencabik-cabik permukaan tanah.
Sisa pembuangan tanah dari TI menyebabkan pendangkalan sungai.
Kerusakan yang ditimbulkan TI tidak hanya terjadi di lokasi penambangan wilayah daratan.
Seperti yang diinformasikan sebelumnya, bahwasanya kerusakan alam bahkan terjadi hingga
ke pantai (masyarakat Bangka menyebutnya TI Apung), tempat bermuara sungai-sungai yang
membawa air dan lumpur dari lokasi TI.
Di kawasan pantai, hutan bakau di sejumlah lokasi rusak akibat limbah penambangan
TI. Selain itu di wilayah pesisir pantai, beroperasi juga tambang rakyat menggunakan rakit,
drum-drum bekas, mesin dongfeng dan pipa paralon, yang mengapung. Para buruh menyelam
ke dasar laut, mengumpulkan sedikit demi sedikit timah. Bekas-bekas penambangan TI
umumnya dibiarkan saja sebagaimana adanya, tanpa adanya upaya mereklamasi. Dengan
luasan wilayah penambangan antara dua sampai lima hektar, bolong-bolong pada permukaan
tanah yang mereka gali merupakan pemandangan yang tampak mengenaskan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seluruh kegiatan pertambangan tidak ada yang berdampak positif terhadap
lingkungan bahkan dapat dikatakan sangat merusak lingkungan alam. Begitu juga
secara terus menerus yang telah menyebabkan kerusakan lingkungan sudah sangat
parah. Kerusakan itu juga sudah terlihat bahkan dirasakan oleh masyarakat
dukungan dari berbagai pihak yang terkait dan yang memiliki keinginan untuk
menuju keadaan yang lebih baik. Semua butuh kerjasama antar masyarakat dan
pemerintah untuk menanggulangi hal tersebut. selama ini yang menjadi masalah
utama dalam setiap kerusakan adalah kesadaran manusia untuk menjaga lingkungan.
tidaklah mudah.
B. Saran
Seharusnya Pemerintah menegakkan hukum dengan adil dan tegas, melakukan
razia bahkan pendataan kepada para penambang timah dan tidak membiarkan mereka
secara bebas untuk mengeksploitasikan timah. Membiarkan PT Timah menjadi satu-
satunya perusahaan dengan wewenang yang resmi untuk melakukan kegiatan
penambangan agar tidak semakin maraknya kegiatan penambangan timah secara
illegal. Pengawasan dan rehabilitasi lingkungan harus dioptimalkan. Jika tidak ada
ketegasan dari Pemerintah,Kepulauan Bangka Belitung, hanya tinggal menunggu
detik-detik untuk menuju kehancuran ekosistem.